A. JudulModul : FIQIH
B. Kegiatan Belajar : Pernikahan Monogami, Pologami dan nikah mut’ah (KB
2)
C. Refleksi
Hukum berpoligami
Pada asalnya hukum poligami itu diperbolehkan jika
sorang suami tidak dikhawatirkan berbuat zolim
terhadap isteri-isterinya. Jika dipastikan akan berlaku
zhalim, maka seorang suami lebih baik untuk
beristeri satu saja. Menurut Yusuf Qordawi, kodisi
yang darurat dengannya seorang laki-laki boleh
poligami sbagai berikut:
1. Ditemukan seorang suami yang menginginkan
keturunan, akan tetapi isterinya tidak dapat
melahirkan akan disebabkan karena mandul atau
penyakit.
2. Ada juga Diantara suami yang overseks, tetapi
isterinya memiliki kelemahan seks, memiliki
penyakit atau waktu haidnya terlalu lama
sedangkan suami tidak bisa menahan sabar
untuk menghadapi kelemahan isterinya tersebut.
3. Jumlah wanita lebih banyak dibanding jumlah laki-
laki. khususnya setelah terjadi peperangan. Disitu
terdapat kefaedahan yang harus diterima
masyarakat dan para wanita yang tidak
menghendaki hidup tanpa suami dan kemauan
hidup tenang, cinta dan terlindungi serta
menikmati sifat keibuan.
Hikmah poligami
Adapun hikmah memiliki istri lebih dari satu (poligami)
yang diungkapkan oleh Rasyid Ridha, yakni:
1. Untuk mendapatkan bagi suami yang subur dan
istri yang mandul
2. Menjaga keutuhn keluarga tanpa harus mencerai
istri pertama meski ia tidak berfungsi semestinya
sebagai istri karena cacat fisik atau sebagainya
3. Untuk menyelamatkan suami yang hiperseks dari
perbuatan free seks
4. Melindungi harkat dan martabat perempuan dari
krisis akhlak, terpenting mereka yang tinggal di
negara yang jumlah perempuan banyak
dibanding laki-laki akibat peperangan.
Sedangkan hikmah kebolehan Rasulullah SAW,
berpoligami sebagai kepentingan dakwah islam
seperti yang disampaikan oleh Mahmud al-aqad
sebagai berikut :
1. Untuk kepentingan pendidikan dan pengajaran
agama. Semua istri nabi yang berjumlah sebilan
dapat dijadikan sumber informasi bagi umat islam
yang hendak mengetahui ajaran-ajaran Nabi dan
praktek kehidupan beliau dalam berkeluarga,
bermasyarakat terutama masalah keluarga
2. Untuk kepentingan politik, yaitu mempersatukan
suku-suku bangsa arab dan sekaligus menarik
mereka masuk islam. Seperti perkawinan nabi
dengan juwairiyah putri al haris kepala suku bani al-
musthaliq dan shafiyah, seorang toko dari bani
quiraizhah dan banial-nadhir.
3. Untuk kepentingan sosial dan kemanusiaan.
Seperti perkawinan beliau dengan janda dermawan
bernama khadijah dan janda pahlawan islam
seperti saodah binti zama’ah (suaminya meninggal
setelah kembali dari hijrah ke absenia), hafsah binti
umar (suaminya gugur pada perang badar), hindun
ummu salamah (suami gugur diperang uhud)
c. Nikah mut’ah
Mut’ah berasal dari bahasa arab mempunyai arti bekal
yan sedikit dan baran yang menyenangkan. Secara
terminologyseorang laki-laki menikah dengan seorang
perempua untuk waktu tertentu dan mendpatkan
imbalan uang yang telah ditentukan..
Penetapan pembatasan waktu (ta’qit) tersebut,
pernikahan semacam itu bertentangan dengan ajaran
syariat Islam yang mengingginkan pernikahan itu tidak
terbatas waktu. mempertimbangkan bahwa nikah
mut’ah zaman nabi diizinkan tapi tidak berlaku untuk
semua orang hanya untuk orang tertentu saja
dikarenakan terdapat suatu kondisi sangat darurat atau
mendesak. Berdasarkan keterangan diatas, maka
jelaslah bahwa kebolehan hukum nikah mut’ah pada
zaman nabi itu memiliki alasan sebagai berikut :
1. Mewujudkan keringanan hukum (rukhsah) untuk
memberikan solusi dari permasalahan yang dihadapi
oleh dua kelompok yang imannya kuat dan imannya
tidak kuat atau lemah.
2. Sebagai langkah perjalanan hukum islam menuju
ditetapkannya kehidupn kehidupan rumah tangga yang
sempurna untuk mewujudkan tujuan pernikahan yaitu
melestarikan keturunan, cinta kasih sayang, dan
memperluar pergaulan melalui perbesanan.
Nikah Mut’ah masa kini
Nikah Mut;ah pada masa sekarang ini dapat dikatakan bathil
dan sangat mudah untuk ditolak baik secara aqli mau pun
naqli. Karena alasanya sebagai berikut :
1. Islam menetapkan pernikahan sebagai ikatan perjanjian
yang kuat. Yang dibangun berdasarkan landasan
stimulasi untuk hubungan yang lama akan menimbulkan
cinta, kasih sayang dan ketentraman bathin serta
menciptakan keturunan yang baik.
2. Menghalalkan kembali nikah mut’ah berarti langkah
mundur dari sesuatu yang telah ditetapkan secara
sempurna oleh Islam.
3. Alasan darurat untuk menghalalkan kembali nikah
mut’ah merupakan alasan yang terlalu dibuat-buat
sebab alasan darurat diperbolehkanya nikah mut’ah
pada jaman nabi dalam keadaan berperang dimana istri
mereka tinggal berjauhan, sulit mereka untuk bertemu.
4. Dampak negatif yang diakibatkan dari nikah mut’ah
sangat merusak dimensi sosial. Sebab akibat nikah
mut’ah akan bermunculan perempuan-perempuan yang
akan kehilangan suaminya, seakan-akan wanita dijadika
pemuas nafsu laki-laki sesaaat dan akan muncul anak-
anak yang tidak mendapatkan kasih sayang ayahnya.
Maka tidak ada alasan yang dapat dibenarkan untuk kembali
dihalalkan nikah mut’ah sekarang ini. Hukum nikah mut’ah ini
telah tegas keharamanya baik dilihat secra akal dan wahyu. “
yang haram telah jelas dan yang halal pun sudah jelas”