Tujuan:
Mengetahui konsep dan teori pembangunan, perencanaan pembangunan,
serta visi dan misi pembangunan peternakan
Pendahuluan
Pembangunan
Permbangunan adalah proses yang spontan dan tak dapat diubah yang
melekat pada setiap masyarakat. Namun demikian pembangunan dapat
dirancang dan direncanakan
Pembangunan menyebabkan perbedaan struktural dan spesialisasi fungsional
Pembangunan dapat dirangsang melalui persaingan internal dan eksternal
Proses pembangunan dapat dibagi ke dalam tahap yang berbeda-beda yang
memperlihatkan tingkat pembangunan yang dicapai
Perencanaan Pembangunan
Kenapa perlu perencanaan pembangunan?
Penggunaan sumber-sumber pembangunan dapat efisien dan efektif
Mendongkrak perubahan struktural ekonomi dan sosial masyarakat
Untuk kepentingan keadilan sosial
Menurut (M. Hatta), yang dituju dengan ekonomi berencana atau planning ialah
mengadakan suatu perkonomian nasional yang diatur, yang direncanakan tujuannya
dan jalannya.
Klasifikasi Perencanaan
Planning by perspective (memberikan gambaran tentang prospek
perkembangan keadaan masa depan, suatu proyeksi)
Planning by inducement (planning through the market), mendorong atau
mempengaruhi melalui kebijakan atau penggunaan mekanisme pasar kegiatan
sosial ekonomi kemasyarakatan msalnya operasi pasar dll
Planning by direction, pemerintah melakukan perencanaan yang ketat/tegas
untuk mencapai tujuan tertentu misalnya memberikan binding directives
mengenai rencana konsumsi dan produksi
Complete control planning. Pemerintah menetapkan secara tegas pola
investasi, produksi, distribusi, dan konsumsi.
2. Adanya kerangka rencana (disebut juga kerangka makro). Dalam hal ini
dihubungkan berbagai variabel pembangunan serta implikasinya.
3. Perkiraan sumber pembangunan khususnya sumber pembiayaan
4. Adanya uraian tentang kerangka kebijaksaan yang konsisten. Kebijaksanaan
perlu drumuskan dan dilaksanakan, harus serasi dn konsisten (terutama
kebijakan fiskal, anggaran, moneter, harga da kebijakan sektor lainnya)
5. Program investasi (terutama plan targets dan development targets)
6. Adanya administrasi pembangunan (termasuk didalamnya adalah penelaahan
terhadap mekanisme dan kelembagaan perencanaan dan pelaksanaan
pembangunan)
Terdapat empat belas prinsip yang dapat terhimpun dari telusuran wacana good
governance, yaitu:
1. Wawasan ke Depan (visionary);
2. Keterbukaan dan Transparansi (openness and transparency);
3. Partisipasi Masyarakat (participation);
4. Tanggung Gugat (accountability);
5. Supremasi Hukum (rule of law);
6. Demokrasi (democracy);
7. Profesionalisme dan Kompetensi (profesionalism and competency);
8. Daya Tanggap (responsiveness);
9. Keefisienan dan Keefektifan (efficiency and effectiveness);
10. Desentralisasi (decentralization);
11. Kemitraan dengan Dunia Usaha Swasta dan Masyarakat (private Sector and civil
society partnership);
12. Komitmen pada Pengurangan Kesenjangan (commitment to reduce Inequality);
13. Komitmen pada Lingkungan Hidup (commitment to environmental protection);
14. Komitmen Pasar yang Fair (commitment to Fair Market);
Keempat belas prinsip good governance tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Tata pemerintahan yang berwawasan ke depan (visi strategis)
Semua kegiatan pemerintah di berbagai bidang seharusnya didasarkan pada visi dan
misi yang jelas disertai strategi implementasi yang tepat sasaran.
2. Tata pemerintahan yang bersifat terbuka (transparan)
Wujud nyata prinsip tersebut antara lain dapat dilihat apabila masyarakat
mempunyai kemudahan untuk mengetahui serta memperoleh data dan informasi
tentang kebijakan, program, dan kegiatan aparatur pemerintah, baik yang
dilaksanakan di tingkat pusat maupun daerah.
3. Tata pemerintahan yang mendorong partisipasi masyarakat
1. Pemerintah
2. Sektor Swasta
a. Menjalankan industri
3. Masyarakat Madani
Latar Belakang
Landasan Berfikir
Upaya re-design ini dipandang bukan suatu upaya yang mudah karena berkaitan dengan
kebijakan, pedoman, aturan dan norma-norma serta sistem lainnya yang sedang berjalan
saat ini. Upaya ini harus sering pula dengan re-design SDM, kelembagaan, insfrastruktur
dan kebijakan itu sendiri. FAO sendiri telah mencanangkan bahwa tahun 2020 akan
terjadi Revolusi Peternakan (Livestock Revolution) sebagai The Next Food Revolution.
3. Tujuan
a. Khusus
1) Peningkatan dan pengembangan sistem perbibitan ternak (pemerintah, swasta
dan masyarakat)
2) Pembinaan budidaya peternakan dan pakan ke arah “Good Farming
Practices”
3) Pengembangan sistem kesehatan hewan nasional dan pemberantasan penyakit
hewan strategis ke arah pembebasan secara bertahap
4) Pengembangan sistem kesehatan masyarakat veteriner dalam rangka
peningkatan pelayanan dan pengamanan produk pangan hewani asal ternak
5) Pengembangan sentra-sentra baru/kawasan usaha peternakan dengan
menggerakkan partisipasi masyarakat dan pihak-pihak terkait.
b. Umum
1) Peningkatan pendapatan peternak melalui usaha peternakan
2) Tersedianya bahan pangan hewani asal ternak yang ASUH dengan harga
terjangkau. Sehingga memperkuat derajat ketahanan pangan nasional sampai
ditingkat rumah tangga.
3) Mengentaskan kemiskinan melalui usaha peternakan
Sedangkan pada tahun 2009 tingkat konsumsi daging mencapai 2,8 juta ton, telur
1,4 juta ton dan susu 2,2 juta ton. Dengan tingkat konsumsi seperti ini maka akan
terjadi kekurangan pasokan atau suplai daging sebesar 0,1 juta ton dan susu 1,2
juta ton sedangkan telur mengalami surplus sebesar 0,3 juta ton. Oleh sebab itu
perlu dilakukan upaya-upaya replacement dan penciptaan sistem usaha persusuan
yang kondusif.
(Juta ton)
Tahun 2005 Tahun 2009
Uraian
Produksi Konsumsi Neraca Produksi Konsumsi Neraca
Daging 2,1 2,1 0 2,7 2,8 -0,1
Telur 1,2 1,1 0,1 1,7 1,4 0,3
Susu 0,6 1,8 -1,2 1,0 2,2 -1,2
(Juta ton)
Tahun 2005 Tahun 2009
Uraian
Produksi Konsumsi Neraca Produksi Konsumsi Neraca
Daging 2,1 2,1 0 2,7 2,4 0,3
Telur 1,2 1,0 0,2 1,7 1,2 0,5
Susu 0,6 1,7 -1,1 1,0 1,9 -0,9
Instrumen Kebijakan
2. Instrumen Regulasi
a. Penuntasan amandemen UU No. 6 Tahun 1967
b. Revisi dan kaji ulang peraturan-peraturan termasuk surat keputusan dan surat
edaran yang telah dibuat.
c. Mengembangkan perencanaan yang partisipatif dan “bottom-up planning”
3. Instrumen Keprograman
1. Ancaman penurunan populasi ternak khususnya ternak besar (sapi potong, kerbau)
Kemampuan produksi domestik, khususnya untuk daging kecepatannya akan makin
tertinggal dengan kecepatan konsumsi. Pemotongan akan meningkat termasuk
pemotongan betina produktif.
4. Penurunan mutu/kwalitas bibit ternak khususnya ternak besar dan ternak kecil
Pendahulan : 10 menit
Penyampaian Materi : 40 menit
Diskusi Kelompok : 20 menit [sesuai opini yang diberikan], masing-
masing kelompok terdiri atas 5 orang
Diskusi kelas : 20 menit