Anda di halaman 1dari 12

KB 2

PERNIKAHAN MONOGAMI, POLIGAMI


DAN NIKAH MUT’AH
Indikator
Kisi: 23
NIKAH DALAM ISLAM

Kedudukannya nikah adalah bernilai ibadah. Kelayakan manusia untuk menerima syariat tersebut paling tidak diperkuat oleh tiga
argumen. Pertama, makhluk berakal, Kedua, diciptakan berpasangan, Ketiga, perilaku para Nabi dan memasukkannya sebagai salah satu
fitrah yang dimiliki oleh manusia. Pada zaman Jahiliyah telah dikenal beberapa praktek perkawinan yang merupakan warisan turun
temurun dari perkawinan Romawi dan Persia.
1. Perkawinan pacaran (khidn), pergaulan bebas sebelum perkawinan yang resmi dilangsungkan yang tujuannya untuk mengetahui
kepribadian masing-masing pasangan.
2. Nikah badl, seorang suami minta kepada laki-laki lain saling menukar istrinya.
3. Nikah istibdha, seorang suami minta kepada laki-laki kaya, bangsawan atau orang pandai agar bersedia mengumpuli istrinya yang
dalam keadaan suci sampai ia hamil. Setelah itu baru si suami mengumpulinya.
4. Keempat, nikah Raht (urunan), seorang wanita dikumpuli oleh beberapa pria sampai hamil. Ketika anaknya lahir, lalu wanita itu
menunjuk salah satu pria yang telah mengumpulinya untuk mengakui bayi yang telah dilahirkannya sebagai anaknya.
Kehadiran Islam menghapus semua bentuk pernikahan tersebut karena dipandang tidak sejalan dengan naluriah dan kehormatan
manusia serta dapat dikatakan cara binatang yang tidak mengenal aturan.
Menurut ulama Syafi’iyah, sebagai berikut:
ٌ‫( عمدٌ تضمنإباحةالوطءبلفظاإلنكاحاوالتزو ج‬Akad (perjanjian) yang mengandung kebolehan hubungan kelamin dengan sebab lafaz nikah atau
tajwiz).
Dengan demikian, Nikah dalam syariat Islam diartikan sebagai sebuah akad yang menghalalkan pergaulan dan membatasi hak dan
kewajiban serta tolong menolong antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya dengan rukun dan syarat yang telah
ditentukan. Sepasang calon suami istri yang ingin melangsungkan ikatan pernikahan diharuskan untuk memenuhi syarat dan rukun nikah.
Terkait dengan rukun nikah, para ulama sepakat, terdapat lima hal yang menjadi rukun nikah. calon suami istri, Wali dari calon isteri, dua
orang saksi, Mahar (mas kawin), dan Ijab-qabul.
Al-Qur‟an menyebut nikah sebagai mitsaq (perjanjian) antara suami dan isteri sejak terjadinya akad.
DISAJIKAN DESKRIPSI KONSEPTUAL TENTANG NIKAH DALAM ISLAM MENURUT
PANDANGAN PARA ULAMA FIKIH, MAHASISWA DAPAT MENYIMPULKAN NIKAH DALAM
ISLAM

• Konsep Nikah dalam Islam


Syariat Pernikahan
• Kelayakan manusia untuk menerima syariat diperkuat oleh tiga argumen.
a. Manusia adalah makhluk berakal dan dengan akalnya tersebut manusia mampu menerima dan
menjalankan syariat dengan baik
b. Manusia diciptakan oleh Allah berpasangan, yaitu laki-laki dan perempuan
c. Pernikahan dalam Islam disebut sebagai perilaku para Nabi dan memasukkannya sebagai salah satu
fitrah yang dimiliki oleh manusia
• Nikah dalam syariat Islam diartikan sebagai sebuah akad yang menghalalkan pergaulan dan
membatasi hak dan kewajiban serta tolong menolong antara laki-laki dan perempuan yang
bukan mahramnya dengan rukun dan syarat yang telah ditentukan
• Rukun nikah yaitu calon suami istri, Wali dari calon isteri, dua orang saksi, Mahar (mas
kawin), dan Ijab- qabul.
HIKMAH ATAU TUJUAN NIKAH

a. Nafsu seks termasuk tuntunan terkuat selalu meliputi kehidupan manusia, pernikahan
merupakan aturan yang paling baik dan jalan keluar yang menyejukkan untuk memuaskan
seks manusia
b. Pernikahan jalan terbaik untuk melahirkan anak, memperbanyak kelahiran dan
melestarikan kehidupan dengan selalu menjaga keturunan.
c. Naluri kebapakan dan keibuan akan tumbuh dan berkembang dalam menaungi anak
masa kanak-kanak serta tumbuhnya rasa kasih-sayang.
d. Rasa tanggung jawab dari pernikahan serta mengurus anak dapat membangkitkan
semangat dan mencurahkan segala kemampuan dalam memperkuat potensi diri
e. Membagi-bagi pekerjaan dan membatasi tanggung jawab pekerjaan kepada suami dan
isteri
HUKUM PERNIKAHAN

a. Wajib, hukum ini layak dibebankan kepada orang yang telah mampu memberi nafkah,
jiwanya terpanggil untuk nikah dan jika tidak nikah khawatir terjerumus ke lembah
perzinahan.
b. Sunah, hukum ini pantas bagi orang yang merindukan pernikahan dan mampu memberi
nafkah tapi sebenarnya ia masih mampu menahan dirinya dari perbuatan zina.
c. Haram, hukum ini layak bagi orang yang tidak mampu memberikan nafkah dan jika ia
memaksakan diri untuk menikah akan mengkhianati isterinya atau suaminya, baik dalam
pemberian nafkah lahiriyah maupun batiniyah
PERNIKAHAN MONOGAMI DALAM AJARAN ISLAM

Pengertian Monogami
• Dalam kamus bahasa Indonesia, monogami berarti sistem yang hanya
memperbolehkan seorang laki-laki mempunyai satu isteri pada jangka
waktu tertentu.
• Hukum asal perkawinan dalam Islam adalah monogami. Hukum ini
sangatlah beralasan karena dengan monogami tujuan pernikahan
untuk menghantarkan keluarga bahagia akan lebih mudah karena
tidak terlalu banyak beban
DALIL DAN HUKUM ASAL PERNIKAHAN MONOGAMI

• Hukum Islam menetapkan kepada laki-laki untuk beristeri satu saja. Dasar
hukum monogami dalam Islam adalah al-Quran yang menjelaskan tentang
kewajiban berperilaku adil terhadap seorang istri, dan jika khawatir tidak
mampu berperilaku adil maka wajib monogami. Bahkan secara tegas
bahwa Allah menyatakan bahwa para suami tidak akan mampu berbuat
adil kepada istri mereka. Sebab syarat keadilan menjadi syarat berat bagi
setiap suami yang akan melaksanakan pernikahan lebih dari seorang istri.
Dalilnya terdapat dalam QS. An-Nisa’ ayat 3, dan 129
24. DISAJIKAN DESKRIPSI
KASUS DALAM SATU MASYARAKAT TENTANG ADANYA
SEORANG LAKI- LAKI YANG BERISTRI LEBIH DARI SATU (POLIGAMI), MAHASISWA
DAPAT MENELAAH POLIGAMI DALAM AJARAN ISLAM
POLIGAMI DALAM AJARAN ISLAM

Pengertian dan Hukum Poligami


• Secara kebahasaan yang lebih tepat adalah poligini yang dalam kamus bahasa
Indonesia diartikan sebagai “Sistem perkawinan yang membolehkan seorang
pria memiliki beberapa wanita sebagai isterinya di waktu yang bersamaan
• Pada asalnya hukum poligami itu diperbolehkan jika seseorang suami tidak
dikhawatirkan berbuat zhalim terhadap isteri-isterinya
• Menurut Mahmud Syaltut, bahwa pada asalnya Islam memerintahkan laki-laki
untuk beristeri satu, boleh beristeri lebih dari satu jika dipandang darurat.
YUSUF QARDHAWI MENJELASKAN KONDISI
DARURAT ADALAH SEBAGAI BERIKUT:

a. ditemukan seorang suami yang menginginkan keturunan, akan tetapi ternyata isterinya
tidak dapat melahirkan anak disebabkan karena mandul atau penyakit.
b. Di antara suami ada yang memiliki overseks, akan tetapi isterinya memiliki kelemahan
seks, memiliki penyakit atau masa haidhnya terlalu panjang sedangkan suaminya tidak
sabar menghadapi kelemahan isterinya tersebut
c. jumlah wanita lebih banyak dibanding jumlah laki-laki, khususnya setelah terjadi
peperangan.
KEWAJIBAN YANG HARUS DIPENUHI SETELAH POLIGAMI YAITU SEORANG SUAMI
HARUS BERLAKU ADIL DALAM MEMBERIKAN NAFKAH

a. Nafkah lahiriah
• Seorang suami dituntut untuk berlaku adil terhadap isteri-
isterinya dalam memberikan makan, minum, pakaian,
rumah, serta waktu giliran
a. Nafkah batiniyah
• keadilan yang bersifat batin yaitu kecenderungan
hati/cinta.
NIKAH MUT’AH MASA KINI

• di masa sekarang ini praktek nikah mut’ah ini terjadi lagi dan bahkan ada yang dan bahkan ada yang melegalkan
kembali seperti keleompok syiah
• penghalalan nikah mut’ah pada masa sekarang ini dapat dikatakan bathil dan sangat mudah untuk ditolak baik
secara aqli maupun naqli:
a. Islam menetapkan pernikahan sebagai ikatan perjanjian yang kuat sedangkan dalam nikah mut’ah (kontrak)
perkawinan tidak bersifat kekal, tapi dibatasi oleh waktu yang telah disepakati
b. menghalalkan kembali nikah mut’ah berarti langkah mundur dari sesuatu yang telah ditetapkan secara
sempurna oleh Islam
c. alasan darurat untuk menghalalkan kembali nikah mut’ah merupakan alasan yang terlalu dibuat-buat
d. dampak negatif yang diakibatkan dari nikah mut’ah sangat merusak dimensi sosial.
• Nikah mut’ah yang dibolehkan dalam Islam sudah berakhir, yaitu hanya boleh ketika zaman Nabi dengan alasan
darurat dan ada hikmah tasyri’ di dalamnya. Maka tidak ada alasan yang dapat dibenarkan untuk kembali
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai