Anda di halaman 1dari 7

Nama : Zakiatul Ifzi

Nim : 22061070
Prodi : Pendidikan Teknik Bangunan
Tugas agama pertemuan ke 6

RESUME SYARIAH ISLAM

A. Pengertian Syariah Islam


Syariat secara bahasa, berarti : ‘jalan yang lurus’ atau ‘sumber mata air’. Jadi orang
yang menjalankan Syariat berarti berjalan di atas jalan yang benar(lurus). Dan orang yang
tak menjalankan Syariat berarti berjalan melalui jalan yang salah alias salah jalan.
Demikian juga dengan pengertian ‘mata
air’. Orang yang memegang Syariat berarti ada di sekitar sumber mata air. Ia tidak akan
kehausan sedangkan kebutuhan pada air adalah kebutuhan mutlak dalam hidup.
Sementara orang yang tidak memegang Syariat berarti jauh dan mata air. Ia akan
terancam kehausan dan kekeringan.
Secara terminologi, artinya: “Semua yang ditetapkan Allah atas hamba-Nya berupa
agama (dien) dari berbagai aturan”. Juga bisa didefinisikan: “Hukum-hukum yang
ditetapkan oleh Allah l. untuk hamba-Nya, baik melalui Al-Qur’an ataupun dengan
Sunnah Nabi n. berupa perkataan, perbuatan dan pengakuan.”
Maksudnya Syariat islam mencakup semua aturan yang ada dalam Islam, termasuk
Aqidah, Hukum, dan Akhlak. Jadi Syariat ialah Islam itu sendiri. Namun belakangan kata
Syariat diartikan para Ahli sebagai SistemHukum dalam Islam.

B. Sumber Syariah Islam


Sumber-sumber ajaran Islam, berkaitan pula dengan sumber-sumber hukum
Islam. Yang dimaksud sumber hukum adalah dasar-dasar pijakandalam pengambilan
keputusan hukum. Para ulama sepkat bahwa sumber hukum dalam Islam adalah
sebagai berikut :
1. Al-Qur‟an
Al Quran adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW.
Tulisannya berbahasa Arab dengan perantaraanMalaikat Jibril.
Al-Qur‟an adalah kalam Allah ta‟ala yang diturunkan kepada Rasul
dan Nabi-Nya, Muhammad shallallaahu „alaihi wasallam, diawali dengan surat Al-
Fatihah dan diakhiri dengan surat An-Naas. Al Quran juga merupakan hujjah atau
argumentasi kuat bagi Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan risalah
kerasulan dan pedoman hidup bagi manusia serta hukum-hukum yang wajib
dilaksanakan. Hal ini untuk mewujudkan kebahagian hidup di dunia dan akhirat serta
untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Al Quran sebagai kalam Allah SWT
dapat dibuktikan dengan ketidaksanggupan atau kelemahan yang dimiliki oleh
manusia untuk membuatnya sebagai tandingan, walaupun manusia itu adalah orang
pintar.
Allah ta‟ala berfirman,
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur‟an kepadamu (hai
Muhammad) dengan berangsur-angsur.” (Al-Insaan: 23) Dan firman-Nya

“Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur‟an dengan berbahasa


Arab, agar kamu memahaminya.” (Yusuf: 2)

Allah ta‟ala telah menjaga Al-Qur‟an yang agung ini dari upaya perubahan,
penambahan, pengurangan atau pun 26 menggantikannya. Dia ta‟ala telah menjamin
akan menjaganya sebagaimana dalam firman-
Nya,

“Sesunggunya Kami-lah yang menurunkan Al-Qur‟an dan sesungguhnya Kami


benar-benar memeliharanya.” (Al-Hijr: 9)
Oleh karena itu, selama berabad-abad telah berlangsung namun tidak satu pun
musuh-musuh Allah yang berhasil untuk merubah isinya,menambah, mengurangi atau
pun menggantinya. Allah SWT pasti menghancurkan tabirnya dan membuka tipu
dayanya.
2. Hadits
Al-Hadis adalah adalah suatu perkataan atau berita . Hadis Rasul adalah suatu
perkataan, berita, informasi yang berasal dari Rasulullah SAW. Sedangkan Al-
Sunnah adalah jalan hidup yang dilalui, atau yang di jalani atau sesuatu yang telah
dibiasakan. Sunnah Rasul adalah apa yang biasa di jalankan dalam kebiasaan hidup
Rasulullah SAW baik berupa perkataan, perbuatan maupun persetujuan Rasul.

Seluruh umat Islam telah sepakat dan berpendapat serta mengakui bahwa sabda,
perbuatan dan persetujuam Rasulullah Muhammad SAW tersebut adalah sumber hukum
Islam yang kedua sesudah Al Quran. Banyak ayat-ayat di dalam Al Quran yang
memerintahkan untuk mentaati RasulullahSAW seperti firman Allah SWT dalam Q.S Ali
Imran ayat 32:

Katakanlah (Muhammad), "Taatilah Allah dan Rasul. Jika kamu berpaling, ketahuilah
bahwa Allah tidak menyukai orang-orang kafir."
Al Hadits sebagai sumber hukum yang kedua berfungsi sebagai penguat, sebagai
pemberi keterangan, sebagai pentakhshis keumuman, dan membuat hukum baru yang
ketentuannya tidak ada di dalam Al Quran. Hukum-hukum yang ditetapkan oleh
Rasulullah Muhammad SAW ada kalanya atas petunjuk (ilham) dari Allah SWT, dan
adakalanya berasal dari ijtihad.

3. Ijma
Ijma‟ adalah kesepakatan seluruh ulama mujtahid (yang berijtihad) dari kaum
muslimin pada suatu masa setelah wafatnya Rasulullah SAW atas sesuatu hukum
syara dalam satu kasus” . Sedangkan Imam Syafi'i memandang ijma sebagai sumber
hukum setelah Al Quran dan sunah Rasul. Dalam moraref atau portal akademik
Kementerian Agama bertajuk Pandangan Imam Syafi'i tentang Ijma sebagai Sumber
Penetapan Hukum Islam dan Relevansinya dengan perkembangan Hukum Islam
Dewasa Ini karya Sitty Fauzia Tunai, Ijma' adalah salah satu metode dalam
menetapkan hukum atas segala permasalahan yang tidak didapatkan di dalam Al-
Quran dan Sunnah. Sumber hukum Islam ini melihat berbagai masalah yang timbul di
era globalisasi dan teknologi modern.
Jumhur ulama ushul fiqh yang lain seperti Abu Zahra dan Wahab Khallaf,
merumuskan ijma dengan kesepakatan atau konsensus para mujtahid dari umat
Muhammad pada suatu masa setelah wafatnya Rasulullah SAW terhadap suatu
hukum syara' mengenai suatu kasus atauperistiwa.
Ijma dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu ijma sharih dan ijmasukuti.
1) Ijma sharih atau lafzhi adalah kesepakatan para mujtahid baik melalui
pendapat maupun perbuatan terhadap hukum masalah tertentu. Ijma
sharih ini juga sangat langka terjadi, bahkanjangankan yang dilakukan
dalam suatu majelis, pertemuan tidakdalam forum pun sulit dilakukan.

2) Ijma sukuti yaitu kesepakatan ulama melalui cara seorang mujtahid atau
lebih mengemukakan pendapatanya tentang hukumsatu masalah dalam masa
tertentu kemudian pendapat itu tersebar luas serta diketahui orang banyak.
Tidak ada seorangpun di antara mujtahid lain yang menggungkapkan
perbedaan pendapat atau menyanggah pendapat itu setelah meneliti
pendapat itu.

3) Ijma sukuti yaitu kesepakatan ulama melalui cara seorang mujtahid atau
lebih mengemukakan pendapatanya tentang hukumsatu masalah dalam masa
tertentu kemudian pendapat itu tersebar luas serta diketahui orang banyak.
Tidak ada seorangpun di antara mujtahid lain yang menggungkapkan
perbedaan pendapat atau menyanggah pendapat itu setelah meneliti
pendapat itu.

4) Ijma sukuti yaitu kesepakatan ulama melalui cara seorang mujtahid atau
lebih mengemukakan pendapatanya tentang hukumsatu masalah dalam masa
tertentu kemudian pendapat itu tersebar luas serta diketahui orang banyak.
Tidak ada seorangpun di antara mujtahid lain yang menggungkapkan
perbedaan pendapat atau menyanggah pendapat itu setelah meneliti
pendapat itu.
4. Al-Qiyas
Sumber hukum Islam selanjutnya yakni qiyas (analogi). Qiyas adalah
mempersamkan suatu hukum dalam suatu kasus yang tidak terdapat nash dengan
suatu kasus hukum yang lain yang dinashkan, karena persamaan ilat hukum. Dalam
hal ini Djazuli juga mengutip pendapat ulama Indonesia Hasby Ash Shiddieqy yang
mengatakan bahwa : Pada masa shabat, qiyas diartikan dengan mengembalikan
ssuatu dengan maksud Syara kepada kaidah-kaidah yang umum , dan kepada ilat-ilat
yang lekas difahami yang tidak berselisih lagi. Atau dengan kata lain . Qiyas adalah
bentuk sistematis dan yang telah berkembang fari ra'yu yang memainkan peran yang
amat penting
Sebelumnya dalam kerangka teori hukum Islam Al- Syafi'i, qiyas menduduki
tempat terakhir karena ia memandang qiyas lebih lemah dari pada ijma. Karena
persamaan ilat hukum. Imam Syafii mengatakan
“Setiap kejadian /peristiwayang terjadi pda seorang muslim, pasti ada hukumnya, dan
dia wajib mengikuti nash ( dalil al-Qur‟an dan alHadis), apabila ada nashnya.
Apabila tidak ada nashnya maka dicari dari permasalahannya (dalalah-nya) di atas
jalan yang benar degan ijtihad danijtihad itu adalah qiyas”

C. Pembagian Syariat Islam


Jika dilihat dari pembagian hukum islam, memiliki beberapa bagian. Ada yang
hukumnya wajib, ada yang hukumnya sunnah, haram, makruh dan mubah.:

1. Wajib
Saya yakin, banyak yang menyadari betul kata wajib satu ini. Dikatakan wajib apabila
mengerjakan perbuatan akan mendapatkan pahala. Apabila meninggalkan kewajiban, akan
mendapatkan siksa atau dosa. Kecuali bagi orang yang tidak mengetahui ilmu/aturan.
2.Sunnah

Dikatakan sunnah apabila seseorang yang mengerjakan perintah akan mendapatkan pahala.
Jika tidak mengerjakannya pun tidak dosa atau tidak disiksa. Hanya saja, banyak orang yang
menyarankan untuk mengerjakan sunnah, karena sayang jika ada kesempatan mengumpulkan
amal, tidak dimanfaatkan.
3.Haram
Dalam kehidupan sehari-hari, umat muslim memiliki banyak aturan yang menyangkut
tentang ke-halal-lan dan mana yang haram. Dikatakan haram apabila hal-hal yang dilarang tetap
dilanggar, akan dicatat sebagai dosa. Jika meninggalkan hal-hal yang haram, maka akan dicatat
mendapatkan pahala.

4.Makruh
Dikatakan makruh apabila aturan yang dimakruhkan di tinggalkan, maka jauh lebih baik.
sedangkan jika yang dimakruhkan tetap dilakukan, maka kurang elok atau kurang baik. Baik
itu kurang baik untuk diri sendiri atau orang lain.
Misalnya, merokok, bagi diri sendiri tidak baik untuk kesehatan. Bagi orang pun juga kurang
baik.

5.Mubah

Dikatakan mubah hal-hal yang dibolehkan dalam agama dibolehkan di kerjakan atau yang
seharusnya di tinggalkan tidak di kerjan Dikatakan sunnah apabila seseorang yang mengerjakan
perintah akan mendapatkan pahala. Jika tidak mengerjakannya pun tidak dosa atau tidak
disiksa. Hanya saja, banyak orang yang menyarankan untuk mengerjakan sunnah, karena sayang
jika ada kesempatan mengumpulkan amal, tidak dimanfaatkan.

Anda mungkin juga menyukai