Anda di halaman 1dari 3

Assalamu’alaikum wr.

wb

Perkenalkan nama saya mahzummi zundana, dari prodi tarbiyah jurusan pai pagi semester 1. Disini
saya akan membuat artikel tentang pernikahan menurut pandangan islam.

Di dalam Islam, pernikahan itu bukan hanya berbicara tentang hubungan pria dan wanita yang diakui
secara sah secara agama dan hukum negara, dan bukan hanya berbicara kebutuhan biologis laki-laki
dan perempuan saja, tetapi pernikahan dalam Islam sangat erat kaitannya dengan kondisi jiwa
manusia, kerohanian (lahir dan batin), nilai-nilai kemanusian, dan adanya suatu kebenaran.

Pada dasarnya, tujuan pernikahan bukan hanya menyatukan laki-laki dan perempuan untuk
membangun rumah tangga yang harmonis agar bisa hidup bersama dan menua bersama, tetapi ada
beberapa tujuan pernikahan lainnya. Di dalam agama Islam ada beberapa tujuan pernikahan yang
perlu dimengerti dan dipahami bagi umat Muslim agar pernikahan bisa memberikan kebahagiaan
sekaligus pahala karena sudah melaksanakan ibadah.

Adapun beberapa tujuan dari pernikahan berdasarkan Al-Quran dan Hadist, yaitu:

1.melaksakan perintah Allah

2.Melaksakan perintah rasul

3.Mencegah dari perbuatan zina

4.Menyempurnakan separuh agama

5.mendapatkan keturunan

6.untuk membangun Keluarga yang bahagia.

Pernikahan dapat diartikan bahwa suatu perjanjian suci yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan
yang ingin melanjutkan hubungan menjadi hubungan yang halal. Mereka akan mengikat janji untuk
menyatakan bahwa sudah siap untuk membangun rumah tangga. Hal ini senada dengan yang
diungkapkan oleh seorang ulama, Abdurrahman Al-Jaziri yang menyatakan bahwa perkawinan
adalah sebuah perjanjian suci yang dilakukan antara laki-laki dan seorang perempuan dengan tujuan
untuk membentuk keluarga bahagia.
Adapun syarat pernikahan dalam islam yaitu:

-Wanita yang akan dinikahi adalah halal baginya dan bukan haram untuk sementara maupun
selamanya.

-Akad harus dihadiri oleh minimal dua orang saksi di mana mereka harus baligh dan berakal dan
mendengar ucapan ijab qabul secara jelas.

-Adanya wali yang memiliki kekuasaan untuk menikahkan seorang perempuan di bawah
perwaliannya.

-Calon suami harus laki-laki, beragama Islam, mampu (fisik dan psikologis), dan memiliki kerelaan diri
untuk menikah.

Hukum pernikahan dalam Islam dibagi kepada beberapa jenis, yakni:

•Wajib, jika baik pihak laki-laki dan perempuan sudah memasuki usia wajib nikah, tidak ada
halangan, memiliki kemauan untuk berumah tangga dan khawatir terjadi zina. Kondisi seperti ini
menjadi wajib untuk segera melangsungkan pernikahan.

•Sunnah. Menurut pendapat para ulama, sunnah adalah kondisi di mana seseorang memiliki
kemauan dan kemampuan untuk menikah namun belum juga melaksanakannya. Orang ini juga
masih dalam kondisi terhindar atau terlindung dari perbuatan zina sehingga meskipun belum
menikah, tidak khawatir terjadi zina.

•Haram, ketika pernikahan dilaksanakan saat seseorang tidak memiliki keinginan dan kemampuan
untuk menikah, namun dipaksakan. Nantinya dalam menjalani kehidupan rumah tangga,
dikhawatirkan istri dan anaknya ditelantarkan.

•Makruh, apabila seseorang memiliki kemampuan untuk menahan diri dari perbuatan zina. Akan
tetapi belum berkeinginan untuk melaksanakan pernikahan dan memenuhi kewajiban sebagai
suami.

•Mubah, jika pernikahan dilakukan oleh orang yang memiliki kemampuan dan keinginan, akan tetapi
jika tidak pun dia bisa menahan diri dari zina. Jika pernikahan dilakukan, orang tersebut juga tidak
akan menelantarkan istrinya.
Sekianlah artikel yang dapat saya sampaikan, lebih dan kurang Saya mohon maaf🙏, Saya akhiri
wassalam mualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Anda mungkin juga menyukai