Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

“HISTOLOGI SISTEM RESPIRASI”

Disusun oleh:

Safira Prabasari Kusumah

1908010006

Pendidikan Dokter Umum

Fakultas Kedokteran

Universitas Nusa Cendana

1
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ungkapkan kepada Tuhan yang Maha Esa dan
Mahabaik, yang telah memberikan penulis kesehatan dan kemampuan untuk
menulis serta menyelesaikan makalah dengan judul “Histologi Sistem Respirasi”
dengan tepat waktu.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas sebagai pengganti ketidak


hadiran penulis dalam mata kuliah yang diajarkan oleh dr. Efrisca M. Br.
Damanik, M.Biomed., Sp.PA serta memperdalam wawasan penulis mengenai
“Histologi Sistem Respirasi”. Penulis menyusun makalah ini dengan urutan
sebagai berikut:

1. Pendahuluan Histologi Sistem Respirasi


2. Tinjauan Pustaka Histologi Sistem Respirasi
3. Pembahasan Histologi Sistem Respirasi
4. Penutup
5. Saran dan Kesimpulan

Penulis berterimakasih kepada pihak FK UNC yang telah memberikan


kesempatan pada penulis untuk menyusun tugas ini, dr. Efrisca M. Br. Damanik,
M.Biomed., Sp.PA yang telah mengajarkan bahan “Histologi Sistem Respirasi”,
serta ketua blok Biomedik 2 yang telah membantu kelancaran administrasi
penulis. Selain itu, penulis juga berterimakasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu kelancaran penulisan makalah ini, baik secara langsung maupun tidak
langsung.

Akhirnya, penulis memohon maaf apabila ada kesalahan pengetikan atau


pun penulisan yang tidak berkenan bagi pembaca. Sekian dan terima kasih.

Kupang, Januari 2020

2
Daftar Isi
Sampul......................................................................................................................1

Kata Pengantar.........................................................................................................2

Daftar Isi...................................................................................................................3

Pendahuluan.............................................................................................................4

Pembahasan..............................................................................................................5

Penutup...................................................................................................................19

Daftar Pustaka........................................................................................................20

3
1. Pendahuluan Histologi Sistem Respirasi
1.1. Latar Belakang
Histologi adalah ilmu kedokteran yang mempelajari jaringan
manusia. Histologi mempelajari struktur mikroskopis dari suatu jaringan
sistem organ. Histologi berkaitan dengan struktur anatomi manusia dan
tidak dapat terpisahkan. Maka ketika mempelajari histologi suatu sistem,
seorang mahasiswa harus juga memahami anatomi sistem tersebut. Hal
ini juga berlaku ketika mahasiswa mempelajari sistemrespirasi, untuk
memahami histologi sistem respirasi, mahasiswa juga harus memahami
anatomi pada sistem respirasi.
Sistem respirasi merupakan tempat terjadinya pertukaran gas
antara darah dan udara. Sistem respirasi dibagi menjadi dua bagian pokok
yaitu : bagian konduksi dan bagian respirasi. Bagian konduksi berperan
sebagai pencuci, memanasi atau mendinginkan dan membuat udara lebih
lembab, sedangkan bagian respirasi merupakan tabung yang
menghubungkan dunia luar dan paru-paru. Fungsi primer sistem
pernapasan ialah menjamin terlaksananya pertukaran gas (oksigen dan
karbondioksida) antara organisme dengan lingkungannya. Penyalur udara
(rongga hidung, nasofarings, laringofarings, laring, trakea, bronkus, dan
bronkiolus)
menjamin aliran udara pernapasan dari dan ke daerah pertukaran udara
dalam pau-paru.

Maka dalam pembelajaran mengenai histologi sistem respirasi,


mahasiswa mempelajari mengenai struktur mikroskopis dari sistem
respirasi beserta fungsi dan ciri khasnya.
1.2. Manfaat Makalah
1.2.1. Memahami pengertian histologi dan sistem respirasi

4
1.2.2. Memperdalam pengetahuan mengenai histologi dan sistem respirasi
1.2.3. Mengerti dan mengetahui histologi sistem respirasi
1.2.4. Memahami dan mengetahui anatomi dan fisiologi sistem respirasi
sebagai pendukung dalam memahami histologi sistem respirasi
1.2.5. Mengetahui penyakit yang berkaitan tentang histologi sistem
respirasi

1.3 Tujuan Makalah


1.1.1. Memenuhi tugas pengganti ketidakhadiran dalam mata kuliah dr.
Efrisca M. Br. Damanik, M.Biomed., Sp.PA.
1.1.2. Memperdalam pengetahuan mengenai histologi sistem respirasi.

2. Pembahasan Histologi Sistem Respirasi


2.1. Histologi
Sebelum memperdalam mengenai histologi sistem respirasi, penulis harus
terlebih dulu mengetahui histologi.
1.2.6. Pengertian
Menurut Kamus Saku Dorland edisi 28, histologi
(histology) adalah cabang anatomi yang mempelajari struktur kecil,
komposisi, dan fungsi jaringan. Histologi juga dapat diartikan
sebagai ilmu yang mempelajari jaringan tubuh manusia.
Anatomi dan histologi adalah dua cabang ilmu yang tidak
dapat terpisahkan dan hamper sama. Perbedaan histologi dengan
anatomi adalah pada objek pembelajarannya, anatomi mempelajari
tubuh manusia yang dapat terlihat oleh mata (otot, pembuluh
darah, saraf, dan lain-lain) sedangkan histologi mempelajari
jaringan dan sel tubuh manusia atau dapat dibilang tidak terlihat
mata.
1.2.7. Tujuan histologi
1.2.7.1. Identifikasi struktur mikroskopis jaringan dan organ
sistem.

5
1.2.7.2. Hubungan struktur mikroskopis dengan fungsi
(histophysiologi)
1.2.7.3. Mengetahui struktur normal untuk mengetahui fungsi
normal sehingga ketika ada perubahan struktur dapat
diketahui gangguan fungsi yang terjadi
1.2.7.4. Histologi berhubungan dengan fisiologi, biokimia,
biologi, anatomi, patologi anatomi, dan klinik.
1.2.7.5. Mengetahui komponen terkecil sel, matrix interselular,
dan cairan extraselular  jaringan dasar  organ 
sistem.
1.2.7.6. Mengetahui asal perkembangan dari sel tunggal hingga
differensiasi (embrional sampai dewasa).
1.2.7.7. Mempelajari homeostasis

1.2.8. Metode Pembelajaran Histologi


1.2.8.1. Penggunaan mikroskop untuk pembelajaran struktur
mikroskopis
1.2.8.2. Penggunaan sediaan untuk mengetahui objek jaringan

1.2.9. Objek Pembelajaran


Histologi Dasar mempelajari :
1.2.9.1. Epitelium dan kelenjar-kelenjar
1.2.9.2. Jaringan penghubung
1.2.9.3. Otot
1.2.9.4. Saraf
Histologi organ dan sistem organ mempelajari :
1.2.9.5. Sistem Vaskularisasi
1.2.9.6. Sistem Imun dan pencernaan
1.2.9.7. Organ lymphoid
1.2.9.8. Sistem Endokrin
1.2.9.9. Integumen

6
1.2.9.10. Sistem respirasi
1.2.9.11. Sistem urinasi
1.2.9.12. Sistem reproduksi
1.2.9.13. Sistem sensoris

2.2. Histologi Sistem Respirasi


2.2.1. Bagian-bagian Saluran Pernafasan pada Manusia
Pernafasan atau respirasi mempunyai arti :
- proses pengambilan O2, pengeluaran CO2 dan penggunaan
energi yang dihasilkan oleh tubuh
- pertukaran gas antara sel dengan lingkungannya
- reaksi enzimatis, sebab dalam proses tersebut ada satu
enzim yang memegang peranan penting yaitu sitokrom
(enzim pernafasan)

Sistem Pernapasan Pada Manusia


Sistem pernapasan manusia terdiri dari bagian saluran udara dan
bagian pernapasan.

Bagian saluran udara terdiri dari :


 Hidung (nasus)
 Tekak (pharynx)
 Jakun (larynx)
 Tenggorok (trachea)
 Cabang tenggorok (bronkhus)
 Ranting tenggorok (bronkhiolus)
Bagian pernapasan merupakan tempat terjadinya pengambilan O2
oleh darah dan pelepasan CO2 oleh darah. Bagian pernapasan
terdiri dari :
 Bronkhioli respiratori
 Kantung alveolus/ dukti alveoli
 Alveolus

7
Organ pernafasan utama adalah paru-paru (pulmo).

2.2.2. Struktur Histologi dari Bagian-bagian Saluran Pernafasan

a. Hidung
Hidung adalah bagian yang paling menonjol di wajah, yang
berfungsi menghirup udara pernafasan, menyaring udara,menghangatkan
udara pernafasan, juga berperan dalam resonansi suara.
Rongga hidung (cavum nasi) memiliki sepasang lubang didepan
untuk masuk udara, disebut nares; dan sepasang lubang di belakang untuk
menyalurkan udara yang dihirup masuk ke tenggorokan, disebut choanae.
Rongga hisung sepasang kiri kanan, dibatasi di tengan oleh sekat yang
dibina atas tulang rawan dan tulang.
Dinding rongga ditunjang oleh tulang rawan dan tulang. Lantai, di
depan terdiri dari tulang langit-langit, di belakang berupa langit-langit
lunak. Atap juga ditunjang oleh tulang rawan sebagian dan sebagian lagi
oleh tulang. Dari tiap dinding ada tiga tonjolan tulang ke rongga hidung,
disebut conchae.
Rongga hidung dibagi atas 4 daerah :
1. Vestibula.
2. Atrium.
3. Daerah pembauan.
4. Daerah pernapasan.
Vestibula adalah bagian depan rongga, atrium adalah bagian
tengah. Daerah pembauan berada pada conchae yang atas, sedangkan
daerah pernapasan terletak pada dua conchae yang bawah.
Rongga hisung dilapisi oleh tunica mukosa. Kecuali di bagian
depan vestibula sampai ke nares. Di sini dilapisi oleh kulit yang
strukturnya sama dengan kulit wajah. Epidermis dibina atas jaringan
epitel berlapis menanduk, ada bulu, kelenjar minyak bulu, dan kelenjar
peluh. Pada vestibula itu ada bulu yang keras, disebut vibrissae.

8
Tunica mukosa sendiri dibina atas jaringan epitel berlapis semu
bersilia. Di daerah pembauan epitel bersilia itu memiliki struktur dan
fungsi khusus, yaitu sabagai indera bau. Diantara sel epitel batang bersilia
tersebar banyak sel goblet. Pada lamina propria banyak terdapat simpul
vena, simpul limfa dan kelenjar lendir. Tak ada bulu, kelenjar minyak
bulu maupun kelenjar peluh. Kelenjar lendir itu di sebut kelenjar
Bowman. Tunica mukosa melekat ketat ke periosteum atau
perichondrium di bawahnya.
Sekeliling rongga hidung ada empat rongga berisi udara yang
berhubungan dengannya, disebut sinus paranasal. Keempat sinus itu
berada pada tulang-tulang berikut : 1). Frontal; 2). Maxilla; 3). Ethmoid;
4) sphenoid. Sinus dilapisi oleh tunica mucosa juga, seperti yang melapisi
rongga hidung. Hanya saja lebih tipis dan sel-selnya lebih kecil-kecil serta
sedikit mengandung kelenjar lendir. Lamina propria tidak terliahat dengan
jelas.
b. Tekak ( pharynx )
Daerah simpangan saluran napas dan saluran makan. Dibedakan atas tiga
daerah
 Daerah hidung (naso-pharynx)
Merupakan bagian pertama pharynx kebawah, dilanjutkan dengan bagian
oral organ ini yaitu oro-pharynx.
 Daerah mulut (oro-pharynx)
 Daerah jakun (laryngeo-pharynx)
Di daerah mulut lapisan muscularis-mucosa dari tunica mucosa
digantikan oleh serat elastis yang rapat dan tebal. Tunica submucosa
hanya ada didinding daerah hidung dan dekat ke kerongkongan. Di
tempat lain tunica mukosa melekat langsung ke gumpal otot lurik sekitar
leher. Lapisan serat elastis yang ada pada bagian bawah tunica mucosa itu
berpaut rapat dan berjalin dengan jaringan interstisial otot.
Lamina propria tunica mucosa terdiri dari jaringan ikat rapat yang
berisi jala serat elastis yang halus. Di daerah mulut dan jakun tunica

9
mukosa dilapisi oleh jaringan epitel berlapis banyak dan mengelupas,
sedang atapnya dibina atas jaringan epitel batang berlapis bersilia, dengan
banyak sel goblet. Pada lamina propria, dibawah lapisan serat elastis,
banyak terdapat kelenjar lendir.
c. Jakun ( Larynx )
Gerbang trakea ini ditunjang oleh beebrapa keping tulang rawan
hialain dan elastis, jaringan ikat, serat otot lurik, dan dilapisi sebelah
kelumen oleh tunica mucosa. Tunica mucosa itu memiliki kelenjar lendir.
Keping tulang rawan yang menunjang jakun ialah:
1. Tiroid
2. Krikoid tunggal
3. Epiglotis
4. Aritenoid
5. Kornikulat sepasang
6. Kuneiform

Permukaan depan dan sebelah belakang epiglotis dan pita suara


diselaputi epitel berlapis mengelupas. Didaerah lain yaitu dasar epiglotis,
trakea dan bronkhus, epitel itu bersilia.

Pada tunica mucosa banyak sel goblet. Kelenjar lendir disini


tergolong jenis tubulo-acinus. Sedikit kuncup rasa terdapat tersebar pada
bagian bawah epiglotis.
Pita suara berisi ligamen tiro-aritenoid, yang mengandung serat
elastis dan dibagian sisisnya silengkapi serat otot lurik tiro-aritenoid.
Ditengah ditutup dengan tunica mucosa yang tipis dari epitel berlapis
mengelupas.
d. Tenggorok ( Trakhea )
Saluran nafas ini menghubungkan larynx dengan paru. Histologi
dinding tenggorok dapat dibedakan atas tiga lapis, yaitu tunica mucosa,
tunica muscularis, tunica adventitia.

10
Permukaan kelumen diselaputi tunica mucosa, dengan epitel
batang berlapis semu dan bersilia, menumpu pada lamina basalis yang
tebal. Pada selaput epitel banyak terdapat sel goblet. Lamina propria
berisi banyak serat elastis dan kelenjar lendir yang kecil-kecil. Kelenjar
terletak sebelah atas lapisan serat elastis. Dibagian posterior tenggorok
kelenjar itu menerobos masuk tunica muscularis. Pada lamina propria
terdapat pula pembuluh darah dan pembuluh limfa. Tunica muscularis
sendiri sangat tipis dan tidak terlihat dengan jelas.
Tunica adventitia juga tidak terlihat secara jelas, dan berintegrasi
dengan jaringan penunjang yang terdiri dari tulang rawan dibawahnya.
Tulang rawan di bawah tunica adventitia itu tersusun dalam bentuk
cincin-cincin hialin bentuk huruf C. Cincin inilah yang menunjang
tenggorok pada sebelah samping dan ventral. Sedangkan dibagian dorsal
tenggorok, ditempat itu adalh bagian terbuka cincin, terdapat serat otot
polos yang susunannnya melintang terhadap poros tenggorok. Serat otot
itu melekat kepada kedua ujung cincin, dan berfungsi untuk mengecilkan
diameter tenggorok. Jika otot kendur, diameter tenggorok kembali
sempurna.
Diantara cincin bersebelahan terdapat serat fibroelastis. Dengan
struktur cincin yang tak bulat penuh ini maka tenggorok dapat meregang
(membesar) untuk menyalurkan lebih banyak udara ke dalam paru. Di
sebelah luar cincin terdapat jaringan ikat yang berisi banyak serat elastis
dan retikulosa.
e. Cabang Tenggorok
Ini adalah percabangan tenggorok menuju paru kiri-kanan, disebut
bronkhus. Tiap bronkhus bercabang membentuk cabang kecil, dan tiap
cabang bronkhus ini membentuk banyak ranting.
Histologi dinding bronkhus sama dengan trachea, yaitu terdiri
dari : tunica mucosa, tunica muscularis, tunica adventitia. Cabang yang
sudah berada dalam jaringan paru histologi dindingnya banyak berubah.

11
Cincin tulang rawan hilang, digantikan oleh keping tulang rawan, yang
susunannya tidak teratur dan menunjang seluruh keliling saluran.
Tunica mucosa pada cabang dan ranting bronkhis yang besar,
memiliki epitel bentuk batang bersilia, sedangkan pada ranting yang kecil
epitel berubah jadi kubus dan tak bersilia. Ada lamina basalis tebal,
membatasi jaringan epitel dari lamina propria terkandugng banyak serat
elastis, dan sedikit serat kolagen dan retikulosa. Di bawah lamina propria
erdapat tunica muscularis-mucosa.
Kelenjar lendir terkandung dalam tunica mucosa dan tunica
submucosa.
Tunica adventitia mengandung serat jaringan ikat, sedikit jaringan
lemak, dan dibawahnya terdapat keping tulang rawan yang susunannya
tak teratur. Lapis terluar terdiri dari mesothelium, sebagai penerusan
selaput dalam pleura.

f. Paru
Cabang bronkhi masuk ke dalam paru (pulmo). Paru ada sepasang
kiri-kanan, terdiri dari lima lobi. Tiap lobus oleh septa yang terdiri dari
jaringan ikat terbagi-bagi atas banyak lobulli. Masing-masing lobulus
dimasuki oleh satu bronkhiolus. Di dalamnya bronkhiolus bercabang-
cabang kecil berbentuk bronkhiolus ujung, dan berakhir pada bronkhiolus
pernapasan. Dalam lobulli terkandung pula pembuluh darah, pembuluh
limfa, urat saraf, dan jaringan ikat. Pada banyak tempat sepanjang cabang
dan ranting bronkhus terdapat nodus limfa menempel pada dinding.
Sebelah luar arah ke rongga pleura paru diselaputi oleh penerusan
selaput dalam pluera.
g. Bronkhiolus
Bronkhus bercabang berkali-kali sampai jadi ranting kecil. Ranting
bronkhus itu bercabang halus berbentuk bronkhiolus . Bronkhiolus
bercabang lagi membentuk ranting, disebut bronkhiolus ujung.
Bronkhiolus ujung ini berakhir pada bronkhiolus pernapasan.

12
Tunica mucosa pada bagian ini memiliki epitel kubus yang tak
bersilia.
Di bawah tunica adventitia tidak ada lagi keping tulang rawan.
Lapisan ini mengandung mesothelium sebagai penerusan selaput dalam
pleura.
Bronkhiolus Pernapasan
Ini adalah bagian ujung bronkhiolus, saluran pendek yang dilapisi
sel epitel bersilia. Sel itu di pangkal bentuk batang, makin ke ujung makin
rendah sehingga menjadi kubus dan siliapun hilang. Di bawah lapisan
epitel ada serat kolagen bercampur serat elastis dan otot polos. Di sini tak
ada lagi keping tulang rawan maupun kelenjar lendir. Lendir di sini
dihasilkan oleh sel goblet yang hanya terdapat dibagian pangkal
bronkhiolus. Sebagai gantinya ada sel Clara berbentuk benjolan yang
menonjol ke lumen. Sel ini menggetahkan surfaktan untuk melumasi
permukaan dalam saluran.
Bronkhiolus pernapasan bercabang-cabang secara radial
membentuk saluran alveoli.
Saluran alveoli
Ini adalah saluran yang tipis dan dindingnya terputus-putus.
Saluran ini bercabang-cabang, tiap cabang berujung pada kantung alveoli.
Dinding saluran alveoli pada mulutnya kekantung alveoli dibina atas
berkas serat elastis, kolagen dan otot polos.
Kantung alveoli dan alveolus
Kantung alveoli berpangkal pada saluran alveoli. Tiap kantung
memiliki dua atau lebih alveoli.
Alvelus adalah unit terkecil paru-paru, berupa gembungan bentuk
polihedral, terbuka pada satu sisi, yaitu muara ke kantung alveoli.
Dindingnya terdiri dari selapis sel epitel gepeng yang tipis sekali. Dinding
alveolus dililit pembuluh kapiler yang bercabang-cabang dan yang
beranastomosis. Di luar kapiler ada anyaman serat retikulosa dan elastis.

13
Antara alveoli bersebelahan ada sekat. Sekat itu terdiri dari dua
lapis sel apitel dari kedua sel epitel terdapat serat elastis, kolagen, kapiler,
dan fibroblast.
Epitel alveolus dibatasi dari endotel kapiler oleh lamina basalis
yang tipis. Ada pula sel epitel yang berbentuk bundar atau kubus, berada
pada dinding alveolus, disebut sel sekat atau sel alveolus besar.
Diperkirakan sel ini mensekresikan lendir. Ia memiliki mikrovilli
dan mebentuk kompleks pertautan dengan sel epitel alveolus yang gepeng
dan yang lebih kecil. Sel alveolus gepeng itulah dengan endotel kapiler
yang melilitnya yang membina membaran pernapasan.
Membran pernapasan berarti disusun atas : membran sel epitel
alveolus, sitoplasma sel epitel elveolus, membran sel alveolus, lamina
basalis, membarab sel endotel kapiler, sitoplasma sel endotel kapiler,
membran sel endotel kapiler. Yang tujuh lapis ini sangat tipis. Karena itu
kaluar-masuk gas pernapasan antara lumen alveolus dan lumen kapiler
sangat mudah dan cepat.
Di dinding alveoli sering ditemukan fagosit atau makrofag. Karena
lazimnya sel ini berisi butiran maka disebut dengan sel debu. Sel ini
banyan di temukan pada perokok.
2.3 Mekanisme Pernapasan
Pada awalnya kita menghirup udara melalui rongga hidung yang
kemudian melewati tekak dan pangkal tenggorok kemudian terus ke
tenggorokan. Tenggorok bentuknya seperti pipa yang kuat, terletak di
depan kerongkongan, melalui leher sampai mencapai rongga dada sebelah
atas. Dinding tenggorok diperkuat oleh beberapa cincin rawan yang pada
bagian belakangnya terbuka. Dalam rongga dada, tenggorok bercabang
dua yaitu tenggorok kanan dan kiri yang masing-masing cabang
memasuki paru-paru kanan dan paru-paru kiri.
Kedua cabang tenggorok tersebut mempunyai ranting-ranting
seperti pada pohon. Pada ranting-rantingnya yang terakhir terdapat
gelembung-gelembung paru-paru yang amat kecil dan amat tipis

14
dindingnya. Gelembung-gelembung itu hanya dapat dilihat dengan
mikroskop. Dalam dindingnya mengalir darah melalui pembuluh-
pembuluh kapiler, sehingga mudah terjadi pertukaran gas dari darah ke
udara yang terdapat dalam gelembung paru-paru dan sebaliknya. Darah
tersebut mengambil zat pembakar (oksigen) dan mengeluarkan
karbondioksida.
Antara permukaan paru-paru yang juga dilapisi oleh selaput paru-
paru visceral dan dinding rongga selaput paru-paru terdapat celah yang
sempit yang berisikan sedikit cairan. Sekat dada khususnya jantung tidak
terletak tepat ditengah-tengah rongga dada, tetapi agak ke kiri, sehingga
menyebabkan paru-paru kiri lebih kecil dari paru-paru kanan. Isi rongga
dada dapat diperbesar berkat pengaruh otot-otot pengangkatan iga-iga,
kontraksi sekat rongga badan yang melengkung ke atas. Paru-paru
mengikuti perluasan rongga dada maka terhisaplah udara melalui saluran
pernapasan yang telah diuraikan di atas. Bila tenaga-tenaga yang
melapangkan dada berhenti bekerja, maka kekenyalan dinding dada dan
paru-paru menyebabkan penyempitan rongga dada kembali. Pada waktu
tersebut iga-iga menurun kembali, sekat rongga badan melengkung lagi
ke atas, sehingga kelebihan udara didesak keluar dari paru-paru. Proses
tersebut terjadi bila kita menghembuskan nafas (mengeluarkan nafas).
Pernafasan berlangsung melalui 2 tahap, yaitu :
- pernafasan eksternal (luar) : adalah difusi gas luar masuk ke dalam
aliran darah (pertukaran O2 dari darah)
- pernafasan internal (dalam) : adalah difusi gas atau pertukaran gas dari
darah ke sel tubuh
Proses inspirasi dan ekspirasi diatur oleh otot diafragma dan otot
antar tulang rusuk (intercostalis).
a.     Pernafasan dada :
Otot antara tulang rusuk berkontraksi maka tulang rusuk terangkat
sehingga volume rongga dada membesar. Akibatnya tekanan udara di

15
paru-paru mengecil sehingga udara luar mempunyai tekanan lebih besar
masuk ke dalam paru-paru, maka terjadilah inspirasi. 
Bila otot antartulang rusuk relaksasi maka tulang rusuk tertekan sehingga
rongga dada mengecil. Akibatnya tekanan udara di paru-paru membesar
sehingga udara keluar, maka terjadilah ekspirasi.
b.     Pernafasan perut :
        Diafragma berkontraksi sehingga mendatar maka rongga dada
membesar. Keadaan ini menyebabkan tekanan udara di paru-paru
mengecil sehingga udara luar  masuk dan terjadilah inspirasi.
        Bila otot diafragma relaksasi maka rongga dada mengecil, akibatnya
tekanan di paru-paru membesar sehingga udara keluar maka terjadilah
ekspirasi.
Volume udara pernafasan :
-    Udara pernafasan /tidal volume (UP)  :  udara yang masuk atau keluar
sebanyak 500 cc saat inspirasi atau ekspirasi biasa. Setelah
menghembuskan  500 cc tersebut (ekspirasi biasa) masih tersisa 2500 cc
lagi di paru-paru.
-    Udara komplementer (UK) : udara sebanyak 1500 cc yang masih
dapat dihirup lagi dengan cara inspirasi yang maksimum setelah inspirasi
biasa.
-    Udara cadangan (UC) : udara sebanyak 1500 cc yang dapat
dihembuskan lagi pada ekspirasi maksimum dengan mengerutkan otot
perut kuat-kuat.
-    Udara residu /udara sisa (UR) : udara sebanyak 1000 cc yang tidak
dapat dihembuskan lagi dan menetap di paru-paru.
-    Kapasitas vital paru-paru (KVP) : volume udara yang dapat
dikeluarkan dari paru-paru melalui penghembusan nafas sekuat-kuatnya,
setelah melakukan penarikan nafas sedalam-dalamnya.
-    Volume total paru-paru (VTP) : keseluruhan udara yang dapat di
tampung oleh paru-paru. Volume total paru-paru adalah kapasitas vital
paru-paru ditambah udara residu (VTP = KVP  +  UR).

16
 
Reaksi pernafasan :
 C6H12O6  +  6O2    à    6CO2  +  6H2O  +  energi (38 ATP)
Oksigen yang masuk ke dalam tubuh hanya sedikit yang dapat disimpan
dalam tubuh, yaitu berupa oksimioglobin (dalam otot) dan sebagai
okihemoglobin (dalam darah).

2.4 Kelainan Pernapasan Pada Manusia


Sistem peredaran oksigen yang diperlukan oleh tubuh manusia bisa
mengalami gangguan atau kelainan disertai penjelasan pengertian atau
definisi singkat yaitu seperti :
1. Kelainan/Gangguan/Penyakit Saluran Pernapasan
 Penyempitan saluran pernafasan akibat asma atau bronkitis.
Bronkis disebabkan oleh bronkus yang dikelilingi lendir cairan
peradangan sedangkan asma adalah penyempitan saluran
pernapasan akibat otot polos pada saluran pernapasan mengalami
kontraksi yang mengganggu jalan napas.
 Sinusitis, adalah radang pada rongga hidung bagian atas.
 Renitis, adalah gangguan radang pada hidung.
 Pembengkakan kelenjar limfe pada sekitar tekak dan hidung yang
mempersempit jalan nafas. Penderita umumnya lebih suka
menggunakan mulut untuk bernapas.
 Pleuritis, yaitu merupakan radang pada selaput pembungkus paru-
paru atau disebut pleura.
 Bronkitis, adalah radang pada bronkus.

2. Kelainan/Gangguan/Penyakit Dinding Alveolus


 Pneumonia / Pnemonia, adalah suatu infeksi bakteri diplococcus
pneumonia yang menyebabkan peradangan pada dinding alveolus.

17
 Tuberkolosis / TBC, merupakan penyakit yang disebabkan oleh
baksil yangmengakibatkan bintil-bintil pada dinding alveolus.
 Masuknya air ke alveolus.
3. Kelainan/Gangguan/Penyakit Sistem Transportasi Udara
 Kontaminasi gas CO / karbon monoksida atau CN / sianida.
 Kadar haemoglobin / hemoglobin yang kurang pada darah
sehingga menyebabkan tubuh kekurangan oksigen atau kurang
darah alias anemia.
5. Gangguan sistem pernafasan  :
 Asfiksi :  ganguan dalam penangkutan O2 ke jaringan atau
gangguanpenggunaan O2 oleh jaringan
 Difteri : penyakit daluran pernafasan bagian atas karena infeksi
bacteri Corynebacterium diphtheriae
 Pneumoniae : radang dinding aleolus yang disebabkan oleh infeksi
bacteri Diplococcus pneumonia
 Tonsilitis : radang pada faring yang di sebabkan oleh bacteri pada
tonsil.
 Faringitis : radang pada faring yang disebabkan oleh bacteri atau
viris tertentu.
 Asma : gangguan pernafasan dengan gejala sukar bernafas, bunyi
mendesak dan batuk yang disebabkan alergi, psikis ataun karena
penyakit menurun.
 Kanker paru-paru : akibat sering merokok
 Emfisema : gangguan pernafasan karena alveoli menjadi luas
secara berlebihan, akibat terjadi penggembungan paru-paru secara
berlebihan.
 Polip pada hidung dan amandel  membesar pada tekak sehingga
pemasukan udara terganggu, sehingga penderita sering
membiarkan mulutnya terbuka.

18
3. Penutup

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari makalah histologi respirasi ini
yaitu:
a. Alat pernapasan manusia terdiri dari rongga hidung, faring, laring, trakea,
bronkus, dan paru-paru.
b. Pada jaringan dasar penyusun trakea adalah jaringan mukosa, submukosa,
dan kartilago.
c. Jaringan pada BEP terdiri dari lumen, kartilago dan selaput luar
d. Jaringan penyusun paru – paru terdiri atas bronkiolus pernapasan dan
arteri.
e. Pada glandula alveoli terdiri dari lamina propria dan jaringan epitel yang
tersusun atas jaringan kapiler darah yang berfungsi sebagai tempat
pertukaran gas oksigen dan karbondioksida saat peristiwa respirasi
berlangsung.

19
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_pernapasan.
Anonim. http://id.wikipedia.org/wiki/Organ_(anatomi).
Anonim. http://wapedia.mobi/id/Kategori:Sistem_pernapasan.
Anonim. http://wapedia.mobi/id/Hidung.
Anonim. http://wapedia.mobi/id/Faring.
Anonim. http://wapedia.mobi/id/Laring.
Anonim. http://wapedia.mobi/id/Trakea.
Anonim. http://id.wikipedia.org/wiki/Mamalia
Anonim. http://taksoverte.blogspot.com/2008/02/classis-mammalia.html
Tenzer, Amy. 1993. Struktur Hewan Bagian I. Malang: Universitas Negeri
Malang
Junqueira, C Louise; Carneiro, Jose; diterjemahkan oleh Dearma, Adji.
1982. Histologi Dasar. Jakarta Utara: EGC Kelapa Muda
Yatim, Wildan Dr. 1990. Biologi Modern Histologi. Bandung: PT Tarsito

20

Anda mungkin juga menyukai