: Pratikum Waris
Dosen Pengampu
: Laras Shesha
6 PA C
Disusun Oleh
Abda Achdani
:13621065
Dodi Borman
:1362106
2016
BAB I
A. Latarbelakang
Setiap manusia pasti akan meninggal dunia, secara otomatis pasti akan meninggalkan
anak, kerabat-kerabat, dan yang lainnya, bahkan harta pun akan ditinggalkannya. Harta
yang ditinggalkan ini akan menjadi warisan yang harus dibagikan kepada orang-orang
tertentu sesuai syara, agar tidak terjadi perselisihan dan permusuhan antar anggota, maka
pembagian harus sesuai dengan syara yakni berdasarkan ilmu mawaris.
Dalam ilmu mawaris diterangkan orang-orang yang berhak mendapatkan ahli waris,
jadi akan memudahkan dalam pembagiannya. Oleh karena itu penyusun akan
memaparkan makalah yang berjudul Menghitung Pembagian Ahli Waris yang
ditinggalkan Terdiri dari Furudh, Ashabah, Terhijab
B. Rumusan Masalah
a. Apa Pengertian Ashabul Furudh dan Bagaimana Menyelesaikannya ?
b. Apa pengertian Ashabah dan Bagaimana Menyelesaikannya ?
c. Apa Pengertian Hijab dan Bagaimana Menyelesaikannya ?
C. Tujuan
Untuk memberikan informasi kepada pembaca tentang Pengertian Ashabul Furudh
dan
Bagaimana
Menyelesaikannya, Apa
pengertian Ashabah
dan
Bagaimana
BAB II
A. Ashabul Furud
Kata furud merupakan jamak dari kata al fardl , menurut hasanain Muhammad
Makhluf yang dikutif oleh Suparman Usman mengemukakan Bahwa , faradh adalah
Saham (bagian) yang telah ditentukan oleh syara untuk para ahli waris dalam
menerima harta warisan . 1
Dari uraian diatas yang dimaksud Ashabul furud atau Dzawil Furudh adalah para
ahli waris yang mempunyai bagian tertentu yang telah ditetapkan oleh syarah (dalam Alquran), yang bagian itu tidak akan bertambah atau berkurang , kecuali dalam masalahmasalah yang terjadi radd atau aul2.
a) Penerima bagian setengah
1. Suami: ketika tidak ada anak keturuan yang mewarisi, artinya tidak adanya anak
laki-laki dan perempuan serta anak laki-laki dari anak laki-laki.
2. anak perempuan jika ia sendirian atau anak tunggal dan tidak ada anak laki-laki.
3. cucu perempuan dari anak laki-laki: jika dia sendirian dan tidak ada ahli waris
ashabah, dan tidak ada anak laki-laki, anak perempuan, sebab anak laki-laki bisa
menghalanginya untuk mendapatkan setengah.
4. saudara sekandung: jika ia sendirian dan tidak ada ahli waris ashabah, tidak ada
penghalang, dan tidak adanya anak perempuan atau anak perempuan dari anak
laki-laki.
5. perempuan seayah: jika dia sendirian dan tidak ada ahli waris ashabah, tidak
adanya anak laki-laki atau perempuan, dan saudara perempuan sekandung.
b) Penerima bagian seperempat
1. Suami: dengan adanya anak/ cucu yang mewarisi.
2. Seorang istri: jika tanpa adanya seorang anak/cucu (keturuan)
c) Penerima bagian Seperdelapan
Istri atau para isteri dengan ketentuan bahwa ia atau mereka mewarisi bersama
farul waris.
d) Penerima Bagian Sepertiga
1. Ibu: ketika tidak ada ahli waris anak/ cucu dan sejumlah saudara perempuan.
2. Sejumlah saudara laki-laki/ saudara perempuan seibu ketika tidak adanya anak
atau ayah laki-laki.
1 Suparman Usman, Fiqh Mawaris, Jakarta:Gaya Media Pratama , 1997, Hal. 65
2 Ibid, Hal.66
3
Suami = 3/13
Ibu = 2/13
Ank pr = 6/13
Cucu pr pncr lk = 2/13
2. Seorang pria meninggal dunia dengan meninggalkan seorang ibu, seorang ayah,
anak laki-laki, saudara kandung laki-laki
Ibu : 1/6
Ayah : 1/6
Anak laki-laki : ash
Saudara kandung laki-laki : hijab
Penyelesaian
1/6+1/6=2/6=4/6
Jadi masing ahli waris mendapatkan
Ibu : 1/6
Ayah :1/6
Anak laki-laki : 4/6
3. Seorang laki-laki meninggal dunia dan meninggalkan 1 anak perempuan dan
seorang ayah.
Ayah : 1/6+ash
Anak pr :
Penyelesaian
1/6+1/2=4/6=2/6
Ayah : 1/6+2/6=3/6
Ank pr : 3/6
B. Ashabah
Ashabah adalah bentuk jama dari kata yakni ahli waris yang mendapat
harta warisan dengan bagian yang tidak ditentukan.5Kata Ashabah Merupakan jamak dari
Ashib yang berarti kerabat seseorang dari pihak bapaknya. Sedangkan ahli faroid
mendefinikan ashabah yaitu setiap orang yang mendapat seluruh harta jika berada
sendirian dan mendapat sisanya setelah Ashabul furudh mendapat bagian mereka yang
telah ditentukan6.
Adapun macam-macam Ashabah adalah
5 Muhammad Bin Shahil Al-utsaimin, Panduan Praktis Hukum Waris,Bogor, Pustaka
Ibnu Kasir,2009,Hal.96
6 Muhammad Ali Ash-shabuni,Ilmu Hukum Waris Menurut Ajaran Islam,Surabaya,
Mutiara Ilmu, 2010, Hal.55
5
a) Ashabah Sababiyah
Ashabah sababiah adalah ashabah yang disebabkan pembebasan budak.7
b) Ashabah Nasabiyah
Ashabah berdasarkan adanya ikatan kekerabatan atau ashabah yang disebabkan
oleh nasab8.
Adapun macam-macam ashabah nasabiah ada 3 macam yakni sebagai berikut:
1. Ashabah Bil Nafsi
Yaitu ahli waris yang karena kedudukan dirinya sendiri berhak menerima
bagian ashabah.9
Contoh:
a) Seseorang meninggal meninggalkan ahli waris sebagai berikut ibu, istri dan
anak laki-laki
Ibu : 1/6
Istri : 1/8
Anak lk : ash
Penyelesaian :
1/6+1/8= 4/24+3/24=7/24=17/24
Jadi bagian ahli waris adalah
Ibu : 4/24
Istri : 3/24
Ank lk : 17/24
b) Seorang meninggal dengan meninggalkan ahli waris yaitu ayah, ibu, isteri,
anak prempuan
Ayah : 1/6 + ash
Ibu : 1/6
Isteri : 1/8
Ank pr :
Penyelesaian
1/6+1/6+1/8+1/2=4/24+4/24+3/24+12/24=23/24=1/24
Jadi bagian masing-masing ahli waris
Ayah : 4/24+1/24=5/24
Ibu : 4/24
Isteri : 3/24
Ank pr : 12/24
2. Ashabah Bil Ghair
Ashabah Bil ghoir adalah Seorang atau sekelompok anak perempuan bersama
seseorang atau sekelompok anak laki-laki, dan seorang atau sekelompok
7 Ibid,Hal.57
8 Suparman Usman Op.Cit, Hal.74
9 Suhrawardi K.Lubis, Hukum Waris Islam, Jakarta,Sinar Grafika, 2007, Hal.99
6
10 Op,cit. Hal.77
11 http://kimentries.blogspot.co.id/2014/12/pengertian-ashabah-dan-macammacamnya.html Diakses pada 22 Maret 2016
7
Hijab secara harfiyah berarti satir, penutup atau penghalang. Dalam fiqh mawaris,
istilah hijab digunakan untuk menjelaskan ahli waris yang jauh hubungan kerabatnya
yang kadang-kadang atau seterusnya terhalang oleh ahli waris yang lebih dekat. Orang
yang menghalangi disebut hajib, dan orang yang terhalang disebut mahjub. Keadaan
menghalangi disebut hijab.12
Macam-Macam Hijab:
1. Hijab Nuqshan
Yaitu penghalang yang menyebabkan berkurangnya bagian seorang ahli waris,
dengan kata lain berkurangnya bagian yang semestinya diterima oleh seorang ahli
waris karena ada ahli waris lain. Dengan kata lain hijab nuqshan Adalah hijab secara
sebagian.13
Para ahli waris yang terkena hijab adalah
a. Suami Yakni Manakala ada Farul waris (dari menjadi )
b. Istri, (dari menjadi 1/8 )
c. Ibu ,( dari 1/3 menjadi 1/6 )
d. Cucu perempuan pancar laki-laki, ( dari menjadi 1/6 )
e. Saudara perempuan sebapak , (dari menjadi 1/6 )
Contoh kasus :
a) Seorang meninggal dunia dengan meninggalkan isteri, ibu , bapak, 2 anak
perempuan.
isteri : 1/8 ( hijab nuqshan, dari 1/4 menjadi 1/8 dikarenakan adanya farul waris )
Ibu : 1/6 ( dari 1/3 menjadi 1/6 dikarenakan farul waris)
Bapak : 1/6+ a
Ank pr :
1/8 +1/6+1/6+1/2= 3/24 + 4/24 + 4/24 + 12/24 = 23/24=1/24
Jadi bagian masing masing ahli waris :
Isteri 3/24
Ibu : 4/24
Bapak : 4/24 + ash ( 1/24 )= 5/24
Anak Pr : 12/24
b) Seorang meninggal dunia dengan meninggalkan isteri, bapak, ibu, dan seorang
anak laki laki
Isteri : 1/8
Bpk : 1/6
Ibu : 1/6
Ank Lk : ash
Penyelesaian
1/8+1/6+1/6=3/24+4/24+4/24= 11/24 = 13/24
12 Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada. 1993, hal. 71
13 Suparman, Op.cit, Hal. 95
8
m. Anak laki-laki paman seayah terhalang oleh: Anak laki-laki, Cucu laki-laki, Ayah
atau kakek, Saudara laki-laki sekansung atau seayah, Saudara perempuan
sekandung atau seayah yang menerima ashabah maal ghair.15
Contoh kasus :
a) Seorang meninggal dunia dengan meninggalkan isteri, anak laki-laki, saudara
laki-laki sekandung, ibu, dan nenek,
Isteri : 1/8
Ank lk : ash
Sdr lk skndung : terhijab atau hijab hirman , karena ada anak laki laki.
Ibu : 1/6
Nenek : terhijab atau hijab hirman karena adanya ibu.
Penyelesaian
1/8+ 1/6=3/24+4/24 = 7/24 = 17/24
Jadi bagian masing-masing ahli waris adalah
Isteri : 3/24
Ibu : 4/24
Ank lk : 17/24
b) Seorang meninggal dunia dengan meninggalkan ahli waris isteri, ibu, saudara
laki-laki sekandung, saudara laki-laki sebapak ,
Isteri =
Ibu = 1/6
Sdr lk skandung = ash
Sdr lk sebapak = terhijab oleh saudara laki-laki.
Penyelesaian
+ 1/6 = 3/12 + 2/12 = 5/12 = 7/12
Jadi bagian masing-masing ahli waris adalah
Isteri = 3/12
Ibu = 2/12
Sdr lk skandung = 7/12.
BAB III
A. Simpulan
Ashabul furud atau Dzawil Furudh adalah para ahli waris yang
mempunyai bagian tertentu yang telah ditetapkan oleh syarah (dalam Alquran), yang bagian itu tidak akan bertambah atau berkurang , kecuali dalam
masalah-masalah yang terjadi radd atau aul
Ashabah adalah bentuk jama dari kata yakni ahli waris yang
mendapat harta warisan dengan bagian yang tidak ditentukan. Kata Ashabah
Merupakan jamak dari Ashib yang berarti kerabat seseorang dari pihak
bapaknya. Sedangkan ahli faroid mendefinikan ashabah yaitu setiap orang
yang mendapat seluruh harta jika berada sendirian dan mendapat sisanya
setelah Ashabul furudh mendapat bagian mereka yang telah ditentukan.
Adapun macam-macam Ashabah adalah
a) Ashabah Sababiyah
Ashabah sababiah adalah ashabah yang disebabkan pembebasan
budak
b) Ashabah Nasabiyah
Ashabah berdasarkan adanya ikatan kekerabatan atau ashabah
yang disebabkan oleh nasab
Adapun macam-macam ashabah nasabiah ada 3 macam yakni
sebagai berikut:
1. Ashabah Bil Nafsi
2. Ashabah Bil Ghair
3. Ashabah Maal Ghair
Hijab secara harfiyah berarti satir, penutup atau penghalang. Dalam
fiqh mawaris, istilah hijab digunakan untuk menjelaskan ahli waris yang jauh
hubungan kerabatnya yang kadang-kadang atau seterusnya terhalang oleh ahli
waris yang lebih dekat. Orang yang menghalangi disebut hajib, dan orang
yang terhalang disebut mahjub. Keadaan menghalangi disebut hijab. Ada 2
macam hijab yaitu hijab Nuqshan yaitu terhalangan sebagian dan hijab hirman
yaitu terhalang seluruhnya.
Daftar Pustaka
11
12