BUTIR
NO RESPON/JAWABAN
REFLEKSI
NIKAH
dalam ajaran Islam
Materi yang sulit dipahami dan diperlukan penjelasan yang lebih mendalam
tetang Hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu mas’ud : “Kami ikut berperang
dengan Rosulullah dan istri-istri kami tidak ada di samping kami. Kemudian
kami bertanya kepada Rosulullah, bolehkah kami “mengebiri” ? Maka
Rosulullah melarang kami untuk mengebiri dan memberikan keringanan
kepada kami untuk menikahi perempuan dengan membayar imbalan untuk
Daftar materi waktu yang ditentukan. (HR. Bukhari Muslim)
pada KB Berdasarkan keterangan di atas, maka jelaslah bahwa kebolehan hukum
2
yang sulit nikah mut’ah pada zaman Nabi itu memiliki alasan sebagai berikut:
dipahami a. Adalah rukhsah untuk memberikan jalan keluar dari problematika yang
dihadapi oleh dua kelompok orang yang imannya kuat dan imannya
lemah.
b. Bagian perjalanan hukum Islam menuju ditetapkannya kehidupan rumah
tangga yang sempurna untuk mewujudkan semua tujuan pernikahan yaitu
melestarikan keturunan, cinta kasih sayang dan memperluas pergaulan
melalui perbesanan.
Miskonsepsi terjadi diantaranya tentang mensikapi poligami, ada yang
menganggap sebagai sunah yang didalamnya terdapat maslahah tertentu
yang diinginkan pelakunya, meski dalam materi ini disampaikan poligami
dalam realitasnya ternyata menyisakan penderitaan bagi istri, orang tua
dan anakanak. Hancurnya rumah tangga dan putusnya cinta kasih di
antara mereka, bahkan anak yang tidak berdosa pun sering menjadi
korban. Karena itu, poligami hendaknya dihindari oleh setiap suami, sebab
mengandung kemudharatan bagi setiap anggota keluarga. Sebagaimana
Daftar materi dijelaskan dalam hadis Nabi SAW Riwayat Imam al-Bukhari, Muslim,
yang sering Turmudzi dan Ibnu Majah dari Miswar bin Makhramah yang mengangkat
mengalami peristiwa yang dialami keluarga putri Nabi SAW (Fatimah) ketika Ali akan
3
miskonsepsi melakukan poligami.
dalam Miswar bin Makhramah berceritera bahwa ia mendengar Rasulullah SAW
pembelajaran berdiri di atas mimbar seraya berkata, “Sesungguhnya keluarga Hisyam
bin al-Mughirah meminta izinku untuk menikahkan putrinya dengan Ali bin
Abi Thalib. Aku tidak izinkan. Aku tidak izinkan. Aku tidak izinkan. Kecuali
jika Ali bin Abi Thalib lebih memilih menceraikan putriku dan menikah
dengan putrinya (Keluarga Hisyam). Sesungguhnya putriku adalah darah
dagingku, menyusahkannya berarti menyusahkanku dan menyakitinya
berarti menyakitiku” [H.R. al-Bukhari, Muslim, at-Turmudzi dan Ibnu
Majah].