Anda di halaman 1dari 14

MADZAB IMAM SYAFII

Disusun dan Diajukan Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah

: Fiqh Muqoron

Dosen Pengampu

: Budi Birahmat,M.S.I

6 PA C

Disusun Oleh

Abda Achdani

:13621065

Anggara Saputra

:13621079

Faizal Munandar

:13621066

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI


CURUP

2016

BAB I

A. Latar Belakang
Imam empat serangkai adalah imam-imam mazhab fikih dalam islam. Mereka
imam-imam bagi mazhab empat yang berkembang dalam islam. Meeka terkenal sampai
kepada seluruh umat di zaman yang silam dan sampai sekarang. Mereka itu adalah :
1)
2)
3)
4)

Abu Hanifah Annuman


Malik Bin Anas
Muhammad Idris Asy-syafii
Ahmad Bin Muhammad Bin Hambal
.Karena kesuburan dan kemasyhurannya dalam ilmu fikih di samping usaha

mereka yang bermacam-macam terhadap agama islam nama-nama mereka sangat dikenal
pada zaman kejayaannya islam. Mereka bekerja keras untuk menjaga dan menyuburkan
ajaran-ajaran islam kepada seluruh umat lebih-lebih dalam ilmu fikih sejak terbitnya nur
islam.
Namun pada makalah ini akan dibahas lebih spesifik tentang biografi muhammad
idris syafii atau lebih dikenal dengan imam syafii. Imam syafii adalah imam yang
ketiga menurut susunan tarikh kelahiran. Beliau adalah pendukung terhadap ilmu hadist
dan pembaharu dalam agama (mujaddid) dalam abad kedua hijrah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaiamana Biografi Imam SyafiI dan Sejarah Madzab SyafiI ?
2. Bagaimana Pendidikan Imam SyafiI ?
3. Bagaimana Periode Fiqih Imam Syafii
4. Siapa Guru-guru dan Murid-murid Imam SyafiI
5. Apa Dasar-dasar Hukum Iman SyafiI
6. Apa Saja Kitab-kitab Imam SyafiI
C. Tujuan
Untuk informasi kepada pembaca mengenai Bagaiamana Biografi Imam SyafiI
dan Sejarah Madzab SyafiI, Bagaimana Pendidikan Imam SyafiI, Bagaimana Periode
Fiqih Imam SyafiI, Siapa Guru-guru dan Murid-murid Imam SyafiI, Apa Dasar-dasar
Hukum Iman SyafiI , Apa Saja Kitab-kitab Imam SyafiI .
BAB II

A. Biografi Imam SyafiI dan Sejarah Madzab Syafii


Imam SyafiI dilahirkan di Gazah pada bulan Rajab tahun 150 H, (767 M).
Menurut suatu riwayat ,bersamaan dengan wafatnya imam Hanafi. Imam SyafiI wafat di
Mesir pada tahun 204 H (819 M). Nama lengkap Imam SyafiI adalah Abu Abdillah
Muhammad Ibn Idris Ibn Abbas Al-Muththalib Ibn Abd Al-Manaf Ibn Qushay AlQuraisyiy1.
Abd Al-Manaf Ibn Qushay Al-Quraisyiy kakek kesembilan dari imam SyafiI
adalah Abd Manaf ibn Qushay kakek keempat dari Nabi Muhammad Saw. Jadi nasab
Imam SyafiI bertemu dengan Nasab Nabi Muhammad Saw2.
Idris, ayah asy-syafii tinggal di tanah hijaz, ia adalah keturunan arab dari kabilah
qurasy. Kemudian ibunya yang bernama fathimah al-azdiyyah adalah berasal dari salah
satu kabilah di yaman, yang hidup dan menetap di hijaz. Semenjak kecil fathimah
merupakan gadis yang banyak beribadah memegang agamanya dengan kuat dan sangat
taat dengan rabb-Nya. Dia dikenal cerdas dan mengetahui seluk beluk al-quran dan assunah, baik ushul maupun furu (cabang).3
Pemikiran fiqh mazhab ini diawali oleh Imam Syafi'i, yang hidup pada zaman
pertentangan antara aliran Ahlul Hadits (cenderung berpegang pada teks hadist) dan
Ahlur Ra'yi (cenderung berpegang pada akal pikiran atau ijtihad). Imam Syafi'i belajar
kepada Imam Malik sebagai tokoh Ahlul Hadits, dan Imam Muhammad bin Hasan asySyaibani sebagai tokoh Ahlur Ra'yi yang juga murid Imam Abu Hanifah4.
Imam Syafi'i kemudian merumuskan aliran atau mazhabnya sendiri, yang dapat
dikatakan berada di antara kedua kelompok tersebut. Imam Syafi'i menolak Istihsan dari
Imam Abu Hanifah maupun Mashalih Mursalah dari Imam Malik. Namun Mazhab
Syafi'i menerima penggunaan qiyas secara lebih luas ketimbang Imam Malik. Meskipun
berbeda dari kedua aliran utama tersebut, keunggulan Imam Syafi'i sebagai ulama fiqh,
1 Huzaemah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan Madzab, Jakarta, Logos, 1997,
Hal.120
2 Ibid,
3 Syaikh M. Hasan al-jamal,biografi 10 imam besar, jakarta: pustaka alkautsar,2011,Hal. 59
4 https://id.wikipedia.org/wiki/Mazhab_Syafi'i, diakses Pada Tanggal 31 maret 2016
3

ushul fiqh, dan hadits pada zamannya membuat mazhabnya memperoleh banyak
pengikut; dan kealimannya diakui oleh berbagai ulama yang hidup sezaman dengannya5.
B. Pendidikan Imam SyafiI
Meski dibesarkan dalam keadaan yatim dan dalam satu keluarga yang miskin,
tidak menjadikan beliau merasa rendah diri, apalagi malas. Sebaliknya, beliau bahkan
giat mempelajari hadis dari ulama-ulama hadis yang banyak terdapat di Makkah6.
Selama kurang lebih empat tahun, ia hidup di pedesaan bersama kabilah Hudhail
untuk belajar bahasa Arab fasih, syair, dan budaya mereka. Tidak heran, jika imam
Syafii di kemudian hari sangat fasih lisannya dan memiliki perbendaharaan syair Arab
yang luar biasa banyaknya.
Di Makkah, Imam Syafii berguru fiqih kepada mufti di sana, Muslim bin Khalid
Az Zanji sehingga ia mengizinkannya memberi fatwah ketika masih berusia 15 tahun.
Demi ia merasakan manisnya ilmu, maka dengan taufiq Allah dan hidayah-Nya, dia
mulai senang mempelajari fiqih setelah menjadi tokoh dalam bahasa Arab dan syairnya.
Remaja yatim ini belajar fiqih dari para Ulama fiqih yang ada di Makkah, seperti Muslim
bin khalid Az-Zanji yang waktu itu berkedudukan sebagai mufti Makkah.
Kemudian beliau juga belajar dari Dawud bin Abdurrahman Al-Atthar, juga
belajar dari pamannya yang bernama Muhammad bin Ali bin Syafi, dan juga menimba
ilmu dari Sufyan bin Uyainah.
Guru yang lainnya dalam fiqih ialah Abdurrahman bin Abi Bakr Al-Mulaiki, Said
bin Salim, Fudhail bin Al-Ayyadl dan masih banyak lagi yang lainnya. Dia pun semakin
menonjol dalam bidang fiqih hanya dalam beberapa tahun saja duduk di berbagai halaqah
ilmu para Ulama fiqih sebagaimana tersebut di atas.

5 ibid
6 Muhammad Jawad Mughniyah (Penerjemah, Masykur A.B., Afif Muhammad, Idrus
Al-Kaff), Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: Lentera), 2000, hal. 27
4

Pada usianya yang ke-20, beliau meninggalkan Makkah untuk mempelajari ilmu
fiqih dari Imam Malik7. Sebenarnya, pada saat itu, gurunya, Muslim bin Khalid, sudah
memberikan lisensi kepadanya untuk berfatwa, namun Imam Syafii bertekd untuk
memperluas wawasan keilmuannya. Muslim bin Khalid berkata kepadanya, Segenap
pengetahuanku telah engkau pahami dengan baik, dan kini engkau telah dapat berfatwa di
sini8
Sebelum menghadap Imam Malik, Imam Syafii sudah hafal al-Muwatha di luar
kepala. Ia belajar di Madinah selama sembilan tahun sampai Imam Malik wafat pada
tahun 179 H. Dengan diantar Walikota Madinah atas rekomendasi Walikota Makkah,
imam syafii menemui Imam Malik dan diterima secara hormat. Imam Syafii belajar
kepada Imam Malik sambil membantunya mengajar, karena penguasaannya terhadap alMuwatha sudah cukup baik.
Di samping Imam Malik, beliau juga mengambil ilmu dari ulama Madinah
lainnya seperti Ibrahim bin Abu Yahya, Abdul Aziz ad-Darawardi, Athaf bin Khalid,
Ismail bin Jafar, Ibrahim bin Sad dan masih banyak lagi.
Setelah Imam Malik wafat, Imam Syafii kemudian pergi ke Yaman dan bekerja
sebentar di sana. Disebutkanlah sederet Ulama Yaman yang didatangi oleh beliau ini
seperti: Mutharrif bin Mazin, Hisyam bin Yusuf Al-Qadli dan banyak lagi yang lainnya.
Dari Yaman, beliau melanjutkan tour ilmiahnya ke kota Baghdad di Iraq dan di kota ini
beliau banyak mengambil ilmu dari Muhammad bin Al-Hasan, seorang ahli fiqih di
negeri Iraq. Juga beliau mengambil ilmu dari Ismail bin Ulaiyyah dan Abdul Wahhab
Ats-Tsaqafi dan masih banyak lagi yang lainnya.
Sebagaimana dalam sejarah, Imam Syafii hidup pada masa-masa awal
pemerintahan Bani Abbasiyah yang berhasil merebut kekuasaan dari Bani Umayyah.
Pada masa itu, setiap khalifah dari Bani Abbasiyah hampir selalu menghadapi
pemberontakan orang-orang dari kalangan Alawiyah. Kenyataan ini membuat mereka
7 Loc.cit
8 Ibid,
5

bersikap sangat kejam dalam memadamkan pemberontakan orang-orang Alawiyah yang


sebenarnya masih saudara mereka sebagai sesama Bani Hasyim. Dan hal itu
menggoreskan rasa sedih yang mendalam pada kaum muslimin secara umum dan pada
diri Imam Syafii secara khusus. Dia melihat orang-orang dari Ahlu Bait Nabi
menghadapi musibah yang mengenaskan dari penguasa. Maka berbeda dengan sikap ahli
fiqih selainnya, beliau pun menampakkan secara terang-terangan rasa cintanya kepada
mereka tanpa rasa takut sedikitpun, suatu sikap yang saat itu akan membuat pemiliknya
merasakan kehidupan yang sangat sulit.
Sikapnya itu membuatnya dituduh sebagai orang yang bersikap tasyayyu,
padahal sikapnya sama sekali berbeda dengan tasysyu model orang-orang syiah.
Bahkan Imam Syafii menolak keras sikap tasysyu model mereka itu yang meyakini
ketidakabsahan keimaman Abu Bakar, Umar, serta Utsman , dan hanya meyakini
keimaman Ali, serta meyakini kemaksuman para imam mereka. Sedangkan kecintaan
beliau kepada Ahlu Bait adalah kecintaan yang didasari oleh perintah-perintah yang
terdapat dalam Al-Quran maupun hadits-hadits shahih. Dan kecintaan beliau itu ternyata
tidaklah lantas membuatnya dianggap oleh orang-orang syiah sebagai ahli fiqih madzhab
mereka.
Tuduhan dusta yang diarahkan kepadanya bahwa dia hendak mengobarkan
pemberontakan, membuatnya ditangkap, lalu digelandang ke Baghdad dalam keadaan
dibelenggu dengan rantai bersama sejumlah orang-orang Alawiyah. Beliau bersama
orang-orang Alawiyah itu dihadapkan ke hadapan Khalifah Harun ar-Rasyid. Khalifah
menyuruh bawahannya menyiapkan pedang dan hamparan kulit. Setelah memeriksa
mereka seorang demi seorang, ia menyuruh pegawainya memenggal kepala mereka.
Ketika sampai pada gilirannya, Imam Syafii berusaha memberikan penjelasan kepada
Khalifah. Dengan kecerdasan dan ketenangannya serta pembelaan dari Muhammad bin
al-Hasan -ahli fiqih Iraq-, beliau berhasil meyakinkan Khalifah tentang ketidakbenaran
apa yang dituduhkan kepadanya. Akhirnya beliau meninggalkan majelis Harun ar-Rasyid
dalam keadaan bersih dari tuduhan bersekongkol dengan Alawiyah dan mendapatkan
kesempatan untuk tinggal di Baghdad.

Setelah itu, beliau kembali pada kegiatan awalnya, yakni menuntut ilmu. Sekali
lagi, beliau mempelajari fiqih, dari murid Imam Abu Hanifah yang masih ada. Beliau
juga meneliti dan mendalami madzhab Ahlu Rayu. Untuk itu beliau berguru dengan
mulazamah kepada Muhammad bin al-Hassan. Selain itu, kepada Isma il bin Ulayyah
dan Abdul Wahhab ats-Tsaqafiy dan lain-lain. Dalam perantauannya tersebut, beliau juga
sempat mengunjungi Persia, dan beberapa tempat lain9.
Tak lama setelah itu, imam syafii kembali ke Makkah dan mengajar rombongan
jamaah haji yang datang dari berbagai penjuru. Mereka yang telah mendengar nama
beliau dan ilmunya yang mengagumkan, bersemangat mengikuti pengajarannya sampai
akhirnya nama beliau makin dikenal luas. Salah satu di antara mereka adalah Imam
Ahmad bin Hanbal. Melalui mereka inilah, mazhab Syafii menjadi tersebar luas ke
penjuru dunia. Pada tahun 198 H, beliau pergi ke negeri Mesir. Beliau mengajar di masjid
Amru bin As. Beliau juga menulis kitab Al-Um, Amali Kubra, kitab Risalah, Ushul Alfiqh, dan memperkenalkan Waul Jadid sebagai mazhab baru. Adapun dalam hal
menyusun kitab Ushul Fiqh, imam Syafii dikenal sebagai orang pertama yang
mempelopori penulisan dalam bidang tersebut.
Di Mesir inilah akhirnya Imam Syafii wafat, setelah menyebarkan ilmu dan
manfaat kepada banyak orang. Kitab-kitab beliau di Mesir sampai detik ini masih ramai
dibaca orang, dan makam beliau di Mesir sampai detik ini masih ramai diziarahi orang.
Sedang murid-murid beliau yang terkenal, diantaranya adalah: Muhammad bin Abdullah
bin Al-Hakam, Abu Ibrahim bin Ismail bin Yahya Al-Muzani, Abu Yaqub Yusuf bin
Yahya Al-Buwaiti dan lain sebagainya.10
C. Periode Fiqih Imam Syafii
a. Periode Pertama
Makkah adalah periode pertama Imam Syafii berkiprah dalam bidang fiqih.
Setelah meninggalkan kota baghdad, dia tinggal di Makkah selama sembilan tahun.
9 Ibid,
10 Ibid,
7

Di kota Makkah ini dia telah mencurahkan waktunya untuk terjun di dunia ilmu
pengetahuan. di sana ia benar-benar telah mendapatkan kematangan ilmunya dan
mampu menghimpun berbagai hadits yang sebelumnya tidak pernah ia lakukan.
Karena itu, Imam Syafii sering menemukan pertentangan antara hadits yang satu
dengan yang lainnya dan dalam tataran praktis dia harus mengunggulkan satu
pendapat di antara pendapat-pendapat lainnya. Pengunggulan pendapat tersebut bisa
dilihat dari segi sanad hadits yang dijadikan sandarannya atau dari segi ketidak
berlakuan sebuah dalil (nasikh mansukh).
Di Makkah Imam Syafii juga mendalami dalil-dalil al-Quran dan
menghimpun berbagai hadits. upaya tersebut membuatnya tahu sejauh mana
kedudukan hadits di sisi al-Quran kitab ar-Risalah adalah buah karya Imam Syafii
selama periode makkah yang sengaja ia susun atas permintaan Abdurrahman alMahdi.
b. Periode Kedua
Imam Syafii datang ke kota Baghdad pada tahun 195 H. Dia tinggal di sana
selama kurang lebih tiga tahun. Pada masa ini Imam Syafii mulai mengeksplorasi
berbagai pendapat ahli fiqih yang semasa dengannya, pendapat dari para sahabat dan
tabiin. Di masa ini pula Imam Syafii mulai mengekspresikan pendapat-pendapatnya
dengan berpijak pada ushulnya. Kemudian Imam Syafii memilih pendapat yang
lebih mendekati ushulnya.
c. Periode Ketiga
Imam Syafii menghabiskan periode ketiga ini setelah dia pindah ke Mesir
pada tahun 199 H. Di sana dia menetap selama empat tahun, hingga wafat. Di sanalah
Imam Syafii mengalami kematangan-kematangannya.Mengenai sumber fiqihnya,
Imam Syafii memiliki lima sumber yang kesemuanya dituturkan dalam kitabnya alUmm. Dia berkata
Dasar ulama dalam menetapkan hukum adalah Al-Quran dan Sunnah. Jika
tidak ada maka dengan Meng-Qiyaskan kepada Al-Quran dan Sunnah. Apabila
sanad hadisnya bersambung Sampai Kepada Rasullah SAW, dan sahih sanadnya ,
maka itu lah yang dikehendaki. Ijmak sebagai dalil adalah lebih kuat Khabar Ahad
dan menurut zhahirnya. Apabila suatu hadis mengandung arti lebih dari suatu
pengertian maka artinya zhahirlah yang utama. Kalau hadis itu sma tingkatannya,
maka yang lebih shahilah yanglebih utama. Hadis Munqhati tidak dapat dijadikan
dalil kecuali jika diriwayatkan oleh Ibnu Al-Mussayab . suatu pokok tidak dapat
diqiyaskan kepada pokok yang lain dan terhadap pokok dikatakan mengapa dan

bagaimana, tetapi kepada cabang dapat dikatakan mengapa, apa sah mengqiyaskan
cabang kepada pokok , maka qiyas tersebut itu sah dan dapat dijadikan hujjah.
D. Guru dan Murid Imam SyafiI
1. Guru-guru Imam Syafi,I
Guru imam syafii yang pertama adalah muslim khalid az-zinji dan lainlainnya dari makkah. Ketika umur belia 13 tahun beliau mengembara ke madinah. Di
madinah beliau belajar dengan imam malik sampai imam malik meninggal dunia11
a. Gurunya di makkah : muslim bin khalid az-zinji, sufyan bin uyainah, said bin alkudah, daud bin abdur rahman, al-attar dan abdul hamid bin abdul aziz bin abi
daud.
b. Gurunya di madinah : malik bin anas, ibrahim bin saad al-ansari, abdul aziz bin
muhammad ad-dawardi, ibrahim bin yahya, al usami, muhammad said bin abi
fudaik dan abdullah bin nafi as-saigh.
c. Gurunya di yaman : matraf bin mazin, hisyam bin yusuf kadhi bagi kota sana,
umar bin abi maslamah, dan al-laith bin saad.
d. Gurunya di iraq : muhammad bin al hasan, wakibin al-jarrah al-kufi, abu usamah
hamad bin usamah al-kufi, ismail bin attiah al-basri dan abdul wahab bin abdul
majid al-basri.
e. Gurunya di baghdad : muhammad bin al-hasan.
2. Murid-murid ImamSyafiI
a. Di Makkah : abu bakar al-humaidi, ibrahim bin muhammad al-abbas, abu bakar
muhammad bin idris, musa bin abi al-jarud.
b. Di Baghdad : al-hasan as-sabah az-zafarani, al-husin bin ali al karabisi, abu thur
al-kulbi dan ahmad bin muhammad al-asyari al-abasri
c. Di Mesir : hurmalah bin yahya, yusuf bin yahya al-buwaiti, ismail bin yahya almizani, muhammad bin abdullah bin abdul hakam dan ar-rabibin sulaiman al-jizi.
Diantara para muridnya yang termasyhur sekali adalah ahmad bin hanbal, yang
mana beliau telah memberi jawaban kepada pertanyaan tentang imam syafii dengan
katanya : allah taala telah memberi kesenangan dan kemudahan kepada kami melalui
imam syafii.
E. Dasar-Dasar Hukum yang Dipakai Imam SyafiI
11 Ahmad asy-syurbasi, sejarah dan biografi empat imam mazhab, Jakarta,PT. Bumi
aksara,2004,Hal. 141
9

Imam SyafiI terkenal sebagai seorang yang membela madzhab maliki dan
mempertahankan ulama madinah hingga terkenalah beliau dengan sebutan Nasyrus
Sunnah (penyebar Sunnah). Hal ini adalah hasil mempertemukan antara fiqh madina
dengan fiqh irak.12
Mengenai dasar-dasar hukum yang dipakai oleh imam SyafiI sebagai acuan
pendapatnya termaksud dalam kitabnya Ar-Risalah sebagai berikut :
1. Al-Quran, Beliau mengambil makna (arti) yang lahir kecuali jika didapati alasan yang
menunjukan bukan arti yang lahir itu, yang harus dipakai atau dituruti.
2. As-Sunnah , Beliau mengambil sunnah tidaklah mewajibkan yang mutawatir saja,
tetapi yang ahad pun diambil dan dipergunakan pula untuk menjadi dalil , asal telah
mencukupi syarat-syaratnya, yakni selama perawi hadist itu orang kepercayaan , kuat
ingatan dan bersambung langsung sampai pada nabi Saw. Ada pun syarat Imam
SyafiI menerima hadist Ahad adalah sebagai berikut :
a. Perawinya terpercaya. Ia tidak menerima hadist dari orang yang tidak dipercaya.
b. Perawinya berakal , memahami apa yang diriwayatkannya.
c. Perawinya Dhabith (Kuat ingatanya)
d. Perawinya benar-benar mendengarkan sendiri hadist itu dari orang yang
menyampaikan kepadanya.
e. Perawi itu tidak menyalahi para ahli ilmu yang juga meriwayatkan hadist itu13
Tentang hubungan antara sunnah dengan al Qur'an, Syafi'i mengemukakan
bahwa fungsi sunnah sebagai berikut14
a. Sebagai penguat dalil dalil dalam al Qur'an
b. Sebagai penjelas dari ayat ayat al Qur'an yang masih global (mujmal)
c. Sebagai tambahan; artinya mengatur hukum yang belum diatur dalam al Qur'an
3. Ijmak dalam arti, bahwa para sahabat semuanya telah menyepakatinya. disamping itu
beliau berpendapat dan meyakini , bahwa kemungkinan Ijmak dan persuaian paham
bagi segenap ulama itu , tidak mungkin karena berjauhan tempat tinggal dan sukar
berkomunikasi. Imam SyafiI masih mendahulikan hadist Ahad dari pada Ijmak yang
bersendikan ijtihad, kecuali kalau ada keterangan bahwa ijmak itu bersendikan naqal
dan diriwayatkan dari orang ramai hingga sampai kepada Rasullah Saw.
12 Ali Hasan , Perbandingan Madzab , Jakarta, PT. RajaGrafindo Persada 2002
,Hal.211
13 Huzaemah, Op.cit. Hal.129
14 Nasr hamid Abu-Zayd, Imam Syafii Moderatisme Eklektisme Arabisme,
Yogyakarta, LKiS,1997,Hal.29
10

yang dimaksud ijma menurut Imam Syafiri adalah kesepakatan seluruh ulama dalam
kurun waktu yang sama, disana tidak boleh ada seorang pun menyatakan perselisihan
pendapatnya dalam kasus yang dicarikan kesepakatannya. Teori ijma Imam Syafii
tentunya sulit diwujudkan kalau hendak dikatakan tidak mungkin. Namun tampaknya
ide ijma sebagai sumber hokum ini merupakan upaya antisipasif agar masyarakat
islam tetap terpelihara dalam persatuan. Ulama fiqih termasuk Imam SyafiI melihat
pertikaian politik dalam pemerintahan Islam yang melibatkan semua masyarakat
islam sudah sampai pada titik yang membahayakan. Perpecahan ummat yang
disebabkan perbedaan inilah yang dirasa membahayakan persatuan. Lembaga ijma
dimaksudkan untuk menyatukan pandangan di kalangan para ulama. Dengan kesatuan
ulama maka akan terwujudlah persatuan ummat islam15.
4. Qiyas , Imam SyafiI Memakai qiyas apabila dalam tiga dasar hukum diatas tidak
tercantum , juga dalam keadaan memaksa. Hukum qiyas yang terpaksa diadakan itu
hanya mengenai keduniaan atau muamalah , karena segala sesuatu bertalian dengan
urusan ibadat telah cukup sempurna dari al-quran dan as-sunnah Rasullah. Dengan itu
beliau dengan tegas berkata Tidak ada Qiyas dalam Hukum Ibadah. Beliau tidak
terburu-buru menjatuhkan hukum secara qiyas sebelum lebih dalam menyelidiki
tentang dapat atau tidaknya hukum itu dipergunakan16. Dibawah ini beberapa
perkataan beliau tentang hukum qiyas:
a. Imam Ahmad Bin Hambal pernah berkata Saya Pernah berkata kepada
imam SyafiI tentang hal Qiyas ,Maka beliau berkata di kala keadaan
darurat . Artinya beliau mengadakan hukum secara qiyas jika memang
keadaan memaksa.
b. Imam SyafiI pernah berkata saya tidak akan meninggalkan hadis rasul
karena akan memasukan hukum qiyas, dan tridak ada tempat bagi qiyas
berserta sunnah rasulullah. selanjutnya beliau berkata tiap-tiap yang
menyalahi perintah rasullah tentulah jatuh dengan sendirinya dan tidak akan
dapat berdiri tegak, juga qiyas tidak akan tegak selama ada sunnah.

15 Muh. Zuhri, Hukum Islam Dalam Lintasan Sejarah, Jakarta,PT Raja Grafindo,1996,Hal.116117

16 Ali Hasan , Op.cit,Hal. 212


11

Oleh sebab itu imam SyafiI tidak sembarangan mendatangkan atau


mengambil hukum qiyas dan beliau merencanakan beberapa peraturan yang rapi bagi
siapa yang hendak beristidlal (mengambil dalil ) dengan cara Qiyas.17
F. Kitab-Kitab Karangan Asy-SyafiI
Para ulama telah menyebutkan karangan imam asy-syafii yang tidak sedikit
diantara karangannya :
1. Kitab al-umm
Sebuah kitab tebal yang terdiri dari empat jilid dan berisi 128 masalah. Alhafizh ibnu hajar berkata : jumlah kitab (masalah) dalam kitab al-umm lebih dari
140 bab-wallahu alam. Dimlai dari kitab at-thaharah (maslah bersuci) kemudian
kitab (as-shalah) masalah shalat. Begitu seterusnya yang beliau susun berdasarkan
bab-bab fiqih. Kitabnya yang diringkas oleh al-muzani yang kemudian dicetak
bersama al-umm. Sebagian orang ada yang menyangka bahwa kitab ini bukanlah
pena dari imam asy-syafii, melainkan karangan al-buwaiti yang disusun oleh arrabiin bin sulaiman al-muradi.18
2. Kitab Al-Risalah
Adalah kitab pertama yang dikarang oleh Imam Syafi,I pada usia yang
muda belia . kitab ini ditulis atas permintaan Abd. Rahman Ibn Al-Mahdy, di
Makkah, Karena Abd. Rahman Ibn Al-Mahdy meminta kepada beliau agar
menuliskan suatu kitab yang mencakup ilmu tentang arti Al-Quran , hal ikhwal
yang ada dalam Al-quran , Nasih dan Mansukh serta hadist Nabi. Kitab Ini
Setelah dikarang, disalin oleh murid-muridnya, kemudian dikirim ke Makkah.
Itulah sebabnya dinamakan al-Risalah , Karena setelah dikarang, lalu dikirim
kepada Abd. Rahman Ibn Al-Mahdy. 19
Kitab-kitab Imam SyafiI , baik yang ditulisnya sendiri , didik tekan kepada
muridnya , maupun dinisbahkan kepada muridnya , antara lain sebagi berikut :
1. Kitab Al-Risalah, Tentang Ushul Fiqh (riwayat Rabi)
17 Ibid Hal. 209-210
18 Muhammad bin A.W. AL-Aqil, manhaj aqidah imam asy-syafii, pustaka imam
syafii, Hal. 49
19 Huzaemah, Op.cit. Hal.134
12

2. Kitab Al-Umm, sebuah kitab fiqh yang didalamnya dihubungkan pula sejumlah
kitabnya:
a. Kitab Ikhtilaf Abi Hanifah wa Ibn Ali Laila.
b. Kitab Khilaf Ali wa Ibn Masud, sebuah kitab yang menghimpun
permasalahan yang diperselisihkan antara Ali dengan Ibn Masud dan antara
c.
d.
e.
f.
g.
h.
3. Kitab
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Imam SyafiI dengan Abi Hanifah.


Kitab Ikhtilaf Malik wa al-SyafiI
Kitab jamaI al-ilmi
Kitab al-radd Ala Muhammad ibn al-Hasan
Kitab Siyar al-Auzaiy
Kitab Ikhtilaf al-Hadist
Kitab Ibthalu al-Istihsan
al-musnad, berisi hadist-hadist yang terdapat dalam kitab al-Umm yang

dilengkapi oleh sanad-sanadnya.


Al-Imlan
Al-Amaliy
Harmalah (didik tekan kepada muridnya yang bernama Harmalah Ibn Yahya).
Mukhtashar al-Muzaniy (dinisbahkan kepada Imam SyafiI ).
Mukhtashar al-Buwaithiy (dinisbahkan kepada Imam SyafiI ).
Kitab Ikhtilaf al-Hadist ( penjelasan Imam SyafiI tentang hadist-hadist Nabi SAW)20

BAB III
A. Simpulan
Imam SyafiI dilahirkan di Gazah pada bulan Rajab tahun 150 H, (767 M).
Menurut suatu riwayat ,bersamaan dengan wafatnya imam Hanafi. Imam SyafiI wafat di
Mesir pada tahun 204 H (819 M). Nama lengkap Imam SyafiI adalah Abu Abdillah
Muhammad Ibn Idris Ibn Abbas Al-Muththalib Ibn Abd Al-Manaf Ibn Qushay AlQuraisyiyImam Syafi'i kemudian merumuskan aliran atau mazhabnya sendiri, yang dapat
dikatakan berada di antara kedua kelompok tersebut. Imam Syafi'i menolak Istihsan dari
Imam Abu Hanifah maupun Mashalih Mursalah dari Imam Malik. Namun Mazhab
Syafi'i menerima penggunaan qiyas secara lebih luas ketimbang Imam Malik. Meskipun
20 Ibid, Hal-135
13

berbeda dari kedua aliran utama tersebut, keunggulan Imam Syafi'i sebagai ulama fiqh,
ushul fiqh, dan hadits pada zamannya membuat mazhabnya memperoleh banyak
pengikut; dan kealimannya diakui oleh berbagai ulama yang hidup sezaman dengannya
Dasar atau sumber hukun yang digunakan imam syafii dalam melakukan ijtihad
adalah :
a.
b.
c.
d.

Al-quran
Sunnah, baik yang mutawatir maupun yang ahad
Ijmak sahabatan
Qiyas, yaitu keharusan membawa furu (masala baru) kepada ashl (masalah yang sudah
ditetapkan hukumnya dalam nash).
Ada pun kitab-kitab Imam SyafiI , baik yang ditulisnya sendiri , didik tekan
kepada muridnya , maupun dinisbahkan kepada muridnya , antara lain sebagi berikut :
1) Kitab Al-Risalah, Tentang Ushul Fiqh (riwayat Rabi)
2) Kitab Al-Umm,

Daftar Pustaka

Abu-Zayd, Nasr Hamid, Imam Syafii Moderatisme Eklektisme Arabisme, Yogyakarta,


LKiS,1997,
AL-Aqil , Muhammad bin A.W., manhaj aqidah imam asy-syafii, pustaka imam syafii,
Al-Jamal ,Syaikh M. Hasan,biografi 10 imam besar, Jakarta,pustaka al-kautsar,2011,
Asy-Syurbasi ,Ahmad, sejarah dan biografi empat imam mazhab, Jakarta,PT. Bumi aksara,2004,
Mughniyah, Muhammad Jawad(Penerjemah, Masykur A.B., Afif Muhammad, Idrus Al-Kaff),
Fiqih Lima Mazhab, (Jakarta: Lentera), 2000,
Yanggo ,Huzaemah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan Madzab, Jakarta, Logos, 1997,
Zuhri ,Muh, Hukum Islam Dalam Lintasan Sejarah, Jakarta,PT Raja Grafindo,1996

14

Anda mungkin juga menyukai