Anda di halaman 1dari 24

SUMBER HUKUM

ISLAM
KELOMPOK 4

ANGGOTA KELOMPOK :
o AMALIA OCTA REZA (2013353038)
o ANNISA DIAH TININGRUM (2013353004)
o DHELAZIA EKA AULIA (2013353049)
o NAFISA ARIFA FIRDAUS (2013353018)
o REGITA AYUNI DEWI (2013353028)

Dosen Pembimbing : Abi Agus Mukhandar, S.Pd., M.PdI.

SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK


TINGKAT 1 REGULER 1
T.A. 2020/2021
PENGERTIAN SUMBER HUKUM ISLAM
 Hukum, menurut kamus besar Bahasa Indonesia yaitu peraturan atau adat
yang secara resmi dianggap mengikat dan mempunyai konsekuensi logis
yang dikukuhkan oleh penguasa atau pemerintah.

 Menurut ulama' fiqih, hukum adalah: akibat yang timbul atau kewajiban atau
konsekuensi yang harus dijalani karena tuntutan syari'at agama (Al-Qur'an
dan hadits) yang berupa; al-wujub, al-mandub, al-hurmah, al-karahah dan al-
mubahah.

Jadi, Sumber Hukum Islam adalah sesuatu yang menjadi dasar hukum, acuan
atau pedoman dalam syariat Islam.
MACAM-MACAM SUMBER HUKUM ISLAM
 Al-Qur’an
 Hadits
 Ijtihad

Para fuqaha (ulama ahli fiqih) sepakat bahwa sumber hukum Islam adalah Al-
Qur'an dan hadits. Berdasarkan sabda Nabi Saw.;
ِ ‫هللا َو ُس َن َة َرس ُْو ِل‬
) ‫هللا (رواه البخارى ومسلم‬ ِ ‫اب‬ َ ‫ْن لَنْ َتضِ لُّ ْوا أَ َب ًدا َما َت َم َّس ْك ُت ْم ِب ِه َما ِك َت‬
ِ ‫ت فِ ْي ُك ْم أَمْ َري‬
ُ ‫َت َر ْك‬
Artinya: "Aku tinggalkan kepadamu dua perkara, apabila kamu berpegang teguh
pada kedua perkara tersebut niscaya kamu tidak akan tersesat selama-lamanya.
Kedua perkara tersebut ialah kitab Allah (Al-Qur'an) dan sunah Rasulullah." (HR.
Bukhari dan Muslim)
Sedangkan ijtihad merupakan suatu pendapat dari ulama yang berkompeten
dalam hal itu untuk mendapatkan hukum dari suatu masalah hukum yang belum
ada ketetapannya dengan mengambil sumber dari Al-Qur'an dan hadits.
AL-QUR’AN

Pengertian Al-Qur’an

 Al-Qur'an dari segi bahasa artinya adalah bacaan

 Secara istilah al-Qur'an adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada nabi
Muhammad Saw. melalui malaikat Jibril as., untuk disampaikan kepada
manusia sebagai pedoman hidup, agar mendapatkan kebahagiaan di dunia
maupun di akhirat dan bagi yang membacanya termasuk ibadah.
Kedudukan dan Fungsi Al-Qur'an

o Sebagai sumber hukum Islam yang pertama dan utama.


o Sebagai pedoman dan petunjuk hidup bagi manusia dalam menjalani
kehidupannya untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat
o Sebagai penyempurna kitab-kitab sebelumnya
o Sebagai wahyu Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
o Sebagai mukjizat terbesar bagi Nabi Muhammad SAW.
HADITS

Pengertian Hadits

o Hadits secara bahasa yaitu hadatsa-yuhaditsu-haditsan yang artinya kabar


atau sesuatu yang baru.

o Hadits menurut istilah yaitu segala ucapan, perbuatan dan ketetapan atau
persetujuan yang bersumber dari nabi Muhammad saw
Hadits dilihat dari segi materinya dapat dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu;

o Hadits qauliyah yaitu hadits atas dasar perkataan/ucapan nabi Muhammad


Saw.
o Hadits fi'liyah yaitu hadits atas dasar perbuatan yang dilakukan nabi
Muhammad Saw.
o Hadits taqririyah yaitu hadits atas dasar persetujuan nabi Muhammad Saw.
terhadap apa yang dilakukan para sahabatnya.
Hadits dilihat dari banyaknya perawi yang menjadi sumber berita,
hadits itu terbagi menjadi dua macam, yaitu :

o Hadits Mutawatir, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh banyak orang dan
memiliki banyak sanad

o Hadits Ahad, yaitu hadits yang diriwayatkan tidak banyak orang.


Para ulama membagi hadits dalam tiga tingkatan, yaitu;

   Hadits Shahih, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, dan
sempurna ketelitiannya, sanadnya bersambung sampai Rasulullah Saw. dan
tidak memiliki cacat (illat)

  Hadits Hasan, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang adil, dan
tetapi kurang teliti, sanadnya bersambung sampai Rasulullah Saw., tidak
memiliki cacat (illat) dan tidak berlawanan dengan orang yang lebih
terpercaya.

 Hadits Dhaif, yaitu hadits yang tidak memenuhi syarat-syarat hadits shahih,
dan juga tidak memenuhi syarat-syarat hadits hasan.
Kedudukan Fungsi dan Hadits

o Sebagai sumber hukum Islam yang kedua setelah Al-Qur'an.


o Sebagai penguat hukum yang sudah disebutkan dalam Al-Qur'an.
o Sebagai penafsir atau penjelas hukum dalam Al-Quran.
o Hadist menetapkan hukum-hukum yang tidak terdapat dalam Al-Qur'an
IJTIHAD

Pengertian Ijtihad

o Ijtihad berasal dari kata ijtahada-yajtahidu-ijtihadan yang artinya


mencurahkan tenaga, bersungguh-sungguh.

o Menurut istilah, ijtihad artinya berusaha dengan sungguh-sungguh untuk


memecahkan suatu persoalan yang tidak ada ketetapan hukumnya, baik
dalam al-Qur'an maupun hadits.
Syarat-syarat Berijtihad

 Orang Islam, dewasa, sehat akalnya serta memiliki kecerdasan.


 Memahami ulumul Qur'an dan ulumul hadits terutama yang berkaitan
dengan masalah hukum-hukum, asbabun  nuzul, nasikh mansukh, tarikh,
musthalah hadits, asbabul wurud, matan hadits, tingkatan hadits dan
kedudukan serta hal ikhwal perawinya.
 Memahami bahasa Arab dengan segala kelengkapannya.
 Memahami ilmu usulul fiqih (pokok-pokok fiqih)
 Memahani masalah ijma' atau pendapat ulama' terdahulu
 Hal yang diijtihadkan merupakan persoalan yang tidak ada dalil qath'inya
dalam Al-Qur'an atau hadits.
Kedudukan dan Fungsi Ijtihad

 Ijtihad merupakan sumber hukum Islam yang ketiga setelah Al-Qur'an dan
hadits
 Ijtihad merupakan sarana untuk menyelesaikan persoalan-persoalan baru
yang muncul dengan berpedoman pada Al-Qur'an dan hadits
 Ijtihad merupakan salah satu cara yang disyari'atkan untuk menyelesaikan
permasalahan social dan kenegaraan dengan ajaran-ajaran Islam.
 Ijtihad merupakan wadah untuk mencurahkan pikiran-pikiran kaum muslimin
Bentuk-bentuk Ijtihad

 Ijmak yaitu kesepakatan para ulama dalam menetapkan hukum suatu


masalah yang belum diterangkan dalam Al-Qur'an dan hadits.
 Qiyas yaitu menyamakan permaslahan yang terjadi dengan masalah lain
yang sudah ada hukumnya karena ada kesamaan sifat atau alasan.
 Istihsan yaitu menetapkan hukum suatu masalah yang tidak dijelaskan
secara rinci dalam Al-Qur'an dan hadits, yang didasarkan atas
kepentingan/kemaslahatan umum.
 Istishab yaitu meneruskan berlakunya hukum yang telah ada dan telah
ditetapkan karena suatu dalil sampai ada dalil lain yang merubah
kedudukan hukum tersebut.
 Istidlal yaitu menetapkan hukum suatu perbuatan yang tidak disebutkan
secara rinci dalam Al-Qur'an atau hadits dengan didasarkan karena telah
menjadi adat istiadat atau kebiasaan masyarakat setempat.
 Maslahah mursalah yaitu perkara yang perlu dilakukan demi
kemaslahatan sesuai dengan maksud syara' dan hukumnya tidak
diperoleh dari dalil secara langsung dan jelas.
 Urf yaitu kebiasaan yang dilakukan oleh sekelompok orang, baik dalam
ucapan ataupun perbuatan.
 Zara'i yaitu perbuatan  yang menjadi jalan untuk mencapai maslahah
atau menghilangkan madarat.
HUKUM TAKLIFI

Pengertian Hukum Taklifi

Hukum taklifi adalah hukum yang menjelaskan tentang perintah, larangan, dan


pilihan untuk menjalankan sesuatu atau meninggalkannya.

Contoh hukum yang menunjukkan perintah, seperti mendirikan shalat,


membayar zakat, berhaji ke Baitullah bagi yang mampu dan lain sebagainya.
Hukum Taklifi, sebagaimana dalam ilmu fiqih dapat digolongkan menjadi 5
(lima), yaitu:

  Wajib/fardhu atau Al-Wujub (perintah yang harus dikerjakan) yaitu suatu


perbuatan yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan jika ditinggalkan
mendapat dosa.
Dari segi pelaksanaannya wajib itu dibagi menjadi dua, yaitu :
o Wajib 'ain (fardhu 'ain) yaitu perbutan yang harus dikerjakan setiap orang
yang mukalaf. Seperti shalat lima waktu, puasa ramadhan dan birrul
walidain (berbuat baik kepada orang tua)
o Wajib kifayah (fardhu kifayah) yaitu perbuatan yang harus dilakukan oleh
sekelompok muslim, apabila perbuatan itu sudah dilakukan oleh sebagian muslim
maka sebagian yang lainnya tidak dikenai kewajibannya.
  Sunnah atau Al-Mandub (anjuran) yaitu perbuatan yang apabila dikerjakan
mendapat pahala dan apabila tidak kerjakan tidak berdosa.
Sunnah ditinjau dari kekuatan anjurannya dibagi menjadi dua;
o  Sunah muakad yaitu perbuatan yang sangat dianjurkan untuk dikerjakan
oleh setiap individu muslim, seperti shalat rawatib, shalat tarawih, shalat
hari raya, dll.
o Sunah ghairu muakadah yaitu sunah biasa maksudnya perbuatan yang
tidak begitu dianjurkan untuk dilakukan.
 Makruh atau Al-Karohah (sesuatu yang tidak disukai) yaitu perbuatan yang
lebih baik ditinggalkan, jika tidak lakukan juga tidak berdosa.
Hukum makruh terbagi menjadi dua bagian, yaitu:
o Makruh tahrim, yaitu larangan yang pasti yang didasarkan pada dalil
dzanni (dalil yang masih mengandung keraguan).
o Makruh tanzih, yaitu suatu larangan syara', tetapi larangan tersebut tidak
bersifat pasti karena tidak ada dalilnya. Menurut pendapat ahli fiqih pelaku
makruh tidaklah tercela, sedangkan orang yang meninggalkannya adalah
terpuji.
 Mubah atau Al-Mubahah (boleh) yaitu suatu perbuatan yang tidak ada dosa
atau pahala bagi yang mengerjakan atau meninggalkannya. Misalnya seperti
makan, minum, tidur.

 Haram atau Al-Hurmah (larangan) yaitu suatu perbuatan yang apabila


dikerjakan mendapat dosa, tetapi jika ditinggalkan mendapat pahala, seperti
berzina, mencuri.

Anda mungkin juga menyukai