Anda di halaman 1dari 23

TUGAS RESUME

FIQIH MUNAKAHAT

Disusun Oleh :
IRHAM QUSOI RITONGA ( 2120100249 )

Dosen Pengampu :
USWATUN HASANAH S.H., M.Ag

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYEKH ALI HASAN
AHMAD ADDARY
PADANGSIDIMPUAN
2022
1. FIQIH DAN MUNAKAHAT
a. Pengertian Fiqih
Secara etimologis, fiqih identik dengan al-fahm yang berarti pengetahuan atau
pemahaman. Sedangkan secara terminologi, fiqih adalah ilmu tentang hukum-hukum
syara' yang bersifat praktis yang diperoleh dari dalil-dalilnya yang terperenci. Fikih
menjadi peletak dasar syariat melalui interpretasi (ijtihad) al-Qur'an dan Sunnah oleh
para ulama dan diimplementasikan menjadi sebuah fatwa ulama. Oleh karena itu,
syariah dianggap tidak berubah dan sempurna oleh umat Islam, sedangkan fikih dapat
diubah sewaktu-waktu. Fikih berkaitan dengan ketaatan ritual, moral, dan norma
norma sosial dalam Islam serta sistem politik. Di era modern, ada
empat mazhab dalam Sunni, ditambah dua atau tiga mazhab dalam Syiah. Orang yang
menguasai ilmu fikih disebut faqīh (jamaknya fuqaha). Secara umum, fikih bermakna
pengetahuan akan hukum-hukum Islam berdasarkan sumber-sumbernya. Menurunkan
sumber hukum Islam memerlukan metode ijtihad yang dilakukan oleh
seorang mujtahid untuk mendapatkan pemahaman yang lebih rinci berkaitan dengan
hukum-hukum Islam. Seorang faqīh harus melihat dan memahami secara mendalam
segala permasalahan dan tidak berpuas diri dengan makna tersurat saja, dan orang
yang hanya sebatas memahami hukum tanpa mengetahui intisari hukum tersebut tidak
memenuhi syarat sebagai faqīh.

b. Perngertian Munakahat ( Pernikahan )


Secara etimologi, Pernikahan adalah bentukan kata benda dari kata
dasar nikah; kata itu berasal dari bahasa Arab yaitu kata nikkah (bahasa Arab: ‫اح‬-‫) النك‬
yang berarti perjanjian pernikahan; berikutnya kata itu berasal dari kata lain dalam
bahasa Arab yaitu kata nikah (bahasa Arab: ‫اح‬-‫ )نك‬yang berarti persetubuhan. Secara
istilah, pernikahan adalah akad yang menghalalkan pergaulan antara laki-laki dan
perempuan yang bukan mahramnya. Pernikahan merupakan fitrah manusia yang tidak
dapat diabaikan, serta termasuk hal yang penting sehingga Allah Subhanahu wata’ala
melalui Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wassalam memberi banyak petunjuk dalam
pelaksanaannya. Tidak saja untuk manusia, pasangan atau jodoh juga diciptakan
untuk makhluk lainnya baik itu yang hidup atau makhluk tidak hidup seperti hewan,
tumbuhan, bangsa jin, siang dan malam, panas dan dingin, baik dan jahat, agar
tercipta keseimbangan.

c. Dasar Hukum Menikah


Berikut ini adalah beberapa Firman Allah yang mana sebagai dasar hukum
dari menikah ;
a. Surat Annisa ayat 1
Artinya: "Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu yang
telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah
menciptakan istrinya, dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakkan
laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan, bertakwalah kepada Allah yang
dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan
(peliharalah) hubungan silaturahim. Sesungguhnya, Allah selalu mejaga dan
mengawasi kamu.
b. Surat An Nuur ayat 31
Artinya: "Dan, kawinkanlah orang-orang yang sendiria di antara kamu,
orang-orang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki
dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin, Allah
akan memampukan mereka dengan karunia-Nya. Dan, Allah Maha Luas
(Pemberian Nya) lagi Maha Mengetahui.”

Dan berikut ini dasar hukum menikah dalam Hadist Rasulallah Saw. "Wanita
dinikahi karena empat perkara, yaitu karena hartanya, keturunannya, kecantikannya,
dan karena agamanya. Maka, dapatkanlah wanita yang taat beragama niscaya kamu
akan beruntung." (HR Bukhari dan Muslim )

d. Rukun dan Syarat Syah Menikah


Rukun menikah ada lima yaitu :
1. Ada satu laki-laki dan perempuan yang ingin dinikahkan
2. Ada Wali
3. Ada dua orang saksi yang adil
4. Baligh
5. Ijab Qabul

Dan berikut adalah syarat syahnya menikah :


1. Islam
2. Bukan mahram
3. Wali akad nikah bagi perempuan
4. Dihadiri saksi
5. Sedang tidak ikhram atau berhaji
6. Bukanlah paksaan

e. Jenis-jenis Pernikahan Dalam Islam


1. Pernikahan Az Zawaz Al Wajib
2. Pernikahan Az Zawaz Al Mustahab
3. Pernikahan Az Zawaz Al Makruh
4. Pernikahan Az Zawaz Al Mubah
5. Pernikahan Haram
6. Pernikahan Badal
7. Pernikahan Mut’ah
8. Pernikahan Syighar
2. KHITBAH DAN KAFA’AH
a. Pengertian Khitbah dan Kafa’ah
Khitbah adalah mengungkapkan keinginan untuk menikah dengan seorang
perempuan tertentu dan memberitahukan keinginan tersebut kepada perempuan dan
walinya. Pemberitahuan tersebut bisa dilakukan dengan secara langsung oleh laki-laki
yang hendak mengkhitbahnya, atau juga dengan memakai perantara keluarganya. Jika
si perempuan yang hendak dikhitbah atau keluarganya setuju maka tunangan
diyatakan sah. Kafa’ah menurut bahasa ialah setara atau sama. Setara dalam
pernikahan antara laki-laki dengan permpuan ada lima sifat, yaitu:
1. Agama
2. Merdeka atau Hamba
3. Perusahaan
4. Kekayaan
5. Kesejahteraan

b. Dasar Hukum
Dalam Firman Allah Swt.:

‫يايهاالناس انا خلقنكم من ذكروانثى وجعلنكم شعوباوقبا ئل لتعارفوا ان اكرمكم عندهللا اتقكم ان هللا عليم خبير‬

“hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki


dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa, dan bersuku-suku
supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu
disisi allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya allah
maha mengetahui lagi maha mengenal” (al-Hujurat: 13).

c. Wanita Yang Boleh Dipinang


Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: “Adapun wanita-wanita
yang diharamkan karena nasab, maka ketetapannya bahwa semua kerabat seorang pria
dari nasab adalah haram atasnya; kecuali anak-anak perempuan pamannya, baik dari
pihak bapak maupun ibu, dan anak-anak perempuan bibinya, baik dari pihak bapak
maupun ibu. Keempat golongan inilah yang dihalalkan oleh Allah kepada Rasul-Nya
dengan firman-Nya:

‫َيا َأُّيَها الَّنِبُّي ِإَّنا َأْح َلْلَنا َلَك َأْز َو اَج َك الاَّل ِتي آَتْيَت ُأُجوَر ُهَّن َو َم ا َم َلَك ْت َيِم يُنَك ِمَّم ا َأَف اَء ُهَّللا َع َلْي َك َو َبَن اِت َع ِّم َك َو َبَن اِت‬
‫َع َّم اِتَك َو َبَناِت َخ اِل َك َو َبَن اِت َخ ااَل ِت َك الاَّل ِتي َه اَج ْر َن َم َع َك َو اْم َر َأًة ُم ْؤ ِم َن ًة ِإْن َو َهَبْت َنْفَس َها ِللَّنِبِّي ِإْن َأَر اَد الَّنِبُّي َأْن‬
‫َيْسَتْنِكَحَها َخ اِلَص ًة َلَك ِم ْن ُدوِن اْلُم ْؤ ِمِنيَن‬

‘Hai Nabi, sesungguhnya Kami telah menghalalkan bagimu isteri-isterimu


yang telah kamu berikan mas kawinnya dan hamba sahaya yang kamu miliki yang
termasuk apa yang kamu peroleh dalam peperangan yang dikaruniakan Allah
untukmu, dan (demikian pula) anak-anak perempuan dari saudara laki-laki bapakmu,
anak-anak perempuan dari saudara perempuan bapakmu, anak-anak perempuan dari
saudara laki-laki ibumu dan anak-anak perempuan dari saudara perempuan ibumu
yang turut hijrah bersamamu dan perempuan mukmin yang menyerahkan dirinya
kepada Nabi kalau Nabi mau mengawininya sebagai pengkhususan bagimu, bukan
untuk semua orang mukmin…’” [Al-Ahzaab/33: 50]

d. Kriteria Wanita Yang Dipinang


Berikut adalah kriteria Wanita yang dipinang :
1. Taat Beragama
2. Berasal dari keluarga yang baik
3. Perawan
4. Penyabar
5. Memikat hati
6. Amanah
7. Sepadan dalam beragama
8. Mampu memberi keturunan
9. Cerdas dan berperangai baik
10. Pandai menjaga silaturahmi

e. Larangan Berkhalwat
Khalwat atau menyendiri dengan wanita asing (yang bukan mahram)
merupakan bentuk kemungkaran yang sangat berbahaya. Banyak sekali orang tua
yang meremehkan hal ini sehingga dampaknya adalah sebagaimana yang telah
ditulis di berbagai majalah dan koran, yaitu berupa tindak kriminalitas seperti zina
dan pemerkosaan atau hal- hal yang lainnya.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam telah melarang tindakan khalwat
dengan wanita asing ini dalam hadits shahih dengan bersabda,

‫َال َيْخ ُلَو َّن َر ُجٌل ِباْمَر َأٍة ِإَّالَو َم َع هَاُذ و َم ْح َر ٍم‬

“Janganlah seorang laki-laki itu berkhalwat (menyendiri) dengan seorang wanita


kecuali ada mahram yang menyertai wanita tersebut.” (HR. Bukhari & Muslim)
Beliau juga bersabda,

‫َأَال َال َيْخ ُلَو َّن َر ُجٌل بِاْمَر َأٍة ِإَّالكَاَن َثاِلَثُهَم ا الَّشْيَطاُن‬

“Ingatlah, bahwa tidaklah seorang laki-laki itu berkhalwat dengan seorang wanita
kecuali yang ketiganya adalah setan” (HR. Ahmad, At-Tirmidzi dan Al-Hakim. Al-
Hakim kemudian menyatakan bahwa hadits ini shahih berdasarkan syarat Al-
Bukhari dan Muslim. Pendapat ini disepakati pula oleh Adz-Dzahabi).

f. Pembatalan Khitbah
Pembatalan khitbah merupakan sesuatu yang diperbolehkan dalam Islam akan
tetapi jika tidak dilakukan dengan jalan yang baik, tentu akan mengakibatkan
dampak negatif bagi pihak yang dibatalkan, baik secara moril maupun materiil.
Membatalkan pinangan adalah hak masing-masing yang tadinya telah mengikat
perjanjian. Terhadap orang yang menyalahi janji dalam pinangan, Islam tidak
menjatuhkan hukuman materil, sekalipun perbuatan tersebut dipandang cela oleh
sebagian orang. Begitu juga berbagai pemberian dan hadiah dalam khitbah (selain
mahar) tidak wajib dikembalikan karena kategori barang tersebut sebagai hibah
maka hukumnya berbeda dengan hukum mahar. Secara syar‟I, hibah tidak boleh
diminta kembali karena merupakan suatu derma sukarela dantidak bersifat sebagai
penggantian atas sesuatu. Bila barang yang dihibahkan telah diterima dari si pemberi
maka bagi pihak penerima barang tersebut sudah menjadi kepemilikan bagi dirinya
dan ia berhak untuk memanfaatkannya.

g. Kafa’ah Dalam Perkawinan


Kafaah dalam pernikahan adalah keseimbangan dan keserasian antara calon
istri dan calon suami sehingga masing-masing calon tidak merasa berat untuk
melangsungkan perkawinan. Atau laki-laki sebanding dengan calon istrinya, sama
dengan kedudukan, sebanding dalam tingkat sosial dan sederajat dalam akhlak serta
kekayaan. Oleh sebab itu, maka bagi calon suami maupun calon istri sebelum
melangsungkan pernikahan dianjurkan untuk saling mengenal dan mengetahui
masing-masing pribadinya termasuk kesamaan agamanya, kesamaan status
sosialnya, maupun kondisi kehidupannya.
3. MAHAR
a. Definisi Mahar
Secara bahasa, mahar berasal dari kata al-mahru yang artinya pemberian
untuk seorang wanita karena suatu akad. Dalam ilmu fiqih, isitilah mahar memiliki
makna yang lebih luas, yaitu pemberian yang menjadi sebab terjadinya hubungan
seksual atau hilangnya keperawanan seorang perempuan dalam perkawinan.

b. Syarat Mahar
1. Barang berharga
2. Barang yang suci dan bermamfaat
3. Bukan barang ghasab
4. Bukan barang yang tidak jelas keadaannya

c. Kadar Mahar
Meskipun wajib diberikan, menyerahkan mahar pernikahan bukan merupakan
rukun dalam perkawinan. Lebih lanjut, hukum Islam tidak mengatur batasan nilai
minimal maupun maksimal suatu mahar karena besarnya suatu mahar diserahkan
kepada kesepakatan calon mempelai pria dan calon mempelai wanita.

d. Jenis-jenis Mahar
1. Mahar Musamma
Mahar musamma merupakan mahar yang telah jelas dan ditetapkan dalam
akad. Artinya nilai serta kadarnya telah disepakati antara suami dengan istri.
2. Mahar Mitsil
Mahar mitsil adalah mahar yang disesuaikan menurut jumlah dan bentuk yang
biasa diterima keluarga pihak istri karena tidak ditentukan sebelumnya dalam
akad nikah.

e. Kedudukan Mahar Dalam Pernikahan


Dalam Islam, disyari’atkannya membayar mahar hanyalah sebagai hadiah
yang diberikan seorang lelaki kepada seorang perempuan yang dipinangnya ketika
lelaki itu ingin menjadi pendampingnya, dan sebagai pengakuan dari seorang lelaki
atas kemanusiaan, kemuliaan dan kehormatan perempuan. Jadi kedudukan mahar
dalam pernikahan adalah syarat pernikahan.
4. WALIMATUL ‘URSY
a. Pengertian
Kata walimah berasal dari al-Walamu yang dalam bahasa Indonesia artinya
“pertemuan”. Di dalam kamus ilmu fiqih disebutkan bahwa walimah merupakan
makanan pernikahan atau semua makanan yang ditujukan untuk disantap para
undangan. Kemudian kata al-Urs. Dalam bahasa Arab kata al-Urs terdiri dari tiga
huruf; ‘ain, ra, sin. Karena posisinya sebagai mudhaf ilaih, maka ditambah alif lam
ma’rifah atau ( ‫)َاْل‬. Jika ditulis dalam bahasa arab menjadi: ‫ َاْلُع ْر ُس‬/ al-‘Ursu. Kata
al-‘Urs dalam kalimat walimatul ‘Urs artinya adalah az-Zifaf wa Tazwij; perkawinan
dan pernikahan. Bentuk plural dari Al-‘Ursu adalah al-A’rasu / ‫َاَأْلْع َر اُس‬. Jadi ‘Urs
artinya perkawinan dan pernikahan. Adapun secara istilah Walimatul Ursy adalah
jamuan yang khusus untuk pernikahan dan tidak digunakan untuk perhelatan di luar
pernikahan. Karena itulah secara umum,Walimatul Ursy diartikan dengan pesta dalam
rangka mensyukuri nikmat Allah Swt atas terlaksananya akad pernikahan dengan
menghidangkan makanan.
b. Dasar Hukum
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
‫ َيا َر ُسْو َل ِهللا ِاّنى‬: ‫ َم ا هَذ ا؟ َقاَل‬: ‫َع ْن َاَنِس ْبِن َم اِلٍك َاَّن الَّنِبَّي ص َر َأى َع َلى َع ْبِد الَّرْح مِن ْبِن َعْو ٍف َاَثَر ُص ْفَرٍة َفَقاَل‬
‫ مسلم‬.‫ َاْو ِلْم َو َلْو ِبَش اٍة‬. ‫ َفَباَر َك ُهللا َلَك‬: ‫ َقاَل‬.‫َتَز َّو ْج ُت اْمَر َأًة َع َلى َو ْز ِن َنَو اٍة ِم ْن َذ َهٍب‬
Dari Anas bin Malik, bahwasanya Nabi saw. melihat ada bekas kuning-kuning pada
‘Abdur Rahman bin ‘Auf. Maka beliau bertanya, “Apa ini ?”. Ia menjawab, “Ya
Rasulullah, saya baru saja menikahi wanita dengan mahar seberat biji dari emas”.
Maka beliau bersabda, “Semoga Allah memberkahimu. Selenggarakan walimah
meskipun (hanya) dengan (menyembelih) seekor kambing”.
Hukum mengadakan walimah ursy adalah sunnah, dan tidak hanya diuntukkan
kepada orang-orang yang kaya dan berada. Namun undangan tersebut juga
diperuntukkan orang-orang miskin sekitar, guna merasakan hidangan di hari bahagia
tersebut.
c. Perubahan Sosial Dalam Masalah Perkawinan dan Hubungan Dengan
Pranata Sosial
Pranata adalah sistem tingkah laku sosial yang bersifat resmi serta
adat-istiadat dan norma yang mengatur tingkah laku itu, dan seluruh
perlengkapannya guna memenuhi berbagai kompleks kebutuhan manusia dalam
masyarakat. Padanannya adalah institusi dan lembaga. Ketiga istilah; pranata,
institusi, dan lembaga, jika dihubungkan dengan masyarakat menimbulkan berbagai
sebutan yaitu lembaga sosial, lembaga kemasyarakatan, institusi sosial, dan pranata
sosial. Sebutan-sebutan itu digunakan dalamberbagai karya ilmiah dengan rumusan
pengertian yang berbeda-beda tetapi mengandung maksud yang hampir sama.
1) Investasi negara kedalam urusan perkawinan
2) Pembatasan poligami
3) Usia minimal menikah
4) Kehendak menikah dari mempelai dan wali
5) Talak bukan hak mutlak suami
d. Hukum Menghadiri Walimah
Allah SWT berfiman :

‫ وال يجب األكل منها‬.‫واإلجابة إليها] أي وليمة العرس [واجبة] أي فرض عين في األصح‬
‫في األص‬
Artinya: Menghadiri undangan jamuan makan walimah nikah hukumnya wajib,
dalam arti fardlu ‘ain menurut pendapat yang lebih sahih. (Meskipun) tidak wajib
memakannya menurut pendapat yang lebih sahih. Kewajiban mendatangi
walimah ini bisa hilang apabila pihak pengundang melakukan sebuah kekeliruan
secara syara’.

e. Hikmah Walimah
Hikmah walimah dalam perkawinan sangatlah besar, dilihat dari satu
segi, upacara walimah bertujuan untuk memberitahukan kepada masyarakat
bahwa telah dilangsungkan pernikahan secara resmi dan sah salah seorang
anggota masyarakat dalam keluarga tertentu. Jadi antara laki-laki dan perempuan
yang telah menikah tersebut tidak membawa fitnah dalam masyarakat.
Diharapkan kepada masyarakat agar dapat menerima orang baru sebagai warga
baru dalam masyarakat tersebut. Menurut Sayyid Sabiq tujuan dan hikmah
walimah adalah agar terhindar dari nikah sirri yang terlarang dan untuk
menyatakan rasa gembira yang dihalalkan oleh Allah SWT dalam menikmati
kebaikan. Karena perkawinan perbuatan yang haq untuk dipopulerkan agar dapat
diketahui oleh orang banyak. 19 Walimah dapat mempererat hubungan
silaturrahmi antara sesama ahli famili, kaum kerabat, sesama masyarakat, serta
keluarga masing-masing pihak yaitu antara pihak suami dengan pihak istri.
Adanya saling mengundang antara pihak suami dengan pihak istri dapat
mempererat hubungan persaudaraan dan dapat mengenal lebih jauh saudara-
saudara dekat dan saudara-saudara jauh dari masing-masing pihak. Menurut
Muhammad Thalib, tujuan dan hikmah walimah adalah agar terhindar dari nikah
sirri karena perbuatan tersebut dilarang oleh ajaran Islam. Walimah juga untuk
mengungkapkan rasa gembira karena hal ini dibolehkan oleh Allah. Walimah
juga menyiarkan kepada khalayak ramai baik itu yang terdekat maupun yang
terjauh dari mereka. Berfungsi juga mempengaruhi orang-orang yang lebih suka
membujang dan tidak berkeinginan untuk kawin.

5. MUHARRAMAT
a. Pengertian
Al-muharramat jama’ dari muhrim, artinya wanita-wanita yang haram dinikahi
oleh seorang laki-laki. Al-muharramat terbagi atas dua golongan : Muharramat
selamanya dan muharramat sementara.

b. Dasar Hukum
Allah SWT. Berfirman :

‫َو اَل َتنِكُحوا َم ا َنَك َح آَباُؤ ُك م ِّم َن الِّنَس اِء ِإاَّل َم ا َقْد َس َلَف ۚ ِإَّنُه َك اَن َفاِح َش ًة َو َم ْقًتا َو َس اَء َس ِبياًل ُحِّر َم ْت َع َلْيُك ْم ُأَّمَهاُتُك ْم‬
‫َو َبَناُتُك ْم َو َأَخ َو اُتُك ْم َو َع َّم اُتُك ْم َو َخ ااَل ُتُك ْم َو َبَناُت اَأْلِخ َو َبَناُت اُأْلْخ ِت َو ُأَّمَهاُتُك ُم الاَّل ِتي َأْر َض ْعَنُك ْم َو َأَخ َو اُتُك م ِّم َن‬
‫الَّر َض اَع ِة َو ُأَّمَهاُت ِنَس اِئُك ْم َو َرَباِئُبُك ُم الاَّل ِتي ِفي ُحُجوِرُك م ِّم ن ِّنَس اِئُك ُم الاَّل ِتي َد َخ ْلُتم ِبِهَّن َفِإن َّلْم َتُك وُنوا َد َخ ْلُتم ِبِهَّن‬
‫َفاَل ُجَناَح َع َلْيُك ْم َو َح اَل ِئُل َأْبَناِئُك ُم اَّلِذ يَن ِم ْن َأْص اَل ِبُك ْم َو َأن َتْج َم ُعوا َبْيَن اُأْلْخ َتْيِن ِإاَّل َم ا َقْد َس َلَف ۗ ِإَّن َهَّللا َك اَن َغ ُفوًرا‬
‫َّر ِح يًم ا َو اْلُم ْح َص َناُت ِم َن الِّنَس اِء ِإاَّل َم ا َم َلَك ْت َأْيَم اُنُك ْم ۖ ِكَتاَب ِهَّللا َع َلْيُك ْم ۚ َو ُأِح َّل َلُك م َّم ا َو َر اَء َٰذ ِلُك ْم َأن َتْبَتُغ وا‬
‫ۚ ِبَأْم َو اِلُك م ُّم ْح ِصِنيَن َغْيَر ُمَس اِفِح يَن‬

“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita yang telah dinikahi oleh ayahmu,
terkecuali pada masa yang telah lampau. Sesungguhnya perbuatan itu amat keji dan
dibenci Allah dan seburuk-buruknya jalan (yang ditempuh). Diharamkan atas kamu
(menikahi) ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan, saudara-saudaramu yang
perempuan; saudara-saudara bapakmu yang perempuan, saudara-saudara ibumu
yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laki-laki,
anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang perempuan, ibu-ibumu yang
menyusuimu, saudara perempuan sepersusuan, ibu-ibu isterimu (mertua), anak-
anak isterimu yang dalam pemeliharaanmu dari isteri yang telah kamu campuri,
tetapi jika kamu belum campur dengan isteri kamu itu (dan sudah kamu ceraikan),
maka tidak berdosa kamu menikahinya, (dan diharamkan bagimu) isteri-isteri anak
kandungmu (menantu), dan menghimpunkan (dalam pernikahan) dua perempuan
yang bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau. Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan (diharamkan juga kamu
menikahi) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah
telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya atas kamu. Dan dihalalkan
bagi kamu selain yang demikian (yaitu) mencari isteri-isteri dengan hartamu untuk
dikawini bukan untuk berzina. ” [An-Nisaa’/4: 22-24]

c. Muharramat Karena Nasab dan Mushaharah

1. Muharramat karena nasab

Wanita yang haram dinikahi dari jalur nasab ada tujuh, yaitu: Ibu, anak
perempuan, saudara perempuan kandung, bibi dari pihak ayah, bibi dari pihak
ibu, anak perempuan dari saudara laki-laki, dan anak perempuan dari saudara
perempuan.

2. Muharramat karena Mushaharah


Wanita yang haram dinikahi karena sebab mushaharah ini dibagi
kepada empat macam: a) Mertua perempuan, nenek perempuan istri dan
seterusnya ke atas, baik garis ibu atau ayah. b) Anak tiri, dengan syarat kalau
telah terjadi hubungan kelamin antara suami dengan ibu anak tersebut.

6. HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI

a. Pengertian

Fokus dan tugas utama dari suami adalah bekerja dan mencari nafkah
untuk keluarga, sedangkan fokus dan tugas utama dari istri adalah
mendukung suami dan mengurus segala urusan rumah tangga termasuk
pengasuhan anak.

b. Dasar Hukum

Dalam kitab Fiqh as-Sunnah as-Sayyid as-Sabiq menerangkan bahwa :


“Jika akad nikah yang sah telah dilaksanakan, maka hal-hal yang berkaitan
dengannya telah berlaku dan hak-hak dalam suami istripun telah diberlakukan.
Hak-hak dalam hubungan suami istri ada tiga macam, yaitu : hak-hak yang
wajib ditunaikan suami, hak–hak yang wajib ditunaikan istri, dan hak-hak
bersama antara suami istri.”

c. Hak dan Kewajiban Bersama

1. Hak memperoleh kelembutan

2. Hak mendapat kasih saying

3. Hak mendapatkan anak

4. Hak mendapat kepercayaan dan baik sangka

5. Bersama dalam suka duka

6. Hak berhias

7. Hak pelayanan dan kenikmatan seksual

8. Hak bersenang-senang

9. Hak kecemburuan

d. Hak dan Kewajiban Suami


1) Mahar

2) Nafkah , Pakaian dan tempat tinggal

3) Menggauli istri secara baik

4) Menjaga istri dari dosa

5) Memberikan cinta dan kasih sayang kepada istri

e. Hak dan Kewajiban Istri

1) Taat kepada suami

2) Mengikuti tempat tinggal suami

3) Menjaga diri saat suami tidak ada

7. TALAK ( PUTUSNYA PERKAWINAN )

a. Pengertian

Talak dalam syariat Islam adalah memutuskan hubungan antara suami istri
dari ikatan pernikahan yang sah menurut syariat agama Islam. Kategori hukum
tradisional utama ialah talak, khul.

b. Dasar Hukum

Dasar Hukum Talak dalam Memutuskan Perkawinan, Pasal 2 ayat (1) UU


1/1974 menerangkan bahwa perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum
masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu. Merujuk peraturan ini, talak juga
dilaksanakan sesuai hukum Islam, yang diatur dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI).

Rasulallah Saw bersabda :


"Sesungguhnya iblis meletakkan singgasananya di atas air (laut), kemudian ia
mengutus bala tentaranya. Maka yang paling dekat dengannya adalah yang
paling besar fitnahnya. Datanglah salah seorang dari bala tentaranya dan
berkata, "Aku telah melakukan begini dan begitu". Iblis berkata, "Engkau sama
sekali tidak melakukan sesuatu pun". Kemudian datang yang lain lagi dan
berkata, "Aku tidak meninggalkannya hingga aku berhasil memisahkan antara
dia dan istrinya". Maka Iblis pun mendekatinya dan berkata, "Sungguh hebat
engkau"." (HR Muslim no 2813).

c. Macam -macam Talak


1. Talak Sunni
2. Talak Bidi’
3. Talak Raji’
4. Talak Bain’

d. Dampak Talak Bagi Istri


Perceraian mampu membuat seorang wanita merasa tidak bahagia dan
kesepian. Para wanita yang sudah bercerai mungkin memiliki kekhawatiran
dalam segi mencari pasangan yang tepat untuknya di masa depan. Emosi lain
yang dapat dirasakan oleh wanita yang bercerai adalah rasa bersalah.

e. Hukum Talak Dalam Islam


1.Wajib
Hukum talak menjadi wajib saat terjadi perselisihan antara suami istri.
Sedangkan dua hakim yang mengurus perkara keduanya sudah memandang perlu
supaya keduanya bercerai.
2. Sunah
Apabila suami sudah tidak sanggup lagi membayar dan mencukupi
kewajibannya (nafkah) atau perempuan tidak menjaga kehormatan dirinya.
3. Haram (bid’ah)
Ada dua keadaan yang menyebabkan talak menjadi haram hukumnya, yakni
menjatuhkan talak ketika istri dalam keadaan haid dan menjatuhkan talak sewaktu
suci yang telah dicampurinya dalam waktu suci itu.
4. Makruh
Yaitu hukum asal yang telah disebutkan sebelumnya, yaitu perbuatan halal
yang dibenci oleh Allah SWT.

f. Orang Yang Berhak Menjatuhkan Talak


Yang berhak menjatuhkan talak adalah laki-laki. Karena rupanya laki-
lakilah yang sebenarnya lebih menginginkan langgengnya rumah tangga jika
dibandingkan dengan wanita pada saat terjadi krisis kekeluargaan.

g. Talak Dalam UU No. 1 Tahun 1974 dan Komplikasi Hukum Islam


Pada pasal 1 UU No. 1 Tahun 1974 dijelaskan bahwa tujuan
perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia, kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa. Namun pada realitanya sering kali perkawinan
tersebut kandas ditengah jalan yang mengakibatkan putusnya perkawinan, ada
kalanya karena sebab kematian, perceraian, ataupun karena putusan
pengadilan secara yuridis berarti putusnya perkawinan, yang mengakibatkan
putusnya hubungan sebagai suami istri atau berhenti berlaki bini. Pasal 39
Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan
memuat ketentuan imperatif bahwa perceraian hanya dapat dilakukan didepan
pengadilan, setelah pengadilan yang bersangkutan berusaha mendamaikan
kedua belah pihak. Perceraian yang tidak melalui proses peradilan merupakan
perceraian yang tidak sah atau tidak diakui oleh negara dan agama. Perceraian
melalui saluran peradilan sejatinya lebih melindungi hak-hak hukum
perempuan dan menciptakan kepastian hukum bagi pelaku perceraian.Dan
diperkuat lagi dengan dasar hukum perceraian dalam hukum positif sudah
diatur dalam Undang-Undang nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dan
Kompilasi Hukum Islam (KHI). Dalam Pasal 34 Undang-Undang Perkawinan
nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan ayat (3) dan Komplikasi Hukum
Islam Pasal 77 ayat (5) menyatakan bahwa “Jika suami atau istri melalaikan
kewajibannya masing-masing dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan
Agama”.11 Beberapapaparan data tersebut dapat disimpulkan bahwa karena
sudah diatur dalam UU No. 1 tahun 1974 pasal 39 ayat (1) yang berbunyi:
“Perceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan setelah
pengadilan yang bersangkutan berusaha dan tidak berhasil mendamaikan
kedua belah pihak”. Maka status hukum perceraian janda cerai talak yang
dijatuhkan diluar pengadilan ditinjau dari hukum positif dianggap tidak sah.

8. NUZYUS DAN SYIQAQ DAN FUSNGSI HUKUMNYA

a. Definisi Nuzyus

Pengertian NusyuzSecara bahasa (etimologi) nusyuz adalah masdar


atau infinitive dari ‫ص٘ا ّش‬yang mempunyai arti tanah yang terangkat tinggi ke
atas.1kata, ‫ س ِا اٍ رسرعاغ اٍب‬- - ‫ض‬ْٝ--‫ضّ ش‬--‫ )ش‬suatu yang terangkat ke atas dari
bumi).2nusyuz dengan arti sesuatu yang menonjol di dalam, atau dari suatu
tempatnya. Dan jika konteksnya dikaitkan dengan hubugan suami-isteri maka
diartikan sebagai sikap isteri yang durhaka, menentang dan membenci
kepada suaminya.

b. Dasar Hukum

Dasar hukum nusyuz yang dilakukan suami terdapat dalam al- Qur'an
surat An-nisa' ayat 34 : Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita,
oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas
sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah
menafkahkan sebagian dari harta mereka.

c. Tanda-tanda Istri Nuzyus

Dalam lanjutan teks di kitab al-Fiqh al-Manhaji dijelaskan bahwa


seorang perempuan akan dianggap nusyuz apabila ia keluar rumah dan
bepergian tanpa seizin suami, tidak membukakan pintu bagi suami yang
hendak masuk, dan menolak ajakan suami untuk berhubungan suami-istri
padahal ia tidak sedang uzur seperti sakit atau lainnya, atau saat suami
menginginkannya namun ia sibuk dengan hajatnya sendiri, dan lainnya.

d. Syiqaq

Syiqaq mengandung arti pertengkaran, kata ini biasanya dihubungkan


kepada suami istri sehingga berarti pertengkaran yang terjadi antara suami istri
yang tidak dapat diselesaikan sendiri oleh keduanya. Syiqaq ini timbul bila
suami atau istri atau keduanya tidak melaksanakan kewajiban yang
mesti dipikulnya.
e. Hakamain

Hakamain adalah salah satu istilah yang terdapat dalam hukum Islam
sebagai alternative penyelesaian sengketa perdata temasuk didalamnya kasus
syiqaq. Secara umum diketahui bahwa hakamain (juru damai dalam perkara
syiqaq) seorang berasal dari pihak keluarga suami dan seorang lagi berasal
dari pihak isteri. Hakamain adalah salah satu istilah yang terdapat dalam
hukum Islam sebagai alternative penyelesaian sengketa perdata temasuk
didalamnya kasus syiqaq. Secara umum diketahui bahwa hakamain (juru
damai dalam perkara syiqaq) seorang berasal dari pihak keluarga suami dan
seorang lagi berasal dari pihak isteri.

9. IDDAH DAN RUJU’

a. Pengertian Iddah

Iddah di dalam agama Islam adalah sebuah di mana seorang


perempuan yang telah diceraikan oleh suaminya, baik diceraikan karena
suaminya mati atau karena dicerai ketika suaminya hidup, untuk menunggu
dan menahan diri dari menikahi laki-laki lain. Tujuannya adalah untuk
menjaga hubungan darah suaminya.

b. Dasar Hukum Iddah

Ketentuan ini didasarkan kepada firman Allah SWT., QS. Al-


Baqarah/2:234:

"Dan orang-orang yang mati diantara kamu serta meninggalkan istri-istri


hendaklah mereka (istri-istri) menunggu empat bulan sepuluh hari."

c. Macam -macam Iddah

Macam-macam 'Iddah Ada tiga macam 'iddah, yaitu 'iddah dengan tiga
kali suci, 'iddah dengan beberapa bulan, dan 'iddah dengan
melahirkan kandungan.

d. Hikmah Iddah

1. Apabila suami melakukan talak raj'i (talak satu dan dua), ini memberikan
kesempatan kepada suami agar bisa rujuk dengan istrinya tanpa kesulitan.

2. Untuk mengetahui kosong atau tidaknya rahim.

e. Pengertian Ruju’
Rujuk adalah bersatunya kembali sepasang suami dan istri dalam
ikatan pernikahan jika seorang suami memutuskan untuk rujuk dengan istrinya
keduanya tidak perlu melangsungkan akad nikah. Merujuk ialah mengambil
kembali istri yang sudah ditalak.

f. Hikmah Ruju’

Rujuk merupakan perbuatan mulai yang harus dilandasi oleh niat yang
ikhlas, adapun hikmah rujuk antara lain : Dapat mengembalikan keutuhan
rumah tangga yang pernah retak antara kedua belah pihak. Dapat memperbaiki
hubungan kembali antara suami istri.

10. NAFKAH DALAM PERNIKAHAN

a. Definisi Nafkah

Nafkah dari segi etimologi berasal dari bahasa arab yaitu: al-Infaq
yang berarti : Pengeluaran. Dan kata infaq ini tidak dipakai kecuali dalam hal
kebaikan. Sedangkan menurut terminologi nafkah adalah: segala bentuk
perbelanjaan manusia terhadap dirinya dan keluarganya dari makanan,
pakaian, dan tempat tinggal.

b. Sebab-sebab Wajib Memberi Nafkah

Nafkah yang diwajibkan kepada seorang manusia terhadap orang lain.


kewajiban nafkah terhadap orang lain ini disebabkan karena adanya tiga faktor
yaitu: hubungan pernikahan, hubungan keturunan dan hubungan perbudakan.

c. Hukum Memberikan Nafkah

Hukum memberi nafkah keluarga ini wajib atas suami, berdasarkan


nash-nash Al Qur'an, Hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam serta Ijma'
ulama. Juga firmanNya. "Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian
kepada para ibu dengan cara yang baik". [Al Baqarah : 233].

d. Nafkah Anak

Dalam Islam, karena memberikan nafkah sesuai kemampuan


hukumnya adalah wajib seorang ayah, maka jika tidak dilaksanakan hukumnya
yaitu dosa ayah tidak menafkahi anak.

e. Nafkah Orangtua

Menafkahi orang tua akan menjadi wajib hukumnya bagi seorang anak
laki-laki maupun perempuan dikarenakan, kedua orang tuanya miskin, tidak
dapat bekerja, kondisi anak yang berkecukupan, dan memiliki harta berlebih
setelah mencukupi hidup keluarga sendiri.
f. Nafkah Suami Terhadap Istri Yang Beriddah

Nafkah iddah adalah nafkah yang diberikan oleh suami kepada


isterinya setelah mereka melakukan perceraian. Suami berkewajiban
memberikan nafkah iddah kepada isterinya setelah mereka
melakukan perceraian.

11. LI’AN, I’LA, ZIHAR

a. Pengertian

Menurut istilah hukum Islam, li’an ialah sumpah yang diucapkan oleh
suami ketika ia menuduh istrinya berbuat zina dengan empat kali kesaksian
bahwa ia termasuk orang yang benar dalam tuduhannya, kemudian pada
sumpah kesaksian kelima disertai persyaratan bahwa ia bersedia menerima
laknat Allah jika ia berdusta dalam tuduhannya itu.

b. Dasar Hukum

Dasar hukum pengaturan li’an bagi suami yang menuduh istrinya


berbuat zina ialah firman Allah surat An-Nur ayat 6-7. Seorang suami yang
menuduh istrinya berbuat zina tanpa mendatangkan empat orang saksi, maka
suami diharuskan bersumpah empat kali dan yang kelima kali dilanjutkan
dengan menyatakan bersedia menerima laknat Allah apabila tindakannya itu
dusta. Istri yang mendapat tuduhan itu bebas dari hukuman zina kalau mau
bersumpah seperti suami di atas empat kali dan yang kelima kalinya diteruskan
bersedia mendapat laknat Allah bila tuduhan suami itu benar. Sumpah
demikian disebut sumpah li’an. Jika suami menuduh istrinya berzina tapi ia
tidak mengakuinya dan suami tidak pula mau mencabut tuduhannya itu, maka
Allah mengharuskan mereka mengadakan li’an.

c. Rukun Dan Syarat

Rukun pertama yaitu suami. Ditinjau dari segi suami itu adalah orang
yang bersumpah untuk menegakkan kesaksian dan dari segi ia adalah orang
yang menuduh orang lain berbuat zina yang untuk itu patut dikenai sanksi
fitnah berbuat zina atau qazaf, maka suami itu harus memenuhi syarat sebagai
berikut:

1. Ia adalah seorang yang sudah dikenai beban hukum atau mukallaf,


yaitu telah dewasa, sehat akalnya, dan berbuat dengan kesadaran sendiri. Bila
suami itu belum dewasa, atau tidak sehat akalnya atau dalam keadaan terpaksa,
maka sumpah yang disumpahkannya tidak sah dan bila dia menfitnah pun
tidak dikenai sanksi qazaf, dengan demikian, tidak sah li’an yang
dilakukannya.

2. Suami itu adalah muslim, adil, dan tidak pernah dihukum karena
qazaf. Ini adalah persyaratan yang dikemukakan oleh sebagian ulama
diantaranya : Al-Zuhriy, Al-Tsawry, al-Awza’iy, Ulama ahlu ra’yi (Hanafiyah)
dan satu riwayat dari Imam Ahmad, sedangkan Ulama lain diantaranya Imam
Malik, Ishaq, al-Hasan, Said bin al-Musayyab dan Imam Ahmad dalam satu
riwayat tidak mensyaratkan demikian, dengan arti li’an dapat dilakukan oleh
orang yang tidak Islam dan tidak memenuhi syarat adil. (Ibnu Qudamah: 51).

3. Suami tidak mampu mendatangkan saksi empat orang untuk


membuktikan tuduhan zina yang dilemparkannya kepada istrinya. Bila
seandainya suami mempunyai bukti yang lengkap tidak boleh menempuh li’an
karena li’an itu adalah sebagai pengganti tuduhan yang dapat dibuktikan.
Rukun yang kedua yaitu istri.

Adapun syarat istri yang harus terpenuhi untuk sahnya li’an yang
diucapkan suaminya adalah sebagai berikut:

1. Ia adalah istri yang masih terkait tali perkawinan dengan suaminya.


Karena li’an itu hanya berlaku diantara suami istri dan tidak berlaku untuk
yang lain.

2. Ia adalah seorang mukallaf dalam arti sudah dewasa, sehat akal, dan
berbuat dengan penuh kesadaran. Syarat ini ditetapkan karena istri pun akan
melakukan li’an balik sebagai bantahan terhadap apa yang disampaikan oleh
suaminya.

3. Ia adalah seorang yang muhsan, yaitu bersih dari kemungkinan sifat-


sifat yang tercela yang menyebabkan dia pantas untuk dituduh berzina.

Adapun syarat li’an yaitu: 1. Sumpah suami sebanyak lima kali, harus
bersambung terus, tidak boleh terputus agak lama. 2. Atas perintah hakim
Pengadilan Agama atau wakilnya, sama dengan sumpah dalam kasus sengketa
lain, karena li’an itu lebih banyak dihukumkan sumpah, meskipun kadang-
kadang diartikan juga kesaksian (pembuktian). 3. Hakim mengajari kalimat-
kalimatnya kepada suami-istri yang berli’an. 4. Li’an suami menurut ijma’
didahulukan dari li’an istri. Para Ulama ikhtilaf tentang hukum mendahulukan
li’an suami itu.

12. HADHONAH ( PEMELIHARAAN ANAK )

a. Pengertian

Secara bahasa, hadhanah berasal dari kata al-hidhnu yang artinya


samping atau merengkuh ke samping. Sedangkan secara istilah, hadhanah
adalah pemeliharaan anak bagi orang yang berhak untuk memeliharanya.

b. Dasar Hukum

Adapun dasar hukum pemeliharaan anak dalam Firman Allah SWT


pada surat Al-Baqarah ayat 233 yang menyatakan :
“Para Ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban
ayah memberi makan dan pakaian kepada ibu dengan cara yang
makruf...”(QS. Al-Baqarah: 233).

c. Syarat

Pemeliharaan atau pengasuhan anak itu berlaku antara dua unsur yang
menjadi rukun dalam hukumnya yaitu orang tua yang mengasuh yang disebut
hadhin dan anak yang diasuh atau mahdhun. Keduanya harus memenuhi syarat
yang ditentukan untuk wajib dan sahnya tugas pengasuhan anak. Dalam masa
ikatan perkawinan ibu dan bapak secara bersamaan berkewajiban untuk
memelihara anak hasil dari perkawinannya, akan tetapi jika suami dan istri
bercerai dan keduanya berpisah maka sebagai kedua orang tua tetap
berkewajiban memelihara anaknya sendiri-sendiri.

1. Mukallaf ( Sudah baligh dan berakal )

2. Mempunyai kemampuan dan kemauan untuk memelihara dan mendidik


mahdhun (anak yang diasuhnya) dan tidak terikat dengan suatu pekerjaan yang
bisa mengakibatkan tugas hadhanah menjadi terlantar.

3. Mempunyai sifat amanah, maka dengan itu dapat lebih menjamin


pemeliharaan anak, karena orang yang rusak akhlaknya tidak dapat
memberikan contoh yang baik kepada anak yang diasuh, oleh karena itu ia
tidak layak melakukan tugas ini.

4. Tidak terikat dengan perkawinan dengan laki-laki yang lain, apabila


pengasuh itu adalah wanita atau ibu kandungnya, sesuai dengan sabda
Rasulullah kepada seorang wanita yang anaknya akan diambil oleh bekas
suaminya: “…Engkau lebih berhak terhadap anakmu itu selama engkau belum
menikah lagi.”(HR. Abu Dawud).

5. Seseorang yang melakukan hadhanah harus beragama Islam. Karena


tugas pengasuhan itu termasuk tugas pendidikan yang akan mengarahkan
agama anak yang diasuh. Apabila anak diasuh oleh orang yang bukan Islam
dikhawatirkan anak akan agamanya.

d. Masa Berhentinya Hadhanah

Ulama Hanafiyyah berpendapat bahwa masa berakhirnya hadhanah itu


ketika anak laki-laki berumur 7 (tujuh) tahun dan 9 (sembilan) tahun atau 11
(sebelas) tahun. Hadhanah anak laki-laki berakhir pada saat anak itu tidak lagi
memerlukan penjagaan dan telah dapat mengurus keperluannya sehari-hari
seperti makan, minum dansebagainya. Sedang masa hadhanah wanita berakhir
apabila ia telah baligh atau telah datang masa haidnya pertamanya.

13. POLIGAMI
a. Pengertian

Poligami atau permaduan adalah sistem perkawinan yang salah satu


pihak memiliki atau mengawini beberapa lawan jenisnya dalam waktu yang
bersamaan. Dalam antropologi sosial, poligami merupakan praktik
pernikahan kepada lebih dari satu suami atau istri.

b. Dasar Hukum

Dalam perspektif hukum Islam, poligami dibatasi sampai maksimal


empat orang isteri. Ada dua ayat pokok yang dapat dijadikan acuan
dilakukannya poligami, yakni QS. al-Nisa' (4): 3 dan QS. al-Nisa' (4): 129.

c. Alasan

Adapun alasan-alasan yang dipedomani pengadilan untuk memberi


izin poligami adalah sebagai berikut :

1). Istri tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai istri ;

2). Istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan ;
3). Istri tidak dapat melahirkan keturunan

d. Syarat

Pertama seorang pelaku poligami, harus memiliki sikap adil di antara


para istrinya. Kedua, harus semakin meningkatkan ketakwaannya kepada
Allah. Ketiga, harus dapat menjaga para istrinya, baik menjaga agama
maupun kehormatannya.

e. Prosedur

Persyaratan Umum :
1) Membayar panjar biaya perkara yang telah ditetapkan
2) Persyaratan Ijin Poligami/Beristri Lebih Dari Seorang :
3) Surat Gugatan/Permohonan (Bila Ada)
4) Foto copy Surat Nikah dengan istri pertama yang dimateraikan Rp 6.000,-
di Kantor Pos
5) Foto Copy KTP Pemohon, istri pertama dan calon istri kedua masing-
masing 1 lembar folio 1 muka (tidak boleh dipotong)
6) Surat pernyataan berlaku adil dari Pemohon
7) Surat keterangan tidak keberatan dimadu dari istri pertama dan calon istri
kedua bermaterai Rp.6.000,- (blanko disediakan di Kantor PA Giri
Menang)
8) Surat keterangan gaji/penghasilan dari perusahaan/kantor/Kelurahan
diketahui oleh Camat setempat
9) Surat Ijin Atasan (bagi PNS/TNI/POLRI)
10) Surat keterangan status calon istri kedua dari Kelurahan

f. Hikmah
Islam menjadikan poligami sebagai jalan untuk hidup yang mulia.
Poligami dapat menyelesaikan masalah besar, seperti kemandulan yang
dialami oleh istri, Sakit yang menyebabkan seorang istri tidak bisa
berhubungan dengan suaminya dan juga seperti meningkatnya jumlah
perempuan dibanding laki-laki.

g. Poligami Dalam UU

Dasar peraturan poligami di Indonesia adalah Undang Undang No. 1


Tahun 1974 pada pasal 3 ayat 2 yang berbunyi: Pengadilan dapat memberi
izin kepada seorang suami untuk beristri lebih dari seorang apabia
dikehendaki oleh pihak-pihak yang bersangkutan.

14. KEENGGANAN MENIKAH :PROBLEM SOSIAL KONTEMPORER


a. Kewajiban Menikah Dan Larangan Tabattul
Tabattul artinya meninggalkan nikah dalam rangka zuhud dan ibadah, seperti
para rahib dan pendeta. Dalam Mu’jam Musthalahat Fiqhiyyah disebutkan,

‫التبتل هو ترك الزواج زهدا فيه‬

“At tabattul artinya meninggalkan nikah dalam rangka hidup zuhud.”

Tabattul dilarang dalam Islam, baik dilakukan oleh laki-laki maupun wanita.
Sebagaimana dalam hadis dari Sa’ad bin Abi Waqqash Radhiallahu ’anhu, ia
berkata,

‫ ولو أِذ َن له اَل ْخ َتَص ْيَنا‬، ‫َر َّد َر سوُل ِهَّللا َص َّلى ُهللا عليه وسَّلَم عَلى ُع ْثَم اَن بِن َم ْظُعوٍن الَّتَبُّتَل‬

“Rasulullah Shallallahu ’alaihi wasallam melarang Utsman bin Mazh’un untuk


melakukan tabattul. Andaikan tabattul dibolehkan, sungguh kami akan
melakukan kebiri” (HR. Bukhari no. 5073 dan Muslim no. 1402).

b. Faktor Tidak Menikah


Wardhani & Mashoedi (2012:92) mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi kesiapan menikah, yaitu usia dan tingkat kedewasaan, waktu
pernikahan, motif untuk menikah, dan kesiapan untuk memiliki hubungan
seksual yang ekslusif, emansipasi emosional dari orangtua, pendidikan
dan kesiapan pekerjaan

Anda mungkin juga menyukai