1. Asas Legalitas
• Asas ini mengandung pengertian bahwa
tidak satupun perbuatan yang dianggap
melanggar hukum dan tidak ada satupun
hukuman yang boleh dijatuhkan atas suatu
perbuatan sebelum ada ketentuannya di
dalam suatu aturan hukum
• Asas legalitas dalam Islam bukan hanya
berdasarkan pada akal manusia, tetapi
bersumber dari ketentuan-ketentuan Allah
di dalam al-Quran. Misalnya firman Allah di
dalam Q.S. al-Isra’ (17): 15 yaitu:
• Terjemahnya: Kami tidak akan meng'azab
sebelum Kami mengutus seorang rasul. (Q.S Al
Isra (17): 15)
• Ayat-ayat tersebut juga menunjukkan bahwa di
dalam syariat Islam telah dikenal penerapan asas
legalitas di dalam pemberlakuan hukumnya,
terutama di dalam menerapkan aturanaturan
pidana yang berhubungan langsung dengan
kemaslahatan hidup manusia secara
keseluruhannya (publik). Dan hal itu berarti, bahwa
asas legalitas telah dikenal oleh syariat Islam
sejak al Quran diturunkan (sekitar abad VII
Masehi
2. Asas Tidak Berlaku Surut (Non Retro-aktivity)
• Asas ini berarti bahwa suatu undang-undang atau
aturan harus berlaku hanya atas perbuatan-perbuatan
yang dilakukan setelah aturan-aturan tersebut
diundangkan. Asas ini pada hakikatnya, merupakan
konsekuensi logis dari asas legalitas yang bertujuan
untuk melindungi hak-hak individu dan mencegah
penyalahgunaan kekuasaan dari pihak pemegang
otoritas.Asas ini juga diatur didalam al-Quran dan
hadis. Di antaranya tercermin pada beberapa kasus di
dalam al-Quran, seperti pada beberapa ayat berikut:
• Terjemahnya: Dan janganlah kamu kawini
wanita-wanita yang telah dikawini oleh
ayahmu, terkecuali pada masa yang telah
lampau. Sesungguhnya perbuatan itu Amat
keji dan dibenci Allah dan seburuk-buruk jalan
(yang ditempuh). (Q.S An Nisa (4): 22)
• Ayat-ayat tersebut menggambarkan kebiasaan
orang-orang Arab sebelum Islam datang.
Kebiasaan-kebiasaan tersebut di antaranya masih
dipertahankan ketika para sahabat
memelukagama Islam, termasuk di antaranya
model perkawinan yang di singgung pada ayat-
ayat tersebut. Tetapi Allah tidak akan
menghukum para sahabat karena perbuatan-
perbuatan yang mereka belum ketahui
ketentuannya.
• Secara berangsur-angsur aturan-aturan pidana dirampungkan pada
masa nabi setelah melewati berbagai jenjang penyadaran, sehingga
di dalam catatan sejarah, penerapan syariat Islam pada masa Nabi
Saw. Membawa hasil maksimal:
• Hukum waris baru rampung diundangkan pada tahun ketiga Hijriyah.
• Aturan-aturan tentang perkawinan baru tuntas pada tahun ketujuh
Hijriyah.
• Pelarangan minum minuman keras, judi dan lainnya baru tuntas pada
tahun kedelapan hijriyah.
• Aturan hudud dan qishas baru tuntas pada tahun kedelapan hijriyah.
• Abu A’la al-Maududi, 1995, Hukum dan Konstitusi Sistem Politik
Islam, Mizan, Bandung, hlm. 115
3. Asas Praduga Tidak Bersalah (The Presumption of
Innocence)
• Asas ini merupakan suatu konsekuensi lain dari
asas legalitas yang mengandung pengertian,
bahwa pada dasarnya setiap orang berhak
berbuat dan tidak dianggap bersalah sampai
pasa saat ia dipanggil untuk diperiksa oleh hakim,
sehingga benarbenar terbukti kesalahannya dan
divonis oleh hakim sebagai orang yang telah
melanggar (bersalah) dengan tanpa keraguan