Anda di halaman 1dari 4

PENDALAMANMATERI

(LembarKerjaResume Modul)

A. JudulModul : FIKIH
B. Kegiatan Belajar : PERNIKAHAN MONOGAMI, POLIGAMI DAN NIKAH

MUT’AH (KB 2 )

C. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN


1. Pengertian Nikah menurut ulama Syafi’iyah, sebagai
berikut : (Akad (perjanjian) yang mengandung kebolehan
hubungan kelamin dengan sebab lafaz nikah atau tajwiz)
2. perkawinan pacaran (khidn), yaitu berupa pergaulan bebas
pria dan wanita sebelum perkawinan yang resmi
dilangsungkan yang tujuannya untuk mengetahui
kepribadian masing-masing pasangan
3. nikah badl, yaitu seorang suami minta kepada laki-laki lain
untuk saling menukar istrinya
4. nikah istibdha, yaitu seorang suami minta kepada laki-laki
kaya, bangsawan atau orang pandai agar bersedia
mengumpuli istrinya yang dalam keadaan suci sampai ia
hamil
5. nikah Raht (urunan), seorang wanita dikumpuli oleh
beberapa pria sampai hamil.
Peta Konsep (Beberapa 6. Al-Qur’an menyebut nikah sebagai mitsaq (perjanjian)
1 istilah dan definisi) di modul antara suami dan isteri sejak terjadinya akad
bidang studi 7. para ulama sepakat, terdapat lima hal yang menjadi rukun
nikah. 1. calon suami istri, 2. Wali dari calon isteri, 3. dua
orang saksi, 4. Mahar (mas kawin), 5. Ijab-qabul.
8. pendapat Sayyid Sabiq dalam kitabnya Fiqh Sunah
berkaitan dengan hikmah dari sebuah pernikahan antara lain
: a. Nafsu seks termasuk tuntutan terkuat dan selalu meliputi
kehidupan manusia. Ketika tidak ada jalan keluar untuk
melampiaskan, maka manusia akan dirundung kegelisahan
dan dikhawatirkan melakukan prostitusi (perzinahan). Maka
pernikahan merupakan aturan yang paling baik dan jalan
keluar yang menyejukkan untuk memuaskan seks manusia.
b. Pernikahan jalan terbaik untuk melahirkan anak,
memperbanyak kelahiran dan melestarikan kehidupan
dengan selalu menjaga keturunan
c. Naluri kebapakan dan keibuan akan tumbuh dan
berkembang dalam menaungi anak masa kanak-kanak serta
tumbuhnya rasa kasih-sayang. Semua kelebihan itu tidak
akan sempurna tanpa adanya tali pernikahan
d. Rasa tanggung jawab dari pernikahan serta mengurus
anak dapat membangkitkan semangat dan mencurahkan
segala kemampuan dalam memperkuat potensi diri.
e. Membagi-bagi pekerjaan dan membatasi tanggung jawab
pekerjaan kepada suami dan isteri.
9. Hukum-Hukum Nikah sesuai dengan keadaan orang yang
akan menikah yaitu : a. Wajib, hukum ini layak dibebankan
kepada orang yang telah mampu memberi nafkah, jiwanya
terpanggil untuk nikah dan jika tidak nikah khawatir
terjerumus ke lembah perzinahan. b. Sunah, hukum ini
pantas bagi orang yang merindukan pernikahan dan mampu
memberi nafkah tapi sebenarnya ia masih mampu menahan
dirinya dari perbuatan zina. C. Haram, hukum ini layak
bagi orang yang tidak mampu memberikan nafkah dan jika
ia memaksakan diri utnuk menikah akan mengkhianati
isterinya atau suaminya, baik dalam pemberian nafkah
lahiriyah maupun batiniyah, sehingga dengan perkawinan
itu hak-hak istri/suami tidak terpenuhi.
10. monogami berarti sistem yang memperbolehkan seorang
laki-laki mempunyai satu isteri pada jangka waktu tertentu
11. Hukum dalam Islam tidak terlepas dari illatnya. Asal
perintah monogami dalam pernikahan dapat berubah
menjadi perintah berpoligami jika benar-benar ditemukan
illat yang dapat dibenarkan
12. poligami yang bermakna pologini (suami beristeri lebih
dari satu) karena selain bisa dibenarkan secara kebahasaan
juga istilah tersebut sudah populer penyebutnya di
masyarakat untuk laki-laki yang beristeri lebih dari satu.
13. Menurut Yusuf Qardhawi, kondisi darurat yang dengannya
seorang laki-laki dibolehkan berpoligami adalah sebagai
berikut:
a. Ditemukan seorang suami yang menginginkan keturunan,
akan tetapi ternyata isterinya tidak dapat melahirkan anak
disebabkan karena mandul atau penyakit.
b. Di antara suami ada yang memiliki overseks, akan tetapi
isterinya memiliki kelemahan seks, memiliki penyakit atau
masa haidhnya terlalu panjang sedangkan suaminya tidak
sabar menghadapi kelemahan isterinya tersebut.
C. Jumlah wanita lebih banyak dibanding jumlah laki-laki,
khususnya setelah terjadi peperangan
14. Nafkah itu ada yang bersifat lahiriyah, yaitu nafkah yang
bersifat materi dan immateri (batiniyah)
15. Contoh praktik poligami ideal adalah Baginda Rasulullah
saw yang selalu berusaha untuk berlaku adil sampai kepada
masalah bepergian dan untuk memenuhi rasa keadilan tersebut,
Rasulullah mengundi di antara isteri-isterinya. Bagi yang
keluar undiannya, maka dialah yang menjadi teman pergi
Rasulullah, hal ini dilakukan oleh Rasulullah supaya tidak
melukai perasaan dan meminta kerelaan dari isteri-isteri yang
tidak pergi bersama Rosul. Bukan hanya itu, Beliau
berpoligami hanya semata untuk kepentingan dakwah sebab
istri-istri yang dinikahi oleh beliau adalah wanita-wanita yang
sangat memerlukan bantuan, lihatlah sosok wanita yang beliau
nikahi semuanya adalah janda kecuali Sayidatuna ‘Aisyah r.a.
16. Menurut Rasyid Ridh sedikitya terdapat empat hikmah. 1)
Untuk mendapatkan anak bagi suami yang subur dan isteri
yang mandul. 2). Menjaga keutuhan keluarga tanpa harus
mencerai isteri pertama meski ia tidak berfungsi semestinya
sebagai isteri karena cacat fisik dan sebagainya. 3).Untuk
menyelamatkan suami yang hiperseks dari perbuatan free sex.
Tercatat di beberapa negara Barat yang melarang poligami
mengakibatkan merajalelanya praktek prostitusi dan free sex
(kumpul kebo) dan lahirnya anak-zina yang mencapai jumlah
cukup tinggi. 4). Menyelamatkan harkat dan martabat wanita
dari krisis akhlak (melacur), terutama bagi mereka yang tinggal
di negara yang jumlah wanitanya lebih banyak dibanding laki-
laki akibat peperangan misalnya.
17. hikmah kebolehan Rasulullah beristeri lebih dari empat
bukanlah karena dorongan hawa nafsu sebagaimana yang
dituduhkan oleh kaum orientalis, tapi mengandung hikmah
yang besar, yaitu kepentingan dakwah Islam sebagaimana
dikemukakan oleh Abbas Mahmud al-Aqqad sebagai berikut:
1. Untuk kepentingan pendidikan dan pengajaran agama.
Semua isteri Nabi yang berjumlah sembilan dapat dijadikan
sumber informasi bagi umat Islam yang hendak mengetahui
ajaran-ajaran Nabi dan praktek kehidupan beliau dalam
berkeluarga, bermasyarakat, terutama masalah rumah tangga.
2. Untuk kepentingan politik, yaitu mempersatukan suku-suku
bangsa Arab dan sekaligus menarik mereka masuk Islam.
Seperti perkawinan Nabi dengan Juwairiyah putri al-Harist
kepala suku bani al-Musthaliq dan Shafiyah, seorang tokoh
dari Bani Quiraizhah dan Bani al-Nadhir.
3. Untuk kepentingan sosial dan kamanusiaan. Seperti
perkawinan beliau dengan janda dermawan bernama Khadijah
dan janda pahlawan Islam seperti Saudah binti Zuma’ah
(suaminya meninggal setelah kembali dari hijrah ke Abesenia),
Hafsah binti Umar (suaminya gugur pada perang badar),
Hindun Ummu Salamah (suaminya gugur di perang Uhud).
18. Kata mut’ah ( ‫) ُمتْعَة‬, berasal dari bahasa Arab yang
mempunyai arti antara lain bekal yang sedikit dan barang yang
menyenangkan. Pengertian ini sejalan dengan kata mut’ah
yang terdapat dalam al-Quran yang berarti bercampur
(bersenang-senang bersama istri dengan bersenggama) dan
pemberian yang menyenangkan oleh suami kepada isterinya
yang dicerai
19. Yusuf Qardhawi memberikan pengertian nikah mut’ah
secara terminologi, yaitu seorang laki-laki mengikat (menikahi)
seorang perempuan untuk waktu yang ditentukan dengan
imbalan uang yang tertentu pula
20. kebolehan hukum nikah mut’ah pada zaman Nabi itu
memiliki alasan sebagai berikut:
a. Merupakan keringanan hukum (rukhsah) untuk memberikan
jalan keluar dari problematika yang dihadapi oleh dua
kelompok orang yang imannya kuat dan imannya lemah.
b. Sebagai langkah perjalanan hukum Islam menuju
ditetapkannya kehidupan rumah tangga yang sempurna untuk
mewujudkan semua tujuan pernikahan yaitu melestarikan
keturunan, cinta kasih sayang dan memperluas pergaulan
melalui perbesanan.
21. Kesimpilan nikah mut’ah untuk saat ini : bahwa nikah
mut’ah yang dibolehkan dalam Islam sudah berakhir, yaitu
hanya boleh ketika zaman Nabi dengan alasan darurat dan ada
hikmah tasyri’ di dalamnya. Maka tidak ada alasan yang dapat
dibenarkan untuk kembali mengahalakan nikah mut’ah
sekarang ini. Hukum nikah mut’ah ini telah tegas
keharamannya baik dilihat secara akal dan wahyu. “Yang
haram telah jelas dan yang halalpun telah jelas”.

1. Tentang Alasan orang tentang syarat2 diperbolehkanya


Daftar materi bidang studi Poligami, hal ini banyak yang sulit memahaminya
2 yang sulit dipahami pada 2. Standarisasi berlaku adil seorang suami terhadap istri-
modul istrinya.

1. Miskonsepsi tentang nikah mut’ah saat ini masih banyak


dilakukan oleh sebagaian masyarakat meski mendapat
Daftar materi yang sering protes yang cukup keras juga. Kecenderungan itu muncul
3 mengalami miskonsepsi karena dirasakan mudah untuk dilakukan pada zaman di
dalam pembelajaran mana orang banyak berfikir pragmatis.

Anda mungkin juga menyukai