Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Islam menempatkan manusia itu tidak saja dalam dimensi individu, akan tetapi
juga dalam dimensi sosial sebagai anggota masyarakat. Manusia pula diciptakan bukan
untuk berjalan sendiri melainkan diciptakan untuk hidup secara damai dan
berdampingan dengan makhluk hidup yang ada di sekelilingnya. Manusia pada
hakekatnya adalah cipataan Allah yang hampir sempurna, terlebih lagi manusia mulia
yang telah diutus oleh Allah SWT ke muka bumi, yaitu Nabi Agung Muhammad SAW.
Beliau adalah manusia mulia yang mengemban tugas penting bagi seluruh alam. Beliau
lah seseorang yang diutus untuk menyampaikan risalah-Nya kepada seluruh manusia di
muka bumi. Terebih risalah Allah yang memuat esensi perintah dan larangan Allah
SWT. Salah satunya, adalah risalah perintah untuk mengajak kepada kebaikan dan
mencegah dari kemunkaran. Inilah yang nantinya menjadi kewajiban bagi seluruh
manusia untuk melaksanakannya. Kewajiban ini pun mutlak harus dikerjakan oleh
seluruh manuisa khususnya umat Islam. Dimanapun dan kapanpun perintah ini akan
tetap eksis dan menjadi salah satu tugas umat Islam dalam menegakkan tiang agama.
Memerintahkan hal yang baik dan mencegah hal yang mungkar (amar ma'ruf nahi
munkar) merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh semua orang. Karena hal ini
telah menjadi salah satu syi'ar dakwah agama Islam yang harus selalu dijunjung dan
ditegakkan.
Oleh karena itu, dalam makalah ini, penulis akan membahas konsep amar ma'ruf
nahi munkar itu sendiri beserta hukum, rukun, bentuk, dan macamnya menurut beberapa
pakar ilmuan muslim. Dalam makalah ini pula akan dipaparkan beberapa contoh yang
dapat dijadikan bahan refleksi untuk implementasi amar ma'ruf nahi munkar dalam era
kehidupan modern.

AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR 1


1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep amar ma'ruf nahi munnkar?
2. Apa hukum dan rukun amar ma'ruf nahi munkar?
3. Apa bentuk dan macam amar ma'ruf nahi munkar?
4. Bagaimana penjelasan amar ma'ruf nahi munkar menurut Al-
Qur'an dan Hadits?
5. Apa contoh amar ma'ruf nahi munkar dalam era modern?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami konsep amar ma'ruf nahi
munkar dengan benar.
2. Untuk mengetahui hukum dan rukun amar ma'ruf nahi munkar
dengan benar.
3. Untuk mengetahui berbagai bentuk dan macam amar ma'ruf
nahi munkar.
4. Untuk memahami penjelasan amar ma'ruf nahi munkar menurut
Al-Qur'an dan Hadits.
5. Untuk mengetahui, memahami, dan mengaplikasikan contoh
amar ma'ruf nahi munkar dalam era kehidupan modern.
1.4 Manfaat
1. Memperoleh wawasan yang luas dan pemahaman yang dalam
mengenai amar ma'ruf nahi munkar beserta rukun, bentuk, dan
macamnya.
2. Dapat mengimplementasikan konsep amar ma'ruf nahi munkar
dalam era kehidupan modern.

AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR 2


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Konsep Amar Ma'ruf Nahi Munkar


Makna Amar Makruf Nahi Munkar artinya memerintahkan yang
maruf dan melarang munkar. Maruf artinya diketahui, dikenal,
disadari. Munkar artinya ditolak, diingkari, dibantah. Kamus
menjelaskan maruf sebagai apasaja diketahui dan dikenal baik oleh
setiap orang sebagai kebaikan. Dalam Hadits, maruf adalah adalah
segala hal yang diketahui orang berupa ketaatan kepada Allah,
mendekati-Nya, berbuat baik kepada manusia, dan semua yang
dianjurkan syarak. Maruf diketahui oleh semua orang, bila mereka
melihatnya mereka tidak menolaknya. Munkar adalah apa saja yang
dipandang buruk , diharamkan dan dibenci oleh syarak1.
Abul Ala al-Maududi menjelaskan: bahwa tujuan yang utama
dari syariat ialah untuk membangun kehidupan manusia di atas dasar
marifat (kebaikan-kebaikan) dan membersihkannya dari hal-hal yang
maksiat dan kejahatan-kejahatan.
Al-Ma'ruf menurut Mufradat ar-Raghib dan lainnya adalah nama
setiap perbuatan yang dipandang baik menurut akal atau agama
(syara'). Sedangkan al-Munkar berarti setiap perbuatan yang oleh akal
sehat dipandang jelek, atau akal tidak memandang jelek atau baik,
tetapi agama (syariat) memandangnya jelek2.
Ada yang berpendapat, al-Ma'ruf adalah suatu nama yang mencakup
setiap perbuatan dikenal sebagai suatu ketaatan dan pendekatan diri
kepada Allah dan berbuat baik (ihsan) kepada manusia. Sedangkan al-
Munkar sebaliknya.

2.2 Hukum Amar Ma'ruf Nahi Munkar


Mengajak kepada al-Ma'ruf dan melarang dari al-Munkar,
termasuk di antara fardhu-fardhu kifayah. Ibnu Taimiyah mengatakan

1 Jalaludin Rakhmat, Islam dan Pluralisme, Serambi, hlm. 227

2 Ibnu Taimiyah, Amar Ma'ruf Nahi Munkar, Departemen Keislaman, hlm. 3

AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR 3


bahwa kewajiban ini adalah kewajiban atas keseluruhan umat, dan ini
yang oleh para ulama disebut fardhu kifayah. Apabila segelongan dari
umat melakssanakannya, gugurlah kewajiban itu dari yang lain.
Seluruh umat dikenai kewajiban itu, tetapi bila segolongan umat telah
ada yang melaksanakannya, maka tertunaikan kewajiban itu dari
yang lain.
Sufyan Ats-Tsauri rahimahullah pernah menjawab ketika ada
pertanyaan: Apakah seseorang masih harus menyeru (amar ma'ruf
nahi munkar) kepada orang lain yang diketahui bahwa dia tak akan
menerima seruan itu? Jawab beliau itu: "Ya, agar seruan itu nanti
menjadi asalan di sisi Allah bagi si penyeru itu."3

2.3 Ruang Lingkup Amar Ma'ruf Nahi Mungkar


Ruang lingkup amar maruf dan nahi munkar sangat luas sekali,
baik dalam aspek aqidah, ibadah, akhlaq maupun muamalat (sosial,
politik, ekonomi, ilmu pengetahuan, teknologi, seni budaya, dsb.
Tauhidullah, mendirikan shalat, mambayar zakat, amanah,
toleransi beragama, membantu kaum dhuafa dan mustadhafin,
disiplin, transparan dan lain sebagainya adalah beberapa contoh sikap
dan perbuatan yang maruf. Sebaliknya, kebalikan dari sikap-sikap itu
adalah hal-hal yang munkar.

2.4 Rukun-Rukun Amar Ma'ruf Nahi Munkar


Imam Al-Ghazali mengatakan dalam kitabnya Ihya Ulumuddin
bahwa ada beberapa rukun yang harus dipenuhi ketika proses amar
ma'ruf dan nahi mungkar dilaksanakan. Berikut empat rukun yang
harus dipenuhi4:
1. Al-Muhtashib

3 Ibnu Taimiyah, Amar Ma'ruf Nahi Munkar, Departemen Keislaman, hlm. 6

4 Imam Al-Ghazali, Ihya' Ulumuddin Jilid 4, As-Syfa, hlm. 436

AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR 4


Yaitu pelaksana amar ma'ruf nahi mungkar. Ia adalah orang
mukallaf, muslim dan orang yang sanggup. Maka keluar dari padanya
anak kecil, orang kafir, dan orag yang lemah.
2. Hisbah
Yaitu setiap perbuatan yang ada sekarang yang terang bagi
muhtasib (pelaku hisbah) dengan tanpa mengintai serta
diketahui adanya perbuatan munkar tanpa ijtihad. Maka ini ada
empat syarat:
1. Adanya perbuatan munkar
2. Kemungkaran itu ada pada keadaan itu
3. Bahwa perbuatan munkar itu terang bagi muhtasib dengan
tanpa mengintai
4. Bahwa ia adalah perbuatan munkar yang diketahui dengan
tanpa ijtihad
3. Orang yang menjadi obyek hisbah
Syaratnya adalah bahwa muhtasab alaih dengan sifat yang
menjadikan perbuatan yang dilarang daripadanya itu munkar dan
sedikit-sedikitnya apa yang mencukupi dalam hal itu adalah bahwa ia
adalah manusia dan tidak disyaratkan bahwa ia seorang mukallaf.
4. Hakikat Ihtisab
Yaitu pelaksanaan hisbah. Dan hisbah mempunyai tingkat-
tingkat dan sopan santun. Diantaranya adalah:
1. Ta'arruf
Yaitu tingkat untuk mencari pengertian dengan berlakunya
perbuatan munkar.
2. Ta'rif (Pemberitahuan)
Dalam kandungan pemberitahuan adalah penyadaran atas
kebodohan dan kednguan. Karena pembodohan itu
menyakitkan.
3. Larangan dengan pengajaran dan nasihat serta menakuti
terhadap Allah SWT.
4. Memaki, menggunakan kekerasan dengan ucapan yang
keras dan kasar.
5. Merubah dengan tangan
6. Memberikan ancaman dan menakut-nakuti.

AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR 5


7. Langsung memukul dengan tangan, kaki dan lainnya dari apa
saja yang tidak ada padanya penggunaan senjata5.

2.5 Bentuk dan Macam Amar Ma'ruf Nahi Mungkar


2.5.1 Bentuk Amar Ma'ruf Nahi Munkar
Aplikasi dari hal ini ada banyak bentuknya, ada yang bersifat
nonformal maupun formal. Dari yang bersifat nonformal contohnya:
saat kita melalui suatu tempat lalu menjumpai seorang yang akan
mencuri, dan kewajiban kita adalah mencegah dari hal itu dan
mengarahkan kepada hal yang maruf karena mencuri merupakan hal
yang bersifat munkar. Dan bersifat formal dapat kita analisa bahwa
bentuk amar maruf nahi munkar bisa merambah kepada berbagai hal
seperti halnya Pendidikan. Islam sebagai petunjuk Ilahi mengandung
implikasi kependidikan yang mampu membimbing dan mengarahkan
manusia menjadi seorang mukmin, muslim, muhsin dan muttaqin
melalui proses tahap demi tahap.

2.5.2 Macam-Macam Kemunkaran


1. Kemunkaran-kemunkaran Masjid
Kemungkaran-kemungkaran masjid terbagi kepada makruh dan
terlarang. Diantara apa yang terlihat di masjid-masjid ialah
memburukkan shalat dengan meninggalkan thuma'ninah pada ruku'
dan sujud dan itu adalah kemungkaran yang membatalkan shalat
dengan nash hadits, maka wajib melarangnya kecuali menurut
madzhab Hanafi yang berkeyakinan bahwa demikian itu tidak
mencegah sahnya shalat. Kemungkaran-kemungkara masjid yang lain
adalah masuknya orang gila, anak-anak kecil dan orang-orang mabuk
di masjid. Dan tidak apa-apa dengan masuknya anak kecil ke dalam
masjid apabila ia tidak bermain dan baginya tidak diharamkan6.
2. Kemunkaran-kemunkaran Pasar

5 Imam Al-Ghazali, Ihya' Ulumuddin Jilid 4, As-Syfa, hlm. 4445

6 Imam Al-Ghazali, Ihya' Ulumuddin Jilid 4, As-Syfa, hlm. 455

AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR 6


Di antara kemungkaran-kemungkaran yang biasa terjadi di
pasar adalah berdusta dalam mencari keuntungan dan
menyembunyikan cacat. Kemunkaran-kemunkaran yang lain adalah
menjual alat-alat permainan (alat-alat music) dan menjual bentuk-
bentuk binatang yang bergambar pada hari-hari raya untuk anak-
anak7.
3. Kemunkaran-kemukaran di Jalan Raya
Di antara kemunkaran-kemunkaran jalan di Jalan Raya adalah
mengikat binatang di atas jalan di mana dapat menyempitkan jalan
dan menajiskan orang-orang yang lewat. Ini karena jalan raya itu
bersekutu manfaatnya dan tidak boleh seseorang mengkhususkannya
untuk dirinya selain sekedar keperluan. Begitu pula membuang
sampah di pinggir jalan dan mencerai-beraikan kulit semangka atau
menyiram air di mana dikhawatirkan tergelinciir dan terjatuh8.
4. Kemunkaran-kemunkaran di Kamar Mandi
Di antara kemunkaran-kemunkaran kamar mandi adalah
membuka aurat dan memandangnya. Begitu pula membenamkan
tangan dan bejana-bejana yang najis pada air yang sedikit dan
mencuci sarung dan cambung yang najis di telaga yang airnya sedikit.
Karena hal itu menajiskan air kecuali madzhab Maliki9.
5. Kemunkaran-kemunkaran Pertamuan
Di antaranya adalah menghemparkan kain sutra bagi laki-laki,
maka itu haram. Begitu pula berkumpulnya wanita di bagian atas
rumah untuk melihat laki-laki manakala di kalangan laki-laki itu ada
pemuda-pemuda yang dikhawatirkan timbul fitnah dari mereka.
Begitu pula kalau ada orang laki-laki yang memakai pakaian sutera
atau cincin emas. Maka ini orang fasiq, tidak boleh duduk bersamanya
tanpa dharurat. Begitu pula jika pada perjamuan terdapat orang
7 Ibid, hlm. 461

8 Ibid, hlm. 462

9 Imam Al-Ghazali, Ihya' Ulumuddin Jilid 4, As-Syfa, hlm. 464

AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR 7


pembuat tertawa dengan cerita-cerita dan bermacam-macam
kelangkaan maka kalau ia membuat tertawa dengan perkataan keji
dan dusta, maka tidak datang dan pada saat itu wajib inkar
kepadanya10.

10 Ibid, hal. 466

AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR 8


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Perintah Amar Ma'ruf Nahi Munkar dalam Al-Qur'an dan


Hadits
3.1.1 Ayat Al-Qur'an yang Menjadi Landasan

1. Surat Ali Imran : 104












"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma`ruf dan mencegah dari
yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung"

Tafsir dan Penjelasan

Adh-dhahhak berkata: Mereka itu adalah khusus para sahabat,


khusus para mujahidin dan ulama.

Abu Jafar al-baqir berkata: Rasulullah pernah membaca ayat

. Lalubeliau bersabda:

( , )
Kebajikan itu adalah mengikuti al-Quran dan Sunnahku.
(HR.Ibnu Mardawih)

Maksud dari ayat ini, hendaklah ada segolongan dari ummat


yang siap memegang peran ini, meskipun hal itu merupakan
kewajiban bagi setiap individu ummat sesuai dengan kapasitasnya,
sebagaimana ditegaskan dalam kitab Shahih Muslim, dari Abu
Hurairah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda:

Barangsiapa melihat kemunkaran, maka hendaklah ia merubah


dengan tangannya, jika tidak mampu, maka hendaklah ia merubah
dengan lisannya dan jika tidak mampu juga, maka hendaklah ia

AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR 9


merubah dengan hatinya dari yang demikian itu merupakan selemah-
lemah iman. (HR.Muslim)

Dan
hendaklahada di antara
kamu segolongan ummat yang menyeru kepada kebajikan, maksud
nya disini adalah agama islam,
Menyuruh kepada yang maruf dan mencegah kepada dari
yang munkar, Mereka itu yakni orang orang yang menyeru,
menyuruh, dan mencegah. mereka adalah orang-
orang yang beruntung.Yaitu orang-orang yang memperoleh
kemenangan.
Kata mengandung makna sebagian. Karena apa
yang disebutkan di sini merupakan fardhu kifayah yang tidak
mengikat seluruh umat dan tidak patut dilakukan oleh semua orang
seperti orang yang bodoh (tidakberilmu). Namun ada yang
berpendapat bahwa kata itu berstatus zaidah (tambahan).
Maksudnya hendaklah kamu semua menjadi umat.

Amar maruf nahi munkar merupakan kewajiban yang


dibebankan Allah Subhanahu wataala kepada umat islam sesuai
kemampuannya. Ditegaskan oleh dalil Al-Quran dan As Sunnah serta
ijma para Ulama11.

2. Surat al-Araf : 157















"(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang
(namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada
di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma`ruf dan

11 Muhammad Jalaluddin, TafsirJalalain, Pustaka eLBA, hlm. 265

AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR 10


melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan
bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka
segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan
belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang
beriman kepadanya, memuliakannya, menolongnya dan mengikuti
cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al Qur'an), mereka
itulah orang-orang yang beruntung"

Tafsir dan penjelasan













))
Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Ismail menceritakan kepada
kami, dari al-Jurairi, dari Abu Shakhr al-Uqaili, dari seseorang Badui, ia berkata: Aku
pernah membawa kambing perahan ke Madinah pada masa Rasulullah saw. Setelah
selesai menjualnya, aku katakan: Akan aku temui orang ini, lalu akan kudengar petuah
darinya. Kemudian beliau bertemu denganku, sedang (beliau) berada di antara Abu
Bakar dan Umar. Mereka semua berjalan, lalu aku mengikuti mereka sehingga
melewati seseorang dari kaum Yahudi yang sedang membuka Taurat. la membacanya
untuk menghibur dirinya karena puteranya yang paling bagus dan paling tampan akan
meninggal dunia. Lalu Rasulullah bertanya: Aku bertanya kepadamu, demi Yang
menurunkan Taurat, apakah kau mendapatkan di dalam kitabmu ini sifat dan tempat
kemunculanku? la menjawab dengan memberikan isyarat gelengan kepala, yang berarti
tidak. Tetapi puteranya (yang akan mati itu) berkata: Demi Yang menurunkan Taurat,
sesungguhnya kami mendapati di dalam kitab kami sifat dan tempat kemunculanmu.
Dan sesungguhnya aku bersaksi bahwasanya tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi)
selain Allah dan aku bersaksi bahwa engkau adalah Rasul Allah. Kemudian Rasulullah
bersabda: Hindarkan orang-orang Yahudi itu dari saudaramu ini. Setelah itu, beliau
mengkafani dan menshalatkannya. (Hadits ini jayyid qawiyy [baik dan kuat] serta
mempunyai bukti yang memperkuatnya dalam kitab shahih, dari Anas).
Ibnu Jarir meriwayatkan dari `Atha bin Yasar, ia mengatakan, aku pernah
bertemu dengan Abdullah bin Amr, lalu kukatakan: Beritahukan kepadaku mengenai

AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR 11


sifat Rasulullah saw. yang terdapat di dalam Taurat! la menjawab: Baiklah, demi
Allah, beliau disifati di dalam Taurat sama dengan sifat beliau di dalam al-Quran:
Wahai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu sebagai saksi, pembawa berita gembira,
dan pemberi peringatan, juga sebagai pelindung bagi kaum ummiyyin (orang-orang
yang tidak dapat membaca dan menulis). Engkau adalah hamba dan Rasul-Ku.
Sebutanmu al-Mutawakkil (yang berserah diri), tidak berperangai jahat dan kasar, serta
tidak diwafatkan Allah sehingga (sebelum) ia dapat menegakkan agama yang telah
menyimpang dengan mengajak mereka mengucapkan, bahwa tidak ada Ilah (yang
berhak diibadahi) melainkan hanya Allah semata. Yang dengannya ia membuka
quluuban ghulfan wa adzanan shumman wa ayanan amiyyan (hati yang tertutup,
telinga yang tuli dan mata yang buta)
Selanjutnya `Atha berkata: Lalu kutemui Kaab dan kutanyakan hal tersebut
kepadanya, namun jawabannya tidak berbeda, hanya saja ia meIjawab: Telah datang
kepadaku, lalu ia berkata: quluuban ghuluufiyan wa adzanan shumuumiyan wa
ayanan amuumiyan (hati yang tertutup, telinga yang tuli dan mata yang buta).
Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam kitab Shahihnya, dari Muhammad bin
Sinan, Fulaih, dari Hilal bin Ali. Dan ia menyebutkan hadits yang sama dengan
isnadnya. Dan setelah ungkapannya: Tidak berperangai jahat dan kasar, ia
menambahkan: Dan tidak suka berteriak-teriak di pasar dan tidak membalas keburukan
dengan keburukan, akan tetapi ia suka memaafkan dan mengampuni.


Dan firman Allah:


( ) ) Yang
menyuruh mereka mengerjakan yang baik dan melarang mereka dari mengerjakan yang
mungkar.) Demikian itulah sifat Rasulullah saw yang tertulis dalam kitab-kitab yang
turun sebelum al-Quran. Dan demikian itu pula keadaan Rasulullah saw., beliau tidak
menyuruh melainkan kebaikan dan tidak mencegah melainkan kejahatan. Sebagaimana
yang dikatakan oleh Abdullah bin Masud. Jika engkau mendengar Allah berfirman:
yaa ayyuHal ladziina aamanuu (Hai orang-orang yang beriman,) maka hendaklah
engkau memasang pendengaranmu, karena seperti itu merupakan kebaikan yang engkau
diperintahkan untuk mengerjakannya, atau keburukan yang engkau diperintahkan untuk
menghindarinya.
Di antara yang terpenting dan paling agung dari pengutusan beliau adalah
perintah untuk beribadah kepada-Nya semata, yang tiada sekutu bagi-Nya serta larangan

AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR 12


untuk beribadah kepada selain-Nya. Sebagaimana hal itu telah diemban oleh seluruh
Rasul sebelum beliau. Allah Taala berfirman yang artinya: Dan sesungguhnya Kami
telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat [untuk menyerukan]: Beribadahlah kepada
Allah saja dan jauhilah thaghut. (an-Nahl: 36)
Dari Abu Humaid dan Abu Usaid ra. bahwasannya Rasulullah saw. telah
bersabda:
Jika kalian mendengar hadits dariku, sedang hati kalian dapat mengenalnya, perasaan
dan kulit kalian pun dapat menerimanya dan kalian memandang bahwa ia (hadits) itu
sangat dekat dari kalian, maka aku adalah orang yang paling pertama dekat dengannya
daripada kalian. Dan jika kalian mendengar sebuah hadits dariku, sedang hati kalian
menolaknya, serta perasaan dan kulit kalian pun menjauhinya dan kalian memandang
bahwa ia (hadits) itu sangat jauh dari kalian, maka aku adalah orang yang paling jauh
darinya daripada kalian. (HR. Imam Ahmad, dengan isnad jayyid, tetapi tidak
dikeluarkan oleh seorang pun dari penulis kitab hadits lainnya)
Dan firman-Nya: (




)
(Serta menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka
segala yang buruk.) Artinya, la menghalalkan bagi mereka apa-apa yang sebelumnya
mereka haramkan terhadap diri mereka sendiri, seperti binatang; bahiirah, saa-ibah,
washiilah, ham (Lihat tafsir surat al-Maa-idah, ayat 103) dan lain sebagainya, yang
karenanya mereka telah mempersempit diri mereka sendiri. Juga mengharamkan bagi
mereka semua hal yang buruk.
Ali bin Abi Thalhah menuturkan, dari Ibnu Abbas: Misalnya; daging babi, riba
dan berbagai makanan haram yang mereka halalkan, yang telah diharamkan oleh Allah
Taala. Sebagian ulama mengatakan, setiap makanan yang dihalalkan Allah adalah baik
dan bermanfaat dalam badan dan agama. Dan setiap makanan yang diharamkan Allah
Taala, adalah buruk dan berbahaya dalam badan dan agama.
Firman-Nya: (




)
(Dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada
mereka.) Maksudnya, bahwa ia datang dengan membawa kemudahan. Sebagaimana
yang disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan melalui beberapa jalan, dari Rasulullah
saw. beliau bersabda: Aku diutus dengan (agama yang) haniifiyyatis samhah (lures,
bersih dari syirik, yang penuh kemudahan). (HR Ahmad)

AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR 13


Dan Rasulullah pernah berpesan kepada kedua amirnya, Muadz bin Jabal dan
Abu Musa al-Asyari, ketika beliau mengutus keduanya ke Yaman: Sampaikanlah
berita gembira dan janganlah kalian membuat orang lari. Berikanlah kemudahan dan
jangan mempersulit, serta hendaklah kalian saling bersepakat dan janganlah berselisih.
(Muttafaqalaih)
Salah seorang Sahabat Rasulullah saw, Abu Barzah al-Aslami berkata: Aku pernah
menemani Rasulullah saw. dan aku pernah menyaksikan kemudahan yang
disampaikannya. Umat-umat terdahulu sebelum kita merasa sempit atas syariat yang
diberikan kepada mereka. lalu Allah mempermudah dan memperluas urusan umat ini.
Oleh karena itu Rasulullah bersabda: Sesungguhnya Allah memberi maaf bagi umatku
yang terbersit dalam dirinya, selama ia belum mengucapkan atau mengerjakannya.
Beliau juga bersabda: Dimaafkan atas umatku kesalahan, kelupaan dan apa yang
dipaksakan kepada mereka. (HR Ibnu Majah, Baihaqi dll)
Oleh karena itu, Allah telah membimbing umat ini untuk berdoa:
Ya Rabb kami, janganlah Engkau menghukum kami jika kami lupa atau bersalah. Ya
Rabb kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana
Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Rabb kami, janganlah
Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Berikanlah
maaf kepada kami, ampunilah kami, dan berilah rahmat kepada kami. Engkaulah
penolong kami, maka tolonglah kami terhadap orang-orang yang kafir. (QS. Al-
Baqarah: 286)
Dan dalam Shahih Muslim ditegaskan, bahwa Allah Taala menjawab setiap
permohonan tersebut, Qad faaltu, qad faaltu (Sungguh, Aku telah melakukannya.
Sungguh, Aku telah melakukannya.)

Firman Allah selanjutnya:( (






(Maka orang-orang yang beriman kepadanya, memuliakannya, dan
menolongnya.) Maksudnya, mengagungkan dan menghormatinya.

Sedangkan firman-Nya: ((



( Dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya.) Yaitu,

al-Quran dan wahyu yang dibawanya untuk disampaikan kepada umat manusia.

AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR 14


Ulaa-ika Humul muflihuun (Mereka itulah orang-orang yang beruntung.) Yakni di
dunia dan di akhirat12.

3. Surat Al-Hajj : 41









(Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di
muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat,
menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang
mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan.

Tafsir dan Penjelasan


Ayat diatas menyatakan bahwa mereka itu adalah orang-orang
yang jika Kami anugerahkan kepada kemenangan dan Kami teguhkan
kedudukan mereka di muka bumi, yakni Kami berikan mereka
kekuasaan mengelola satu wilayah dalam keadaan mereka merdeka
dan berdaulat niscaya mereka yakni masyarakat itu melaksanakan
shalat secara sempurna rukun, syarat dan sunnah-sunnahnya dan
mereka juga menunaikan zakat sesuai kadar waktu, sasaran dan cara
penyaluran yang ditetapkan Allah, serta mereka menyuruh anggota-
anggota masyarakat agar berbuat yang maruf, yakni nilai-nilai luhur
serta adat istiadat yang diakui baik dalam masyarakat itu, lagi tidak
bertentangan dengan nilai-nilai Ilahiah dan mereka mencegah dari
yang munkar; yakni yang dinilai buruk lagi diingkari oleh akal sehat
masyarakat, dan kepada Allah-lah kembali segala urusan. Dialah yang
memenangkan siapa yang hendak dimenangkan-Nya dan Dia pula
yang menjatuhkan kekalahan bagi siapa yang dikehendaki-Nya, dan
Dia juga yang menentukan masa kemenangan dan kekalahan itu.
Ayat diatas mencerminkan sekelumit dari ciri-ciri masyarakat
yang diidamkan Islam, kapan dan dimanapun, dan yang telah terbukti

12Abdullah bin Muhammad, Ibnu Katsir Jilid 3, Pustaka As-Syafi'I, hlm. 465

AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR 15


dalam sejarah melalui masyarakat Nabi Muhammad saw. dan para
sahabat beliau.
Masyarakat itu adalah yang pemimpin-pemimin dan anggota-
anggotanya secara kolektif dinilai bertakwa, sehingga hubungan
mereka dengan Allah swt. sangat baik dan jauh dari kekejian dan
kemunkaran, sebagaimana dicerminkan oleh sikap mereka yang
selalu melaksanakan shalat dan harmonis pula hubungan anggota
masyarakat, termasuk antar kaum berpunya dan kaum lemah yang
dicerminkan oleh ayat diatas dengan menunaikan zakat. Disamping
itu mereka juga menegakkan niali-niai yang dianut masyarakat, yaitu
nilai-nilai maruf dan mencegah perbuatan yang munkar. Pelaksanaan
kedua hal tersebut menjadikan masyarakat melaksanakan kontrol
sosial, sehingga mereka saling ingat mengingatkan dalam hal
kebajikan, dan saling mencegah terjadinya pelanggaran.
Dalam hal kependidikan kita tahu bahwa penanaman nilai ketakwaan
sangatlah penting untuk menumbuhkan moral bangsa yang baik.
Penanaman sikap ketakwaan dapat dilaksanakan apabila pendidikan
itu dilandaskan pada pembelajaran yang berpondasikan Islam.
Dari situlah kita sebagai calon tenaga pendidik haruslah
mengerti bagaimana menanamkan sikap ketakwaan sebagai
cerminan dari surat Al-Hajj ayat 41. Yaitu dengan cara mengajarkan
sikap untuk selalu mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan
berlomba-lomba dalam kebaikan.
Tujuan pendidikan yang utama dalam Islam menurut Al-Quran
adalah agar terbentuk insan-insan yang sadar akan tugas utamanya
di dunia ini sesuai dengan asal mula penciptaannya. Sehingga dalam
melaksanakan proses pendidikan, baik dari sisi pendidik atau anak
didik, harus didasari sebagai pengabdian kepada Allah SWT semata.
Saatnya kita kembali kepada rujukan yang tidak ada cacatnya yaitu
Al-Quran. Al-Quran ternyata lebih memiliki system yang
komprehensif dan integritas dibandingkan system pendidikan dunia
barat. Islam mempunyai tujuan utama yaitu mendapatkan ridho

AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR 16


Allah SWT, diharapkan dengan diterapkan tujuan ini di dalam
pendidikan, manusia bisa menjadi orang-orang yang bermoral,
mempunyai kualitas, dan bermanfaat, tidak hanya buat diri sendiri
tetapi juga buat keluarga, masyarakat, Negara, bahkan buat ummat
manusia sedunia dengan landasan mendapatkan ridho Allah SWT.
Abdul Fatah Jalal menyatakan bahwa tujuan pendidikan yang
dapat dilihat dari ayat ini yaitu mengemukakan tentang tujuan
pendidikan yang membentuk masyarakat yang diidam-idamkan, yaitu
mempunyai pemimpin dan anggota-anggota yang bertakwa,
melaksanakan shalat, menunaikan zakat, menegakkan nilai-nilai
maruf (perkembangan positif) dalam masyarakat dan mencegah
perbuatan yang munkar.
Untuk itu hendaklah kita benahi pendidikan kita yang telah terpedaya
dengan system yang dibuat oleh dunia barat. Dari sekarang
hendaklah kita pada umumnya dan pendidik pada khususnya
merubah tujuan pendidikan kita, yaitu untuk mendapatkan ridho
Allah S.W.T. dan menjadi hamba Allah yang patuh terhadap perintah-
Nya. apabila tujuan kita berlandaskan dengan ini, maka dunia akan
terjamin keselamatannya, dan manusia akan mempunyai moral yang
berakhlak mulia. Sehingga dapat kita capai tujuan akhir dari
pendidikan seperti yang dikatakan oleh Muhammad Athiyah al-
Abrasyi, yaitu: Terbinanya akhlak manusia. Manusia benar-benar siap
untuk hidup didunia dan diakhirat. Ilmu dapat benar-benar dikuasai
dengan moral manusia yang mantap dan manusia benar-benar
terampil bekerja di dalam masyarakat13.

3.1.2 Hadits yang Menjadi Landasan


1. Hadis pertama



- 2686




:

" :
:
13 Muhammad Ibrahim, Tafsir Al-Qurthubi, Pustaka Azzam, hlm. 180-181

AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR 17











: :




"


Diriwayatkan dari Numan bin basyir r.a dari nabi SAW, beliau
bersabda, perumpamaan orang yang selalu melaksanakan hukum-
hukum Allah dan orang yang terjerumus di dalamnya, bagaikan orang
yang membagi tempat di dalam kapal, sebagian mendapat bagian di
atas dan sebagian di bawah. Ketika orang-orang yang di bawah
membutuhkan air, mereka harus naik ke atas, tentunya akan
mengganggu orang yang di atas. Oleh karena itu, (yang di bawah)
berkata, kami akan melubangi kapal ini agar tidak mengganggu
orang-orang yang berada di atas. Jika yang di atas membiarkan hal
itu, niscaya semua akan binasa, tetapi jika yang di atas menyadari
dan mencegah mereka yang di bawah, maka semua akan selamat.
(HR.Bukhari).

Takhrij Hadis

Hadis ini secara lafdziyah diriwayatkan oleh Bukhari (Shahih al-Bukhari, 3:237)
dengan mata rantai sanad: Umar ibn Hafs ibn Ghayyats dari ayahnya (Hafs ibn
Ghayyats) dari Amasy dari Syabi dari Numan ibn Basyir. Hadis semakna dengan lafal
sedikit berbeda diriwayatkan juga oleh Bukhari (Shahih al-Bukhari, 3: 182) dengan
mata rantai sanad: Abu Nuaim Zakaria Amasy Syabi Numan ibn Basyir. Juga
diriwayatkan oleh Tirmidzi dengan mata rantai sanad: Ahmad ibn Muni Abu
Muawiyah Amasy Syabi Nukman ibn Basyir. Selain itu hadis ini juga
diriwayatkan oleh Ahmad ibn Hanbal (Musnad Ahmad, 4: 268, 269), dan oleh al-
Humaidi (Musnad al-Humaidi, 3:919). Hadis ini berkualitas shahih sebagaimana yang
dikemukakan oleh imam Bukhari.

Penjelasan Hadis

AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR 18


Penulis An-Nawawi menyitir hadits Numan bin Basyir Al-
Anshari r.a ini ke dalam bab amar ma;ruf nahi munkar. Dari nabi
SAW, bahwasanya beliau bersabda , perumpamaan orang yang
selalu melaksanakan hukum-hukum Allah dan orang yang terjerumus
di dalamnya,.
Melaksanakan perintah maksudnya istiqomah dalam
menjalankan perintah allah, lalu melakanakan kewajiban lalu
meninggalkan keharaman. Sedangkan orang yang terjerumus di
dalamnya maksudnya yang terjerumus dalam had allah, yaitu orang
yang mengerjakan perbuatan haram dan meninggalkan kewajiban.
Mereka bagaikan orang yang membagi tempat di kapal, sebagian
mendapat bagian di atas dan sebagian di bawah. Ketika orang orang-
orang yang di bawah membutuhkan air,mereka harus ke atas,
tentunya mereka akan menganggu orang yang di atas.Sehingga (yang
di bawah) berkata, kami akan melubangi kapal ini sehingga tidak
mengganggu orangoramg yang berada di atas. Begitulah yang
mereka inginkan.
Nabi bersabda, Jika yang di atas membiarkan hal itu, niscaya
semuanya akan binasa karena jika yang di bawah melubangi perahu,
air akan masuk kemudian perahu akan tenggelam.tetapi jika yang di
atas menyadari dan mencegah mereka yang di bawah,maka mereka
akan selamat. Yaitu baik yang di bawah atau yang di atas akan
selamat.
Perumpamaan yang dibuat Nabi SAW ini memiliki makna dan
hikmah yang sangat tinggi. Manusia yang memeluk agama allah
seperti orang yang berada di dalam perahu, yang berlayar di atas
laut dan diterpa oleh gelombang. Jika jumlah mereka banyak maka
sebagian mereka harus ada di bawah dan sebagian harus ada di atas
sehingga beban perahu seimbang dan mereka tidak berdesak-
desakan. Keselamatan perahu itu menjadi tanggung jawab bersama.
Oleh karena itu, jika ada seorang penumpang perahu itu yang ingin
merusaknya, mereka harus memegang kedua tangannya agar tidak

AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR 19


melakukan pengerusakan. Jika itu tidak mereka lakukan maka
mereka semua akan binasa. Begitulah agama allah. Jika orang-orang
rasionalis, ilmuan, dan agamawan mampu mengeliminir orang-orang
bodoh maka akan selamat. Akan tetapi, jika mereka membiarkan apa
yang mereka inginkan niscaya mereka akan binasa seluruhnya14.

2. Hadis Kedua


( 49)


-
. : -
: :


:

:



..
"Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam, bersabda: Barangsiapa di
antara kamu melihat kemungkaran hendaklah ia mencegah
kemungkaran itu dengan tangannya. jika tidak mampu, hendaklah
mencegahnya dengan lisan, jika tidak mampu juga, hendaklah ia
mencegahnya dengan hatinya. Itulah selemah-lemah iman.
Takhrij Hadis

Hadis ini diriwayatkan oleh imam Muslim dalam kitab Shahihnya


(1: 167) dengan mata rantai sanadnya dari:

1. Muslim Abu Bakar ibn Abi Syaibah Waki Sufyan Qays ibn
Muslim Thariq ibn Syihab Abu Said al-Khudriy Rasulullah;

2. Muslim Muhammad ibn Mutsanna Muhammad ibn Jafar


Syubah Qays ibn Muslim Thariq ibn Syihab Abu Said al-
Khudriy Rasulullah.

3. Muslim- Abu Kuraib Muhammad ibn Allai Abu Muawiyah


Amasy Ismail ibn Roja Ayahnya (Roja) Abu Said al-
Khudriy Rasulullah.

14 Al-Utsaimin Muhammad, Syarah Riyadhus Shalihin. (Jakarta:Darul Falah,2005),


hlm. 892- 894.

AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR 20


Selain Muslim, periwayat hadis ini adalah Ibn Majah (Sunan ibn Majah,
12: 17), Ahmad ibn Hanbal (Musnad Ahmad, 22: 96, 23:79), Baihaqi
Ial-Sunan al-Kubra, 5: 1366) dan Ibn Hibban (Shahih ibn Hibban, 2:
103). Hadis ini berkualitas shahih.

Penjelasan Hadis

1. Memberantas kemunkaran
Semua ulama sepakat bahwa memberantas kemunkaran hukumnya
wajib. Karenanya, setiapmuslim wajib memberantas kemunkaran yang
ada sesuai dengan kemampuan masing-masing, baik dengan tangan,
lisan, atau hatinya.

a. Memberantas kemunkaran dengan hati.


Mampu mengetahui hal-halyang maruf dan mengingkari
kemunkaran melalui hati merupakan fardlu ain bagi setiap individu
muslim dalam kondisi apapun. Barangsiapa yang tidak dapat
membedakan antara kebaikan dan kemunkaran maka ia akan celaka.
Dan Barangsiapa yang mengetahui kemunkaran tapi tidak
mengingkarinya maka ini pertanda hilangnya iman dari hati.

Ali ra.pernah berkata, jihad yang menjadi kunci pertama


kemenangan kalian, adalah jihad dengan tangan, lalu lisan,lalu
dengan hati. Barangsiapa yang tidak mengetahui yang baik, dan tidak
mengingkari dengan hatinya, kemunkaran yang terjadi, maka ia akan
kalah. Sehingga kondisi pun berbalik yang di atas menjadi bawah.

Mengingkari kemunkaran dengan hati hanya dilakukan dalam


kondisi lemah.
Ibnu Masud ra. Berkata,Mungkin di antara kalian ini ada yang akan
mengetahui kemunkaran, tapi tidak mampu memberantasnya dan
hanya bisa mengadu kepada Allah bahwa ia benci kemunkaran itu.
Adapun yang dikatakan lemah atau tidak mampu adalah kondisi di
mana dimungkinkan (jika ia mengingkari kemunkaran dengan tangan

AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR 21


atau lisan) adanya suatu bahaya yang akan menimpa dirinnya dan
tidak bisa menanggung itu semua.
b. Memberantas kemunkaran dengan tangan dan lisan.
Dalam masalah ini terdapat 2 hukum :
1. Fardlu kifayah
Jika suatu kemunkaran diketahui oleh lebih dari satu orang, dari
masyarakat muslim, maka hukum memberantas kemumkaran
tersebut adalah fardlu kifayah.
2. Fardlu Ain
Hukum ini berlaku bagi individual yang mengetahui kemunkaran dan
mampu untuk memberantasnya.
2. Pemahaman yang harus diubah.
Ada sebagian masyarakat yang mempunyai pemahaman salah
terhadap amar maruf nahi munkar. Ketika mereka tidak mampu/
enggan melaksanakannya, mereka berdalih dengan ayat ini.

Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu, orang yang sesat ini
tidak akan member mudharat kepadamu apabila kamu telah
mendapatkan petunjuk.(Al-Maidah : 105).

Imam Nawawi berkata, Yang benar dalam memahami ayat di


atas adalah sesungguhnya jika kalian menunaikan apa yang telah
diwajibkan kepada kalian,maka orang-orang selain kalian, yang tidak
mau menunaikannya tidak akan mencelakakan kalian.

Ini senada dengan firman Allah,Dan seorang yang berdosa


tidak akan memikul dosa orang lain. (Al-Anam : 164).

Jika demikian, maka yang diwajibkan adalah amar maruf nahi


munkar.
3. Amar Maruf nahi munkar terhadap orang yang diyakini tidak akan
menerimanya.
Para ulama berpendapat, bahwa Amar Maruf nahi munkar terhadap
orang yang diyakini tidak akan menerimanya itu wajib,karena yang
diwajibkan hanyalah menyampaikan, sedang menerima atau tidak
bukan tanggung jawab kita.
4. Cara melakukan amar maruf nahi munkar

AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR 22


Melakukan amar maruf nahi munkar haruslah dengan sabar, ikhlas,
saling menasihati dan bukan malah membuat kekacauan dan tidak
dengan paksaan. Dan hendaklah melakukan amar maruf nahi munkar
dengan lemah lembut. Imam syafiI berkata, Barangsiapa yang
menasihati saudaranya secara sembunyi-sembunyi maka ia benar-
benar telah memberi nasehat. Sedangkan barangsiapa yang
menasihati saudaranya di hadapan orang banyak,maka ia telah
15
membuka aibnya.

3.2 Refleksi Contoh Amar Ma'ruf Nahi Munkar

Di antara contoh yang bisa kita telaah dan pahami adaah sebagai
berikut:

1. Diriwayatkan, bahwa Muawiyah r.a pernah menahan gaji.


Berdirilah Abu Muslim al Khaulani seraya berkata padanya, "wahai
Muawiyah, sesungguhnya harta itu bukan hasil jerih payahmu,
bukan pula hasil jerih payah ayahmu, dan bukan pula hasil jerih
payah ibumu." Perawi (Abu Nuaim) berkata, 'Makanakum (tetaplah
ditempatmu sekalian). 'Lalu dia menghilang dari pandangan
orang-orang yang hadir beberapa saat, kemudia datang lagi di
depan mereka sementara dia telah mandi, seraya berkata,
'Sesungguhnya Abu Muslim telah berbicara kepadaku yang
menimbulkan kemaharanku dan sesungguhnya aku pernah
mendengar Rasulullah SAW bersabda,

15 Mushthafa Dieb Al-Bugha, Muhyidin Mistu, Al-Wafi menyelami makna 40 hadits


Rasulullah SAW: syarah kitab Arbain An-Nawawiyah, Al-Itishom Cahaya Umat, hlm.
289

AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR 23


"Marah itu dari pengaruh setan. Setan diciptakan dari api dan api
dapat dipadamkan dengan air, maka jika salah seorang di antara
kamu marah, hendaklah ia mandi. (H.R. Abu Dawud)16

2. Diantara yang pernah dijadikan dalil (alasan) oleh al Makmun al


Abbasi (salah seorang Khalifah Abbasiyah) ketika ada yang
menasihatinya dengan kasar dank eras. Dia berkata, "Wahai laki-
laki, berlemahlembutlah, sebab Allah SWT telah mengutus rasul
yang baik darimu (yaitu Nabi Musa a.s) kepada orang yang lebih
jahat dariku (Fir'aun), tetapi Allah menyuruhnya bersikap lembut.
Dia berfirman, (Q.S. Thaahaa: 44)

(44: )

"Maka katakanlah olehmu berdua (hai Musa dan Harun) padanya


(Fir'aun) dengan perkataan yang lemah lembut, semoga dia ingat
(sadar) atau merasa takut."17

3. Hamad bin Salmah berkata, "Sesungguhnya Shilat bin Usyaim


pernah dilewati oleh seorang laki-laki yang memakai kain sampai
menjulur ke bawah (melewati mata kakinya). Ketika melihat itu,
para sahabat Shilat ingin menangkapnya dengan cara kekerasan,
tetapi Shilat berkata, 'Biarkan aku yang menghadapinya. 'Lalu dia
berkata, 'Wahai putra saudaraku, sesungguhnya kau mempunyai
keperluan padamu. 'Dia berkata, 'Apa keperluanmu wahai paman!'
Dia berkata, 'Aku senang jika kamu menaikkan kainmu. 'Maka dia
menjawab, 'Baiklah, semoga engkau mulia. 'Maka dia pun
menaikkan kainnya. Selanjutnya Shilat berkata pada teman-

16 Ayyub, Hasan, Etika Islam, Trigenda Karya, hlm. 674

17 Ibid, hlm. 676

AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR 24


temannya, 'Jika mereka mencacinya, dia akan menjawab tidak dan
kamu tidak mulia serta menelamu semua."18

3.3 Analisis Penulis


Dalam kehidupan modernisasi sekarang ini banyak sekali kaum
muslimin dan muslimat yang terinfeksi akibat dampak perkembangan
zaman era teknologi canggih, sehingga kerap sekali mengabaikan
nilai-nilai ketakwaan kita terhadap Allah SWT, khususnya dalam ber-
Amar Maruf dan Nahi Munkar. Kehidupan yang serba hedonis yang
dialami oleh manusia di abad ini dapat sekali memicu terjadinya
kemungkaran baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu kita sebagai generasi islami harus mengetahui hal-hal apa
yang bersifat Maruf dan hal- hal apa saja yang bersifat Munkar.
Berikut ini adalah keutamaan dari Amar Maruf dan Nahi Munkar :
1. Amar maruf dan nahi munkar merupakan profesi dan tugas
agung para rasul alaihimus salam, Allah Taala berfirman :








Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat
(untuk menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut
itu". (QS.16:36)

Maksud dan penjelasan dari keutamaan Amar Maruf dan Nahi


Munkar yang per-tama adalah bahwasannya ini merupakan amanah
yang di sampaikan oleh Allah SWT agar para rasul dapat
mengaplikasikan Amal Maruf dan Nahi Munkar pada masa itu, yang
di yakini dengan ketetapan firman Allah dalam Al-quran surat An-nahl
ayat 36 yaitu Allah SWT menyuruh kaum muslim agar menjauhi
Thagut ( patung-patung ) berha-la karena itu merupakan bagian dari
hal yang Munkar dan agar menyembah Tuhan yang Ahad yaitu Allah
SWT.

18 Ibid, hlm. 678

AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR 25


2. Termasuk sebagai ciri-ciri orang-orang beriman.

sebagaimana firman Allah Taala :











Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang
memuji (Allah), yang melawat, yang ruku`, yang sujud, yang
menyuruh berbuat ma`ruf dan mencegah ber-buat mungkar dan yang
memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang- orang
mu'min itu. (QS.9:112)

Sebaliknya, orang-orang yang kerap berbuat kemungkaran dan


kerusakan seperti yang difirmankan-Nya :
















Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan
sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat
yang munkar dan melarang berbuat yang ma`-ruf dan mereka
menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka
Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orangmunafik itulah
orang-orang yang fasik. (QS.9:67)

Maksud dan penjelasan dari ayat tersebut ialah, nasihat dan


rasa kasih sayang atas orang-orang yang beriman, dan adanya
harapan yang dapat menyelamatkan mereka dari ke-terjerumusan diri
mereka dalam ancaman dan murka Allah SWT baik di dunia maupun
di akhirat. Mengagumkan Allah SWT membesarkan dan mencintainya,
dan bahwa Dia lah Dzat yang pantas untuk ditaati maka Dia tidak
didurhakai, Dzat yang pantas untuk diingat maka Dia tidak

AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR 26


dilupakan dan Dzat yang pantas bagi tempat yang bersyukur maka
Dia tidak diingkari.

3. Diantara bentuk dari kebaikan umat ini, adalah amar maruf dan
nahi munkar.
Allah Taala berfirman :

"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,


menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah.(QS.Al-Imron :110)"

Maksudnya disini ialah umat manusia pada dasarnya dilahirkan


ke dunia dalam keadaan yang fitrah dan dalam keadaan yang baik,
dan Allah SWT memerintahkan agar umat manusia selalu berbuat
kebaikan dan menjauhkan kepada yang munkar.

Dari ayat suci Al-Quran diatas dapat dijelaskan bahwa


sesungguhnya Allah SWT Maha Kuat lagi Maha Perkasa dan Maha
Mengetahui, serahkanlah urusan permaslahatan didunia kepada Allah
SWT karena hanya kepadaNYA kita berserah diri.

AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR 27


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Dimana umat muslim, untuk itu mendapatkan perintah untuk berbuat baik dan
menjauhi perbuatan munkar. Untuk bagaimana dapat terciptanya kebaikan dan
dijauhinya kemunkaran tersebut, lahirlah perintah untuk melakukan anjuran untuk
berbuat baik dan meninggalkan kemunkaran yang dikenal sebagai amar ma'ruf nahi
munkar.
Dengan adanya peran amar maruf nahi munkar yang dialamatkan kepada
setiapin divide maupun kepada masyarakat secara luas, maka keburukan, kerusakan dan
kemudharatan tersebut dapat ditiadakan atau diminimalisir serta sebaliknya kebaikan
dan kemaslahatan akan dapat diciptakan. Sehingga peran amar maruf nahi munkar ini
sangatlah besar dirasakan manfaatnya bagi seluruh hamba Allah Yang Maha Pemurah.

AMAR MA'RUF NAHI MUNKAR 28

Anda mungkin juga menyukai