Anda di halaman 1dari 8

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Nama : Muchamad Wildanul Munir


B. Judul Modul : Akidah Akhlak
C. Kegiatan Belajar : AKHLAK TERHADAP DIRI SENDIRI DAN ORANG LAIN (KB 4)
D. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN


Peta Konsep
1. hubungannya dengan diri sendiri (khauf dan raja’, malu,
rajin, hemat dan istiqamah);
2. Akhlak terhadap orang lain (kasih sayang, siddiq, amanah,
tabligh, pemaaf, dan adil)

URAIAN
A. Akhlak terhadap Diri Sendiri
1. Hakekat Akhlak terhadap Diri Sendiri
akhlak terhadap diri sendiri dasarnya adalah sifat
jiwa yang sudah mendarah daging yang dapat
menjadi inspirasi dan mendorong perbuatan-
perbuatan yang akibatnya kembali pada dirinya
sendiri, baik itu perbuatan yang bermanfaat
maupun perbuatan yang madharat. Semua
perbuatan yang dilakukan seorang hamba karena
Allah Swt. semata sebagai bentuk pengabdiannya,
yakni amal yang implementasinya didasari dengan
Peta Konsep (Beberapa hakekat tauhid. Akhlak yang mulia kepada diri
1 istilah dan definisi) di modul sendiri adalah bagian dari amal shalih. Sebagai
bidang studi contoh sifat malu.
2. Macam-macam Akhlak terhadap Diri Sendiri
a. Khauf dan Raja’
Secara bahasa, khauf adalah lawan kata al-
amnu. Al-Amnu adalah rasa aman, dan khauf
adalah rasa takut. Khaufa adalah perasaan
takut terhadap siksa dan keadaan yang tidak
mengenakkan karena kemaksiatan dan dosa
yang telah diperbuat. Sedangkan raja’ adalah
perasaan penuh harap akan surga dan
berbagai kenikmatan lainnya, sebagai buah dari
ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Kenapa kita harus mempunyai sifat khauf. Ada
beberapa alasan: Pertama, supaya ada
proteksi diri. Terutama dari perbuatan
kemaksiatan atau dosa. Karena, nafsu selalu
menyuruh kita untuk melakukan perbuatan
buruk dan tidak ada kata berhenti dalam
menjerumuskan kita. Kedua, agar tidak ujub
atau berbangga diri dan sombong.
Perasaan paling suci, paling bersih dan paling
taat adalah di antara siasat halus nafsu. Karena
itulah nafsu harus tetap dipaksa dan dihinakan
tentang apa yang ada padanya, kejahatannya,
dosa-dosa dan berbagai macam bahayanya.
kenapa manusia perlu memiliki sifat raja’.
Alasannya adalah pertama, agar tetap
bersemangat dalam ketaatan. Sebab berbuat
baik itu berat dan setan senantiasa akan
mencegahnya dengan berbagai cara.

b. Malu
Menurut bahasa malu berarti merasa sangat
tidak enak hati seperti hina atau segan
melakukan sesuatu karena ada rasa hormat,
agak takut, kepada pihak lain. Sedang menurut
istilah adalah adalah sifat yang mendorong
seseorang merasa tidak enak apabila
meninggalkan kewajiban-kewajiabannya
sebagai hamba Allah Swt dan meninggalkan
larangan-larangan-Nya. Malu adalah sifat atau
perasaan yang membentengi seseorang dari
melakukan yang rendah atau kurang sopan.
Orang yang tidak memiliki sifat malu, akhlaknya
akan rendah dan tidak mampu mengendalikan
hawa nafsu. Perasaan malu muncul dari
kesadaran akan perasaan bersalah tetapi
sebenarnya perasaan malu tidak sama dengan
perasaaan bersalah. Rasa malu merupakan
perasaan tidak nyaman tentang bagaimana kita
dilihat oleh pihak lain, yakni Allah semata.
Apabila seseorang hilang malunya, secara
bertahap perilakunya akan buruk, kemudian
menurun kepada yang lebih buruk, dan terus
meluncur ke bawah dari yang hina kepada lebih
hina sampai ke derajat paling rendah.
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw. yang
artinya: Dari Ibn. Umar bahwasannya Nabi
Saw. bersabda, ''Sesungguhnya Allah apabila
hendak membinasakan seseorang, Dia
mencabut rasa malu dari orang itu.
Sesungguhnya apabila rasa malu seorang
hamba sudah dicabut, kamu tidak
menjumpainya kecuali dibenci. Apabila tidak
menjumpainya kecuali dibenci, dicabutlah
darinya sifat amanah. Apabila sifat amanah
sudah dicabut darinya maka tidak akan didapati
dirinya kecuali sebagai pengkhianat dan
dikhianati. Kalau sudah jadi pengkhianat dan
dikhianati, dicabutlah darinya rahmat. Kalau
rahmat sudah dicabut darinya, tidak akan kamu
dapati kecuali terkutuk yang mengutuk. Apabila
terkutuk yang mengutuk sudah dicabut darinya,
maka akhirnya dicabutlah ikatan
keislamannya.'' (HR Ibn Majah). Ada tiga
macam malu yang perlu melekat pada
seseorang, yaitu:
1) Malu kepada diri sendiri ketika sedikit
melakukan amal saleh kepada Allah dan
kebaikan untuk umat dibandingkan orang
lain.
2) Malu kepada manusia. Ini penting karena
dapat mengendalikan diri agar tidak
melanggar ajaran agama, meskipun yang
bersangkutan tidak memperoleh pahala
sempurna lantaran malunya bukan karena
Allah.
3) Malu kepada Allah. Ini malu yang terbaik
dan dapat membawa kebahagiaan hidup.
Orang yang malu kepada Allah, tidak akan
berani melakukan kesalahan dan
meninggalkan kewajiban selama meyakini
Allah selalu mengawasinya.

c. Rajin
Menurut bahasa rajin berarti suka bekerja, getol
(sungguh-sungguh bekerja), giat berusaha dan
kerapkali; terus-menerus. Kata rajin sangat
terkenal dengan sebuah peribahasa “rajin
pangkal pandai” Sifat rajin dapat dipahami
sebagai kondisi jiwa yang dapat mendorong
kesungguhan untuk melakukan kegiatan
tertentu secara terus-menerus dalam mencapai
suatu tujuan. Kebalikannya adalah sifat malas,
sifat yang melekat dengan kuat di dalam sudah
yang mendorong seseorang tidak mau, segan
atau tidak berminat melakukan sesuatu.
Bertawakal bukanlah berpasrah tanpa usaha,
tawakkal ialah upaya yang diawali kebulatan
tekad, menyusun rencana yang matang
berdasarkan kemampuan dan ilmu yang kita
miliki.

d. Hemat
Dalam Kamus Besar Bahasa Indosenia hemat
diartikan dengan berhati-hati dalam
membelanjakan uang. Semenjak Saudara ada
di bangku sekolah dasar, pasti Saudara sudah
hafal betul dengan pepatah yang satu ini,
"Hemat Pangkal Kaya". Seakan atau sepintas
hemat hanya berhubungan dengan harta.
Hemat dalam kehidupan sehari-hari adalah sifat
jiwa yang sudah menyatu dengan dirinya yang
dapat mendorong seseorang menggunakan
segala sesuatu yang dimilikinya, baik harta,
tenaga maupun waktu sesuai dengan
kebutuhan. Hemat berarti tidak boros dan juga
tidak kikir atau pelit. Orang-orang yang hemat
bisa menahan nafsunya untuk tidak membeli
barang yang tidak penting. Orang yang hemat
akan berusaha dengan upaya yang maksimal
untuk membeli dan memenuhi kebutuhannya,
meskipun dalam kondisi serba kekurangan.

e. Istiqamah
Menurut bahasa Istiqomah berarti “lurus,
menjadi lurus atau tegak lurus”, adalah bentuk
mashdâr dari fiil istaqama – yastaqimu
istiqamatan (Almunawwir; 1173), atau jalan
yang lurus dan benar (Mufradat Alfazh al-
Qur’an, hlm. 692) juga berarti tetap beramal
berdasarkan agama tauhid, tidak kembali pada
kemusyrikan (Al-Maraghi, Juz 24: hlm. 127).
Menurut Istilah istiqamah adalah kata yang
mencakup semua urusan agama yakni
mendirikan (melaksanakannya secara
sempurna) dan menunaikan janji terkait dengan
ucapan, perbuatan, keadaan dan niat dengan
sebenar-benarnya kehadirat Allah Swt. (Ibn.
Qayyim, Madarid as-Salikin, Juz III, h. 1708)
Abdur Razaq mendefinisikan bahwa istiqamah
itu menuju jalan yang lurus yakni agama yang
sempurna dari keterpihakan ke kanan atau ke
kiri, mencakup ketaatan lahir dan batin
terhadap pelaksanaan perintah dan
meninggalkan larangan sehingga dapat
dikatakan sebagai wasiat ketaatan agama
secara menyeluruh (Asyru Qawaid fi al-
Istiqamah, hal. 13)
istiqamah adalah sifat yang sudah menyatu
dengan jiwa seseorang yang mendorong untuk
melakukan jalan yang lurus (benar) berupa
ketaatan mutlak kepada Allah Swt. secara
konsisten dan terus menerus dalam keadaan
apapun dan di mana pun ketika menjalankan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
Ketaan kepada Allah Swt. yang dawam (terus-
menerus) merupakan bagian penting dari
Istiqamah. Jiwa yang istiqamah adalah jiwa
yang muttaqin sejati. Siapa yang dapat
menjaga ketakwaannya berarti dia berkhlak
mulia kepada Rabnya sekaligus kepada dirinya
sediri. Bahkan ia juga berakhlak baik kepada
semua makluk Allah Swt. Kebaikan dan
keutamaan yang kembali pada diri orang yang
istiqamah adalah mendapat jaminan menjadi
kekasih Allah.
Orang yang istiqamah, konsisten jalan
pikirannya, ucapan dan perbuatannya akan
selalu mendapatkan kemudahan dalam
menghadapi kesulitan, akan mendapatkan
pertolongan dari Dzat yang Maha segalanya.
Baginya yang susah akan jadi mudah, yang
jauh akan jadi dekat, yang sedikit akan jadi
banyak dan seterusnya.

B. Akhlak terhadap Orang Lain


1. Hakekat Akhlak terhadap Orang Lain
Akhlak yang mulia terhadap orang lain, juga sama
merupakan bagian dari amal shalih. Contohnya
sifat jujur, orang yang bersifat jujur, akan
memberikan pengaruh terhadap orang lain. Apabila
ia jujur dalam berbicara, maka informasinya akan
sangat berguna bagi yang membutuhkannya.
Sebaliknya kalau ia berbohong, maka informasinya
sangat membahayakan, bahkan bisa menimbulkan
fitnah yang sangat kejam bagi siapa pun yang
menjadi sasaran. Akhlak terhadap orang lain
adalah sifat-sifat yang melekat kuat dalam diri
seseorang yang menjadi sumber kekuatan untuk
melakukan perbuatan-perbuatan yang dapat
berakibat baik atau buruk bagi orang lain, di luar
pelakunya.
2. Macam-macam Akhlak terhadap Orang Lain
Beberapa sifat, yaitu; kasih sayang, siddiq,
amanah, tabligh, pemaaf, dan adil.
a. Kasih Sayang
Kasih sayang merupakan karunia nikmat yang
sangat didambakan oleh semua orang. Karena
dengan sifat ini, dapat tercipta kepedulian,
kedamaian dan rasa empati kepada orang lain.
Tidak hanya itu, kasih sayang dapat
mendorong manusia untuk saling membantu
untuk meringankan penderitaan yang dialami
oleh manusia lainnya. Tanpa adanya rasa kasih
sayang, mungkin manusia akan menjadi sangat
individualistis, egois dan tidak memikirkan
kepentingan orang lain. Konsep ibadah harus
dipahami sebagai prinsip dalam
mengimplementasikan sifat kasih sayang
diantara kita, yakni dalam menjalankan perintah
dan menjauhi larangan Allah Swt. Dengan
memegang prinsip tersebut, kita akan terbiasa
untuk meniatkan diri beribadah kepada Allah
dalam setiap hal yang kita lakukan, termasuk
dalam hati atau perasaan kita. Tidak ada rasa
kasih dan sayang yang kita berikan kepada
makhluk lain kecuali untuk memperoleh ridha
Allah Swt.

b. Siddiq
Kata ‫ صدیق‬/Siddiq, berasal dari bahasa Arab
yang berarti "benar/jujur" . Menurut istilah
adalah sesuatu yang diberikan sebagai sebuah
gelar kehormatan kepada individu tertentu,
Siddiq untuk laki-laki dan Siddiqah untuk
perempuan. Sifat jujur merupakan salah satu
sifat wajib yang dimiliki oleh para nabi dan para
rasul Allah. Jujur adalah sifat terpuji yang
selayaknya dimiliki oleh umat Islam. Abu Hamid
al-Ghazali secara khusus membahas tentang
hal jujur ini.
Pertama, jujur dalam lisan; jujur dalam lisan
atau ucapan berkaitan langsung dengan
informasi atau berita yang disampaikan, apakah
itu benar atau salah. Baik yang telah berlalu
maupun yang akan terjadi. Menurut al-Ghazali
kejujuran ini akan semakin lengkap jika
seseorang tidak terlalu membesar-besarkan
informasi. Karena menurut al-Ghazali, hal itu
dekat dengan kedustaan. Dan kedua,
memperhatikan makna jujur secara seksama
agar tidak bercampur dengan syahwat
keduniaan. Kedua, jujur dalam niat dan
kehendak. Jujur dalam hal ini terkait langsung
dengan keikhlasan.
Ketiga, jujur dalam azam (tekad); sebelum
seseorang melakukan sesuatu kadangkala
seseorang memiliki tekad terlebih dahulu
sebelum mengimplementasikannya.
Keempat, jujur dalam menunaikan azam
(tekad); Maksudnya adalah ketika seseorang
telah memiliki azam dan ia memiliki peluang
untuk melaksanakan azamnya.
Kelima, jujur dalam perbuatan; adalah usaha
seseorang untuk menampilkan perbuatan
lahiriah agar sesuai dengan apa yang ada di
dalam hatinya.
Keenam, jujur dalam mengimplementasikan
maqamat di dalam agama seperti jujur di dalam
khauf (takut kepada Allah), raja’ (berharap
kepada Allah), zuhud dan lain sebagainya.

c. Amanah
Menurut bahasa Amanah berasal dari kata
amuna – ya’munu – amanatan yang bermakna
tidak meniru, terpercaya, jujur, atau titipan.
Amanah dapat difahami sebagai sebagai satu
sifat yang melekat dalam diri seseorang yang
dapat mendorong seseorang dapat melakukan
perbuatan-perbutan dengan cepat tentang
segala sesuatu yang dipercayakan kepadanya,
baik yang menyangkut hak dirinya, hak orang
lain, maupun hak Allah Swt. Amanah dalam arti
yang luas dan dalam lebih dari sekedar
menunaikan hajat duniawi kepada pemiliknya.
Amanah hakikatnya lawan kata khianat. Orang
yang amanah adalah orang yang dapat
dipercaya dan membuat jiwa aman. Amanah
yang berarti benar-benar bisa dipercaya
(bertanggung jawab). Jika satu urusan
diserahkan kepadanya, niscaya orang orang
percaya bahwa urusan itu akan dilaksanakan
dengan sebaik baiknya. Konsekuensi Amanah
adalah mengembalikan setiap hak kepada
pemiliknya, baik sedikit maupun banyak, tidak
mengambil lebih daripada yang ia miliki, tidak
mengurangi hak orang lain, baik itu hasil
penjualan, jasa atau upah buruh.

d. Tabligh
Menurut bahasa tabligh berasal dari bahasa
Arab yang berarti menyampaikan. Sifat tabligh
merupakan satu dari 4 sifat wajib para nabi.
Para Nabi wajib menyampaikan risalah, dan
perintah dari Allah Swt. kepada umatnya.
Mereka tidak boleh menyembunyikan
sedikitpun perintah dari Allah Swt. Tabligh di
sini bermakna menyampaikan sesuatu dengan
benar dan tepat sasaran. Tabligh juga berarti
mengajak sekaligus memberikan contoh
kepada pihak lain untuk kepada pihak lain
untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan
ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
Tablig pada hakikatnya adalah dakwah
menyampaikan kebenaran. Seseorang yang
mempunyai sifat tabligh yang tidak pernah
menyembunyikan kebenaran. Ia akan
menyampaikan kebenaran itu, dan mengajak
orang-orang untuk mengikutinya.
Sifat Tabligh yaitu berupa komunikasi,
keterbukaan, pemasaran merupakan teknik
hidup muslim karena setiap muslim
mengemban tanggung jawab dakwah, yakni
menyeru, mengajak, memberitahu.

e. Pemaaf
Pemaaf berarti orang yang rela member maaf
kepada orang lain. Sikap pemaaf dapat
dimaknai sikap suka memaafkan kesalahan
orang lain tanpa menyisakan rasa benci dan
keinginan untuk membalasnya.
Islam sangat menekankan sikap adil dalam
segala aspek kehidupan. Allah Swt.
memerintahkan kepada umat manusia supaya
berprilaku adil. Keadilan merupakan inti ajaran
Islam yang mencakup semua aspek kehidupan.
Prinsip keadilan yang dibawa Al-Qur’an sangat
kontekstual dan relevan untuk diterapkan
kedalam kehidupan beragama, berkeluarga dan
bermasyarakat.
1. Dari Ibn. Umar bahwasannya Nabi Saw. bersabda,
''Sesungguhnya Allah apabila hendak membinasakan
seseorang, Dia mencabut rasa malu dari orang itu.
Sesungguhnya apabila rasa malu seorang hamba sudah
dicabut, kamu tidak menjumpainya kecuali dibenci. Apabila
tidak menjumpainya kecuali dibenci, dicabutlah darinya
Daftar materi bidang studi
sifat amanah. Apabila sifat amanah sudah dicabut darinya
2 yang sulit dipahami pada
maka tidak akan didapati dirinya kecuali sebagai
modul
pengkhianat dan dikhianati. Kalau sudah jadi pengkhianat
dan dikhianati, dicabutlah darinya rahmat. Kalau rahmat
sudah dicabut darinya, tidak akan kamu dapati kecuali
terkutuk yang mengutuk. Apabila terkutuk yang mengutuk
sudah dicabut darinya, maka akhirnya dicabutlah ikatan
keislamannya.'' (HR Ibn Majah).
1. Hemat berarti tidak boros dan juga tidak kikir atau pelit.
Orang-orang yang hemat bisa menahan nafsunya untuk
Daftar materi yang sering
tidak membeli barang yang tidak penting. Orang yang
3 mengalami miskonsepsi
hemat akan berusaha dengan upaya yang maksimal untuk
dalam pembelajaran
membeli dan memenuhi kebutuhannya, meskipun dalam
kondisi serba kekurangan.

Anda mungkin juga menyukai