Anda di halaman 1dari 4

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

1. Judul Modul : FIQIH


2. Kegiatan Belajar : KB 2 : Pernikahan Monogami, Poligami Dan Nikah Mut’ah
3. Refleksi

BUTIR
NO RESPON/JAWABAN
REFLEKSI

NIKAH
dalam ajaran Islam

Konsep Nikah : Monogami : Nikah mut’ah :


- Pengertian Nikah - Pengertian Poligami : -Pengertian
- Hikmah dan Tujuan monogami - Pengertian Poligami - Hukum asal
Nikah - Dalil dan hukum - Hikmah poligami - Nikah mut'ah masa
- Hukum Nikah asal monogami kini

1. Konsep Nikah dalam Islam


a. Pengertian
Al-Qur’an menyebut nikah sebagai mitsaq (perjanjian) antara suami
dan isteri sejak terjadinya akad. Hal ini dipahami karena keduanya
Konsep berjanji untuk menjalankan hak dan kewajiban masing-masing dengan
(Beberapa sebaik-baiknya. Disebutkan dalam QS. An-Nisa: 21 :
1
istilah dan
definisi) di KB Artinya: “Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian
kamu telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. Dan
mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.”
Calon suami istri yang hendak melangsungkan ikatan pernikahan
diharuskan untuk memenuhi syarat dan rukun nikah. Terkait dengan
rukun nikah, para ulama sepakat, terdapat 5 hal yang menjadi rukun
nikah, yaitu : calon suami istri, Wali dari calon isteri, dua orang saksi,
Mahar (mas kawin), dan Ijab-qabul.
b. Tujuan Nikah tersirat dalam (QS. ar-Rum: 21):
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir.” (QS. ar-Rum: 21)
Hikmah Nikah menurut pendapat Sayyid Sabiq dalam Fiqh Sunah :
1) pernikahan merupakan aturan yang paling baik dan jalan keluar
yang menyejukkan untuk memuaskan seks manusia.
2) Pernikahan jalan terbaik untuk melahirkan anak dan melestarikan
kehidupan dengan menjaga keturunan.
3) Naluri kebapakan dan keibuan serta rasa kasih-sayang akan tumbuh
dan berkembang dalam menaungi anak-anak.
4) Rasa tanggung jawab dari pernikahan serta mengurus anak dapat
membangkitkan semangat dan mencurahkan segala kemampuan
dalam memperkuat potensi diri.
5) Membagi-bagi pekerjaan dan membatasi tanggung jawab pekerjaan
kepada suami dan isteri.
c. Hukum Nikah :
1) Wajib bagi yang mampu memberi nafkah dan takut terjerumus
dalam perbuatan zina.
2) Sunah bagi orang yang merindukan pernikahan dan mampu
memberi nafkah tapi sebenarnya ia masih mampu menahan dirinya
dari perbuatan zina.
3) Haram bagi orang yang tidak mampu memberikan nafkah dan jika ia
memaksakan diri utnuk menikah akan mengkhianati isterinya atau
suaminya, baik dalam pemberian nafkah lahiriyah maupun batiniyah,
sehingga dengan hak-hak dalam perkawinan tidak terpenuhi.
2. Monogami dalam Ajaran Islam
a. Pengertian
Monogami (kamus bahasa Indonesia), berarti sistem yang
memperbolehkan seorang laki-laki mempunyai satu isteri pada jangka
waktu tertentu.
b. Dalil dan Hukum monogami
Dasar hukum monogami dalam Islam adalah al-Quran yang
menjelaskan tentang kewajiban berperilaku adil terhadap seorang istri,
dan jika khawatir tidak mampu berperilaku adil maka wajib monogami.
Ini dijelaskan dalam Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat 3 dan 129 :
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak)
perempuan yatim (bilamana kamu mengawininya), maka kawinilah
perempuan-perempuan (lain) yang kamu senangi; dua, tiga atau empat.
Kemudian jika kamu takut tidak akan berbuat adil, maka (kawinilah) seorang
saja atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat
kepada tidak berbuat aniaya”. [Q.S. an-Nisa: 3).
“Dan kamu sekali-kali tidak akan dapat berlaku adil di antara istri-istri (mu),
walaupun kamu sangat ingin berbuat demikian, karena itu janganlah kamu
terlalu cenderung (kepada yang kamu cintai), sehingga kamu biarkan yang lain
terkatung-katung. Dan jika kamu mengadakan perbaikan dan memelihara diri
(dari kecurangan) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang”. [Q.S. an-Nisa’ (4): 129].
b. Poligami dalam Ajaran Islam
a. Pengertian dan Hukum Poligami
Secara kebahasaan yang lebih tepat adalah poligini yang diartikan
sebagai “Sistem perkawinan yang membolehkan seorang pria memiliki
beberapa wanita sebagai isterinya di waktu yang bersamaan”.
Allah swt berfirman dalam al-Qur’an surat al-Nisa ayat 3:
Artinya: “Kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau
empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka
(kawinilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian
itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya.”
Dari ayat diatas mengisyaratkan diperbolehkannya poligami dalam
Islam dengan syarat bisa berlaku “adil”.
Menurut Yusuf Qardhawi kondisi darurat yang membolehkan seorang
suami berpoligami adalah sebagai berikut:
1) Ditemukan seorang suami yang menginginkan keturunan, akan
tetapi ternyata isterinya tidak dapat melahirkan anak disebabkan
karena mandul atau penyakit.
2) Jumlah wanita lebih banyak dibanding jumlah laki-laki,
khususnya setelah terjadi peperangan.
3) Suami yang overseks, tetapi isterinya memiliki kelemahan seks,
memiliki penyakit atau masa haidhnya terlalu panjang sampai
suaminya tidak sabar menghadapi kelemahan isterinya tersebut.
b. Hikmah Poligami
Diperbolehkannya berpoligami bagi sang suami dikarenakan terdapat
kondisi darurat dan syarat beraku adil di dalamnya terdapat hikmah.
Menurut Rasyid Ridha sedikitya terdapat empat hikmah.
1) Untuk mendapatkan anak bagi suami yang subur dan isteri mandul.
2) Menjaga keutuhan keluarga tanpa mencerai isteri kesatu meski ia
tidak berfungsi semestinya sebagai isteri karena cacat fisik dan
sebagainya.
3) Untuk menyelamatkan suami yang hiperseks dari perbuatan free
sex.
4) Menyelamatkan harkat juga martabat perempuan dari krisis akhlak
(melacur), terutama bagi mereka yang tinggal di negara yang jumlah
wanitanya lebih banyak dibanding laki-laki akibat peperangan
misalnya.
c. Nikah Mut’ah
a. Pengertian dan Dasar Nikah Mut’ah.
Yusuf Qardhawi memberikan pengertian nikah mut’ah secara
terminologi, yaitu seorang laki-laki mengikat (menikahi) seorang
perempuan untuk waktu yang ditentukan dengan imbalan uang yang
tertentu pula.
b. Asal Hukum Nikah Mut’ah
Menurut Yusuf Qardhawi, rahasia diperbolehkan nikah mut’ah pertama
kali pada zaman Nabi, karena umat ketika itu berada pada “masa
transisi” dari dunia Jahiliyah ke dunia Islam.
Artinya: “Kami ikut berperang dengan Rosulullah dan istri-istri kami tidak ada di
samping kami. Kemudian kami bertanya kepada Rosulullah, bolehkah kami
mengebiri? Maka Rosulullah melarang kami untuk mengebiri dan memberikan
keringanan kepada kami untuk menikahi perempuan dengan membayar
imbalan untuk waktu yang ditentukan. (HR. Bukhari Muslim)
c. Nikah Mut’ah masa kini
Rasulullah mengharamkan nikah mut’ahdalam Hadits yang berbunyi :
Artinya: Wahai manusia, aku pernah membolehkan untuk mu melakukan nikah
mut’ah dengan wanita kemudian Allah mengharamkan nikah mut’ah itu. Oleh
karena itu jika masih terdapat memiliki wanita yang diperoleh dengan cara
nikah mut’ah maka hendaknya ia melepaskannya dan janganlah kamu
mengambil sedikitpun dari apa yang telah kamu berikan kepada mereka (HR
Muslim).
Dari hadits di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa kebolehan hukum nikah
mut’ah itu telah dinasakh (dihapus hukumnya) oleh keharamnnya. Dengan
demikian hukum yang berlaku sejak terjadinya penghapusan sampai
sekarang dan seterusnya adalah keharaman nikah mut’ah.

Materi yang sulit dipahami dan diperlukan penjelasan yang lebih mendalam
tetang Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu mas’ud : “Kami ikut berperang
dengan Rosulullah dan istri-istri kami tidak ada di samping kami. Kemudian
kami bertanya kepada Rosulullah, bolehkah kami “mengebiri” ? Maka
Rosulullah melarang kami untuk mengebiri dan memberikan keringanan
kepada kami untuk menikahi perempuan dengan membayar imbalan untuk
Daftar materi waktu yang ditentukan. (HR. Bukhari Muslim)
pada KB Berdasarkan keterangan di atas, maka jelaslah bahwa kebolehan hukum
2
yang sulit nikah mut’ah pada zaman Nabi itu memiliki alasan sebagai berikut:
dipahami a. Adalah rukhsah untuk memberikan jalan keluar dari problematika yang
dihadapi oleh dua kelompok orang yang imannya kuat dan imannya
lemah.
b. Bagian perjalanan hukum Islam menuju ditetapkannya kehidupan rumah
tangga yang sempurna untuk mewujudkan semua tujuan pernikahan yaitu
melestarikan keturunan, cinta kasih sayang dan memperluas pergaulan
melalui perbesanan.
Miskonsepsi terjadi diantaranya tentang mensikapi poligami, ada yang
menganggap sebagai sunah yang didalamnya terdapat maslahah tertentu
yang diinginkan pelakunya, meski dalam materi ini disampaikan poligami
dalam realitasnya ternyata menyisakan penderitaan bagi istri, orang tua
dan anakanak. Hancurnya rumah tangga dan putusnya cinta kasih di
antara mereka, bahkan anak yang tidak berdosa pun sering menjadi
korban. Karena itu, poligami hendaknya dihindari oleh setiap suami, sebab
mengandung kemudharatan bagi setiap anggota keluarga. Sebagaimana
Daftar materi dijelaskan dalam hadis Nabi SAW Riwayat Imam al-Bukhari, Muslim,
yang sering Turmudzi dan Ibnu Majah dari Miswar bin Makhramah yang mengangkat
mengalami peristiwa yang dialami keluarga putri Nabi SAW (Fatimah) ketika Ali akan
3
miskonsepsi melakukan poligami.
dalam Miswar bin Makhramah berceritera bahwa ia mendengar Rasulullah SAW
pembelajaran berdiri di atas mimbar seraya berkata, “Sesungguhnya keluarga Hisyam
bin al-Mughirah meminta izinku untuk menikahkan putrinya dengan Ali bin
Abi Thalib. Aku tidak izinkan. Aku tidak izinkan. Aku tidak izinkan. Kecuali
jika Ali bin Abi Thalib lebih memilih menceraikan putriku dan menikah
dengan putrinya (Keluarga Hisyam). Sesungguhnya putriku adalah darah
dagingku, menyusahkannya berarti menyusahkanku dan menyakitinya
berarti menyakitiku” [H.R. al-Bukhari, Muslim, at-Turmudzi dan Ibnu
Majah].

Anda mungkin juga menyukai