DISUSUN OLEH :
HILMI FAHMI
RATRI FATMALASARI
AKUNTANSI IV
A. PEMBAHASAN
1. Pengertian Nikah
Menurut Bahasa, nikah berarti penyatuan. Diartikan juga sebagai akad atau
hubungan badan. Selain itu, ada juga yang mengartikan dengan pencampuran. Al
Al Azhari mengatakan : Akar kata nikah dalam ungkapan bahasa Arab berarti
hubungan badan. Dikatakan pula, bahwa berpasangan itu juga merupakan salah satu
dari makna nikah. Karena itu, ia menjadi penyebab adanya hubungan badan.
atau anaknya fulan menikah, maka yang dimaksud adalah mengadakan akad. Akan
tetapi, jika dikatakan, bahwa ia menikahi isterinya, maka yang dimaksud adalah
berhubungan badan.
hubungan badan itu hanya merupakan metafora saja. Hujjah (Argumentasi) atas
pendapat ini adalah banyaknya pengertian nikah yang terdapat di dalam Al Quran
maupun Al- Hadits sebagai akad. Bahkan dikatakan, bahwa nikah itu tidak
disebutkan dalam Al-Quran melainkan diartikan dengan akad. Sebagai mana firman-
Nya : Sehingga ia menikah dengan laki-laki lain yang tidak dimaksudkan sebgai
seorang suami yang telah menceraikan istrinya hanya diterangkan didalam Sunnah
Rasulullah SAW, dengan demikian, maka firman Allah diatas adalah, sehingga
2
menjalin pertalian atau akad. Dengan pemahaman lain bahwa dengan akad tersebut,
Rasulullah SAW sendiri menerangkan, bahwa pada kenyataannya nikah itu tidak
hanya sekedar akad. Akan tetapi, lebih dari itu, setelah pelaksanaan akad si pengantin
2. Anjuran Menikah
Dari Abdullah bin Mas ud, dia menceritakan, kami pernah berpergian bersama
Rasulullah yang pada saat itu kami masih mudah dan belum mempunyai kemampuan
apapun. Maka beliau bersabda : Wahai generasi muda, barangsiapa diantara kalian
telah mampu serta berkeinginan untuk menikah, maka hendaklah ia menikah. Karena
kemaluan. Dan barangsiapa diantara kalian yang belum mampu, maka hendaklah
berpuasa. Karena puasa itu dapat menjadi penghalang untuk melawan gejolak nafsu.
(HR. Bukhari, Muslim, Ibnu Majah dan Tirmidzi). Imam Tirmidzi mengatakan,
Dari Anas bin malik ra, ia menceritakan : ada tiga orang atau lebih datang
kerumah istri Nabi Muhammad SAW yang bertanya tentang ibadah beliau. Ketika
seraya mengucap : Dibandingkan dengan beliau, maka dimana posisi kita. Sedangkan
beliau telah diberikan ampunan atas dosa dosa yang akan datang dan yang telah
berlalu. Salah seorang diantara meraka berkata : Aku senantiasa melakukan shalat
malam satu malam penuh. Yang lain berkata : Aku senantiasa menjauhi wanita dan
3
tidak akan menikah selamanya. Kemudian Rasulullah datang dan beliau bersabda :
Kalian ini orang yang mengatakan begini dan begitu. Ingat demi Allah :
sesungguhnya aku adalah orang yang sangat takut dan bertaqwa kepada Allah
daripada kalian. Akan tetapi, aku berpuasa dan berbuka, mengerjakan shalat dan tidur
serta menikahi wanita. Barangsiapa yang suka pada sunnahku, maka meraka bukan
bahwasannya ia pernah bertanya kepada Aisyah mengenai firman Allah SWT dalam
surat An-Nisa ayat 3. Aisyah menjawab : Wahai keponakanku, wanita yatim itu
berada dalam kekuasaan walinya. Lalu seorang wali senang kepada harta dan
biasanya. Karena itu, ia dilarang untuk menikahinya dengan maksud tertent, kecuali
diperbolehkan untuk mengawini wanita wanita lain selain mereka (wanita wanita
yatim), dengan catatan mampu untuk berlaku adil. (HR. Bukhari dan Muslim)
keadaan suci dan bersih. Hal ini sebagaimana diriwayatkan dari Anas ra, bahwa
Barangsiapa diberi oleh Allah seorang istri yang shalihah, maka dia telah
4
(HR. Thabrani dan Al-Hakim)
Juga hadits dari Sa ad bin Waqash ra, ia bercerita, bahwa Rasulullah SAW pernah
bersabda :
Barangsiapa kebahagiaan bagi anak cucu Adam itu ada tiga, demikian pula
shalihah, tempat tinggal yang baik dan kendaraan yang nyaman. Sedangkan
diantara kesengsaraannya adalah memiliki istri yang jahat, tempat tinggal yang
3. Hukum Nikah
2. Sunat, bagi orang yang berkehendak serta mampu memberi nafkah dan lain
lainnya.
3. Wajib, bagi orang yang mampu memberi nafkah dan dia takut akan tergoda
dinikahinya.
5
4. Hikmah Pernikahan
Dan diantara tanda tanda kekuasaannya adalah menciptakan untuk kalian istri
istri dari jenis kalian sendiri, supaya kalian cenderung dan merasa tentram
pada yang demikian itu benar benar terdapat tanda tanda bagi kaum yang
berlanjut, dari generasi ke generasi. Selain itu juga berfungsi sebagai penyalur nafsu
birahi, melalui hubungan suami istri serta menghindari godaan syaitan yang
menjerumuskan, dari Abu Hurairah ra, ia berkata : Nabi Muhammad SAW bersabda :
hendaklah segera mendatangi istrinya. Yang demikian itu agar dapat mengendalikan
Pernikahan juga berfungsi untuk mengatur hubungan antara laki laki dan
perempuan berdasarkan pada asas saling menolong dalam wilayah kasih sayang dan
di dalam rumah tangganya seperti mengatur rumah, mendidik anak dan menciptakan
6
suasana menyenangkan, supaya suaminya dapat mengerjakan kewajiban dengan baik
Dimana Nabi Muhammad SAW pernah bersabda : Apabila datang kepadamu laki
laki yang kamu ridhoi agama dan akhlaqnya, maka terimalah dia. Kalau tidak, akan
Jika keadaan yang anda alami itu adalah adalah sebagai hukuman Allah SWT
terhadap anda, sebab perkawinan anda itu tidak berdasarkan pada ukuran serta
penilaian Allah Ta ala. Selain itu anda juga keliru dalam memilih pasangan hidup.
Maka dari itu memilih suami itu harus hati hati dan tidak boleh asal dapat saja,
tidak memikirkan belakangnya. Kalau udah terjadi demikian siapa yang rugikan anda
sendiri, karena anda tidak memilih suami yang beragama dan akhlaq yang baik.
6. Rukun Nikah
1. Sigat (akad), yaitu perkataan dari pihak wali perempuan, seperti kata wali , Saya
nikahkan engkau dengan anak saya bernama ... 1) Jawab mempelai laki laki, Saya
terima menikahi 1) Boleh juga didahului oleh perkataan dari pihak mempelai,
seperti : Nikahkanlah saya dengan anakmu. Jawab wal, Saya nikahkan engkau
Tidak sah akad nikah kecuali dengan lafaz nikah, tazwij, atau terjemahan dari
keduanya.
)1)
Hendaklah disebutkan nama pengantin perempuan itu.
7
Takutlah kepada Allah dalam urusan perempuan. Sesungguhnya kamu ambil
mereka dengan kepercayaan Allah, dan kamu halalkan kehormatan mereka dengan
Yang dimaksud dengan kalimat Allah dalam hadits ialah Al-Quran, dan dalam
Al-Quran tidak disebutkan selain dua kalimat itu (nikah dan tazwij), maka harus
dituruti agar tidak salah. Pendapat yang lain mengatakan bahwa akad sah dengan
lafaz yang lain, asal maknanya sama dengan kedua lafaz tersebut, karena asal lafaz
Barang siapa di antara perempuan yang menikah tidak dengan izin walinya,
maka pernikahannya batal. (Riwayat empat orang ahli hadits , kecuali Nasai)
Daruqutni).
Tidak sah nikah kecuali dengan wali dan dua saksi yang adil. (Riwayat
Ahmad)
Susunan Wali
Yang dianggap sah untuk menjadi wali mempelai perempuan ialah menurut
susunan yang akan diuraikan dibawah ini, karena wali wali itu memang telah
8
Begitu juga hadits Ummu Salamah yang telah berkata kepada Rasulullah, Wali
Semua itu menjadi tanda bahwa wali wali itu telah diketahui (dikenali), yaitu :
1. Bapaknya
5. Anak laki laki dari saudara laki laki yang seibu sebapak dengannya
6. Anak laki laki sari saudara laki laki yang sebapak saja dengannya
9. Hakim
Wali dan saksi bertanggung jawab atas sahnya akad pernikahan. Oleh karena itu,
tidak semua orang dapat diterima menjadi wali atau saksi, tetapi hendaklah orang
1. Islam, Orang yang tidak beragama Islam tidak sah menjadi wali atau saksi.
2. Berakal
2. Merdeka
9
2. Laki laki, karena tersebut dalam hadits riwayat Ibnu Majah dan Daruqutni
diatas
2. Adil
Bapak dan kakek diberi hak menikahkan anaknya yang bikir/perawan dengan
tidak meminta izin si anak lebih dahulu, yaitu dengan orang yang dipandangnya baik.
Kecuali anak yang sayib (bukan perawan lagi), tidak boleh dinikahkan kecuali
dengan izinnya lebih dahulu. Wali wali yang lain tidak berhak menikahkan
Aisyah sewaktu ia berumur 6 tahun, dan dicampuri serta tinggal bersama Rasulullah
bapaknya dan dia tidak menyukainya. Maka Nabi Muhammad SAW memberi
Rasulullah memberikan kesempatan memilih kepada perawan itu. Hal ini adalah
tanda bahwa pernikahan yang dilakukan bapaknya itu sah, sebab kalu pernikahannya
10
itu tidak sah, tentu Nabi Muhammad SAW, menjelaskan bahwa pernikahan itu tidak
tanpa izin ini menggantungkan bolehnya dengan syarat syarat sebagai berikut :
anak kelak dalam pergaulannya dengan laki laki itu, misalnya orang itu buta
atau orang yang sudah sangat tua sehingga tidak ada harapan akan mendapat
kemaslahatan.
diminta izinnya. Sahabat sahabat lalu bertanya, Bagaimana cara izin perawan
Alaih)
11
Oleh pihak pertama, hadits ini dan sebagainya diartikan perintah sunat atau
menikahkan anaknya tanpa izin terlebih dahulu terjadi sebelum datang perintah yang
SAW adalah khususiyyah (tertentu) bagi Rasulullah SAW sendiri, tidak dapat
dengan seorang laki laki yang setingkat (sekufu), dan walinya keberatan dengan
tidak ada alasan, maka hakim berhak menikahkannya setelah ternyata keduanya
setingkat (sekufu), dan setelah memberi nasihat kepada wali agar mencabut
keberatannya itu. Apabila wali tetap berkeberatan, maka hakim berhak menikahkan
perempuan itu.
diceraikannya. Setelah habis iddahnya, laki laki itu datang meminang saudara
saya itu kembali. Saya katakana kepadanya, Saya telah menikahkann engkau
Keadaan laki laki itu baik, dan perempuan itu ingin kembali kepadanya. Maka
12
Apabila kamu telah menceraikan perempuan, kemudian habis iddahnya, maka
Baqarah : 232)
Dari Aisyah, ia berkata, Bahwa Rasulullah SAW telah bersabd, Tidak sah nikah
melainkan dengan wali dan dua orang saksi yang adil. Jika wali wali itu enggan
(keberatan) maka hakimlah yang menjadi wali orang yang tidak mempunyai wali.
(Riwayat Daruqutni).
Seorang perempuan dinikahkan oleh dua orang walinya yang sederajat epada dua
orang laki laki. Umpamannya Fatimah mempunyai wali saudaranya sendiri yaitu
Ahmad dan Amin. Ahmad menikahkan Fatimah sengan Yusuf, sedangkan Amin
Jika yang terdahulu di antara keduanya diketahui, maka yang terdahulu itulah
yang sah, sedangkan yang terkemudian tidak sah. Sabda Rasulullah SAW :
Barang siapa dari perempuan yang dinikahkan oleh dua orang walinya, maka
perempuan itu untuk yang pertama di antara ke dua laki laki itu. (Riwayat Ahmad
Jika yang terdahulu tidak diketahui, atau diketahui bersamaan, maka kedua
perkawainan itu batal, karena asalnya perempuan itu haram, sehingga penyebab
13
Wali Gaib
Wali wali yang telah disebutkan diatas tadi, yang lebih dekat hubungan
kerabatnya didahulukan daripada yang lebih jauh. Apabila wali yang lebih dekat
(akrab) itu gaib (jauh) dari perempuan yang akan dinikahkan, sejauh perjalanan qasar
dan ia tidak mempunyai eakil, maka perempuan itu boleh dinikahkan oleh hakim
karena wali yang gaib itu masih tetap wali, belum berpindah kepada wali yang lebih
Pendapat mahzab Abu Hanifah, perempuan itu dinikahkan oleh wali yang jauh
lebih jauh hubungannya dari wali yang gaib, menurut susunan wali wali tersebut
diatas. Umpamanya wali yang gaib itu bapak, maka yang menikahkan anak itu
adalah kakeknya, bukan hakim. Atau wali yang gaib itu kakeknya, maka yang
menikahkannya adalah saudara seibu sebapak dan seterusnya menurut susunan wali
1. Karena wali yang telah jauh hubungannya itu juga wali seperti yang dekat,
hanya yang dekat itu didahulukan karena ia lebih utama, maka apabila ia tidak
2. Hakim itu (menurut hadits) adalah wali bagi orang yang tidak mempunyai
wali, sedangkan dalam hal ini wali salain yang gaib itu ada, maka hakim
14
7. Mahar (Maskawin)
istri, baik berupa uang ataupun barang ( harta benda),. Pemberian inilah yang
Pemberian mahar ini wajib atas laki laki , tetapi tidak menjadi rukun nikah, dan
Banyaknya maskawin itu tidak dibatasi oleh syariat Islam, melainkan menurut
benar benar sanggup membayarnya karena mahar itu apabila telah ditetapkan, maka
jumlahnya menjadi utang atas suami, dan wajib dibayar sebagaimana halnya utang
kepada orang lain. Kalau tidak dibayar, akan dimintai pertanggung jawabannya di
banyak mahar sehingga si laki laki menerima perjanjian itu karena utang,
sedangkan dia tidak ingat akibat yang akan menimpa dirinya. Perempuan (istri)pun
wajib membayar zakat maharnya itu sebagaimana dia wajib membayar zakat uang
yang dipiutangnya.
yang sebesar besarnya berkah nikah ialah yang sederhana belanjanya. (Riwayat
Ahmad)
Dari Amir bin Rabi ah, Sesungguhnya seorang perempuan dari suku Fazarah
telah menikah dengan maskawin dua terompah, maka Rasulullah SAW bertanya
15
kepada perempuan itu, Sukakah engkau menyerahkan dirimu serta rahasiamu
dengan dua terompah itu? Jawab perempuan itu, Ya, saya rida dengan hal itu.
dan Tirmizi)
laki laki memberi makanan sepenuh dua tangannya saja untuk maskawin seorang
perempuan, sesungguhnya perempuan itu halal baginya. (Riwayat Ahmad dan Abu
Dawud)
Dari Abu Aifa. Ia berkata, Saya dengar Umar berkata, Janganlah berlebih
lebihan memberi mahar kepada perempuan, karena kalau hal itu menjadi kemuliaan
di dunia atau akan menjadi kebaikan diakhirat, tentu Nabi lebih utama dalam hal
itu. Tetapi beliau tidak pernah memberi maskawin kepada istri istri beliau, dan
tidak pernah pula beliau membiarkan anak anak beliau menerima maskawin lebih
dari 12 auqiyah (480 dirham, sekitar 1,498 gr perak). (Riwayat Lima orang ahli
wajib membayar seperdua dari mahar jika jumlah mahar itu telah ditetapkan oleh si
Jika kamu menceraikan istri istrimu sebelum kamu bercampur dengan mereka,
(Al-Baqarah : 237)
16
Jika mahar itu belum ditetapkan banyaknya, tidak wajib membayar seperdua,
yang wajib hanyalah mutah, bukan mahar. Pendapat ini berdasar firman Allah SWT
diatas. Allah SWT menetapkan seperdua dari mahar itu apabila telah ditetapkan
banyaknya. Sebagian ulama berpendapat wajib juga mebayar seperdua , seperdua ini
Wajib membayar seperdua dari mahar saja , seperti yang disebutkan diatas. Jika
bercerai hidup dengan talak sebelum campur. Tetapi jika keduanya bercerai mati,
umpamanya suami meninggal dunia sebelum campur, maka istrinya berhak sepenuh
laki laki, kemudian laki laki itu mati sebelum ia bercampur dengan istrinya itu,
dan ia berhak mendapat pusaka dan wajib beribadah. Maka ketika itu Ma qil bin
memutuskan terhadap Barwaa binti Wasyiq seperti keputusan yang dilakukan oleh
Abdullah tadi. (Riwayat lima orang Ahli Hadits, dan dinilai Sahih oleh Tirmizi)
Dari Ibnu Abbas, Sesungguhnya Ali, ketika ia sudah nikah dengan Fatimah,
17
memberikan sesuatu. Maka berkata Ali kepada Rasulullah, Saya tidak punya apa
apa. Jawab Rasulullah kepada Ali, Berikanlah baju perangmu itu. Lalu Ali
Dawud)
8. Larangan Pernikahan
Adapun yang dilarang untuk menikah adalah sebagai berikut :
a. Memaksa wanita yatim menikah
Dari Abu Hurairah ra, ia menceritakan : bahwa Rasulullah saw bersabda :
Wanita yatim harus diajak bermusyawarah dalam hal pernikahannya, jika ia
berdiam diri, maka yang demikian itu berarti izinya. Sedangkan jika ia menolak,
maka tidak diperbolehkan menikahinya dengan paksa. (HR. Abu Dawud, Tirmidzi
baligh. Jika telah baligh, maka ia mempunyai hak pilih, menerima atau menolaknya.
Demikian menurut pendapat dari sebagian tabiin dan lainnya. Sedangkan sebagian
mencapai usia baligh. Adapun menurut pendapat Sufyan Ats-Tsauri, Imam Syafii
pernikahan) atasnya.
Jika seorang wanita yatim telah mencapai usia sembilan tahun, maka ia boleh
dinikahkan. Jika ia menyetujui, maka pernikahannya sah. Akan tetapi, tidak ada
Ahmad dan Imam Ishaq. Keduanya bersandar pada Hadist Aisyah, bahwa Nabi
18
Seorang hamba sahaya wanita yang mencapat sembilan tahun, maka ia termasuk
yang sudah dewasa maupun janda, kecuali dengan izinnya. Jika hal itu tetap
dilakukan (tanpa izin), maka nikahnya tidak sah sama sekali. Seorang janda boleh
menikah kembali dengan siapa saja yang dikehendaki, meski orang tuanya tidak
menyukai hal itu. Adapun seorang gadis, tidak boleh dinikahkan kecuali seizin
dirinya dan juga orang tuanya. Sedangkan wanita yang masih dibawah umur yang
tidak baik karena alasan memaksa (darurat) maupun tidak, sehingga ia (sang anak)
mencapai usia baligh. Juga tidak seorang pun boleh menikahkan orang yang hilang
ingatan sehingga ia tesadar dan memberikan izin, kecuali bagi orang tua yang
dibawah umur, kecuali setelah baligh dan mendapatkan izin darinya. Demikian
menikahkan putrinya yang masih kecil dan juga sudah besar, baik gadis maupun
putrinya yang belum baligh, baik ia masih gadis maupun yang sudah janda. Karena,
jika putrinya sudah mencapai usia baligh, maka ia boleh menikahi siapa saja yang
dikehendaki, tanpa harus menikah izin orang tuanya. Posisi orang tua pada saat itu
sama seperti posisi wali, yaitu tidak boleh menikahinya kecuali dengan izinnya, baik
19
Wanita muslimah sama sekali tidak diperbolehkan menikah dengan laki-laki non
muslim. Begitu pula, seorang kafir tidak boleh memiliki budak muslim,
dekat dan sebaliknya kita diharuskan untuk kawin dengan wanita yang bukan
keluarga dekat atau bukan saudara sendiri. Supaya nanti tidak mendapat keturunan
modern berpendapat bahwa acculasi pada dua jenis bibit yang berbeda itu mendapat
melarang mengawinkan saudara dekat (ibu, bibi, anak, keponakan dan lain
sebagainya). Sedangkan kita lihat, perkawinan dengan keluarga dekat berakibat hal-
hal yang negative dari kedua orang itu akan dapat berkumpul pada anak-anaknya
nanti sebaliknya bila perkawinan itu dengan keluarga jauh, maka akan menurunkan
kepada anak justru yang positifnya dari kedua suami istri tersebut. Kemudian hal-hal
yang positif adalah merupakan suatu sifat yang baik, kecerdasan dan kekuatan mental
serat fisiknya.
e. Istri beragama nasrani
20
Seorang laki-laki tidak dilarang untuk menikahi seorang wanita yang beragama
nasrani, tetapi alangkah baiknya bila ia itu menikahi seorang wanita yang sama-sama
muslim dan menjauhkan diri dari beristri dengan wanita non muslim.
Kemudian wanita yang beragama nasrani ataupun Yahudi yang bersuamikan
seorang muslim, maka ia harus diberikan hak untuk bebas beriman dan beribadah,
tetapi bukan berarti harus ke gereja. Meskipun kepergiannya itu tidak menyebabkan
suaminya berdoa.
Tetapi suami yang muslim harus lebih hati-hati dan waspada terhadap ajaran yang
diberikan ibu yang Nasrani terhadap anaknya, karena hal itu sering terjadi. Sebab
seorang ibu lebih besar perannya dalam pendidikan dan besar pula pengaruhnya
terhadap anak-anaknya. Maka dari itu suami harus melarang istrinya yang nasrani
untuk membawa anak-anaknya ke gereja, sebab mereka muslim sesuai dengan agama
ayahnya. Karena tidak jarang terjadi anak-anak tersebut di baptis secara diam-diam
di gereja.
f. Kawin dengan perempuan ahlul kitab
Perempuan muslim yang menjadi istri laki-laki ahlul kitab tidak akan terjamin
agamnya dan juga tidak aman. Selain itu dia pasti tidak dihargai dan dikhawatirkan
menjadi murtad, sebab pada umumnya wanita itu bersifat lemah. Maka dari itu
muslim, dia akan terjamin dalam agamanya dan akan dihargai oleh suaminya. Selain
itu bila dia senang, pasti akan dimuliakannya, tetapi bila tidak senang tidak akan
menzaliminya.
Meskipun demikian, sekarang ini banyak istri nasrani dan selalu berusaha untuk
mengkritenkan suami muslim. Lebih bila suami itu lemah dan kurang mantap dalam
agamanya.
g. Kawin mutah
21
Kawin Mutah itu lebih terkenal dengan sebutan kawin sementara atau kontrak.
Misalnya bisa sehari, satu minggu, satu bulan, satu tahun dan seterusnya sesuai
dalam akad nikah itu disebut jangka waktu, maka akadnya itu menjadi batal dan tidak
mengizinkannya.
3. Larangan Nabi Saw. dalam sabdanya yang berbunyi :
Hai segenap manusia, aku telah mengizinkannya kamu melakukan kawin mutah,
Ibnu Majjah)
4. Kemudian tujuan dan maksud dari kawin mutah itu hanya untuk
khutbah di atas mimbar dan para sahabat tidak ada yang menentangnya.
Kemudian juga ulama yang berpendapat dalam kitab tafsirnya : bahwa kaum
mutah itu diizinkan Nabi untuk masa tertentu dan tidak pernah dicabut
(dimusnahkan). Lalu para penduduk terdapat ini berkata Apabila kawin mutah
diperbolehkan.
Banyak orang tua tidak senang bila anak gadisnya secara mutah, seolah-olah
wanita hanya diumpamakan seperti benda yang dipindahkan dari satu orang ke orang
22
lainnya hanya untuk tujuan kepuasan nafsu sahwatnya saja. Kemudia anak-anak
untuk memperoleh ketenangan dan ketentraman, saling mencintai dan kasih sayang.
Selain itu islam juga mengatur, bahwa thalaq itu berada ditangan suami. Lalu,
mengapa mesti harus mengikat dan mempersempit diri dengan kejarusan thalaq
perkawinan macam apa itu namanya bila orang menceraikan siapa saja dan kapan
dalam Islam.
Jadi, dari sabda Rasulullah saw. itu jelas, bahwa nikah syighar itu dilarang oleh
agama dan hukumnya adalah haram. Selain itu para pelakunya harus dipaksakan
untuk bercerai saja. Tetapi bila mereka sudah mengetahui, bahwa nikah sighar itu
dilarang, kemudian mereka tetap melakukannya, maka mereka harus diadili oleh
hakim agam. Kalau mereka melakukannya dengan tidak sadar tidak tahu akibat dari
kebodohannya, maka mereka harus bertaubat nasuha. Namun ada beberapa Madzab
yang memperbolehkan pernikahan syighar dan sah hukumnya, tetapi dengan syarat
23
Wanita muslimah sama sekali tidak diperbolehkan menikah dengan laki-laki non
muslim. Begitu pula, seorang kafir tidak boleh memiliki budak muslim,
dua perempuan yang ada hubungan mahram, seperti dua perempuan yang
mahram diatas.
Firman Allah Swt. :
24
Diharamkan atas kamu (menikahi) ibu-ibumu, anak-anak perempuanmu,
laki atau perempuan, ibu-ibu istrimu (mertua) anak-anak istrimu yang dalam
pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika kamu belum campur
dengan istrimu itu (dan sudah kamu ceraikan), maka tidak berdosa kamu
: 23)
10.Talak
Takrif talak menurut bahasa Arab adalah melepaskan ikatan. Yang dimaksud
adalah:
a. Untuk hidup dalam pergaulanyang sempurna
b. Suatu jalan yang amat mulia untuk mengatur rumah tangga dan keturunan
c. Sebagai suatu tali yang amat teguh guna memperkokoh tali persaudaraan
antara kaum kerabat laki laki (suami) dengan kaum kerabat perempuan
(istri) sehingga pertalian itu akan menjadi suatu jalan yang membawa satu
tersebut, maka hal itu akan mengakibatkan berpisahnya dua keluarga. Karena tidak
adanya kesepakatan antara suami istri, maka dengan keadilan Allah SWT, dibukakan-
Nya suatu jalan keluar dari segala kesukaran itu, yakni pintu perceraian. Mudah-
mudahan dengan adanya jalan itu terjadilah ketertiban dan ketenteraman antara
25
kedua belah pihak, dan supaya masing masing dapat mencari pasangan yang cocok
bibit kebencian antara keduanya atau terhadap kamu kerabat mereka, sehingga tidak
ada jalan lain, sedangkan ikhtiar untuk perdamaian tidak dapat disambung lagi, maka
talak (perceraian) itulah jalan satu satunya yang menjadi pemisah antara mereka,
sebab menurut asalnya hukum talak itu makruh adanya, berdasarkan hadits Nabi
yang halal yang amat dibenci Allah ialah talak. (Riwayat Abu Dawud dan Ibnu
Majah)
Oleh karena itu, dengan menilik kemaslahatan atau kemudaratannya, maka
bercerai.
2. Sunat. Apabila suami tidak sanggup lagi membayar dan mencukupi
istri dalam keadaan haid. Kedua, menjatuhkan talak sewaktu suci yang telah
26
kemudian ia haid kembali,kemusian suci pula dari haid yang kedua itu.
yang sarih (terang) ini tidak perlu dengan niat. Berarti apabila
diartikan untuk peceraian nikah atau yang lain, seperti kata suami,
menjadi talak.
Bilangan talak
27
Tiap tiap orang yang merdeka berhak menalak istrinya dari talak satu sampai
talak tiga. Talak satu atau dua masih boleh rujuk (kembali) sebelum habis masa
Talak (yang dapat dirujuki) dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara
yang makruf atau menceraikan dengan cara yang baik. (Al-Baqarah : 229)
Adapun talak tiga tidak boleh rujuk atau kawin kembali, kecuali apabila
perempuan telah menikah dengan orang lain dan telah ditalak pula oleh suaminya
Kemudian jika suami yang lain itu menceraikannya, maka tidak ada dosa bagi
keduanya (bekas suami pertama dan istri) untuk menikah kembali jika keduanya
Memang perempuan itu boleh menikah kembali dengan suaminya yang pertama
jika perempuan itu sudah menikah dengan laki laki lain, serta sudah campur dan
sudah pula duceraikan oleh suaminya yang kedua itu, dan sudah habis pula iddahnya
dari perceraian kedua. Tetapi perlu kita ingat , hendaklah pernikahan yang kedua itu
dengan benar benar menurut kemauan laki laki yang kedua, dan benar benar
dengan kesukaan permpuan, bukan karena kehendak suami yang pertama. Tegasnya
bukan dengan maksud supaya ia dapat menkah kembali dengan laki laki yang
pertama, memang betul betul niat akan kekal, tetapi untung dan nasib tidak
menizinkan pernikahan yang kedua ini kekal. Adapun kalau disengaja supaya dia
28
dapat kembali kepada suami pertama, perbuatan seperti ini tidak diizinkan oleg
pertama untukmenikahi bekas istrinya yang telah dicerai 3 kali) dan muhallal-lah
Iddah
Iddah ialah masa menanti yang diwajibkan atas perempuan yang diceraikan
suaminya (cerai hidup atau cerai mati), gunanya supaya diketahui kandungannya
Dan perempuan perempuan yang hamil waktu iddah mereka itu ialah
hidup.
11. Rujuk
29
Yang dimaksud dengan rujuk ialah mengembalikan istri yang telah ditalak pada
a. Hukum Rujuk
1. Wajib, terhadap suami yang menalak salah seorang istrinya sebelum dia
(suami istri),
2. Jaiz (boleh), ini adalah hukum rujuk yang asli,
3. Sunat, jika maksud suami adalah untuk memperbaiki keadaan istrinya, atau
Baqarah : 228)
1. Suami. Rujuk ini dilakukan oleh suami atas kehendaknya sendiri artinya
bukan dipaksa,
2. Saksi. Dalam hal ini para ulama berselisih paham, apakah saksi itu wajib
30
Apabila iddah mereka telah hampir habis, hendaklah kamu rujuk dengan baik, atau
teruskan perceraian secara baik pula, dan yang demikian hendaklah kamu
persaksikan kepada orang yang adil di antara kamu, dan orang yang menjadi saksi itu
kawin engkau, dan sebagainya, yaitu dengan kalimat yang boleh dipakai
Sigat itu sebaiknya merupakan perkataan tunai, berarti tidak digantungkan dengan
sesuatu. Umpamanya dikatakan, Saya kembali kepadamu jika engkau suka, atau
Berbeda-beda pula paham ulama atas hukum rujuk dengan perbuatan. Syafii
berpendapat tidak sah, karena dalam ayat yang di atas itu Allah menyuruh supaya
sigat (perkataan). Perbuatan seperti itu sudah tentu tidak dapat dipersaksikan oleh
orang lain. Akan tetapi, menurut pendapat kebanyakan ulama, rujuk dengan
perbuatan itu sah (boleh). Mereka beralasan kepada firman Allah Swt. :
Dalam ayat tersebut tidak ditentukan apakah dengan perkataan atau dengan
perbuatan. Hukum mempersaksikan dalam ayat di atas hanya sunat, bukan wajib,
31
menalak tidak wajib; demikian pula hendaknya ketik rujuk, apalagi rujuk itu berarti
meneruskan pernikahan yang lama, sehingga tidak perlu wali dan tidak perlu rida
orang yang dirujukinya. Mencampuri istri yang dalam iddah rajiyah itu tidak halal
bagi suami yang menceraikannya, menurut pendapat Abu Hanifah. Dasarnya karena
Peringatan
Rujuk itu sah juga meskipun tidak dengan rida si perempuan dan tanpa
sepengetahuannya, karena rujuk itu berarti mengekalkan pernikahan yang telah lalu.
Kalau seorang perempuan rujuk oleh suaminya, sedangkan dia tidak tahu, kemudian
sesudah lepas iddah-nya perempuan itu menikah dengan laki-laki lain karena dia
tidak mengetahui bahwa suaminya rujuk kepadanya, maka nikah yang kedua ini tidak
sah dan batal dengan sendirinya, dan perempuan tersebut harus dikembalikan kepada
Barang siapa dia antara perempuan yang bersuami dua, maka dia adalah untuk
Rujuk menurut pendapat yang tersebut di atas adalah sah. Tetapi kalau hal itu
akan menimbulkan kesulitan atau menyakiti perempuan, sudah tentu si suami akan
mendapat hukuman yang setimpal dengan niat dan perbuatannya. Ayat-ayat dan
hadist di atas banyak sekali yang menerangkan bahwa suami wajib bersikap adil
32
B. KESIMPULAN
Nikah adalah salah satu asas pokok hidup yang paling utama dalam pergaulan atau
masyarakat yang sempurna. Pernikahan itu bukan saja merupakan satu jalan yang
amat mulia untuk mengatur kehidupan rumah tangga dan keturunan, tetapi juga dapat
dipandang sebagai satu jalan menuju pintu perkenalan antara suatu kaum dengan
kaum lain, dan perkenalan itu akan menjadi jalan untuk menyampaikan pertolongan
Sebenarnya pertalian nikah adalah pertalian yang seteguh teguhnya dalam hidup
dan kehidupan manusia, bukan saja antara suami istri dan keturunannya, melainkan
antara dua keluarga. Betapa tidak? Dari baiknya pergaulan antara si istri dengan
33
keluarga, dari kedua belah pihaknya, sehingga mereka menjadi satu dalam segala
segala kejahatan. Selain itu, dengan pernikahan seseorang akan terpelihara dari
DAFTAR PUSTAKA
Ust. Labib Mz & Aqis Bil Qisthi , 2005.Risalah Fiqih Wanita, Surabaya : Bintang Usaha Jaya
34