Anda di halaman 1dari 16

Bahan Kuliah 02/03

UU dan Kebijakan Pemb. Pet.

Tujuan:
Mengetahui konsep dan teori pembangunan, perencanaan pembangunan,
serta visi dan misi pembangunan peternakan

Pendahuluan

Pembangunan
Permbangunan adalah proses yang spontan dan tak dapat diubah yang
melekat pada setiap masyarakat. Namun demikian pembangunan dapat
dirancang dan direncanakan
Pembangunan menyebabkan perbedaan struktural dan spesialisasi fungsional
Pembangunan dapat dirangsang melalui persaingan internal dan eksternal
Proses pembangunan dapat dibagi ke dalam tahap yang berbeda-beda yang
memperlihatkan tingkat pembangunan yang dicapai

Pembangunan didefinisikan: [Pemikiran Dag Hammarskjold]


Berorientasi pada kebutuhan (ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
manusia, baik materi maupun non materi)
Bersifat endogen (berasal dari sanubari tiap masyarakat, yang berdaulat
menentukan nilai dan visi masa depannya)
Bersifat mandiri (berarti setiap masyarakat pada dasarnya mengandalkan
kekuatan dan sumber daya sendiri)
Secara ekologis baik (memanfaatkannya secara rasional sumberdayanya
untuk generasi kini dan mendatang, ecodevelopment)
Berdasarkan tranformasi struktural

Pembangunan dan Modernisasi:


Teori pembangunan bersifat komplek dan lintas disiplin/sektoral
Pembangunan harus dilihat dalam perspektif evolusioner
Keterbelakangan didefinisikan berdasarkan perbedaan ekonomi, politik,
sosial dan kebudayaan
Pembangunan secara tidak langsung menjembatani kesenjangan melalui
serangkaian proses imitatif
modernisasi memiliki arti yang berbeda untuk negra yang berbeda dan
waktu yang berbeda
Konsep modernisasi, dibagi dalam 3 pengertian: atribut sejarah, proses
transisional historis dan sebagai kebijakan pembangunan

Ringkasaan Kuliah/ dwi cipto b 1


Tentang „Pembangunan Alternatif“.
Partisipasi selektif untuk kemandirian dirumuskan sbb:
Adanya derajad minimum hubungan yang diperlukan untuk menopang proses
pembangunan
Adanya derajad maksimum hubungan yang lebih daripada itu tidak ada
kedaulatan efektif yang dapat dipertahankan
Adanya hubungan afirmatif yang memperkuat kemandirian
Adanya hubungan regresif yang memperlemah kemandirian.

Sosiologi Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi


Dalam mengupayakan suatu teori pertumbuhan ekonomi, persoalan utama dalam
menghubungkan faktor sosial dan budaya dengan variabel ekonomi adalah
menentukan bagaimana struktur sosial negara kurang maju berubah menjadi struktur
sosial negara ekonomi maju (Hoselitz)

Tahap pertumbuhan ekonomi:


Menurut Walt Rostow dalam teori modernisasi, pembangunan berkaitan dengan
sejumlah tahapan yang berkaitan dengan „kematangan“. Pembangunan terutama
dianalisis sebagai proses endogen.
5 tahapan tersebut adalah:
masyarakat tradisional
masyarakat pra lepas landas (ciri: produksi pertanian meningkat, infrastruktur
lebih efektif, mentalitas baru: wirausahawan)
tahap lepas landas (investasi bersih dan tabungan nasional meningkat 5 – 10%
atau lebih karena industrialisasi sebagai sektor utama,
jalan menuju kematangan (teknologi modern)
masyarakat konsumen.

Perencanaan Pembangunan
Kenapa perlu perencanaan pembangunan?
Penggunaan sumber-sumber pembangunan dapat efisien dan efektif
Mendongkrak perubahan struktural ekonomi dan sosial masyarakat
Untuk kepentingan keadilan sosial

Perencanaan adalah suatu alat untuk mencapai tujuan:


Agar ada pedoman bagi pelaksanaan kegiatan yang ditujukan pada pencapaia
tujuan pembangunan
Untuk forecasting (perkiraan) terhadap pelaksanaan pembangunan terutama
potensi, prospek, hambatan dan resiko yang dihadapi
Kesempatan untuk memilih berbagai alternatif tentang cara terbaik dan
kesempatan untuk memilih kombinasi terbaik
Penyusunan skala prioritas
Adanya alat ukur, standar dan pengawasan atau evaluasi

Ringkasaan Kuliah/ dwi cipto b 2


Dilihat dari aspek ekonomi adanya perencanaan memungkinkan untuk:
Penggunaan dan alokasi sumber-sumber pembangunan yang terbatas
secara efisien dan efektif.
Output maksimal dan resources yang tersedia termanfaatkan
Adanya perkembangan ekonomi yang mantap dan stabil

Kenapa dilakukan perencanaan ekonomi?


Keyakinan ideologi politik (negara berkembang cenderung menganut
falsafah masyarakat yang sosialistis)
Belum sempurnanya atau lemahnya mekanisme pasar (sehingga tidak
mendorong perkembangan ekonomi yang sehat)
Perubahan struktur ekonomi (infleksibilitas supply, daya absorbsi rendah,
kesempatan kerja terbatas dll)
Tingkat investasi yang masih rendah
Belum berkembangnya kemampuan wirausaha
Teknologi masih rendah

Arti dan fungsi perencanaan pembangunan


Perencanaan adalah suatu proses mempersiapkan secara sistemtis
kegiatan2 yang akan dilakukan untuk mencapai suatu tujuan
Perencanaan adalah suatu cara bagaimana mencapai tujuan sebik-baiknya
dengan sumber2 yang ada supaya lebih efisien dan efektif
Perencanaan adalah penentuan tujuan yang akan dicapai atau yang akan
dilakukan, bagaimana, bilamana dan oleh siapa
Perencanaan adalah “melihat ke depan dengan mengambil pilihan berbagai
alternatif dari kegiatan untuk mencapai tujuan agar pelaksanaannya tidak
menyimpang dari tujuan”
Perencanaan pembangunan adalah suatu pengarahan penggunaan sumber-
sumber pembangunan yang terbatas untuk mencapai tujuan keadaan sosial
ekonomi yang lebih baik secara lebih efektif dan efisien.

Menurut (M. Hatta), yang dituju dengan ekonomi berencana atau planning ialah
mengadakan suatu perkonomian nasional yang diatur, yang direncanakan tujuannya
dan jalannya.

Produksi harus disesuaikan dengan keperluan sosial Dengan demikian dalam


perencanaan pembangunan terkandung 5 hal yaitu:
Masalah-masalah pembangunan suatu negara atau masyarakat dan sumber-
sumber pembangunan yang dapat diusahakan
Tujuan dan sasaran rencana yang ingin dicapai
Kebijaksanaan dan cara untuk mencapai tujuan dan sasaran melihat
penggunaan sumber2 dan alternatif yang terbaik
Penterjemahan dalam program2 atau kegiatan2 secara konkrit
Jangka waktu pencapaian tujuan.

Ringkasaan Kuliah/ dwi cipto b 3


Ada 3 unsur penting dalam perencanaan pembangunan:
Koordinasi
Konsistensi antara berbagai variabel sosial ekonomi suatu masyarakat
Penetapan skala prioritas

Klasifikasi Perencanaan
Planning by perspective (memberikan gambaran tentang prospek
perkembangan keadaan masa depan, suatu proyeksi)
Planning by inducement (planning through the market), mendorong atau
mempengaruhi melalui kebijakan atau penggunaan mekanisme pasar kegiatan
sosial ekonomi kemasyarakatan msalnya operasi pasar dll
Planning by direction, pemerintah melakukan perencanaan yang ketat/tegas
untuk mencapai tujuan tertentu misalnya memberikan binding directives
mengenai rencana konsumsi dan produksi
Complete control planning. Pemerintah menetapkan secara tegas pola
investasi, produksi, distribusi, dan konsumsi.

Keterbatasan brokrasi pemerintah, kompleksitas ekonomi masyarakat memberikan


kecenderungan untuk menggunakan mekanisme pasar/harga dalam perencanaan.
Hal ini mempengaruhi pilihan tentang tingkat dan derajad peranan yang dilakukan
pemerintah dalam kegiatan dan perkembangan sosial ekonomi.

Unsur-Unsur Pokok dalam Perencanaan Pembangunan

1. Kebijaksanaan dasar atau strategi dasar rencana pembangunan (disebut juga


tujuan, arah, dan prioritas pembangunan).
Tujuan perencanaan pembangunan:
(a) perumusan tujuan perencanaan pembangunan merupakan komponen
utama untuk keperluan penggunaan sumber2 pembangunan kepada
alokasi keperluan investasi
(b) rumusan penetapan tujuan tergantung pada preferensi atau pilihan
politik, sosial dan ekonomi masyarakat dan tigkat perkembangan
pembangunan
(c) untuk mengatasi persaingan (teknologi, lapangan kerja dll)
(d) merupakan suatu putusan politik

2. Adanya kerangka rencana (disebut juga kerangka makro). Dalam hal ini
dihubungkan berbagai variabel pembangunan serta implikasinya.
3. Perkiraan sumber pembangunan khususnya sumber pembiayaan
4. Adanya uraian tentang kerangka kebijaksaan yang konsisten. Kebijaksanaan
perlu drumuskan dan dilaksanakan, harus serasi dn konsisten (terutama
kebijakan fiskal, anggaran, moneter, harga da kebijakan sektor lainnya)
5. Program investasi (terutama plan targets dan development targets)
6. Adanya administrasi pembangunan (termasuk didalamnya adalah penelaahan
terhadap mekanisme dan kelembagaan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan)

Ringkasaan Kuliah/ dwi cipto b 4


Jan Tinbergen mengemukakan adanya 4 tujuan pokok dalam perumusan tujuan
kebijaksanaan strategis dalam pembangunan:
Terciptanya kondisi umum yang mendorong pembangunan
Disadarinya potensi serta manfaat pembangunan baik oleh kalangan
pemerintah, dunia usaha maupun masyarakat umum
Terlaksananya sejumlah investasi dalam kelompok “dasar”
Terlaksananya langkah-langkah kebijaksanaan dalam rangka memberikan
kemudahan dan dorongan bagi kegiataan dan investasi swasta.

Prinsip-prinsip Good Governance

Terdapat empat belas prinsip yang dapat terhimpun dari telusuran wacana good
governance, yaitu:
1. Wawasan ke Depan (visionary);
2. Keterbukaan dan Transparansi (openness and transparency);
3. Partisipasi Masyarakat (participation);
4. Tanggung Gugat (accountability);
5. Supremasi Hukum (rule of law);
6. Demokrasi (democracy);
7. Profesionalisme dan Kompetensi (profesionalism and competency);
8. Daya Tanggap (responsiveness);
9. Keefisienan dan Keefektifan (efficiency and effectiveness);
10. Desentralisasi (decentralization);
11. Kemitraan dengan Dunia Usaha Swasta dan Masyarakat (private Sector and civil
society partnership);
12. Komitmen pada Pengurangan Kesenjangan (commitment to reduce Inequality);
13. Komitmen pada Lingkungan Hidup (commitment to environmental protection);
14. Komitmen Pasar yang Fair (commitment to Fair Market);

Keempat belas prinsip good governance tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Tata pemerintahan yang berwawasan ke depan (visi strategis)
Semua kegiatan pemerintah di berbagai bidang seharusnya didasarkan pada visi dan
misi yang jelas disertai strategi implementasi yang tepat sasaran.
2. Tata pemerintahan yang bersifat terbuka (transparan)
Wujud nyata prinsip tersebut antara lain dapat dilihat apabila masyarakat
mempunyai kemudahan untuk mengetahui serta memperoleh data dan informasi
tentang kebijakan, program, dan kegiatan aparatur pemerintah, baik yang
dilaksanakan di tingkat pusat maupun daerah.
3. Tata pemerintahan yang mendorong partisipasi masyarakat

Ringkasaan Kuliah/ dwi cipto b 5


Masyarakat yang berkepentingan ikut serta dalam proses perumusan dan/atau
pengambilan keputusan atas kebijakan publik yang diperuntukkan bagi masyarakat.
4. Tata pemerintahan yang bertanggung jawab/ bertanggung gugat
(akuntabel)
Instansi pemerintah dan para aparaturnya harus dapat mempertanggungjawabkan
pelaksanaan kewenangan yang diberikan sesuai dengan tugas dan fungsinya.
Demikian halnya dengan kebijakan, program, dan kegiatan yang dilakukannya.
5. Tata pemerintahan yang menjunjung supremasi hukum
Wujud nyata prinsip ini mencakup upaya penuntasan kasus KKN dan pelanggaran
HAM, peningkatan kesadaran HAM, peningkatan kesadaran hukum, serta
pengembangan budaya hukum. Upaya-upaya tersebut dilakukan dengan
menggunakan aturan dan prosedur yang terbuka dan jelas, serta tidak tunduk pada
manipulasi politik.
6. Tata pemerintahan yang demokratis dan berorientasi pada konsensus
Perumusan kebijakan pembangunan baik di pusat maupun daerah dilakukan melalui
mekanisme demokrasi, dan tidak ditentukan sendiri oleh eksekutif. Keputusan-
keputusan yang diambil antara lembaga eksekutif dan legislatif harus didasarkan
pada konsensus agar setiap kebijakan publik yang diambil benar-benar merupakan
keputusan bersama.

7. Tata pemerintahan yang berdasarkan profesionalitas dan kompetensi


Wujud nyata dari prinsip profesionalisme dan kompetensi dapat dilihat dari upaya
penilaian kebutuhan dan evaluasi yang dilakukan terhadap tingkat kemampuan dan
profesionalisme sumber daya manusia yang ada, dan dari upaya perbaikan atau
peningkatan kualitas sumber daya manusia.

8. Tata pemerintahan yang cepat tanggap (responsif)


Aparat pemerintahan harus cepat tanggap terhadap perubahan situasi/kondisi
mengakomodasi aspirasi masyarakat, serta mengambil prakarsa untuk mengatasi
berbagai masalah yang dihadapi masyarakat.
9. Tata pemerintahan yang menggunakan struktur & sumber daya secara
efisien & efektif
Pemerintah baik pusat maupun daerah dari waktu ke waktu harus selalu menilai
dukungan struktur yang ada, melakukan perbaikan struktural sesuai dengan tuntutan
perubahan seperti menyusun kembali struktur kelembagaan secara keseluruhan,
menyusun jabatan dan fungsi yang lebih tepat, serta selalu berupaya mencapai hasil
yang optimal dengan memanfaatkan dana dan sumber daya lainnya yang tersedia
secara efisien dan efektif.
10. Tata pemerintahan yang terdesentralisasi
Pendelegasian tugas dan kewenangan pusat kepada semua tingkatan aparat
sehingga dapat mempercepat proses pengambilan keputusan, serta memberikan
keleluasaan yang cukup untuk mengelola pelayanan publik dan menyukseskan
pembangunan di pusat maupun di daerah.

Ringkasaan Kuliah/ dwi cipto b 6


11. Tata pemerintahan yang mendorong kemitraan dengan dunia usaha swasta
dan masyarakat
Pembangunan masyarakat madani melalui peningkatan peran serta masyarakat dan
sektor swasta harus diberdayakan melalui pembentukan kerjasama atau kemitraan
antara pemerintah, swasta, dan masyarakat. Hambatan birokrasi yang menjadi
rintangan terbentuknya kemitraan yang setara harus segera diatasi dengan perbaikan
sistem pelayanan kepada masyarakat dan sektor swasta serta penyelenggaraan
pelayanan terpadu.
12. Tata pemerintahan yang memiliki komitmen pada pengurangan
kesenjangan
Pengurangan kesenjangan dalam berbagai bidang baik antara pusat dan daerah
maupun antardaerah secara adil dan proporsional merupakan wujud nyata prinsip
pengurangan kesenjangan. Hal ini juga mencakup upaya menciptakan kesetaraan
dalam hukum (equity of the law) serta mereduksi berbagai perlakuan diskriminatif
yang menciptakan kesenjangan antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan
bermasyarakat.
13. Tata pemerintahan yang memiliki komitmen pada lingkungan hidup
Daya dukung lingkungan semakin menurun akibat pemanfaatan yang tidak
terkendali. Kewajiban penyusunan analisis mengenai dampak lingkungan secara
konsekuen, penegakan hukum lingkungan secara konsisten, pengaktifan lembaga-
lembaga pengendali dampak lingkungan, serta pengelolaan sumber daya alam secara
lestari merupakan contoh perwujudan komitmen pada lingkungan hidup.
14. Tata pemerintahan yang memiliki komitmen pada pasar
Pengalaman telah membuktikan bahwa campur tangan pemerintah dalam kegiatan
ekonomi seringkali berlebihan sehingga akhirnya membebani anggaran belanja dan
bahkan merusak pasar. Upaya pengaitan kegiatan ekonomi masyarakat dengan pasar
baik di dalam daerah maupun antardaerah merupakan contoh wujud nyata komitmen
pada pasar.

Prinsip-prinsip Good Governance sebagaimana tersebut diatas hanya bermakna bila


keberadaannya ditopang oleh lembaga yang melibatkan kepentingan publik. Jenis
lembaga tersebut adalah sebagai berikut :

1. Pemerintah

a. Menciptakan kondisi politik, ekonomi dan sosial yang stabil


b. Membuat peraturan yang efektif dan berkeadilan
c. Menyediakan public service yang efektif dan accountable
d. Menegakkan HAM
e. Melindungi lingkungan hidup
f. Mengurus standar kesehatan dan standar keselamatan publik

2. Sektor Swasta

a. Menjalankan industri

Ringkasaan Kuliah/ dwi cipto b 7


b. Menciptakan lapangan kerja
c. Menyediakan insentif bagi karyawan
d. Meningkatkan standar hidup masyarakat
e. Memelihara lingkungan hidup
f. Menaati peraturan
g. Transfer ilmu pengetahuan dan tehnologi kepada masyarakat
h. Menyediakan kredit bagi pengembangan UKM

3. Masyarakat Madani

a. Menjaga agar hak-hak masyarakat terlindungi


b. Mempengaruhi kebijakan publik
c. Sebagai sarana cheks and balances pemerintah
d. Mengawasi penyalahgunaan kewenangan sosial pemerintah
e. Mengembangkan SDM
f. Sarana berkomunikasi antar anggota masyarakat

POKOK-POKOK PEMIKIRAN TENTANG


PEMBANGUNAN PETERNAKAN 2005-2009

Latar Belakang

1. Pembangunan peternakan merupakan sub sektor yang strategis dalam upaya


ketahanan pangan dan mencerdaskan manusia (SDM) yang berkualitas.

2. Dalam perkembangannya kinerja pembangunan peternakan menunjukkan


gambaran yang belum sebagaimana diharapkan.

3. Untuk ini upaya-upaya khusus perlu segera dibangun untuk memulihkan


kembali sub sektor peternakan. Upaya-upaya khusus tersebut dirangkum dan
merupakan semacam “re-design” pembangunan peternakan 2005-2009.

Landasan Berfikir

Dalam membangun sub sektor peternakan ke depan selain memperhatikan


pengalaman-pengalaman yang ada, maka perlu ditekankan bahwa sub sektor
peternakan merupakan bagian atau komponen dari :

1. Bagian dari Sektor Pertanian


Karena didalamnya mencakup petani-peternak. Saat ini jumlah rumah tangga
peternakan sebanyak 4,1 juta RTP atau hampir 25 % dari RTP Pertanian
secara keseluruhan.

Ringkasaan Kuliah/ dwi cipto b 8


2. Bagian dari Sistem Usaha Agribisnis
Artinya peternakan harus mengkaitkan dan memperpadukan aspek-aspek hulu,
on farm dan hilir. Oleh karena merupakan bagian sistem agribisnis maka
pendekatan yang akan ditempuh adalah pendekatan ekonomi dan pendekatan
sosial dan tidak semata-mata pendekatan teknis. Pendekatan agribisnis
tersebut berarti berdaya saing, berkelanjutan, berkerakyatan dan
terdesentralisasi.

3. Bagian dari Pembangunan Sumber Daya Manusia yang Berkualitas


Upaya ini merupakan upaya besar karena terkait dengan fungsi-fungsi protein
hewani untuk masyarakat Indonesia (pangan berkualitas) yang saat ini masih
belum memadai.

4. Bagian dari Sistem Ketahanan Pangan


Artinya diversifikasi pangan sangat menentukan dalam mewujudkan
ketahanan pangan tersebut. Sehingga ketahanan pangan tidak lagi diartikan
sebagai ketersediaan dan kecukupan pangan, tetapi kecukupan protein hewani
dan pangan lainnya sesuai dengan Pola Pangan Harapan (PPH).

5. Bagian dari Pengentasan Kemiskinan


Artinya usaha peternakan sangat prospektif sebagai suatu usaha untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat terutama di daerah-daerah miskin.
Pilihan komoditi ternak sebagai suatu usaha khususnya ternak-ternak lokal
telah terbukti tidak terpengaruh sama sekali dari dampak masa krisis
ekonomi.

6. Bagian dari Perdagangan Komoditi Pangan dan Non Pangan Strategis


Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa komoditi ternak dimasa-masa mendatang
akan tetap bersifat yang elastis sehingga akan meningkat kebutuhannya seiring
dengan peningkatan pendapatan dan menjadi semakin menentukan dalam
sistem perdagangan komoditi pangan dan non pangan.

7. Bagian dari Pembangunan Lingkungan Hidup


Secara global telah diakui bahwa terdapat saling ketergantungan dalam rantai
makanan untuk umat manusia. Ternak merupakan salah satu mata rantai
penting dalam mewujudkan kelestarian lingkungan hidup.
Pertanian organik adalah pertanian masa depan yang mustahil dapat
diwujudkan tanpa peran peternakan.

III. Belajar dari Pengalaman

1. Dominasi Peran Pemerintah


Dimasa lalu peran pemerintah telah menjadi aktor penting dalam
pembangunan peternakan. Sehingga masyarakat peternak menjadi sangat
tergantung, tidak saja kepada kebijakan pemerintah, tapi juga input-input
lainnya termasuk input teknologi, modal, agroinput dan pasar.

2. Terpaan Badai Krisis

Ringkasaan Kuliah/ dwi cipto b 9


Krisis moneter dan ekonomi selama tahun 1998-2000 merupakan pelajaran
penting bagi pembangunan peternakan. Pada waktu itu, pertumbuhan sub
sektor peternakan mengalami pertumbuhan kontraktif yaitu negatif sebesar
3,9%.

3. Komitmen Terhadap Pembangunan Peternakan


Selama 30 tahun lebih, baik political komitmen ataupun dukungan lainnya
terhadap pembangunan peternakan dapat dikatakan masih rendah. Telah
terjadi perbedaan perlakuan kebijakan terhadap komoditi-komoditi
dibandingkan komoditi-komoditi lainnya dalam sektor pertanian. Subsidi
bunga diberikan, tetapi nilainya berbeda.

4. Perubahan Lingkungan Strategis


Perubahan lingkungan strategis baik sektor nasional dan regional ternyata
sangat berpengaruh terhadap pembangunan sub sektor peternakan..
Pengaturan tarif bea masuk, SPS, Harmonisasi System, Standart,
merupakan pengalaman penting yang dapat dipetik untuk diperhatikan
dimasa yang akan datang.

5. Perubahan Politik, Desentralisasi dan Otonomi


Administrasi pemerintahan modern akan lebih mengedepankan tentang
“Good Governance”. Didalamnya terkandung penerapan prinsip
transparansi, desentralisasi, partisipasi dan penegakkan hukum.

Perlunya Rancang Ulang (Re-Design) Pembangunan Peternakan


Pengertian rancang ulang (“re-design”) adalah upaya-upaya untuk :

1. Mereposisi tugas-tugas pembangunan peternakan kearah yang sebenarnya dan


peran pemerintah didalamnya.

2. Meninggalkan hal-hal yang terkait dengan kebijakan, pedoman, aturan yang


tidak sesuai dan perkembangan-perkembangan ke depan dengan mengacu dan
belajar dari pengalaman.

3. Terus melakukan perubahan-perubahan yang substansial terhadap peranan


dan fungsi pemerintah dan mendorong tumbuhnya partisipasi masyarakat
untuk pemberdayaan.

Upaya re-design ini dipandang bukan suatu upaya yang mudah karena berkaitan dengan
kebijakan, pedoman, aturan dan norma-norma serta sistem lainnya yang sedang berjalan
saat ini. Upaya ini harus sering pula dengan re-design SDM, kelembagaan, insfrastruktur
dan kebijakan itu sendiri. FAO sendiri telah mencanangkan bahwa tahun 2020 akan
terjadi Revolusi Peternakan (Livestock Revolution) sebagai The Next Food Revolution.

Rancang ulang (re-design) pembangunan peternakan dapat dijabarkan sebagai berikut :


1. Visi Pembangunan Peternakan
“Ternak Sehat, Negara Kuat “Better and Healthy Livestock Towards Better
Community”
2. Misi Pembangunan Peternakan

Ringkasaan Kuliah/ dwi cipto b 10


1) Peningkatan pendapatan peternak melalui optimalisasi produksi peternakan
2) Membuka lapangan kerja baru melalui usaha peternakan
3) Membangun SDM yang berkualitas melalui penyediaan pangan hewani asal
ternak yang Aman, Sehat, Utuh dan Halal (ASUH)
4) Mengembangkan diversifikasi pangan yang sesuai dengan PPH
5) Membantu mengentaskan kemiskinan melalui usaha peternakan
6) Mengembangkan sistem perdagangan komoditi pangan asal ternak yang bebas
dan fair (protection and promotion)

3. Tujuan
a. Khusus
1) Peningkatan dan pengembangan sistem perbibitan ternak (pemerintah, swasta
dan masyarakat)
2) Pembinaan budidaya peternakan dan pakan ke arah “Good Farming
Practices”
3) Pengembangan sistem kesehatan hewan nasional dan pemberantasan penyakit
hewan strategis ke arah pembebasan secara bertahap
4) Pengembangan sistem kesehatan masyarakat veteriner dalam rangka
peningkatan pelayanan dan pengamanan produk pangan hewani asal ternak
5) Pengembangan sentra-sentra baru/kawasan usaha peternakan dengan
menggerakkan partisipasi masyarakat dan pihak-pihak terkait.

b. Umum
1) Peningkatan pendapatan peternak melalui usaha peternakan
2) Tersedianya bahan pangan hewani asal ternak yang ASUH dengan harga
terjangkau. Sehingga memperkuat derajat ketahanan pangan nasional sampai
ditingkat rumah tangga.
3) Mengentaskan kemiskinan melalui usaha peternakan

Skenario Perencanaan Produksi dan Konsumsi Tahun 2005-2009


1. Sasaran Produksi Daging Telur dan Susu
Sasaran produksi tahun 2005-2009 yang diproyeksikan untuk daging meningkat
dari 2,1 juta ton menjadi 2,7 juta ton atau naik sebesar 6,0%, telur meningkat dari
1,2 juta ton menjadi 1,7 juta ton atau naik sebesar 9,0% dan susu meningkat dari
0,7 juta ton menjadi 0,9 juta ton atau meningkat sebesar 10,0%, dapat dilihat pada
Tabel 1.

Tabel 1. Sasaran Produksi Tahun 2005 dan 2009


(Juta ton)
Sasaran Produksi Kenaikan%
Uraian
2005 2009 Per tahun
Daging 2,1 2,7 6,0
Telur 1,2 1,7 9,0
Susu 0,6 1,0 10,0

2. Sasaran Konsumsi Daging, Telur dan Susu

Ringkasaan Kuliah/ dwi cipto b 11


1) Alternatif I (Skenario Tinggi)
Alternatif I dengan tingkat pertumbuhan ekonomi (PDB) sebesar 7%, maka
pada tahun 2005 tingkat konsumsi nasional untuk daging 2,3 juta ton, telur 1,1
juta ton dan susu 1,8 juta ton. Dengan kondisi seperti ini akan terjadi
kekurangan pasokan daging sebesar 0,2 juta ton, terutama daging ternak
besar dan kecil. Untuk mengatasi hal tersebut akan diupayakan melalui upaya
terobosan seperti peningkatan produktivitas, perbaikan mutu genetik dan
importasi bibit. Sedangkan untuk telur ada potensi untuk diekspor sebesar 0,1
juta ton. Khusus untuk susu masih terjadi kekurangan pasokan sebanyak 1,2
juta ton (60%). Sedangkan pada tahun 2009 tingkat konsumsi daging
mencapai 3,2 juta ton, telur 1,6 juta ton dan susu 2,5 juta ton. Dengan tingkat
konsumsi seperti ini maka akan terjadi kekurangan pasokan atas suplai daging
sebesar 0,5 juta ton dan susu 1,5 juta ton sedangkan telur mengalami surplus
sebesar 0,1 juta ton. Oleh sebab itu perlu dilakukan upaya-upaya
replacement dan penciptaan sistem usaha persusuan yang kondusif. Secara
ringkas sasaran konsumsi alternatif 1 disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Sasaran Konsumsi Alternatif I Tahun 2005 dan 2009


(PDB 7%)
(Juta ton)
Sasaran Konsumsi Kenaikan%
Uraian
2005 2009 Per tahun
Daging 2,3 3,2 8,0
Telur 1,1 1,6 7,4
Susu 1,8 2,5 7,1

2) Alternatif II (Skenario Realistis)


Pada alternatif II dengan tingkat pertumbuhan ekonomi (PDB) 5% maka pada
tahun 2005 tingkat konsumsi nasional daging sebesar 2,1 juta ton, telur 1,1 juta
ton dan susu 1,8 juta ton (dapat dilihat pada Tabel 3). Ternyata pada kondisi ini
terjadi keseimbangan antara produksi dan konsumsi daging, sedangkan untuk susu
terjadi kekurangan pasokan sebesar 1,2 juta ton dan untuk telur mengalami
surplus sebesar 0,1 juta ton.

Sedangkan pada tahun 2009 tingkat konsumsi daging mencapai 2,8 juta ton, telur
1,4 juta ton dan susu 2,2 juta ton. Dengan tingkat konsumsi seperti ini maka akan
terjadi kekurangan pasokan atau suplai daging sebesar 0,1 juta ton dan susu 1,2
juta ton sedangkan telur mengalami surplus sebesar 0,3 juta ton. Oleh sebab itu
perlu dilakukan upaya-upaya replacement dan penciptaan sistem usaha persusuan
yang kondusif.

Ringkasaan Kuliah/ dwi cipto b 12


Tabel 3. Sasaran Konsumsi Alternatif II Tahun 2005 dan 2009
(PDB 5%)
(Juta ton)
Sasaran Konsumsi Kenaikan%
Uraian
2005 2009 Per tahun
Daging 2,1 2,8 5,4
Telur 1,1 1,4 5,0
Susu 1,8 2,2 4,8

3) Alternatif III (Skenario Stagnan)


Pada alternatif III dengan tingkat pertumbuhan PDB 3% ternyata tingkat
konsumsi pada tahun 2005 masih mengalami kekurangan pasokan susu
sebesar 1,1 juta ton, sedangkan untuk pasokan daging dan telur sudah
tercukupi dari pasokan dalam negeri dan masih ada potensi untuk mengekspor
telur. Sedangkan pada tahun 2009 tingkat konsumsi daging dan telur sudah
mampu disuplai dari pasokan dalam negeri dimana terdapat kelebihan pasokan
untuk daging sebesar 0,3 juta ton dan telur 0,5 juta ton. Sedangkan susu masih
mengalami kekurangan pasokan sebesar 0,9 juta ton. Secara ringkas dapat
dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Sasaran Konsumsi Alternatif III Tahun 2005 dan 2009


(PDB 3%)
(Juta ton)
Sasaran Konsumsi Kenaikan%
Uraian
2005 2009 Per tahun
Daging 2,1 2,4 3,0
Telur 1,0 1,2 2,8
Susu 1,7 1,9 2,7

Analisa Produksi-Konsumsi Daging, Telur dan Susu


1) Alternatif I (Skenario Tinggi) dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 7%
Kekurangan pasokan untuk suplai daging sebesar 0,2 juta ton (2005) dan 0,5 juta ton
(2009), berdasarkan struktur produksi kekurangan pasokan tersebut adalah sebesar
25% terdiri dari daging merah yang berasal dari sapi potong/kerbau. Secara ringkas
ditunjukkan pada Tabel 5.
Apabila dikonversikan pada ternak hidup, maka struktur produksi 25% dari daging
merah tersebut mencapai 50 ribu ton (2005) dan 125 ribu ton (2009) atau setara
dengan 186.600 ekor (2005) dan 466.400 ekor (2009) sapi potong dengan berat
karkas 268 kg/ekor. Upaya-upaya untuk mencukupi suplai sapi potong tersebut akan
dilakukan melalui perbaikan mutu bibit dan produktifitas, pengendalian penyakit
hewan menular dan penyakit reproduksi serta pengembangan pakan yang cukup
secara kuantitas dan kualitas serta tersedia setiap saat.

Ringkasaan Kuliah/ dwi cipto b 13


Tabel 5. Analisa Produksi-Konsumsi Alternatif I (Skenario Tinggi)
(Juta ton)
Tahun 2005 Tahun 2009
Uraian
Produksi Konsumsi Neraca Produksi Konsumsi Neraca
Daging 2,1 2,3 -0,2 2,7 3,2 -0,5
Telur 1,2 1,1 0,1 1,7 1,6 0,1
Susu 0,6 1,8 -1,2 1,0 2,5 -1,5

2) Alternatif II (Skenario Realistis) dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5%


Analisis produksi konsumsi pada skenario realistis dengan pertumbuhan PDB 5%
ternyata pasokan produksi tahun 2005 mampu mencukupi konsumsi, namun pada
tahun 2009 masih mengalami defisit sebesar 0,1 juta ton dimana 25% terdiri dari
daging merah yang berasal dari sapi potong/kerbau (Tabel 6). Kekurangan pasokan
sebesar 25 ribu ton tersebut setara dengan 94.000 ekor sapi potong dengan berat
karkas sebesar 268 kg/ekor. Upaya-upaya yang akan dilakukan sama seperti pada
alternatif I (skenario tinggi).

Tabel 6. Analisa Produksi-Konsumsi Alternatif II (Skenario Realistis)

(Juta ton)
Tahun 2005 Tahun 2009
Uraian
Produksi Konsumsi Neraca Produksi Konsumsi Neraca
Daging 2,1 2,1 0 2,7 2,8 -0,1
Telur 1,2 1,1 0,1 1,7 1,4 0,3
Susu 0,6 1,8 -1,2 1,0 2,2 -1,2

3) Alternatif III (Skenario Stagnan) dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 3%


Analisis produksi konsumsi pada skenario stagnan dengan pertumbuhan PDB 3%
ternyata pasokan produksi daging mampu mencukupi konsumsi (2005) bahkan
mengalami surplus sebesar 0,3 juta ton pada tahun 2009. Berdasarkan skenario ini
kemampuan pasokan daging dan telur mempunyai potensi untuk ekspor, namun untuk
komoditi susu masih mengalami ketergantungan pada susu impor. Dapat dilihat pada
Tabel 7.

Tabel 7. Analisa Produksi-Konsumsi Alternatif III (Skenario Stagnan)

(Juta ton)
Tahun 2005 Tahun 2009
Uraian
Produksi Konsumsi Neraca Produksi Konsumsi Neraca
Daging 2,1 2,1 0 2,7 2,4 0,3
Telur 1,2 1,0 0,2 1,7 1,2 0,5
Susu 0,6 1,7 -1,1 1,0 1,9 -0,9

Instrumen Kebijakan

Ringkasaan Kuliah/ dwi cipto b 14


Instrumen kebijakan mencakup 3 aspek yaitu :

1. Instrumen Kebijakan Teknis


Pada kebijakan ini menyangkut peran-peran pemerintah untuk melaksanakan
kebijaksanaan-kebijaksanaan di bidang :
1. Pembenahan dan pengembangan sistem perbibitan ternak
Prinsipnya adalah ada suatu “breeding policy” yang berkesinambungan antara
sub sistem perbibitan ternak pemerintah, sub sistem perbibitan ternak
masyarakat dan sub sistem perbibitan ternak swasta, termasuk pembinaan IB
dan TE.

2. Pembenahan system kesehatan hewan antara lain melaksanakan


pemberantasan Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS)
Penyakit-penyakit PHMS antara lain : Brucellosis, Antrax, SE, Jembrana,
BUD dan lain-lain, termasuk Rabies dan Hog Cholera. Pemberantasan harus
dilakukan secara bertahap pulau per pulau. Dengan penanganan kesehatan
hewan ini akan berdampak pada penurunan angka kematian dan peningkatan
angka kelahiran sehingga terjadi peningkatan populasi.

3. Pembinaan dan Pengembangan Pakan


Pada pakan unggas, khususnya untuk ayam ras kebijaksanaannya adalah
regulasi dan pemanfaatan bahan baku lokal. Sedangkan untuk HMT adalah
upaya bersama agar tersedia sepanjang tahun.

4. Pengamanan Mutu Produk


Instrumen ini ditempuh untuk melindungi masyarakat dari konsumsi pangan
yang tidak berkualitas

2. Instrumen Regulasi
a. Penuntasan amandemen UU No. 6 Tahun 1967
b. Revisi dan kaji ulang peraturan-peraturan termasuk surat keputusan dan surat
edaran yang telah dibuat.
c. Mengembangkan perencanaan yang partisipatif dan “bottom-up planning”

3. Instrumen Keprograman

Instrumen-instrumen kebijakan tersebut diatas akan dirangkum dalam bentuk-


bentuk keprograman yaitu :
1) Program pengembangan agribisnis untuk memfasilitasi permodalan usaha bagi
masyarakat
2) Program peningkatan ketahanan pangan untuk memfasilitasi program-
program pemerintah dalam aspek perbibitan, pengendalian penyakit dan pakan
serta mutu produk
3) Program pemberdayaan masyarakat berupa regulasi dengan pendidikan dan
latihan.
4) Low Enforcement

Ringkasaan Kuliah/ dwi cipto b 15


Tantangan, Issu2 dan Perubahan Strategis

1. Ancaman penurunan populasi ternak khususnya ternak besar (sapi potong, kerbau)
Kemampuan produksi domestik, khususnya untuk daging kecepatannya akan makin
tertinggal dengan kecepatan konsumsi. Pemotongan akan meningkat termasuk
pemotongan betina produktif.

2. Ancaman produk peternakan impor


Produk daging telur, susu impor akan semakin mengancam memasuki Indonesia
seiring dengan berlakunya perdagangan bebas dan penurutan tariff bea masuk

3. Emerging dan Re- emerging desease


Lalulintas barang dan manusia akan semakin meningkatkan factor penyebab
munculnya penyakit exsotik.
Terjadi penyebaran epidemologi penyakit dari penyakit “Konvensional akibat higines
sanitasi” kepada penyakit mutasi virus dan metaabolisme/degeneratif.

4. Penurunan mutu/kwalitas bibit ternak khususnya ternak besar dan ternak kecil

5. Ketergantungan bahan baku pakan terhadap impor terutama jagung, bungkil


kedelai dan bahan tambahan lainnya.

6. Konflik kebijakan/penegakan aturan keswan/kesmavet antara propinsi-pusat,


kabupaten-propinsi dan kabupaten-pusat.

Skema Rencana Perkuliahan

Pendahulan : 10 menit
Penyampaian Materi : 40 menit
Diskusi Kelompok : 20 menit [sesuai opini yang diberikan], masing-
masing kelompok terdiri atas 5 orang
Diskusi kelas : 20 menit

Opini: [diskusi kelompok]

1. Jelaskan ciri-ciri masyarakat yang “partisipatif dan mandiri”


2. Mekanisme pasar bersifat destruktif atau asosial?
3. Politik pembangunan peternakan seperti apa yang kita inginkan atau
harapkan?
4. Fungsi dan peran Kelembagaan masyarakat peternakan dalam
pembangunan peternakan?

Ringkasaan Kuliah/ dwi cipto b 16

Anda mungkin juga menyukai