Anda di halaman 1dari 5

NAMA : FADLAN ABDUL FUAD MANURUNG

KELAS : 1B PRODI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


MATKUL : AGAMA ISLAM
DOSEN : ERLIYANTI SAUHAN M. A

SUMBER HUKUM ISLAM

A. PENGERTIAN HUKUM ISLAM

Hukum Islam atau syariat islam adalah sistem kaidah-kaidah yang didasarkan pada
wahyu Allah SWT dan Sunnah Rasul mengenai tingkah laku mukalaf (orang yang sudah
dapat dibebani kewajiban) yang diakui dan diyakini, yang mengikat bagi semua pemeluknya.
Dan hal ini mengacu pada apa yang telah dilakukan oleh Rasul untuk
melaksanakannya secara total. Syariat Islam menurut istilah berarti hukum-hukum yang
diperintahkan Allah SWT untuk umat-Nya yang dibawa oleh seorang Nabi, baik yang
berhubungan dengan kepercayaan (aqidah) maupun yang berhubungan dengan
amaliyah.Syariat Islam menurut bahasa berarti jalan yang dilalui umat manusia untuk menuju
kepada Allah Ta’ala. Dan ternyata Islam bukanlah hanya sebuah agama yang mengajarkan
tentang bagaimana menjalankan ibadah kepada Tuhannya saja. Keberadaan aturan atau
sistem ketentuan Allah SWT untuk mengatur hubungan manusia dengan Allah Ta’ala dan
hubungan manusia dengan sesamanya. Aturan tersebut bersumber pada seluruh ajaran Islam,
khususnya Al-Quran dan Hadits.

Pengertian Hukum Islam Menurut Ulama dan Ahli

1. Abdul Ghani Abdullah 

Menurut Abdul Ghani Abdullah dalam bukunya yang diterbitkan di Gema Insani
Press mengungkapkan bahwa hukum islam sebagai hukum yang bersumber dan menjadi
bagian dari agama islam. Ia pun juga menyebutkan bahwa konsepsi hukum islam sebagai
dasar dan kerangka hukum yang ditetapkan oleh Allah. 
Hukum islam menurut Abdul Ghani Abdullah, tidak hanya mengatur antara manusia
dengan Tuhannya saja. tetapi juga mengatur hubungan antara manusia dengan manusia.
Juga mengatur antara hubungan manusia dengan alam semesta. 

2. Amir Syarifuddin 

Beda lagi dengan pendapat Amir Syarifuddin, hukum islam menurutnya sebagai
perangkat peraturan wahyu Allah dan Sunnah Rasul tentang tingkah laku manusia mukalaf
yang diakui dan diyakini. 
3. Eva Iryani 

Hukum islam menurut Eva Iryani adalah syariat islam yang berisi sistem kaidah-
kaidah yang didasarkan pada wahyu Allah SWT dan Sunnah Rosul mengenai tingkah laku
orang yang sudah dapat dibebani kewajiban, yang diakui dan diyakini, yang mengikat
semua pemeluknya. Eva Iryani menjelaskan bahwa tingkah laku yang dimaksud adalah
mengacu pada segala perilaku dan sikap Rasulullah. Disebutkan pula syariat diambil
berdasarkan pada istilah yang merunut pada hukum-hukum yang diperintahkan Allah Swt
untuk umat-Nya dengan amaliyah. 
Dari pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian hukum
islam dapat diartikan sebagai kerangka dasar aturan islam yang merujuk pada Al-Quran dan
Hadis. Sesuai dengan namanya, hukum islam mengatur hubungan antara manusia dengan
tuhannya. Ataupun hubungan antara manusia dengan manusia bahkan dengan alam
semesta.

B. SUMBER HUKUM ISLAM

1. Al Quran
Al Quran adalah kalam Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW.
Tulisannya berbahasa Arab dengan perantaraan Malaikat Jibril.

Al Quran juga merupakan hujjah atau argumentasi kuat bagi Nabi Muhammad SAW
dalam menyampaikan risalah kerasulan dan pedoman hidup bagi manusia serta hukum-
hukum yang wajib dilaksanakan. Hal ini untuk mewujudkan kebahagian hidup di dunia dan
akhirat serta untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Al Quran sebagai kalam Allah SWT
dapat dibuktikan dengan ketidaksanggupan atau kelemahan yang dimiliki oleh manusia untuk
membuatnya sebagai tandingan, walaupun manusia itu adalah orang pintar.

Dalam surat Al Isra ayat 88, Allah berfirman:

‫ْض ظَ ِه ْيرًا‬ ُ ‫ت ااْل ِ ْنسُ َو ْال ِج ُّن ع َٰلٓى اَ ْن يَّْأتُوْ ا بِ ِم ْث ِل ٰه َذا ْالقُرْ ٰا ِن اَل يَْأتُوْ نَ بِ ِم ْثلِ ٖه َولَوْ َكانَ بَ ْع‬
ٍ ‫ضهُ ْم لِبَع‬ ِ ‫قُلْ لَّ ِٕى ِن اجْ تَ َم َع‬

Katakanlah, "Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa
(dengan) Al-Qur'an ini, mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekalipun
mereka saling membantu satu sama lain."

2. Hadits
Seluruh umat Islam telah sepakat dan berpendapat serta mengakui bahwa sabda,
perbuatan dan persetujuam Rasulullah Muhammad SAW tersebut adalah sumber hukum
Islam yang kedua sesudah Al Quran. Banyak ayat-ayat di dalam Al Quran yang
memerintahkan untuk mentaati Rasulullah SAW seperti firman Allah SWT dalam Q.S Ali
Imran ayat 32:
٣٢ - َ‫قُلْ اَ ِط ْيعُوا هّٰللا َ َوال َّرسُوْ َل ۚ فَا ِ ْن ت ََولَّوْ ا فَا ِ َّن هّٰللا َ اَل يُ ِحبُّ ْال ٰكفِ ِر ْين‬

Katakanlah (Muhammad), "Taatilah Allah dan Rasul. Jika kamu berpaling, ketahuilah bahwa
Allah tidak menyukai orang-orang kafir."

Al Hadits sebagai sumber hukum yang kedua berfungsi sebagai penguat, sebagai
pemberi keterangan, sebagai pentakhshis keumuman, dan membuat hukum baru yang
ketentuannya tidak ada di dalam Al Quran. Hukum-hukum yang ditetapkan oleh Rasulullah
Muhammad SAW ada kalanya atas petunjuk (ilham) dari Allah SWT, dan adakalanya berasal
dari ijtihad.

3. Ijma
Imam Syafi'i memandang ijma sebagai sumber hukum setelah Al Quran dan sunah
Rasul. Dalam moraref atau portal akademik Kementerian Agama bertajuk Pandangan Imam
Syafi'i tentang Ijma sebagai Sumber Penetapan Hukum Islam dan Relevansinya dengan
perkembangan Hukum Islam Dewasa Ini karya Sitty Fauzia Tunai, Ijma' adalah salah satu
metode dalam menetapkan hukum atas segala permasalahan yang tidak didapatkan di dalam
Al-Quran dan Sunnah. Sumber hukum Islam ini melihat berbagai masalah yang timbul di era
globalisasi dan teknologi modern.

Jumhur ulama ushul fiqh yang lain seperti Abu Zahra dan Wahab Khallaf,
merumuskan ijma dengan kesepakatan atau konsensus para mujtahid dari umat Muhammad
pada suatu masa setelah wafatnya Rasulullah SAW terhadap suatu hukum syara' mengenai
suatu kasus atau peristiwa.

Ijma dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu ijma sharih dan ijma sukuti. Ijma sharih
atau lafzhi adalah kesepakatan para mujtahid baik melalui pendapat maupun perbuatan
terhadap hukum masalah tertentu. Ijma sharih ini juga sangat langka terjadi, bahkan
jangankan yang dilakukan dalam suatu majelis, pertemuan tidak dalam forum pun sulit
dilakukan.

Bentuk ijma yang kedua dalah ijma sukuti yaitu kesepakatan ulama melalui cara
seorang mujtahid atau lebih mengemukakan pendapatanya tentang hukum satu masalah
dalam masa tertentu kemudian pendapat itu tersebar luas serta diketahui orang banyak. Tidak
ada seorangpun di antara mujtahid lain yang menggungkapkan perbedaan pendapat atau
menyanggah pendapat itu setelah meneliti pendapat itu.

4. Qiyas
Qiyas sepertinya tidak banyak orang yang tahu. Sekalipun ada yang tahu, masih ada
perbedaan keyakinan, bahwa qiyas ini tidak termasuk dalam sumber hukum islam.
Meskipun demikian, para ulama sudah sepakat Qiyas sebagai sumber hukum islam.  
Qiyas adalah sumber hukum yang menjadi penengah apabila ada suatu
permasalahan. Apabila ditemukan permasalahan yang tidak ditemukan solusi di Al-Quran,
Hadits, Ijma’ maka dapat ditemukan dalam qiyas. 
Qiyas adalah menjelaskan sesuatu yang tidak disebutkan dalam tiga hal tadi (Al-
quran, hadits dan Ijma’) dengan cara membandingkan atau menganalogikan menggunakan
nalar dan logika. 
Keempat sumber hukum islam di atas menunjukkan bahwa hukum islam tidak
sekedar hukum biasa. Karena dasarnya mengacu pada 4 hal yang sangat fundamental.
Bahkan, ada beberapa pendapat lain, selain mengacu pada empat sumber hukum di atas,
masih ada lagi sumber hukum islam, yaitu ada :
 Istihsan,
 Istishab,
 Saddudz-dzari’ah atau tindakan preventif,
 urf atau adat
 dan Qaul sahabat Nabi SAW

C. MACAM-MACAM HUKUM ISLAM

Syariah mengatur semua tindakan manusia dan menempatkannya ke dalam lima


kategori. Ini meliputi hukum wajib, sunah, haram, makruh, dan mubah.

Wajib

Wajib adalah sebuah status hukum terhadap suatu aktivitas. Aktivitas yang berstatus
hukum wajib harus dilakukan oleh mereka yang memenuhi syarat-syarat wajibnya. Aktivitas
ini bila dilaksanakan maka pelaku akan diberikan ganjaran kebaikan (pahala), sedang bila
ditinggalkan maka akan menjadikan yang meninggalkannya berdosa.

Sunah

Sunnah ialah sesuatu perbuatan yang dituntut agama untuk dikerjakan tetapi
tuntutannya tidak sampai ke tingkatan wajib. Sunah merupakan perbuatan yang jika
dikerjakan akan mendapatkan pahala dan jika ditinggalkan tidak akan mendapatkan hukuman
atau dosa.

Haram

Haram adalah sesuatu perbuatan yang jika dikejakan pasti akan mendapatkan dosa
dan jika ditinggalkan akan mendapatkan pahala.

Makruh

Makruh adalah perbuatan yang dilarang namun tidak terdapat konsekuensi bila
melakukannya. Dengan kata lain perbuatan makruh dapat diartikan sebagai perbuatan yang
sebaiknya tidak dilakukan. Perbuatan makruh bila dikerjakan tidak mendapatkan dosa,
apabila ditinggalkan akan mendapatkan pahala.

Mubah

Mubah adalah perbuatan yang boleh dilakukan, bahkan lebih condong kepada
dianjurkan (bersifat perintah), tetapi tidak ada janji berupa konsekuensi berupa pahala
terhadapnya. Mubah yakni apabila dikerjakan tidak berpahala dan tidak berdosa, jika
ditinggalkanpun tidak berdosa dan tidak berpahala.
D. TUJUAN HUKUM ISLAM

Pemeliharaan akal

Tujuan hukum Islam yang pertama adalah mengembangkan dan menjaga akal.
Hukum Islam mengharamkan segala sesuatu yang dapat memabukkan dan melemahkan
ingatan, seperti minuman keras atau beralkohol dan narkoba. Islam menganjurkan setiap
Muslim untuk menuntut ilmu dan mengembangkan kemampuan berpikirnya.

Pemeliharaan kemuliaan

Hukum Islam menjaga kemuliaan setiap manusia agar ia terhindar dari hal-hal yang
dapat mencemari nama baik dan kehormatannya. Syariat Islam mengatur masalah tentang
fitnah atau tuduhan dan melarang untuk membicarakan orang lain.

Pemeliharaan jiwa

Dalam Islam, nyawa manusia sangat berharga dan patut dijaga keselamatannya.
Hukum Islam telah menetapkansanksi atas pembunuhan, terhadap siapa saja yang membunuh
seseorang tanpa alasan yang benar.

Pemeliharaan keturunan

Hukum Islam menjaga kelestarian dan terjaganya garis keturunan. Dengan demikian,
seorang anak yang lahir melalui jalan resmi pernikahan akan mendapatkan haknya sesuai
garis keturunan dari ayahnya.

Pemeliharaan agama

Hukum Islam memberikan kebebasan bagi setiap manusia untuk menjalankan ibadah sesuai
kepercayaannya. Akan tetapi, Islam mempunyai sanksi bagi setiap muslim yang murtad agar
manusia lain tidak mempermainkan agamanya.

Pemeliharaan harta

Syariat Islam telah menetapkan sanksi atas kasus pencurian. Hal ini merupakan sanksi yang
sangat keras untuk mencegah segala godaan untuk melakukan pelanggaran terhadap harta
orang lain.

Anda mungkin juga menyukai