FIQIH MUNAKAHAT
Disusun Oleh :
IRHAM QUSOI RITONGA ( 2120100249 )
Dosen Pengampu :
USWATUN HASANAH S.H., M.Ag
Dan berikut ini dasar hukum menikah dalam Hadist Rasulallah Saw. "Wanita
dinikahi karena empat perkara, yaitu karena hartanya, keturunannya, kecantikannya,
dan karena agamanya. Maka, dapatkanlah wanita yang taat beragama niscaya kamu
akan beruntung." (HR Bukhari dan Muslim )
b. Dasar Hukum
Dalam Firman Allah Swt.:
يايهاالناس انا خلقنكم من ذكروانثى وجعلنكم شعوباوقبا ئل لتعارفوا ان اكرمكم عندهللا اتقكم ان هللا عليم خبير
َيا َأُّيَها الَّنِبُّي ِإَّنا َأْح َلْلَنا َلَك َأْز َو اَج َك الاَّل ِتي آَتْيَت ُأُجوَر ُهَّن َو َم ا َم َلَك ْت َيِم يُنَك ِمَّم ا َأَف اَء ُهَّللا َع َلْي َك َو َبَن اِت َع ِّم َك َو َبَن اِت
َع َّم اِتَك َو َبَناِت َخ اِل َك َو َبَن اِت َخ ااَل ِت َك الاَّل ِتي َه اَج ْر َن َم َع َك َو اْم َر َأًة ُم ْؤ ِم َن ًة ِإْن َو َهَبْت َنْفَس َها ِللَّنِبِّي ِإْن َأَر اَد الَّنِبُّي َأْن
َيْسَتْنِكَحَها َخ اِلَص ًة َلَك ِم ْن ُدوِن اْلُم ْؤ ِمِنيَن
e. Larangan Berkhalwat
Khalwat atau menyendiri dengan wanita asing (yang bukan mahram)
merupakan bentuk kemungkaran yang sangat berbahaya. Banyak sekali orang tua
yang meremehkan hal ini sehingga dampaknya adalah sebagaimana yang telah
ditulis di berbagai majalah dan koran, yaitu berupa tindak kriminalitas seperti zina
dan pemerkosaan atau hal- hal yang lainnya.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam telah melarang tindakan khalwat
dengan wanita asing ini dalam hadits shahih dengan bersabda,
َال َيْخ ُلَو َّن َر ُجٌل ِباْمَر َأٍة ِإَّالَو َم َع هَاُذ و َم ْح َر ٍم
َأَال َال َيْخ ُلَو َّن َر ُجٌل بِاْمَر َأٍة ِإَّالكَاَن َثاِلَثُهَم ا الَّشْيَطاُن
“Ingatlah, bahwa tidaklah seorang laki-laki itu berkhalwat dengan seorang wanita
kecuali yang ketiganya adalah setan” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan Al-Hakim. Al-
Hakim kemudian menyatakan bahwa hadits ini shahih berdasarkan syarat Al-
Bukhari dan Muslim. Pendapat ini disepakati pula oleh Adz-Dzahabi).
f. Pembatalan Khitbah
Pembatalan khitbah merupakan sesuatu yang diperbolehkan dalam Islam akan
tetapi jika tidak dilakukan dengan jalan yang baik, tentu akan mengakibatkan
dampak negatif bagi pihak yang dibatalkan, baik secara moril maupun materiil.
Membatalkan pinangan adalah hak masing-masing yang tadinya telah mengikat
perjanjian. Terhadap orang yang menyalahi janji dalam pinangan, Islam tidak
menjatuhkan hukuman materil, sekalipun perbuatan tersebut dipandang cela oleh
sebagian orang. Begitu juga berbagai pemberian dan hadiah dalam khitbah (selain
mahar) tidak wajib dikembalikan karena kategori barang tersebut sebagai hibah
maka hukumnya berbeda dengan hukum mahar. Secara syar‟I, hibah tidak boleh
diminta kembali karena merupakan suatu derma sukarela dantidak bersifat sebagai
penggantian atas sesuatu. Bila barang yang dihibahkan telah diterima dari si pemberi
maka bagi pihak penerima barang tersebut sudah menjadi kepemilikan bagi dirinya
dan ia berhak untuk memanfaatkannya.
b. Syarat Mahar
1. Barang berharga
2. Barang yang suci dan bermamfaat
3. Bukan barang ghasab
4. Bukan barang yang tidak jelas keadaannya
c. Kadar Mahar
Meskipun wajib diberikan, menyerahkan mahar pernikahan bukan merupakan
rukun dalam perkawinan. Lebih lanjut, hukum Islam tidak mengatur batasan nilai
minimal maupun maksimal suatu mahar karena besarnya suatu mahar diserahkan
kepada kesepakatan calon mempelai pria dan calon mempelai wanita.
d. Jenis-jenis Mahar
1. Mahar Musamma
Mahar musamma merupakan mahar yang telah jelas dan ditetapkan dalam
akad. Artinya nilai serta kadarnya telah disepakati antara suami dengan istri.
2. Mahar Mitsil
Mahar mitsil adalah mahar yang disesuaikan menurut jumlah dan bentuk yang
biasa diterima keluarga pihak istri karena tidak ditentukan sebelumnya dalam
akad nikah.
وال يجب األكل منها.واإلجابة إليها] أي وليمة العرس [واجبة] أي فرض عين في األصح
في األص
Artinya: Menghadiri undangan jamuan makan walimah nikah hukumnya wajib,
dalam arti fardlu ‘ain menurut pendapat yang lebih sahih. (Meskipun) tidak wajib
memakannya menurut pendapat yang lebih sahih. Kewajiban mendatangi
walimah ini bisa hilang apabila pihak pengundang melakukan sebuah kekeliruan
secara syara’.
e. Hikmah Walimah
Hikmah walimah dalam perkawinan sangatlah besar, dilihat dari satu
segi, upacara walimah bertujuan untuk memberitahukan kepada masyarakat
bahwa telah dilangsungkan pernikahan secara resmi dan sah salah seorang
anggota masyarakat dalam keluarga tertentu. Jadi antara laki-laki dan perempuan
yang telah menikah tersebut tidak membawa fitnah dalam masyarakat.
Diharapkan kepada masyarakat agar dapat menerima orang baru sebagai warga
baru dalam masyarakat tersebut. Menurut Sayyid Sabiq tujuan dan hikmah
walimah adalah agar terhindar dari nikah sirri yang terlarang dan untuk
menyatakan rasa gembira yang dihalalkan oleh Allah SWT dalam menikmati
kebaikan. Karena perkawinan perbuatan yang haq untuk dipopulerkan agar dapat
diketahui oleh orang banyak. 19 Walimah dapat mempererat hubungan
silaturrahmi antara sesama ahli famili, kaum kerabat, sesama masyarakat, serta
keluarga masing-masing pihak yaitu antara pihak suami dengan pihak istri.
Adanya saling mengundang antara pihak suami dengan pihak istri dapat
mempererat hubungan persaudaraan dan dapat mengenal lebih jauh saudara-
saudara dekat dan saudara-saudara jauh dari masing-masing pihak. Menurut
Muhammad Thalib, tujuan dan hikmah walimah adalah agar terhindar dari nikah
sirri karena perbuatan tersebut dilarang oleh ajaran Islam. Walimah juga untuk
mengungkapkan rasa gembira karena hal ini dibolehkan oleh Allah. Walimah
juga menyiarkan kepada khalayak ramai baik itu yang terdekat maupun yang
terjauh dari mereka. Berfungsi juga mempengaruhi orang-orang yang lebih suka
membujang dan tidak berkeinginan untuk kawin.
5. MUHARRAMAT
a. Pengertian
Al-muharramat jama’ dari muhrim, artinya wanita-wanita yang haram dinikahi
oleh seorang laki-laki. Al-muharramat terbagi atas dua golongan : Muharramat
selamanya dan muharramat sementara.
b. Dasar Hukum
Allah SWT. Berfirman :
َو اَل َتنِكُحوا َم ا َنَك َح آَباُؤ ُك م ِّم َن الِّنَس اِء ِإاَّل َم ا َقْد َس َلَف ۚ ِإَّنُه َك اَن َفاِح َش ًة َو َم ْقًتا َو َس اَء َس ِبياًل ُحِّر َم ْت َع َلْيُك ْم ُأَّمَهاُتُك ْم
َو َبَناُتُك ْم َو َأَخ َو اُتُك ْم َو َع َّم اُتُك ْم َو َخ ااَل ُتُك ْم َو َبَناُت اَأْلِخ َو َبَناُت اُأْلْخ ِت َو ُأَّمَهاُتُك ُم الاَّل ِتي َأْر َض ْعَنُك ْم َو َأَخ َو اُتُك م ِّم َن
الَّر َض اَع ِة َو ُأَّمَهاُت ِنَس اِئُك ْم َو َرَباِئُبُك ُم الاَّل ِتي ِفي ُحُجوِرُك م ِّم ن ِّنَس اِئُك ُم الاَّل ِتي َد َخ ْلُتم ِبِهَّن َفِإن َّلْم َتُك وُنوا َد َخ ْلُتم ِبِهَّن
َفاَل ُجَناَح َع َلْيُك ْم َو َح اَل ِئُل َأْبَناِئُك ُم اَّلِذ يَن ِم ْن َأْص اَل ِبُك ْم َو َأن َتْج َم ُعوا َبْيَن اُأْلْخ َتْيِن ِإاَّل َم ا َقْد َس َلَف ۗ ِإَّن َهَّللا َك اَن َغ ُفوًرا
َّر ِح يًم ا َو اْلُم ْح َص َناُت ِم َن الِّنَس اِء ِإاَّل َم ا َم َلَك ْت َأْيَم اُنُك ْم ۖ ِكَتاَب ِهَّللا َع َلْيُك ْم ۚ َو ُأِح َّل َلُك م َّم ا َو َر اَء َٰذ ِلُك ْم َأن َتْبَتُغ وا
ۚ ِبَأْم َو اِلُك م ُّم ْح ِصِنيَن َغْيَر ُمَس اِفِح يَن
“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita yang telah dinikahi oleh ayahmu,
terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan
dibenci Allah dan seburuk-buruknya jalan (yang ditempuh). Diharamkan atas kamu
(menikahi) ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan, saudara-saudaramu yang
perempuan; saudara-saudara bapakmu yang perempuan, saudara-saudara ibumu
yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki,
anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan, ibu-ibumu yang
menyusuimu, saudara perempuan sepersusuan, ibu-ibu isterimu (mertua), anak-
anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri,
tetapi jika kamu belum campur dengan isteri kamu itu (dan sudah kamu ceraikan),
maka tidak berdosa kamu menikahinya, (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak
kandungmu (menantu), dan menghimpunkan (dalam pernikahan) dua perempuan
yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau. Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan (diharamkan juga kamu
menikahi) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah
telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan
bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk
dikawini bukan untuk berzina. ” [An-Nisaa’/4: 22-24]
Wanita yang haram dinikahi dari jalur nasab ada tujuh, yaitu: Ibu, anak
perempuan, saudara perempuan kandung, bibi dari pihak ayah, bibi dari pihak
ibu, anak perempuan dari saudara laki-laki, dan anak perempuan dari saudara
perempuan.
a. Pengertian
Fokus dan tugas utama dari suami adalah bekerja dan mencari nafkah
untuk keluarga, sedangkan fokus dan tugas utama dari istri adalah
mendukung suami dan mengurus segala urusan rumah tangga termasuk
pengasuhan anak.
b. Dasar Hukum
6. Hak berhias
8. Hak bersenang-senang
9. Hak kecemburuan
a. Pengertian
Talak dalam syariat Islam adalah memutuskan hubungan antara suami istri
dari ikatan pernikahan yang sah menurut syariat agama Islam. Kategori hukum
tradisional utama ialah talak, khul.
b. Dasar Hukum
a. Definisi Nuzyus
b. Dasar Hukum
Dasar hukum nusyuz yang dilakukan suami terdapat dalam al- Qur'an
surat An-nisa' ayat 34 : Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita,
oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas
sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah
menafkahkan sebagian dari harta mereka.
d. Syiqaq
Hakamain adalah salah satu istilah yang terdapat dalam hukum Islam
sebagai alternative penyelesaian sengketa perdata temasuk didalamnya kasus
syiqaq. Secara umum diketahui bahwa hakamain (juru damai dalam perkara
syiqaq) seorang berasal dari pihak keluarga suami dan seorang lagi berasal
dari pihak isteri. Hakamain adalah salah satu istilah yang terdapat dalam
hukum Islam sebagai alternative penyelesaian sengketa perdata temasuk
didalamnya kasus syiqaq. Secara umum diketahui bahwa hakamain (juru
damai dalam perkara syiqaq) seorang berasal dari pihak keluarga suami dan
seorang lagi berasal dari pihak isteri.
a. Pengertian Iddah
Macam-macam 'Iddah Ada tiga macam 'iddah, yaitu 'iddah dengan tiga
kali suci, 'iddah dengan beberapa bulan, dan 'iddah dengan
melahirkan kandungan.
d. Hikmah Iddah
1. Apabila suami melakukan talak raj'i (talak satu dan dua), ini memberikan
kesempatan kepada suami agar bisa rujuk dengan istrinya tanpa kesulitan.
e. Pengertian Ruju’
Rujuk adalah bersatunya kembali sepasang suami dan istri dalam
ikatan pernikahan jika seorang suami memutuskan untuk rujuk dengan istrinya
keduanya tidak perlu melangsungkan akad nikah. Merujuk ialah mengambil
kembali istri yang sudah ditalak.
f. Hikmah Ruju’
Rujuk merupakan perbuatan mulai yang harus dilandasi oleh niat yang
ikhlas, adapun hikmah rujuk antara lain : Dapat mengembalikan keutuhan
rumah tangga yang pernah retak antara kedua belah pihak. Dapat memperbaiki
hubungan kembali antara suami istri.
a. Definisi Nafkah
Nafkah dari segi etimologi berasal dari bahasa arab yaitu: al-Infaq
yang berarti : Pengeluaran. Dan kata infaq ini tidak dipakai kecuali dalam hal
kebaikan. Sedangkan menurut terminologi nafkah adalah: segala bentuk
perbelanjaan manusia terhadap dirinya dan keluarganya dari makanan,
pakaian, dan tempat tinggal.
d. Nafkah Anak
e. Nafkah Orangtua
Menafkahi orang tua akan menjadi wajib hukumnya bagi seorang anak
laki-laki maupun perempuan dikarenakan, kedua orang tuanya miskin, tidak
dapat bekerja, kondisi anak yang berkecukupan, dan memiliki harta berlebih
setelah mencukupi hidup keluarga sendiri.
f. Nafkah Suami Terhadap Istri Yang Beriddah
a. Pengertian
Menurut istilah hukum Islam, li’an ialah sumpah yang diucapkan oleh
suami ketika ia menuduh istrinya berbuat zina dengan empat kali kesaksian
bahwa ia termasuk orang yang benar dalam tuduhannya, kemudian pada
sumpah kesaksian kelima disertai persyaratan bahwa ia bersedia menerima
laknat Allah jika ia berdusta dalam tuduhannya itu.
b. Dasar Hukum
Rukun pertama yaitu suami. Ditinjau dari segi suami itu adalah orang
yang bersumpah untuk menegakkan kesaksian dan dari segi ia adalah orang
yang menuduh orang lain berbuat zina yang untuk itu patut dikenai sanksi
fitnah berbuat zina atau qazaf, maka suami itu harus memenuhi syarat sebagai
berikut:
2. Suami itu adalah muslim, adil, dan tidak pernah dihukum karena
qazaf. Ini adalah persyaratan yang dikemukakan oleh sebagian ulama
diantaranya : Al-Zuhriy, Al-Tsawry, al-Awza’iy, Ulama ahlu ra’yi (Hanafiyah)
dan satu riwayat dari Imam Ahmad, sedangkan Ulama lain diantaranya Imam
Malik, Ishaq, al-Hasan, Said bin al-Musayyab dan Imam Ahmad dalam satu
riwayat tidak mensyaratkan demikian, dengan arti li’an dapat dilakukan oleh
orang yang tidak Islam dan tidak memenuhi syarat adil. (Ibnu Qudamah: 51).
Adapun syarat istri yang harus terpenuhi untuk sahnya li’an yang
diucapkan suaminya adalah sebagai berikut:
2. Ia adalah seorang mukallaf dalam arti sudah dewasa, sehat akal, dan
berbuat dengan penuh kesadaran. Syarat ini ditetapkan karena istri pun akan
melakukan li’an balik sebagai bantahan terhadap apa yang disampaikan oleh
suaminya.
Adapun syarat li’an yaitu: 1. Sumpah suami sebanyak lima kali, harus
bersambung terus, tidak boleh terputus agak lama. 2. Atas perintah hakim
Pengadilan Agama atau wakilnya, sama dengan sumpah dalam kasus sengketa
lain, karena li’an itu lebih banyak dihukumkan sumpah, meskipun kadang-
kadang diartikan juga kesaksian (pembuktian). 3. Hakim mengajari kalimat-
kalimatnya kepada suami-istri yang berli’an. 4. Li’an suami menurut ijma’
didahulukan dari li’an istri. Para Ulama ikhtilaf tentang hukum mendahulukan
li’an suami itu.
a. Pengertian
b. Dasar Hukum
c. Syarat
Pemeliharaan atau pengasuhan anak itu berlaku antara dua unsur yang
menjadi rukun dalam hukumnya yaitu orang tua yang mengasuh yang disebut
hadhin dan anak yang diasuh atau mahdhun. Keduanya harus memenuhi syarat
yang ditentukan untuk wajib dan sahnya tugas pengasuhan anak. Dalam masa
ikatan perkawinan ibu dan bapak secara bersamaan berkewajiban untuk
memelihara anak hasil dari perkawinannya, akan tetapi jika suami dan istri
bercerai dan keduanya berpisah maka sebagai kedua orang tua tetap
berkewajiban memelihara anaknya sendiri-sendiri.
13. POLIGAMI
a. Pengertian
b. Dasar Hukum
c. Alasan
2). Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan ;
3). Istri tidak dapat melahirkan keturunan
d. Syarat
e. Prosedur
Persyaratan Umum :
1) Membayar panjar biaya perkara yang telah ditetapkan
2) Persyaratan Ijin Poligami/Beristri Lebih Dari Seorang :
3) Surat Gugatan/Permohonan (Bila Ada)
4) Foto copy Surat Nikah dengan istri pertama yang dimateraikan Rp 6.000,-
di Kantor Pos
5) Foto Copy KTP Pemohon, istri pertama dan calon istri kedua masing-
masing 1 lembar folio 1 muka (tidak boleh dipotong)
6) Surat pernyataan berlaku adil dari Pemohon
7) Surat keterangan tidak keberatan dimadu dari istri pertama dan calon istri
kedua bermaterai Rp.6.000,- (blanko disediakan di Kantor PA Giri
Menang)
8) Surat keterangan gaji/penghasilan dari perusahaan/kantor/Kelurahan
diketahui oleh Camat setempat
9) Surat Ijin Atasan (bagi PNS/TNI/POLRI)
10) Surat keterangan status calon istri kedua dari Kelurahan
f. Hikmah
Islam menjadikan poligami sebagai jalan untuk hidup yang mulia.
Poligami dapat menyelesaikan masalah besar, seperti kemandulan yang
dialami oleh istri, Sakit yang menyebabkan seorang istri tidak bisa
berhubungan dengan suaminya dan juga seperti meningkatnya jumlah
perempuan dibanding laki-laki.
g. Poligami Dalam UU
Tabattul dilarang dalam Islam, baik dilakukan oleh laki-laki maupun wanita.
Sebagaimana dalam hadis dari Sa’ad bin Abi Waqqash Radhiallahu ’anhu, ia
berkata,
ولو أِذ َن له اَل ْخ َتَص ْيَنا، َر َّد َر سوُل ِهَّللا َص َّلى ُهللا عليه وسَّلَم عَلى ُع ْثَم اَن بِن َم ْظُعوٍن الَّتَبُّتَل