Anda di halaman 1dari 11

PENERAPAN KONSEP PEMBANGUNAN

(Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pengembangan Kelembagaan Lokal)

Disusun oleh:
Fatimah Zahrah (1920505016)
Puput Sumarni (1920505009)
Leni Utami (1920505011)

Dosen Pengampu:
Dr. H. Komaruddin, S.Ag., MSI.

PRODI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM


FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
TAHUN 2022
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara umum, pembangunan sebagai suatu proses perencanaan (social plan)
yang dilakukan oleh birokrat perencanaan pembangunan untuk membuat perubahan
sebagai proses peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat. Konseptualisasi
pembangunan merupakan proses perbaikan yang berkesinambungan pada suatu
masyarakat menuju kehidupan yang lebih baik atau lebih sejahtera sehingga terdapat
beberapa cara untuk menentukan tingkat kesejahteraan pada suatu negara.
Beberapa dekade terakhir ini telah terjadi perubahan-perubahan yang sangat
mencolok di seluruh dunia. Pada saat ini, Indonesia dan negara-negara berkembang
lainnya dengan sengaja mengadakan dan merencanakan perubahan-perubahan di
dalam masyarakat melalui usaha pembangunan. Pembangunan yang dilakukan di
beberapa negara dapat berbeda dengan negara lainnya. Hal tersebut tentunya sangat
tergantung pada model pembangunan yang diterapkan oleh masing-masing negara.

B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana penerapan model pembangunan?
2) Bagaimana kelebihan dan kelemahan dari penerapan model pembangunan?

C. Manfaat dan Tujuan


1) Untuk mengetahui penerapan model pembangunan.
2) Untuk memahami kelebihan dan kelemahan dari penerapan model pembangunan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penerapan Model Pembangunan

Pembangunan sering dirumuskan sebagai proses perubahan yang terencana


dari suatu keadaan nasional ke keadaan nasional yang lain, yang dipandang lebih
bernilai (Katz dalam Moeljarto, 1987: 31).
Mengenai pengertian dari model pembangunan, penulis mengartikan bahwa
model pembangunan merupakan pola atau strategi yang digunakan dalam
melaksanakan perubahan secara terencana dalam masyarakat melalui usaha
pembangunan.
Ada beberapa pilihan konsep pembangunan yang diterapkan negara-negara
berkembang, termasuk Indonesia. Berikut ini ada tiga model pembangunan yang
pernah dilewati oleh bangsa kita ini dalam usahanya untuk mensejahterakan rakyat
diantaranya:
1. Model pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan (Economic
growth)
Model pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan ini
merupakan hasil inspirasi Rostow dalam The Stages as Economic Growth
(1960: 118), di mana para politisi dan ekonom barat dan Dunia Ketiga
diyakinkan bahwa "proses pembangunan tidak lebih daripada
menghilangkan sejumlah hambatan dan mendatangkan komponen-
komponen yang belum tersedia seperti modal, teknologi dan manajemen"
(Reitsma dalam Seri Monograf, 1989:5).
Menurut Rostow, proses pembangunan dapat di pandang sebagai
rangkaian tahap pertumbuhan keluaran produksi berurutan yang dicapai
melalui penanaman modal dalam kapasitas produksi yang berteknologi
modern. Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi suatu negara,
tergantung pertama-tama pada pencapaian tingkat penanaman modal
yang diperlukan birokrasi pemerintah mengorganisasi masyarakat
menjadi satuan-satuan produksi yang efisien dan dikendalikan secara
terpusat.
Di bawah pengendalian ketat birokrasi pemerintah yang seringkali
cenderung berkembang eksesif, sistem-sistem pengolahannya secara
konsisten dirancang untuk memaksimalisasi tingkat pertumbuhan sistem
sebagai keseluruhan. Pendekatan pembangunan demikian, dapat disebut
model pembangunan yang berorientasi pertumbuhan atau yang berpusat
pada produksi. Upaya yang dilakukan adalah pemilihan struktur produksi
dan kesempatan kerja yang terencana, guna meningkatkan porsi industri
jasa dan manufaktur. Proses ini diharapkan mempunyai pengaruh luas
terhadap penduduk, melalui “tetesan ke bawah” (Trickle-Down Effect),
sehingga kaum miskin akan terkena ke dalam proses modernisasi
ekonomi dan ikut menikmati hasil-hasilnya.
Namun dalam intinya, model ini mementingkan produksi, tampil
semata-mata dengantujuan meraih sasaran-sasaran produksi dan bukan
sasaran yang diinginkan rakyat banyakdengan keyakinan bahwa rakyat
dengan sendirinya akan memetik manfaat sesudah sasaran produksi
tercapat (Korten, 1984).
Teori ini menekankan pada kenaikan pendapatan nasional
(perspektif ekonomi) dalam jangka waktu misal per tahun. Tingkat
pertumbuhan ekonomi tersebut akan secara langsung mempengaruhi
penyerapan tenaga kerja. Oleh karena itu, proses pembangunan menjadi
terpusat pada produksi, antara lain melalui:
1) Akumulasi modal termasuk semua investasi baru dalam bentuk
tanah, peralatan fisik dan SDM;
2) Peningkatan tenaga kerja, baik secara kuantitas maupun
kualitas;
3) Kemajuan teknologi, yakni cara baru untuk menggantikan
pekerjaan-pekerjaan yang bersifat tradisional.
Pembangunan ini lebih bersifat "center down" dengan
mengharapkan suatu pusat yang dominan yang akan memberikan
tetesan ke bawah "pembangunan dalam dimensi sosio-ekonomi dan
sosio-politik dapat ditimbulkan hanya oleh beberapa agen tertentu,
sementara rakyat biasa adalah pihak yang tidak mempunyai inisiatif
dalam mengadakan perbaikan, dan pasti menerima ide dari atas dan
akan menganggapnya paling cocok" (KIu, 1984: 29-30).
2. Model pembangunan kebutuhan dasar/kesejahteraan(Basic needs)
Model ini merupakan reaksi dari ketidakberhasilan model
pertumbuhan untuk memperbaiki tingkat hidup kaum miskin. Dalam
penerapan atau praktiknya dikemukakan bahwa, tidak selalu laju
pertumbuhan ekonomi yang tinggi menyebabkan income perkapita tinggi
dan sebaliknya.
Fokus utama dari obyek pembangunan adalah penduduk miskin
didalam suatu negara. Jadi, penanggulangan kemiskinan bukan lagi
merupakan trickle down effect tetapi direct attack. Manifestasi dari model
pembangunan ini adalah pemenuhan kebutuhan pokok/dasar masyarakat
khususnya masyarakat miskin, misal dengan memenuhi kebutuhan
sandang, pangan, perumahan, serta akses terhadap pelayanan publik
seperti pendidikan, kesehatan, air bersih, transportasi, dan lain-lain.
Untuk itu, maka pemerintah dapat melakukan subsidi atau bantuan
pemenuhan kebutuhan mendasar masyarakat. Kebijaksanaan tersebut
dipandang sebagai strategi yang lebih baik bagi negara-negara Dunia
Ketiga pada umumnya.Model pembangunan ini muncul pada tahun 1976,
yaitu waktu diadakannya konferensi ILO mengenai "World Employment
ConferenceThe Enthonement of Basic Need". Di sini, basic needs
dijadikan acuan pembangunan nasional. Hal yang periu diingat dari
penerapan / implementasi model ini, yakni konsep basic needs harus
dipandang sebagai konsep yang dinamis. Artinya konsep itu mempunyai
makna berubah-ubah. Sebagai misalnya, dalam kurun waktu tertentu
konsep basic needs diartikan sebagai konsumsi 2000 kalori per hari,
tetapi dalam kurun waktu yang lain bisa jadi bukan hanya 2000 kalori per
hari, melainkan 2500 - 3000 kalori per hari. Dinamika dari konsep
pembangunan ekonomi dari suatu negara, yang dari satu waktu ke waktu
yang lain bisa berbeda-beda menuju ke tingkat kehidupan yang lebih
baik.
Dalam penerapan proses model pembangunan kebutuhan dasar
masyarakat ini bisa saja memiliki keunikan yang mana secara
individualistik kehadiran masyarakat dalam proses pembangunan
kebutuhan dasar sebagai penentu kesuksesan pembangunan kebutuhan
dasar yang ingin dicapai Negara. Pada model ini negara dapat hadir
dalam memberikan bantuan terhadap pelayanan kebutuhan dasar
masyarakat berupa subsidi dan bantuan sosial lainnya.Dalam penerapan
model pembangunan ini adalah munculnya pergeseran strategi
perencanaan pembangunan yaitu dari strategi center down atau top down
menjadi bottom-up, mass participation seperti dikemukakan oleh
Friedmann dan Weaver (1979 dalam seri Monograf, 1989:8). Pergeseran
strategi dalam perencanaan pembangunan tersebut, dilatarbelakangi oleh
pengalaman perencanaan pembangunan yang diformulasikan demikian
hati-hati, akan tetapi gagal dalam pelaksanaannya dan bahkan ada
kecenderungan merintangi usaha-usaha pembangunan.

3. Model pembangunan yang berpusat pada manusia (People centered)


Model pembangunan ini menggunakan hubungan manusia dengan
sumber daya yang ada. Lebih jelasnya lagi, model pembangunan ini
memberikan peranan warga masyarakat bukan hanya sebagai subyek
melainkan lebih-lebih sebagai aktor yang menentukan tujuan-tujuannya
sendiri, menguasai sumberdaya-sumberdaya yang diperlukan untuk
mencapai tujuan-tujuan tersebut, dan mengarahkan proses-proses yang
mempengaruhi hidupnya. Meskipun pembangunan yang berpusat pada
manusia, mengakui pentingnya pertumbuhan, namun penampilan dari
suatu sistem pertumbuhan terutama tidak diukur berdasarkan nilai
pertumbuhan yang dihasilkannya, melainkan lebih pada hubungannya
dengan seberapa luas masyarakat terlibat didalamnya dan seberapa tinggi
kualitas situasi kerja yang tersedia bagi mereka.
Pemahaman penerapan model ini seringkali dipahami sebagai
sebuah proses pemberdayaan (Kartono, 2008). Esensi proses
pembangunan pada model ini adalah peningkatan kualitas kepesertaan
masyarakat dalam rangka mewujudkan kesejahteraan, persamaan dan
pemberdayaan yang berkelanjutan. Dalam rangka mewujudkan hal
tersebut maka diperlukan sinergitas pembangunan nasional antara
pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Dalam proses pembangunan ini mencakup keadaan (being) dan
perbuatan (doing). Dengan demikian program-program pembangunan
harus dirancang sedemikian rupa, sehingga mampu mencapai
meningkatkan kapasitas penduduk untuk mengantisipasi dan menjawab
perubahan-perubahan tersebut (Bryant dan White, 1982, Sofian Effendi,
1990:44). Ada empat aspek yang terkandung dalam pembangunan
dengan model ini. Pertama, pembangunan harus memberikan penekanan
pada kapasitas (capasity) penduduk untuk menentukan masa depan
mereka. Kedua, pembangunan harus menekankan pemerataan (equity).
Ketiga, pembangunan mengandung arti pemberian kuasa kepada rakyat.
Keempat, pembangunan mengandung pengertian kelangsungan
perkembangan (sustainable) dan interdependeneesi di antara negara-
negara di dunia.
Kalau dalam model pembangunan kedua diterapkan bottom-up
planning yang didukung oleh equitable administrator, maka model
pembangunan ini membutuhkan apa yang disebut sebagai transactive
planning dan administrator yang bersifat facilitator. Adapun yang
dimaksudkan dengan transactive planning yang merupakan ide dari
Friedmann (Moeljarto, Ibid) yakni "suatu perencanaan dalam rangka
pelaksanaan pembangunan masyarakat melalui kebijaksanaan yang
demokratis dimana birokrasi melaksanakan perencanaan bersama-sama
masyarakat".
Penerapan proses perencanaan tersebut berkaitan dengan tatap
muka atau dialog interpersonil dengan masyarakat yang dipengaruhi oleh
keputusan dan ditandai oleh suatu proses saling belajar. Rencana yang
dihasilkan bukan dinilai dari sampai seberapa jauh sumbangan barang
atau jasa yang diberikan kepada masyarakat, tetapi dari pengaruhnya
terhadap martabat mereka, nilai-nilai dan perilaku mereka, kemampuan
mereka untuk berkembang melalui kerjasama, dan semangat murah hati
mereka. Pada proses ini pemerintah berperan sebagai fasilitator. Peranan
pemerintah dalam hal ini adalah menciptakan lingkungan sosial yang
memungkinkan manusia untuk berkembang, yaitu lingkungan sosial yang
mendorong perkembangan manusia dan aktualisasi potensi manusia
secara lebih besar.
B. Kelebihan dan Kelemahan dari Penerapan Model Pembangunan

1. Kelebihan dan kelemahan dari penerapan model pembangunan yang


berorientasi pada pertumbuhan (Economic growth)
a. Kelebihan:
1. Meningkatnya perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang
menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat
bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat dalam jangka
panjang.
2. Meningkatnya pendapatan nasional dalam kurung waktu tertentu.
b. Kelemahan:
1. Mengabaikan aspek-aspek sosial-demografi, peran SDM dalam
pembangunan, pemerataan, dan pengentasan kemiskinan.
2. Hanya memusatkan perhatian pada daerah perkotaan dan bukan
daerah pedesaan. Sehingga, tidak mengalami pembangunan yang
merata.
3. Hanya lebih menguntungkan kelompok sedikit dan bukannya yang
banyak. Karena, adanya investasi pembangunan dari kelompok
kaya. Sehingga, hanya akan mempertajam kesenjangan antara
kelompok kaya dan kelompok miskin.
4. Dapat menimbulkan kehancuran lingkungan dan penguasaan basis
sumber daya alami secara cepat. Karena, Pemanfaatan sumber
daya alam dan lingkungan untuk mencapai peningkatan kekayaan
fisik jangka pendek tanpa pengelolaan untuk menopang dan
memperbesar hasil-hasil sumber daya.

2. Kelebihan dan kelemahan dari penerapan model pembangunan kebutuhan


dasar/kesejahteraan (Basic needs)
a. Kelebihan:
1. Masyarakat miskin bisa mengakses pelayanan yang diberikan
pemerintah.
2. Dapat memenuhi kebutuhan pokok/dasar masyarakat, khususnya
masyarakat miskin.
b. Kelemahan:
1. Keterbatasan anggaran dana yang dibutuhkan untuk memberikan
pelayanan kepada masyarakat.
2. Meningkatnya ketergantungan rakyat yang luar biasa dengan
proyek pembangunan atau kepada birokrasi dan menjadi kendala
pada pembangunan berkelanjutan.
3. Memperlemah daya juang rakyat didalam memecahkan
permasalahannya.

3. Kelebihan dan kelemahan dari penerapan model pembangunan yang


berpusat pada manusia (People centered)
a. Kelebihan:
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya partisipasi
dalam proses pembangunan.
2. Masyarakat dapat mengetahui dan menangani kebutuhan-kebutuhan
mereka sendiri.
3. Dapat menciptakan masyarakat yang berdaya dan berbudaya.
b. Kelemahan:
1. Adanya mentalitas atau sikap mental masyarakat yang cenderung
tidak selaras dengan pembangunan.
2. Adanya masyarakat yang masih awam mengenai penggunaan
teknologi dalam proses pembangunan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam proses pembangunan nasional, telah berkembang beberapa model
pembangunan diantaranya adalah model pembangunan berorientasi pertumbuhan,
model pembangunan kebutuhan dasar, model pembangunan masyakarat yang
berpusat pada manusia. Model pertama yaitu model pembangunan yang berorientasi
kepada pembangunan, sesuai namanya merupakan model pembangunan yang
berorientasi kepada pertumbuhan ekonomi, pendapatan nasional, akumulasi modal,
tenaga kerja dan kemajuan teknologi. Kedua, model pembangunan kebutuhan dasar
berorientasi kepada bantuan pemenuhan pelayanan terhadap kebutuhan dasar
masyarakat oleh negara. Ketiga, model pembangunan yang berpusat pada manusia
yang berorientasi kepada peningkatan kapasitas manusia melalui aspek pemberdayaan
dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Klu, F.E. 1984. Regional Theory: Towards a Paradigm Shift. Monrovia:


Departemen of Geography, University of Liberia.
Moeljarto Tjokrowinoto. 1987. Politik Pembangunan: Sebuah Analisis, Konsep,
Arah dan Strategi. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Sofian Effendi. 1990. Sistem Administrasi Untuk Pembangunan Kualitas
Manusia. Prospektif, No.1 Vo1.2. Yogyakarta: Pusat Pengkajian Strategi dan
Kebijaksanaan.
https://pustaka.ut.ac.id/lib/wp-content/uploads/pdfmk/IPEM4542-M1.pdf
diakses pada tanggal 3 Oktober 2022, pukul 13:40
http://jia.stialanbandung.ac.id/index.php/jia/article/view/550 diakses pada
tanggal 4 Oktober 2022, pukul 14:10
https://csws.fisip.unair.ac.id/2018/03/dari-paradigma-pertumbuhan-menuju-
paradigma-people-centered-development-dalam-pembangunan-desa-di-jawa-
timur-misbakhunn-nafik/ diakses pada tanggal 5 Oktober 2022, pukul 06:50
https://www.academia.edu/30239459/Pembangunan_yang_Berpusat_Pada_
Manusia diakses pada tanggal 5 Oktober 2022, pukul 13:00

Anda mungkin juga menyukai