Anda di halaman 1dari 32

Kelompok 4 :

 Anas Al-fany (03)


 Ananda Azzahra (02)
 Derista Sri Widianti (07)
 Indah Fitriani (15)
 Lang-Lang Giri Tribuono (17)
 Ratna Sari Subardi (28)
Arti Pernikahan
Pernikahan berasal dari kata dasar nikah.Kata
nikah memiliki persamaan dengan kata kawin.
Menurut bahasa Indonesia,kata nikah berarti
berkumpul atau bersatu.Menurut istilah syarak,nikah
itu berarti melakukan suatu akad atau perjanjian
untuk mengikatkan diri antara seorang laki-laki dan
seorang perempuan yang bertujuan untuk
menghalalkan hubungan antara keduanya dengan
dasar suka rela demi terwujudnya keluarga bahagia
yang diridhoi oleh Allah SWT.
Nikah adalah fitrah yang berarti sifat asal dan
pembawaan manusia sebagai makhluk Allah SWT.
Setiap manusia yang sudah dewasa dan sehat
jasmani dan rohaninya pasti membutuhkan teman
hidup yang berlawanan jenis kelaminnya.
A. Hukum Asal Nikah adalah Mubah
B. Nikah yang Hukumnya Sunnah
C. Nikah yang Hukumnya Wajib
D. Nikah yang Hukumnya Makruh
E. Nikah yang Hukumnya Haram
 Pengantin lelaki (Suami)
 Pengantin perempuan (Isteri)
 Wali
 Dua orang saksi lelaki
 Ijab dan kabul (akad nikah)
 Rukun pernikahan ada lima:

1. Mempelai laki-laki syaratnya: bukan dari mahram dari calon


istri, idak terpaksa, atas kemauan sendiri, orangnya tertentu, jelas
orangny,calon suami, syaratnya antara lain beragama Islam,
benar-benar pria, tidak karena terpaksa, bukan mahram
(perempuan calon istri), tidak sedang ihram haji atau umrah,
dan usia sekurang-kurangnya 19 tahun.
2. Mempelai perempuan syaratnya-syaratnya: tidak ada halangan
syar’I yaitu tidak bersuami, bukan mahram, tidak sedang dalam
iddah, merdeka, atas kemauan sendiri, jelas orangnya. Calon
istri, syaratnya antara lain beragama Islam, benar-benar
perempuan, tidak karena terpaksa, halal bagi calon suami, tidak
bersuami, tidak sedang ihram haji atau umrah, dan usia
sekurang-kurangnya 16 tahun.
3. Wali (wali si perempuan) keterangannya adalah
sabda Nabi Saw:
‫ أيما امرأة نكحت بغير إذن وليها فنكاحها باطل‬
“Barangsiapa diantara perempuan yang menikah
dengan tanpa izin walinya, maka pernikahannya
batal” (Riwayat Empat Ahli Hadis kecuali Nasa’I)

 syarat-syaratnya: laki-laki, baligh, waras akalnya,


tidak dipaksa, adil.
 Wali mempelai perempuan, syaratnya laki-laki,
beragama islam, baligh (dewasa), berakal sehat,
merdeka (tidak sedang ditahan), adil, dan tidak
sedang ihram haji atau umrah. Wali inilah yang
menikahkan mempelai perempuan atau
mengizinkan pernikahannya.
Sabda Nabi Muhammad saw.:
Dari Aisyah ra., Rasulullah saw. bersbda:
“perempuan mana saja yang menikah tanpa
izin walinya, maka pernikahan itu batal (tidak
sah)”. (HR. Al-Arba’ah kecuali An-Nasa’i)
Mengenai susunan dan urutan yang menjadi
wali adalah sebagai berikut:
1) Bapak kandung, bapak tiri tidak sah menjadi
wali.
2) Kakek, yaitu bapak dari bapak mempelai
perempuan.
3) Saudara laki-laki kandung.
4) Saudara laklaki sebapak.
5) Anak laki-laki dari saudara laki-laki kandung.
6) Anak laki-laki dari saudara laki-laki sebapak.
7) Paman (saudara laki-laki bapak).
8) Anak laki-laki paman.

9) Hakim. Wali hakim berlaku apabila wali yang


tersebut di atas semuanya tidak ada, sedang
berhalangan, atau menyerahkan kewaliannya
kepada hakim. .

e. Dua orang saksi, syaratnya laki-laki, beragama


islam, baligh (dewasa), berakal sehat,
merdeka (tidak sedang ditahan), adil, dan
tidak sedang ihram haji atau umrah.
Pernikahan yang dilakukan tanpa saksi adalah
tidak sah.
Sabda Nabi Muhammad saw.:
Dari Aisyah ra., Rasulullah saw. bersabda:
“Tidak sah nikah melainkan dengan wali dan
dua orang saksi yang adil.” (HR. Ibnu Hiban)
4. Dua orang saksi
)‫ال نكاح إال بولي وشاهد عدل (رواه أحمد‬
“Tidak sah nikah kecuali dengan wali
dengan 2 saksi yang adil” (HR. Ahmad)
Syarat-syaratnya: laki-laki, baligh, waras
akalnya, adil, dapat mendengar dan
melihat, bebas (tidak dipaksa),
memahami bahasa yang digunakan
ijab qabul.
5. Sighat (akad) yaitu perkataan dari
pihak wali perempuan, seperti kata
wali “Saya nikahkan kamu dengan
anak saya bernama……………..”
jawab mempelai laki-laki “Saya terima
menikahi……………………”, boleh juga
didahului perkataan dari pihak
mempelai seperti “Nikahkanlah saya
dengan anakmu” jawab wali “Saya
nikahkan engkau dengan anak
saya………………..” karena
maksudnya sama.
Tidak sah akad nikah kecuali dengan
lafadz nikah, tazwij, atau terjemahan dari
keduanya. Sabda Rasulullah Saw:
‫ اتقوا هللا في النساء فإنكم أخذتموهن بأمانة هللا‬
)‫واستحللتم فروجهن بكلمة هللا (رواه مسلم‬
“Takutlah kepada Allah dalam urusan
perempuan, sesungguhnya kamu ambil
mereka dengan kepercayaan Allah, dan
kamu halalkan kehormatan mereka
dengan kalimat Allah” (HR. Muslim)
 Yang dimaksud dengan kalimat “kalimat
Allah” dalam hadis ialah Al-Qur’an, dan
dalam Al-Qur’an tidak disebutkan selain
dua kalimat itu (nikah dan tazwij) maka
harus dituruti agar tidak salah pendapat
yang lain, asal lafadz akad
tersebut ma’qul ma’na, tidak semata-
mata ta’abbudi.
4. Pernikahan yang Terlarang
Pernikahan yang terlarang adalah pernikahan
yang di haramkan oleh agama Islam. Adapun
penikahan yang terlarang adalah sebagai berikut:
a. Nikah Mut’ah
sebagaimana dijelaskan dalam suatu hadits:
Dari Rabi’ bin Sabrah al-Juhani bahwasannya
bapaknya meriwayatkan, ketika dia bersama
rasulullah saw., beliau bersabda: “wahai sekalian
manusia, dulu pernah aku izinkan kepada kamu
sekalian perkawinan mut’ah, tetapi ketahuilah
sesungguhnya Allah telah mengharamkannya sampai
hari kiamat”. (HR. Muslim)
b. Nikah Syigar
Perkawinan ini dilarang dengan sabda
Rasulullah saw.
Dari Ibnu Umar ra., sesungguhnya Rasulullah
saw. melarang perkawinan syigar. (HR. Muslim)
c. Nikah Muhallil
Pernikahan ini dilarang oleh rasulullah saw.
dengan hadits yang diriwayatkan dari Ibnu
Mas’ud:
Dari Ibnu Abbas ra., Rasulullah saw. melaknat
muhallil (yang mengawini setelah ba’in) dan
muhallil lalu (bekas suami pertama yang akan
mengawini kembali). (HR. Al-Kamsah kecuali
Nasai)
d. Kawin dengan pezina
Firman Allah SWT dalam Al-Qur’an.

Pezina laki-laki tidak boleh menikah


kecuali dengan pezina perempuan,
atau dengan perempuan musyrik;
dan Pezina perempuan tidak boleh
menikah kecuali dengan pezina laki-
laki atau dengan laki-laki musyrik; dan
yang demikian itu diharamkan bagi
orang mukmin. (QS. An-Nur/24:3)
“Laki-laki yang berzina tidak mengawini
melainkan perempuan yang berzina, atau
perempuan yang musyrik; dan perempuan
yang berzina tidak dikawini melainkan oleh
laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan
yang demikian itu diharamkan atas oran-orang
yang mu'min” (Q.S An-Nur/24:3)
Akan tetapi, kalau perempuan pezina tersebut
sudah bertobat, halallah perkawinan yang
dilakukannya. Sesuai dengan sabda Rasulullah
saw.:
Dari Abu Ubaidah bin abdullah dari ayahnya
berkata: “Bersabda rasulullah saw.: Orang
yang bertobat dari dosa tidak ada lagi dosa
baginya.”
(HR. Ibnu Majah)
Dengan demikian, secara lahiriah perempuan
pezina kalau benar-benar bertobat, maka
dapat kawin dengan laki-laki yang bukan
pezina (baik-baik)
“TALAK”
Talak berarti melepaskan atau
meninggalkan, dan sering pula disebut
dengan istilah cerai. Menurut istilah,
talak atau cerai adalah putusnya akad
nikah dari suami atau pengadilan
dengan kata talak atau yang sejenisnya.
Hukum asal talak adalah makruh,
karena talak merupakan perbuatan
halal, tetapi paling tidak disukai Allah
SWT.
Sabda Rasullah SAW :
“ Perbuatan yang halal, tetapi paling dibenci
oleh Allah adalah talak. “ (H.R. Abu Dawud
dan Ibnu Majah)
Lafal talak dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu :
1. Sarih (tegas)
2. Kinayah (sindiran)
Talak dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Talak raj’i
2. Talak ba’in
Talak ini terdiri atas :
a. Bain surga (kecil)
b. Bain kubra (besar)
Selain itu,masih ada maca-macam
talak yang lain,diantaranya :
1.Talak tuwuffiyat
2.Talak sunny
3.Talak bain sugra
IDDAH
Iddah adalah masa menunggu bagi istri
yang dicerai oleh suami untuk
diperbolehkan untuk menikah dengan
lelaki lain.
Lamannya iddah adalah sebagai berikut:
1. Iddah tuwuffiyah
2. Iddah quru’(masa haid)
3. Iddah syuhur (monopause)
4. Iddah hamil (mengandung)
5. Bagi istri yang belum dicampuri
RUJUK
Rujuk adalah kembalinya suami istri pada
ikatan perkawinan,selama masih dalam
masa iddah.Hukum rujuk asalnya adalah
mubah,tetapi dapat berubah sebagai
berikut:
1. Sunah,apabila memperbaiki masa lalunya.
2. Wajib,apabila kewajiban suami belum
disempurnakan.
3. Makruh,apabila dengan cerai lebih baik
4. Haram,apabila rujuknya untuk menyakiti
istri.
Adapun rukun rujuk,sbb:
1. Istri dalam masa iddah raj’i
2. Suami atas kehendak sendiri
3. Ada dua orang saksi
4. Ada ucapan sigat rujuk
Pernikahan adalah ikatan batin antara seorang pria
dan wanita sebagai suami istri. Ia merupukan pintu
gerbang kehidupan berkeluarga yang mempunyai
pengaruh terhadap keturunan dan kehidupan
masyrakat. Keluarga yang kokoh dan baik menjadi
syarat penting bagi kesejahteraan masyarakat dan
kebahagiaan umat manusia pada umumnya.
Agama mengajarkan bahwa pernikahan adalah
sesuatu yang suci, baik, dan mulia. Pernikahan
menjadi dinding kuat yang memelihara manusia
dari kemungkinan jatuh ke lembah dosa yang
disebabkan oleh nafsu birahi yang tak terkendalikan.
1. Pernikahan Dapat Menciptakan Kasih
Rasulullah saw. bersabda:
 َْ َ‫َو ِمنْ َءا َٰيَتِ ِهۦٓ أَنْ َخلَقَْ لَ ُكم ِ ِّمنْ أَنفُ ِس ُْكمْ أَز َٰ َو ًۭجا ِلِّتَس ُكنُ ٓواْ ِإْلَي َها َو َجع‬
‫ل‬
َْ ‫ل َءا َٰيَتْ ِلِّقَومْ يَتَفَ َّك ُر‬
‫ون‬ َْ ‫ن ِفى َٰ َذ ِل‬
َْ ‫ك‬ َّْ ‫بَينَ ُكم َّم َو َّدًْۭة َو َرح َمةْ ْۚ ِإ‬
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaanNya
ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri
dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu
rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya
pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda-tanda bagi kaum yang
berpikir.” [QS. Ar. Ruum (30):21].
2. Pernikahan Dapat Melahirkan keturunan yang
Baik

Rasulullah saw. bersabda:


Dari Abu Hurairah ra., Rasulullah saw.,
bersabda: “Apabila telah mati manusia cucu
Adam, terputuslah amalnya kecuali tiga
perkara, yaitu sedekah jariah, ilmu yang
bermanfaat, dan anak shaleh yang
mendoakannya”. (HR. Muslim)

3. Dengan Pernikahan, Agama Dapat Terpelihara


Beliau bersabda:
Dari Anas bin malik ra., Rasulullah saw.,
bersabda: “Barang siapa dianugerahkan Allah
Istri yang shalehah, maka sungguh Allah telah
menolong separuh agamanya, maka
hendaklah ia memelihara separuh yang
tersisa”. (HR. At-Thabrani)
3. Dengan Pernikahan, Agama Dapat
Terpelihara
Beliau bersabda:
Dari Anas bin malik ra., Rasulullah saw.,
bersabda: “Barang siapa
dianugerahkan Allah Istri yang shalehah,
maka sungguh Allah telah menolong
separuh agamanya, maka hendaklah ia
memelihara separuh yang tersisa”. (HR.
At-Thabrani)
4. Pernikahan dapat Memelihara
Ketinggian martabat Seorang Wanita
Firman Allah dalam Al-Qur’an:
Dan bergaulah dengan mereka menurut
cara yang patut. (QS. An-Nisa/4:19)
Karena itu nikahilah mereka dengan izin
tuannya dan berilah mereka maskawin
yang pantas, karena mereka adalah
perempuan-perempuan yang
memelihara diri, bukan pezina dan
bukan (pula) perempuan yang
mengambil laki-laki sebagai piarannya.
(QS. An-Nisa/4:25)
5. Pernikahan Dapat Menjauhkan Perzinahan
Firman Allah dalam Surah Al-isra ayat 32:

Dan janganlah kamu mendekati zina;


sesungguhnya zina itu adalah suatu
perbuatan yang keji dan suatu jalan yang
buruk. (QS. Al-Isra/17:32)
Sekian presentasi dari kami,
Semoga bermanfaat
Terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai