Anda di halaman 1dari 9

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

Nama : Ahmad Mustakim


A. Judul Modul : Aqidah Akhlaq
B. Kegiatan Belajar : KB 4. Akhlak Terhadap Diri Sendiri Dan Orang Lain
C. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN


1 Peta Konsep (Beberapa
istilah dan definisi) di modul Peta Konsep
bidang studi
Akhlak - Hakikat Akhlak
terhadap terhadap Diri Sendiri
Diri - Macam-macam Akhlak
Sendiri terhadap Diri Sendiri
Akhlak
terhadap
Diri Sendiri
dan Orang Akhlak - Hakikat Akhlak
Lain terhadap terhadap Orang Lain
Orang - Macam-macam Akhlak
Lain terhadap Orang Lain
- Tanda-tanda Hari Akhir

1. Akhlak terhadap Diri Sendiri


1) Hakekat Akhlak terhadap Diri Sendiri
Akhlak terhadap diri sendiri dasarnya adalah sifat
jiwa yang sudah mendarah daging yang dapat menjadi
inspirasi dan mendorong perbuatan-perbuatan yang
akibatnya kembali pada dirinya sendiri, baik itu
perbuatan yang bermanfaat maupun perbuatan yang
madharat. Meski hakekatnya tidak ada satupun
manusia di dunia ini yang ingin mendapatkan
keburukan apalagi keburukan tersebut jelas dari akibat
perbuatannya, tatapi realitanya banyak orang yang
berakhlak buruk terhadap dirinya sendiri
2) Macam-macam Akhlak terhadap Diri Sendiri
a. Khauf dan Raja’
Khaufa adalah perasaan takut terhadap siksa
dan keadaan yang tidak mengenakkan karena
kemaksiatan dan dosa yang telah diperbuat.
Sedangkan raja’ adalah perasaan penuh harap
akan surga dan berbagai kenikmatan lainnya,
sebagai buah dari ketaatan kepada Allah dan
Rasul-Nya.
Beberapa alasan perlunya sifat khauf yaitu:
 Pertama, supaya ada proteksi diri. Terutama
dari perbuatan kemaksiatan atau dosa.
Karena, nafsu selalu menyuruh kita untuk
melakukan perbuatan buruk dan tidak ada
kata berhenti dalam menjerumuskan kita.
Oleh karena itu, kita harus membuat nafsu
menjadi takut
 Kedua, agar tidak ujub atau berbangga diri
dan sombong. Sekalipun kita sedang dalam
zona taat, kita harus selalu waspada terhadap
nafsu. Perasaan paling suci, paling bersih dan
paling taat adalah di antara siasat halus
nafsu. Karena itulah nafsu harus tetap
dipaksa dan dihinakan tentang apa yang ada
padanya, kejahatannya, dosa-dosa dan
berbagai macam bahayanya
Adapun alasan pentingnya sifat raja yaitu agar
tetap bersemangat dalam ketaatan. Sebab
berbuat baik itu berat dan setan senantiasa akan
mencegahnya dengan berbagai cara.
b. Malu
Malu menurut istilah adalah adalah sifat yang
mendorong seseorang merasa tidak enak apabila
meninggalkan kewajiban-kewajiabannya sebagai
hamba Allah Swt dan meninggalkan larangan-
larangan-Nya
Islam menempatkan malu sebagai bagian dari
iman. Orang beriman pasti memiliki sifat malu.
Orang yang tidak memiliki malu berarti tidak ada
iman dalam dirinya meskipun lidahnya
menyatakan beriman. Apabila seseorang hilang
malunya, secara bertahap perilakunya akan buruk,
kemudian menurun kepada yang lebih buruk, dan
terus meluncur ke bawah dari yang hina kepada
lebih hina sampai ke derajat paling rendah.
Ada tiga macam malu yang perlu melekat
pada seseorang, yaitu:
 Malu kepada diri sendiri ketika sedikit
melakukan amal saleh kepada Allah dan
kebaikan untuk umat dibandingkan orang lain.
Malu ini mendorongnya meningkatkan
kuantitas amal saleh dan pengabdian kepada
Allah dan umat.
 Malu kepada manusia. Ini penting karena
dapat mengendalikan diri agar tidak
melanggar ajaran agama, meskipun yang
bersangkutan tidak memperoleh pahala
sempurna lantaran malunya bukan karena
Allah. Namun, malu seperti ini dapat
memberikan kebaikan baginya dari Allah
karena ia terpelihara dari perbuatan dosa.
 Malu kepada Allah. Ini malu yang terbaik dan
dapat membawa kebahagiaan hidup. Orang
yang malu kepada Allah, tidak akan berani
melakukan kesalahan dan meninggalkan
kewajiban selama meyakini Allah selalu
mengawasinya
c. Rajin
Sifat rajin dapat dipahami sebagai kondisi jiwa
yang dapat mendorong kesungguhan untuk
melakukan kegiatan tertentu secara terus-
menerus dalam mencapai suatu tujuan.
Kebalikannya adalah sifat malas, sifat yang
melekat dengan kuat di dalam sudah yang
mendorong seseorang tidak mau, segan atau tidak
berminat melakukan sesuatu.
Seorang muslim sejati haruslah tergambar
sebagai sosok yang penuh semangat, memiliki
motivasi tinggi dan rajin dalam mengejar
kesuksesan, dermawan, mandiri, serta peduli
terhadap sesama
d. Hemat
Hemat dalam kehidupan sehari-hari adalah
sifat jiwa yang sudah menyatu dengan dirinya
yang dapat mendorong seseorang menggunakan
segala sesuatu yang dimilikinya, baik harta,
tenaga maupun waktu sesuai dengan kebutuhan.
Hemat berarti tidak boros dan juga tidak kikir atau
pelit. Orang-orang yang hemat bisa menahan
nafsunya untuk tidak membeli barang yang tidak
penting. Orang yang hemat akan berusaha
dengan upaya yang maksimal untuk membeli dan
memenuhi kebutuhannya, meskipun dalam kondisi
serba kekurangan
e. Istiqamah
Menurut Istilah istiqamah adalah kata yang
mencakup semua urusan agama yakni mendirikan
(melaksanakannya secara sempurna) dan
menunaikan janji terkait dengan ucapan,
perbuatan, keadaan dan niat dengan sebenar-
benarnya kehadirat Allah Swt.
Jiwa yang istiqamah adalah jiwa yang
muttaqin sejati. Siapa yang dapat menjaga
ketakwaannya berarti dia berkhlak mulia kepada
Rabnya sekaligus kepada dirinya sediri. Bahkan ia
juga berakhlak baik kepada semua makluk Allah
Swt. Kebaikan dan keutamaan yang kembali pada
diri orang yang istiqamah adalah menjadi kekasih
Allah.
Orang yang istiqamah, konsisten jalan
pikirannya, ucapan dan perbuatannya akan selalu
mendapatkan kemudahan dalam menghadapi
kesulitan, akan mendapatkan pertolongan dari
Dzat yang Maha segalanya. Baginya yang susah
akan jadi mudah, yang jauh akan jadi dekat, yang
sedikit akan jadi banyak dan seterusnya

2. Akhlak terhadap Orang Lain


1) Hakekat Akhlak terhadap Orang Lain
Yaitu sikap atau perbuatan yang apabila
dikerjakan seseorang pengaruhnya dapat dirasakan
oleh orang lain, baik manfaat atau madharatnya.
Akhlak terhadap orang lain adalah sifat-sifat yang
melekat kuat dalam diri seseorang yang menjadi
sumber kekuatan untuk melakukan perbuatan-
perbuatan yang dapat berakibat baik atau buruk bagi
orang lain, di luar pelakunya.
2) Macam-macam Akhlak terhadap Orang Lain
a. Kasih Sayang
Kasih sayang merupakan sifat yang dapat
memunculkan kepedulian, kedamaian dan rasa
empati kepada orang lain. Tidak hanya itu, kasih
sayang dapat mendorong manusia untuk saling
membantu untuk meringankan penderitaan yang
dialami oleh manusia lainnya.
Islam mengatur batas-batas kasih sayang
yang diperbolehkan, supaya berakibat baik bagi
semua pihak. Konsep ibadah harus dipahami
sebagai prinsip dalam mengimplementasikan sifat
kasih sayang diantara kita, yakni dalam
menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah
Swt. Dengan memegang prinsip tersebut, kita
akan terbiasa untuk meniatkan diri beribadah
kepada Allah dalam setiap hal yang kita lakukan,
termasuk dalam hati atau perasaan kita. Tidak ada
rasa kasih dan sayang yang kita berikan kepada
makhluk lain kecuali untuk memperoleh ridha Allah
Swt.
Islam, sebagai agama rahmatan lil ‘alamin
atau rahmat bagi seluruh alam, juga mengajarkan
bahwa kasih sayang tidak hanya berlaku antar
manusia, melainkan juga pada hewan, tumbuhan
dan lingkungan di sekitarnya.
Perlu digaris bawahi bahwa sifat kasih sayang
yang tidak didasari dengan prinsip penghambaan
diri kepada Allah, adalah tidak benar. Yang
demikian itu justru akan memberikan energi
negatif untuk beramal yang salah, tidak diterima
oleh Allah, dan akan memberikan dampak buruk
kepada semua orang bahkan makhluk yang lain
b. Jujur
Menurut al-Ghazali kata jujur dapat diartikan
dalam berbagai makna, yaitu:
 Jujur dalam lisan; jujur dalam lisan atau
ucapan berkaitan langsung dengan informasi
atau berita yang disampaikan, apakah itu
benar atau salah. Baik yang telah berlalu
maupun yang akan terjadi.
 Jujur dalam niat dan kehendak. Jujur dalam
hal ini terkait langsung dengan keikhlasan.
Tidak ada dorongan sedikitpun kecuali hanya
karena Allah. Jika niat dan kehendak
seseorang bercampur dengan nafsu maka
batal kejujuran niat tersebut
 Jujur dalam azam (tekad); sebelum seseorang
melakukan sesuatu kadangkala seseorang
memiliki tekad terlebih dahulu sebelum
mengimplementasikannya
 Jujur dalam menunaikan azam (tekad);
Maksudnya adalah ketika seseorang telah
memiliki azam dan ia memiliki peluang untuk
melaksanakan azamnya.
 Jujur dalam perbuatan; adalah usaha
seseorang untuk menampilkan perbuatan
lahiriah agar sesuai dengan apa yang ada di
dalam hatinya.
 Jujur dalam mengimplementasikan maqamat
di dalam agama seperti jujur di dalam khauf
(takut kepada Allah), raja’ (berharap kepada
Allah), zuhud dan lain sebagainya. Ini adalah
tingkatan jujur yang paling tinggi
c. Amanah
Amanah dapat difahami sebagai sebagai satu
sifat yang melekat dalam diri seseorang yang
dapat mendorong seseorang dapat melakukan
perbuatan-perbutan dengan cepat tentang segala
sesuatu yang dipercayakan kepadanya, baik yang
menyangkut hak dirinya, hak orang lain, maupun
hak Allah Swt.
Konsekuensi Amanah adalah mengembalikan
setiap hak kepada pemiliknya, baik sedikit maupun
banyak, tidak mengambil lebih daripada yang ia
miliki, tidak mengurangi hak orang lain, baik itu
hasil penjualan, jasa atau upah buruh. Amanah 17
juga memiliki tanggung jawab dalam
melaksanakan tugas dan kewajiban yang
diberikan padanya
d. Tabligh
Sifat tabligh adalah sifat yang tertanam dalam
jiwa yang mendorong seseorang dapat melakukan
dengan cepat untuk menyampaikan apa saja yang
menjadi tanggunggung jawabnya siapa saja yang
selayaknya harus menerima
Nilai dasar dari Tabligh yaitu komunikatif, menjadi
pelayanan bagi publik, bisa berkomunikasi secara
efektif, memberikan contoh yang baik, dan bisa
mendelegasikan wewenangnya kepada orang lain
e. Pemaaf
Sikap pemaaf dapat dimaknai sikap suka
memaafkan kesalahan orang lain tanpa
menyisakan rasa benci dan keinginan untuk
membalasnya
Maaf sejatinya mudah difahami, tapi susah
diimplementasikan dalam kehidupan nyata. Hakiki
maaf adalah lupa, benar-benar lupa dari memori
otak kita tentang kesalahan orang lain yang
berhubungan dengan kita. Memaafkan kesalahan
si fulan berarti melupakan kesalahan si fulan
terkait dengan kita. Pemaaf berarti orang yang
dapat dengan mudah melupakan kejadian-
kejadian buruk dan menyakitkan dirinya yang
dilakukan oleh orang lain, karena dorongan dari
dalam jiwanya yang taat kepada perintah Allah
untuk bisa memaafkan siapapun.
f. Adil
Menurut ilmu akhlak adil dapat didefinisikan
sebagai perbuatan meletakan sesuatu pada
tempatnya, memberikan atau menerima sesuatu
sesuai haknya, dan menghukum yang jahat sesuai
haknya, dan menghukum yang jahat sesuai dan
kesalahan dan pelanggaranya
Islam sangat menekankan sikap adil dalam
segala aspek kehidupan. Allah Swt.
memerintahkan kepada umat manusia supaya
berprilaku adil. Keadilan merupakan inti ajaran
Islam yang mencakup semua aspek kehidupan.
Prinsip keadilan yang dibawa Al-Qur’an sangat
kontekstual dan relevan untuk diterapkan kedalam
kehidupan beragama, berkeluarga dan
bermasyarakat

2 Daftar materi bidang studi Materi yang sulit dipahami pada modul antara lain:
yang sulit dipahami pada 1. Konsep malu oleh sebagian masyarakat justru dilihat dari
modul sudut pandang yang negatif yang lebih condong dengan
istilah minder, tidak percaya diri. Karena itu malu sebagai
sifat terpuji harus sering dipertegas dan diperjelas
konsepnya agar tidak dipahami secara negatif.
2. Konsep pemaaf yang kadang sulit diimplementasikan oleh
masyarakat bisa jadi karena mind set yang keliru, padahal
dalam surat an Nur ayat 22 sudah dijelaskan bahwa
memaafkan orang lain bisa menjadi sebab dimaafkannya
kesalahankita dihadapan Allah.
3. Konsep tentang hemat kadang menimbulkan sisi negatif
yaitu pelit, karena bagi pelaku hidup hemat kadang ia
memperlakukan pelit terhadap dirinya sendiri sehingga
lebih-lebih kepada orang lain.
Materi yang berpotensi mengalami miskonsepsi antara
lain:
1. Terkait konsep raja misalnya seseorang rajin beribadah
karena mengharap pahala apakah bisa berbenturan
dengan ikhlas yang mengajarkan agar setiap ibadah dan
amalan kita tidak lain hanya karena Allah semata?
2. Sifat rajin sebenarnya bisa di implementasikan juga
Daftar materi yang sering
dalam kehidupan duniawi sebagaimana sebuah hadis
3 mengalami miskonsepsi
yang mengatakan bekerjalah untuk duniamu seolah kamu
dalam pembelajaran
akan hidup selamanya, namun di sisi lain konsep ini
seolah berseberangan dengan konsep qanaah dan
zuhud.
3. Konsep Adil oleh sebagian orang masih diartikan sebagai
sama rasa dan sama rata, sehingga justru mereka
menganggap ajaran Islam diskriminatif, misalnya saja
dalam hal pernikahan dan warisan.

Anda mungkin juga menyukai