Anda di halaman 1dari 6

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : AKIDAH AKHLAK


B. Kegiatan Belajar : AKHLAK TERHADAP DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN (KB 4)
C. Refleksi

BUTIR
NO RESPON/JAWABAN
REFLEKSI
PETA KONSEP

Hakekat Khauf dan


Akhlak Raja’
terhadap
Diri Sendiri
Akhlak
Terhadap Malu
Diri Sendiri Macam-
macam
Akhlak Rajin
terhadap
Diri Sendiri
Hemat
AKHLAK
TERHADAP
Peta Konsep DIRI SENDIRI
(Beberapa DAN ORANG Istiqamah
istilah dan LAIN
1
definisi) di Kasih
modul bidang Hakekat
Akhlak Sayang
studi
terhadap
Orang Lain Siddiq
Akhlak
Terhadap
Orang Lain Macam- Amanah
macam
Akhlak
terhadap
Orang Lain Tabligh

Pemaaf

Adil
1. Akhlak terhadap Diri Sendiri
A. Hakekat Akhlak terhadap Diri Sendiri
❖ Membahas akhlak adalah berbicara mengenai perilaku baik dan buruk.
❖ Perilaku baik adalah perilaku yang membawa manfaat dan kemuliaan.
❖ Perilaku buruk ialah perilaku yang menyebabkan kemadharatan dan
kehinaan.
❖ Akhlak terhadap diri sendiri dasarnya adalah sifat jiwa yang sudah mendarah
daging yang dapat menjadi inspirasi dan mendorong perilaku-perilaku yang
akibatnya kembali pada dirinya sendiri, baik itu perilaku yang bermanfaat
maupun perilaku yang madharat.

B. Macam-macam Akhlak terhadap Diri Sendiri


1) Khauf dan Raja’
❖ Secara bahasa, khauf adalah lawan kata al-amnu. Al-Amnu adalah rasa
aman, dan khauf adalah rasa takut. Khaufa adalah perasaan takut
terhadap siksa dan keadaan yang tidak mengenakkan karena
kemaksiatan dan dosa yang telah diperbuat. Sedangkan raja’ adalah
perasaan penuh harap akan surga dan berbagai kenikmatan lainnya,
sebagai buah dari ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.
❖ Ada beberapa sebab kenapa kita harus memiliki sifat khauf. Pertama ,
supaya ada batasan diri dari perilaku maksiat dan dosa. Kedua agar tidak
berperilaku sombong dan berbangga diri atau ujub. Sedangkan kita harus
juga memiliki sifat raja’ adalah agar tetap berada dalam ketaatan. Sebab
berbuat baik itu berat dan setan senantiasa akan mencegahnya dengan
berbagai cara.
2) Malu
❖ Menurut bahasa malu berarti merasa sangat tidak enak hati seperti hina
atau segan melakukan sesuatu karena ada rasa hormat, agak takut,
kepada pihak lain.
❖ Menurut istilah malu adalah sifat yang mendorong seseorang merasa
tidak enak apabila meninggalkan kewajiban-kewajiabannya sebagai
hamba Allah Swt dan meninggalkan larangan-larangan-Nya.
❖ Menurut Ibnul Qoyyim dalam kitabnya Madarijus Salikin bahwa kuatnya
sifat malu itu tergantung kondisi kualitas hatinya. Sedikit sifat malu
disebabkan oleh kematian hati dan ruhnya, sehingga semakin hidup hati
itu maka sifat malupun semakin sempurna. Beliau juga mengatakan, Sifat
malu darinya tergantung kepada pengenalannya terhadap Rabbnya. Atau
dengan kata malu adalah sifat yang melekat pada diri seseorang itu
sangat terkait dengan kualitas imannya.
❖ Ada tiga macam malu yang harus diketahui;
a) Malu kepada diri sendiri ketika sedikit melakukan amal saleh kepada
Allah dan kebaikan untuk umat dibandingkan orang lain.
b) Malu kepada manusia. Dengan demikian seseorang akan menjaga
perilakunya agar tidak melanggar aaran agama. Malau seperti ini
dapat memberikan kebaikan baginya dari Allah karena ia terjaga dari
perbuatan dosa.
c) Malu kepada Allah. orang yang malu karena Allah tidak akan
melanggar ajaran Allah dan selalu meyakini bahwa Allah selalu
mengawasinya.
3) Rajin
❖ Menurut bahasa rajin berarti suka bekerja, getol (sungguh-sungguh
bekerja), giat berusaha dan kerapkali; terus-menerus.
❖ Sifat rajin adalah kondisi jiwa yang dapat mendorong kesungguhan untuk
melakukan kegiatan tertentu secara terus-menerus dalam mencapai
suatu tujuan.
❖ Pentingnya usaha atau ikhtiar yang kita keluarkan dalam mencapai suatu
tujuan yang kita harapkan itu menjadi landasan penting dari kesungguhan
kita dalam bertawakal kepada Allah Swt. Bertawakal bukanlah berpasrah
tanpa usaha, tawakkal ialah upaya yang diawali kebulatan tekad,
menyusun rencana yang matang berdasarkan kemampuan dan ilmu yang
kita miliki.
4) Hemat
❖ Dalam Kamus Besar Bahasa Indosenia hemat diartikan dengan berhati-
hati dalam membelanjakan uang.
❖ Hemat dalam kehidupan sehari-hari adalah sifat jiwa yang sudah menyatu
dengan dirinya yang dapat mendorong seseorang menggunakan segala
sesuatu yang dimilikinya, baik harta, tenaga maupun waktu sesuai
dengan kebutuhan.
❖ Hemat berarti tidak boros dan juga tidak kikir atau pelit. Orang-orang yang
hemat bisa menahan nafsunya untuk tidak membeli barang yang tidak
penting.
5) Istiqamah
❖ Istiqamah adalah sifat yang sudah menyatu dengan jiwa seseorang yang
mendorong untuk melakukan jalan yang lurus (benar) berupa ketaatan
mutlak kepada Allah Swt. secara konsisten dan terus menerus dalam
keadaan apapun dan di mana pun ketika menjalankan perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya.
❖ Ketaan kepada Allah Swt. yang dawam (terus-menerus) merupakan
bagian penting dari Istiqamah.
❖ Jiwa yang istiqamah adalah jiwa yang muttaqin sejati. Siapa yang dapat
menjaga ketakwaannya berarti dia berkhlak mulia kepada Rabnya
sekaligus kepada dirinya sediri. Bahkan ia juga berakhlak baik kepada
semua makluk Allah Swt. Kebaikan dan keutamaan yang kembali pada
diri orang yang istiqamah adalah mendapat jaminan menjadi kekasih
Allah.

2. Akhlak terhadap Orang Lain


A. Hakekat Akhlak terhadap Orang Lain
❖ Akhlak terhadap orang lain adalah sifat-sifat yang melekat kuat dalam diri
seseorang yang menjadi sumber kekuatan untuk melakukan perbuatan-
perbuatan yang dapat berakibat baik atau buruk bagi orang lain, di luar
pelakunya.
B. Macam-macam Akhlak terhadap Orang Lain
1) Kasih Sayang
❖ Kasih sayang merupakan karunia nikmat yang sangat didambakan oleh
semua orang. Karena dengan sifat ini, dapat tercipta kepedulian,
kedamaian dan rasa empati kepada orang lain. Tidak hanya itu, kasih
sayang dapat mendorong manusia untuk saling membantu untuk
meringankan penderitaan yang dialami oleh manusia lainnya. Tanpa
adanya rasa kasih sayang, mungkin manusia akan menjadi sangat
individualistis, egois dan tidak memikirkan kepentingan orang lain.
❖ Islam mempunyai konsep kasih sayang, memahami bahwa manusia
merupakan makhluk yang sempurna, dibekali dengan akal, ghadhab dan
nafsu. Karena manusia dibekali dengan akal dan nafsu, maka mereka
tidak seperti malaikat yang selalu taat dengan perintah Allah, manusia
terkadang lebih mengutamakan akal atau nafsunya dibandingkan
perintah Allah.
❖ Islam mengatur batas-batas kasih sayang yang diperbolehkan, supaya
berakibat baik bagi semua pihak. Konsep ibadah harus dipahami sebagai
prinsip dalam mengimplementasikan sifat kasih sayang diantara kita,
yakni dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah Swt.
Dengan memegang prinsip tersebut, kita akan terbiasa untuk meniatkan
diri beribadah kepada Allah dalam setiap hal yang kita lakukan, termasuk
dalam hati atau perasaan kita. Tidak ada rasa kasih dan sayang yang kita
berikan kepada makhluk lain kecuali untuk memperoleh ridha Allah Swt.
2) Siddiq
❖ Kata ‫ صدیق‬/ Siddiq, berasal dari bahasa Arab yang berarti "benar/jujur".
❖ Menurut istilah adalah sesuatu yang diberikan sebagai sebuah gelar
kehormatan kepada individu tertentu, Siddiq untuk laki-laki dan Siddiqah
untuk perempuan. Gelar ini diberikan kepada seseorang yang senantiasa
menjaga kejujuran dalam perkataan dan perilakunya.
❖ Menurut al-Ghazali kata jujur dapat diartikan dalam berbagai makna.
Pertama adalah jujur dalam perkataan, jujur dalam niat dan kehendak,
jujur di dalam azam (tekad), jujur di dalam menunaikan azam, jujur di
dalam perbuatan dan yang terakhir jujur di dalam mengimplementasikan
maqamat di dalam beragama.
3) Amanah
❖ Menurut bahasa Amanah berasal dari kata amuna – ya’munu – amanatan
yang bermakna tidak meniru, terpercaya, jujur, atau titipan. Amanah dapat
difahami sebagai sebagai satu sifat yang melekat dalam diri seseorang
yang dapat mendorong seseorang dapat melakukan perbuatan-perbutan
dengan cepat tentang segala sesuatu yang dipercayakan kepadanya,
baik yang menyangkut hak dirinya, hak orang lain, maupun hak Allah Swt.
❖ Amanah dalam arti yang luas dan dalam lebih dari sekedar menunaikan
hajat duniawi kepada pemiliknya. Amanah hakikatnya lawan kata khianat.
Orang yang amanah adalah orang yang dapat dipercaya dan membuat
jiwa aman. Orang-orang Quraisy begitu percaya kepada Rasulullah dalam
urusan dunia. Dalam hal ini mereka tak pernah mencaci beliau. Mereka
juga tidak curiga dan tidak menuduh beliau khianat. Bukan hanya dalam
urusan harta benda, melainkan juga kehormatan dan jiwa. Karena itu,
sangatlah aneh ketika mereka mendustakan beliau dalam hal kabar dari
langit. Padahal, bagaimana mungkin pada saat yang sama seseorang
amanah sekaligus khianat.
4) Tabligh
❖ Menurut bahasa tabligh berasal dari bahasa Arab yang berarti
menyampaikan. Sifat tabligh merupakan satu dari 4 sifat wajib para nabi.
Para Nabi wajib menyampaikan risalah, dan perintah dari Allah Swt.
kepada umatnya. Mereka tidak boleh menyembunyikan sedikitpun
perintah dari Allah Swt. Tabligh di sini bermakna menyampaikan sesuatu
dengan benar dan tepat sasaran.
❖ Tabligh juga berarti mengajak sekaligus memberikan contoh kepada
pihak lain untuk kepada pihak lain untuk melaksanakan ketentuan-
ketentuan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari. Tablig pada
hakikatnya adalah dakwah menyampaikan kebenaran. Seseorang yang
mempunyai sifat tabligh yang tidak pernah menyembunyikan kebenaran.
Ia akan menyampaikan kebenaran itu, dan mengajak orang-orang untuk
mengikutinya.
5) Pemaaf
❖ Pemaaf berarti orang yang rela member maaf kepada orang lain. Sikap
pemaaf dapat dimaknai sikap suka memaafkan kesalahan orang lain
tanpa menyisakan rasa benci dan keinginan untuk membalasnya.
Sebenarnya kata pemaaf, adalah serapan dari Bahasa Arab, yakni al-‘afw
yang berarti maaf, ampun, dan anugerah.
❖ Meski sifat pemaaf itu sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat,
namun masih banyak orang susah untuk memaafkan kesalahan orang
lain. Jika demikian adanya yakni banyak diantara kita yang masih sulit
memaafkan, maka jangan diharap dendam dalam masyarakat kita akan
bisa hilang. Dan jangan berharap aka ada ketenangan dan ketentraman
dalam masyarakat kita, kalau diantara kita belum ada saling memaafkan.
6) Adil
❖ Menurut bahasa Adil derasal dari bahasa Arab yang berarti proporsional,
tidak berat sebelah, atau jujur. Adil maksudnya juga tidak berat sebelah,
tidak memihak, berpihak pada yang benar, berpegang pada kebenaran,
atau yang sepatutnya, dan tidak sewenang-wenang.
❖ Sedang Menurut ilmu akhlak adil dapat didefinisikan sebagai perbuatan
meletakan sesuatu pada tempatnya, memberikan atau menerima sesuatu
sesuai haknya, dan menghukum yang jahat sesuai haknya, dan
menghukum yang jahat sesuai dan kesalahan dan pelanggaranya.
❖ Islam mengajarkan bahwa semua orang mendapat perlakuan yang sama
dan sederajat di hadapan hukum. Tidak ada diskriminasi hukum karena
perbedaan kulit, status sosial, ekonomi, atau politik. Karena keadilan
merupakan sesuatu yang bernilai tinggi, baik, dan mulia. Apabila keadilan
diwujudkan dalam kehidupan pribadi, keluarga, masyarakat, serta bangsa
dan Negara, sudah tentu ketinggian, kebaikan, dan kemuliaan akan
diraih. Jika seseorang mampu mewujudkan keadilan dalam dirinya
sendiri, tentu akan meraih keberhasilan dalam hidupnya, memperoleh
kegembiraan batin, disenangi banyak orang, dapat meningkatkan kualitas
diri, dan memperoleh kesejahteraan hidup duniawi serta ukhrawi.
Kesimpulannya adalah Akhlak terhadap diri sendiri dan orang lain adalah bagian dari
perbuatan seseorang. Jika perbuatan tersebut didasarkan karena Allah Swt. atau
sesuai dengan ajaran agama Islam, maka perbuatan tersebut bisa membawa
manfaat dan kemuliaan bagi dirinya dan orang lain. Sebaliknya jika perbuatan
tersebut bertentangan dengan ajaran agama Islam, maka perbuatan tersebut bisa
membawa kehinaan dan kemadharatan bagi dirinya dan orang lain. Seperti contoh
sifat amanah, orang yang bersifat amanah akan memberikan manfaat bagi dirinya
dan orang lain. Apabila ketika ia dipercaya untuk mengemban amanah ia selalu
konsisten dan menjalakannya sesuai dengan ajaran agama.

Daftar materi 1. Islam, sebagai agama yang sempurna, mempunyai konsep kasih sayang, memahami
bidang studi bahwa manusia merupakan makhluk yang sempurna, dibekali dengan akal, ghadhab
2 yang sulit dan nafsu. Karena manusia dibekali dengan akal dan nafsu, maka mereka tidak
dipahami seperti malaikat yang selalu taat dengan perintah Allah, manusia terkadang lebih
pada modul mengutamakan akal atau nafsunya dibandingkan perintah Allah.

Daftar materi
yang sering
1. Penerapan/aplikasi akhlak terhadap diri sendiri dan orang lain
mengalami
3 2. Menjelaskan ke peserta didik tentang perbedaan Khouf dan Raja’
miskonsepsi
dalam
pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai