Anda di halaman 1dari 4

APA ITU HUKUM ISLAM?

- hukum Islam adalah syariat yang berarti aturan yang diadakan oleh Allah
untuk umat-Nya yang dibawa oleh seorang Nabi SAW, baik hukum yang
berhubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun hukum-hukum yang
berhubungan dengan amaliyah (perbuatan) yang dilakukan oleh umat Muslim
semuanya.
- Dasar sumber hukum Islam terbagi menjadi 2 macam
1. Ittifaq/Muttafaq (disepakati)
- Al qur’an
- Hadist
- Ijma’
- Qiyas
2. Ikhtilaf/Mukhtalaf (berbeda pendapat)
- ‘Urf
- Istihan
- Istihab
- Syaddu Dzariah/ Saddu Dzara’i
- Maslahatul Mursalah
- Syar’u Man Qablana
- Mazhab Shahabi
- Dilalatul Iqtiran

NB: FOKUS BAHASAN PADA SUMBER HUKUM 1

KENAPA ADA SUMBER HUKUM ISLAM?


1. AL-QUR’AN
- sumber hukum pertama.
- Semua persoalan yang tumbuh dan berkembang dalam kehidupan harus
diselesaikan dengan berpedoman pada al-quran (QS : AN-NISA 59)
- sebagai petunjuk bagi manusia dan pembimbing membawa kebenaran 9
QS ; AL-BAQARAH: 2 DAN AN-NISA: 105).
- sebagai pedoman hukum dan keharusan mengikuti ajarannya (QS; AL-
MAIDAH:44 DAN AL-‘ARAF:3).

2. HADITS
-sumber hukum kedua setelah al-qur’an
- pedoman dan kewajiban dalam mengikuti perintah rasul sama halnya
dengan mengikuti perintah allah (QS; AL-HASYR :7 DAN AL-IMRAN:31 DAN AN-
NISA:80).
-menjelaskan/melengkapi dan memperkuat tentang ayat-ayat yang bersifat
umum sehingga dipahami secara menyeluruh. (contoh: ayat tentang sholat, ayat
tentang puasa)
- menerangkan maksud dan tujuan ayat sehingga dipahami secara
menyeluruh. ( contoh: kata khoitul abyad dan khoitil aswad AL-BAQARAH;187)
3. IJMA’
“Ijma' adalah kesepakatan sejumlah ahlul hall wa al 'aqd (para ahli yang
berkompeten mengurusi umat) dari umat Muhammad pada suatu masa atas hukum
suatu kasus.” “Konsensus semua mujtahid muslim pada suatu masa setelah Rasul
wafat atas suatu hukum syara' mengenai suatu kasus.”
SEBAB- SEBAB DILAKUKANNYA IJMA’
Adanya persoalan yang harus ditentukan status hukumnya dimana dalam
nash Al-Quran dan As-Sunah tidak ditemukan hukumnya. 
CONTOH IJMA’
-pengumpulan alqur’an di zaman abu bakar shiddiq

4. QIYAS
 qiyas adalah menyamakan sesuatu yang tidak memiliki nash hukum dengan
sesuatu yang ada nash hukum berdasarkan kesamaan illat atau kemaslahatan yang
diperhatikan syara. Qiyas juga dapat diartikan sebagai kegiatan melakukan
padanan suatu hukum terhadap hukum lain.
MACAM-MACAM QIYAS
1. qiyas aulawi= furu’ lebih kuat daripada illat yang terdapat pada asal.
Contoh: mengqiyaskan memukul orang tua dengan keharaman mengatakan
“ah” (a-isra’:23)
2. qiyas musawi= furu’ sama kuatnya dengan illat yang terdapat dalam
hukum.
Contoh: mengqiyaskan keharaman membajar harta anak yatim dengan
memakan harta anak yatim (an-nisa:10)
3. qiyas adna= furu’ lebih lemah daripada illat yang terdapat pada asal
hukum. Cotoh: mengqiyaskan anggur yang halal berubah menjadi haram sebab air
perasannya diendapkan sam halnya seperti khamar.

BAGAIMANA PENEREPAN HUKUM ISLAM?


1. IJAB/WAJIB
Wajib adalah suatu perintah yang harus dikerjakan, di mana orang yang
meninggalkannya berdosa.
PEMBAGIAN WAJIB
a.dipandang dari segi waktu
-WAJIB MUAQQAT perkara yang wajib dilakukan dalam hukum syariat yang
waktunya sudah ditentukan.
-WAJIB MUTLAQ perkara yang wajib dikerjakan dalm hukum syariat tetapi
waktunya tidak ditentukan.
- WAJIB ‘ALAL FAURI perkara yang wajib dikerjakan dengan menyegerakan
pelaksanaanya.
-WAJIB ‘ALAT TARAKHI perkara yang wajib dikerjakan dengan bisa
menunda pelaksanaannya sampai semua syarat sahnya sudah terpenuhi.

NB: wajib ‘alal fauri dan wajib ‘alat tarakhi hanya sebagian pendapat ulama
saja, wajib muaqqat dan wajib mutlaq sudah ‘ijma limhur ulama.
b. dipandang dari segi tuntutan pelaksanaan
-WAJIB ‘AINI/FARDHU ‘AIN perkara yang wajib dilakukan oleh setiap mukallaf
tanpa terkecuali.
-WAJIB KIFA’I/FARDHU KIFAYAH perkara yang wajib dikerjakan dengan
dilaksankan sebagian mukallaf saja sudah mencukupi.
c.dipandang dari segi batasan atau ukuran pelaksanaannya
-WAJIB MUAHHAD perkara yang wajib dikerjakan sesuai dengan batasan/ukuran
yang telah ditentukan.
-WAJIB GHOIRU MUHADDAD perkara yang wajib dikerjakan dengan tidak dibatasi
ukuran dalam pelaksanaannya.
d.dipandang dari segi ketentuan dan pilihan pelaksanaannya
-WAJIB MU’AYYAN perkara yang wajib dikerjakan dengan sudah ditentukan tapa
bisa memilih kecuali harus mengerjakannya.
-WAJIB MUKHOYYAR perkara yang wajib dikerjakan dengan bisa memilih dalam
pelaksanaannya.

2. NADAB/MANDUB/SUNNAH
Ialah anjuran untuk melakukan suatu perbuatan karena perbuatan yang dilakukan
dipandang baik dan sangat disarankan untuk dilakukan. Orang yang melaksanakan
berhak mendapat ganjaran pahala tetapi bila tidak dilakukan atau ditinggalkan maka
tidak apa-apa.
Pembagian sunnah
-dituntut kuat untuk dikerjakan Karena rasulullah selalu rutin mengerjakannya
sebagai penyempurna ibadah yang wajib. Biasannya disebut sunnah muakkadah
atau sunnatul huda. Contoh: solat idul fitri
-sunnah yang dianjukan untuk dikerjakan bagi mukallaf. Biasannya ibadah ini
dilakukan secara sendirian. Contoh: tahajud, dhuha
-sunah yang sifatnya ibadah tambahan untuk melengkapi ibadah mukallaf sebagi
bentuk kecintaan kepada rasulullah, karena ibadah ini mengikuti kebiasaan
rasulullah diluar ibadah. Contoh: cara rasulullah makan, minum, berpakian,dll.

3. TAHRIM/HARAM
Adapun kata haram berasal dari kata dalam bahasa Arab yang artinya sesuatu yang
dilarang.
Pembagian haram
-haram li dzatihi, yaitu perkara yang diharamkan karena dzatnya mengandung
keharaman atau pengharaman yang ditetapkan dari asalnya. Contoh: memakan
babi,darah, bangkai
-haram li ghoirihi, yaitu perkara yang diharamkan karena ada penyebab sehingga
mengandung keharaman atau pengharaman disebabkan sesuatu yang lain.contoh:
zakat hasil penipuan.

4.MAKRUH
Makruh adalah perilaku yang dilarang, tapi larangan tersebut juga tidak bersifat
pasti sebab tidak ada dalil yang menunjukkan hukum haram dari perilaku
tersebut. Jika dilakukan tidak mendapat ganjaran apa-apa.
Pembagian makruh
-makruh lit tahrim, perkara makruh yang mendekati keharaman. Contoh: laki-laki
memakai emas
-makruh lit tanzih, perkara makruh yang awalmnya diperbolehkan tetapi karena
dilakukan berlebihan maka dapat menimbulkan mudharat. Contohnya: makan
berlebihan, bergadang.

5. MUBAH
 mubah adalah suatu perbuatan yang memberikan pilihan kepada mukalaf untuk
melakukannya atau meninggalkannya.

HUKUM WADH’I
Ialah hukum yang berhubungan dengan perbuatan mukallaf yang mengandung
syarat, sebab, terhalang, azimah dan rukhsah, sah dan batal dalam
mengerjakannya.

Anda mungkin juga menyukai