Anda di halaman 1dari 6

NAMA: INGWY TEGAR FIRDAUS

JURUSAN: BISNIS DIGITAL RP22

KONSEP KELUARGA SAKINAH DALAM ISLAM

A. Pengertian Nikah
Kata Nikah (‫ح‬ð‫ )ن‬atau pernikahan sudah menjadi kosa kata dalam bahasa Indonesia,
sebagai padanan kata perkawinan (‫)زوا ج‬. Nikah artinya suatu akad yang menghalalkan pergaulan
antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang bukan mahramnya hingga menimbulkan
hak dan kewajiban diantara keduanya, dengan menggunakan lafadz inkah atau tazwij atau
terjemahannya.
Dalam pengertian yang luas, pernikahan merupakan ikatan lahir dan batin yang dilaksanakan
menurut syariat Islam antara seorang laki-laki dan seorang perempuan, untuk hidup bersama
dalam satu rumah tangga guna mendapatkan keturunan.
Secara khusus, jika merujuk pada pengertian nikah dalam Islam, nikah mengacu pada
pernikahan yang sah sesuai dengan ajaran agama Islam. Dalam konteks Islam, nikah dianggap
sebagai ikatan yang sakral dan berlandaskan kepada ajaran Al-Qur'an dan hadis Nabi
Muhammad SAW.
Nikah dalam Islam memiliki beberapa tujuan utama, di antaranya:
1. Membentuk keluarga yang harmonis: Nikah bertujuan untuk membentuk ikatan pernikahan
yang kuat antara suami dan istri, menciptakan keluarga yang bahagia, saling mencintai, saling
menghormati, dan saling mendukung.
2. Melanjutkan keturunan yang shaleh: Nikah memberikan jalan yang sah untuk memperluas
keluarga dan melanjutkan keturunan yang dilandasi oleh prinsip-prinsip Islam, serta mendidik
anak-anak dalam ajaran agama.
3. Mencegah perbuatan zina dan menjaga kesucian: Nikah dianggap sebagai solusi yang
diberkahi untuk memuaskan hasrat seksual secara halal, menjauhkan diri dari perbuatan zina
atau perilaku yang bertentangan dengan prinsip-prinsip agama Islam.
Pada dasarnya, nikah dalam Islam melibatkan persetujuan dari kedua belah pihak yang akan
menikah, serta wali (walinya wanita) yang mewakili wanita dalam proses pernikahan. Ada juga
syarat-syarat yang harus dipenuhi, seperti adanya mahar (mas kawin) yang diberikan oleh suami
kepada istri.
B. Hukum pernikahan
Pernikahan merupakan perkara yang diperintahkan syari’at Islam, demi terwujudnya
kebahagiaan dunia akhirat. Allah berfirman dalam surat an-Nisa’ ayat 3:
“Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hak-hak) perempuan yang yatim
(bilamana kamu mengawininya), Maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua,
tiga atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (kawinilah)
seorang saja atau budak-budak yang kamu miliki.Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada
tidak berbuat aniaya.” (QS. An-Nisa: 3)
Rasulullah bersabda:
Artinya: “Dari Anas bin Malik ra.bahwasanya Nabi SAW memunji Allah dan menyanjungnya,
beliau bersabda: “Akan tetapi aku shalat, aku tidur, aku berpuasa, aku makan, dan aku
mengawini perampuan, barang siapa yang tidak suka perbuatanku, maka bukanlah dia dari
golonganku (HR. al-Bukhari Muslim)
Jumhur ulama menetapkan hukum menikah menjadi lima yaitu:
1. Mubah
Hukum asal pernikahan adalah mubah. Hukum ini berlaku bagi seseorang yang tidak terdesak
oleh alasan-alasan yang mewajibkan nikah atau mengharamkannya.

2. Sunnah
Hukum ini berlaku bagi seseorang yang memiliki bekal untuk hidup berkeluarga, mampu secara
jasmani dan rohani untuk menyongsong kehidupan berumah tangga dan dirinya tidak khawatir
terjerumus dalam praktik perzinaan atau muqaddimahnya (hubungan lawan jenis dalam bentuk
apapun yang tidak sampai pada praktik perzinaan).
Sabda Rasulullah:
“Hai kaum pemuda, apabila diantara kamu kuasa untuk kawin, maka kawinlah, Sebab kawin itu
lebih kuasa untuk menjaga mata dan kemaluan, dan barangsiapa tidak kuasa hendaklah ia
berpuasa, sebab puasa itu jadi penjaga baginya (HR. Al- Bukhari dan muslim)
3. Wajib
Hukum ini berlaku bagi siapapun yang telah mencapai kedewasaan jasmani dan rohani, memiliki
bekal untuk menafkahi istri, dan khawatir dirinya akan terjerumus dalam pebuatan keji zina jika
hasrat kuatnya untuk menikah tak diwujudkan.
4. Makruh
Hukum ini berlaku bagi seseorang yang belum mempunyai bekal untuk menafkahi keluarganya,
walaupun dirinya telah siap secara fisik untuk menyongsong kehidupan berumah tangga, dan ia
tidak khawatir terjerumus dalam praktik perzinaan hingga datang waktu yang paling tepat
untuknya. Untuk seseorang yang mana nikah menjadi makruh untuknya, disarankan
memperbanyak puasa guna meredam gejolak syahwatnya. Kala dirinya telah memiliki bekal
untuk menafkahi keluarga, ia diperintahkan untuk bersegera menikah.
5. Haram
Hukum ini berlaku bagi seseorang yang menikah dengan tujuan menyakiti istrinya,
mempermainkannya serta memeras hartanya.
C. Kedudukan pernikahan
Dalam Islam, pernikahan memiliki kedudukan yang sangat penting dan dihargai tinggi.
Pernikahan dianggap sebagai salah satu ibadah yang dianjurkan dan dianggap sebagai sunnah
Nabi Muhammad SAW. Berikut adalah beberapa poin yang menjelaskan kedudukan pernikahan
dalam Islam:
1. Sunnah dan Ibadah: Pernikahan dianggap sebagai sunnah dan ibadah dalam Islam. Sunnah
mengacu pada contoh dan tindakan yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW, dan
pernikahan merupakan salah satu sunnah yang dianjurkan. Dalam pernikahan, pasangan yang
saling mencintai dan hidup dalam keharmonisan dianggap beribadah kepada Allah SWT.
2. Pembentukan Keluarga: Pernikahan dalam Islam memiliki tujuan utama untuk membentuk
keluarga yang bahagia, saling mencintai, saling menghormati, dan saling membantu dalam
kehidupan dunia dan akhirat. Keluarga adalah unit dasar dalam masyarakat Islam, dan
pernikahan adalah fondasi untuk membentuk keluarga yang kuat.
3. Keabsahan Hubungan Seksual: Islam mengatur hubungan seksual antara suami dan istri.
Pernikahan memberikan jalan yang sah untuk memuaskan hasrat seksual dan menjaga kesucian
diri dari perbuatan zina atau perilaku yang bertentangan dengan ajaran Islam. Dalam
pernikahan, hubungan seksual dianggap sebagai ibadah yang diberkahi oleh Allah SWT.
4. Membentuk Masyarakat yang Stabil: Pernikahan memiliki peran penting dalam membentuk
masyarakat yang stabil dan teratur. Dengan membentuk keluarga yang harmonis, pernikahan
memberikan landasan untuk generasi yang baik, pendidikan anak-anak yang baik, serta
penyebaran nilai-nilai Islam dalam masyarakat.
5. Tanggung Jawab dan Kewajiban: Pernikahan mengharuskan pasangan suami dan istri saling
bertanggung jawab dan melaksanakan kewajiban mereka dalam ikatan pernikahan. Suami
memiliki tanggung jawab memberikan nafkah, melindungi, dan memimpin keluarga, sedangkan
istri memiliki kewajiban menjaga rumah tangga, mendidik anak-anak, serta saling mendukung
dan menghormati.
Dengan demikian, pernikahan memiliki kedudukan yang penting dalam Islam sebagai ibadah,
fondasi keluarga yang kuat, pengaturan hubungan seksual yang sah, pembentukan masyarakat
yang stabil, serta tanggung jawab dan kewajiban bagi pasangan suami dan istri. Pernikahan
dihargai sebagai institusi yang diberkahi oleh Allah SWT dan merupakan bagian integral dari
kehidupan umat Muslim.
D. Tujuan pernikahan
Tujuan nikah dalam Islam dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Mencapai Ketaqwaan kepada Allah: Salah satu tujuan utama nikah dalam Islam adalah untuk
mencapai ketaqwaan kepada Allah SWT. Dengan menjalani pernikahan yang sah dan mencari
keberkahan-Nya, pasangan suami istri berusaha menjalankan perintah-Nya, menjauhi larangan-
Nya, dan membangun hubungan yang didasarkan pada keimanan dan ketakwaan kepada Allah.
2. Membentuk Keluarga yang Harmonis: Nikah bertujuan untuk membentuk keluarga yang
harmonis, saling mencintai, saling menghormati, dan saling mendukung antara suami dan istri.
Pasangan suami istri bekerja sama dalam membangun rumah tangga yang berlandaskan pada
nilai-nilai agama dan memupuk ikatan kasih sayang yang kua
3. Melanjutkan Keturunan yang Shaleh: Salah satu tujuan nikah dalam Islam adalah untuk
melanjutkan keturunan yang shaleh. Pasangan suami istri diharapkan membangun keluarga
yang taat beribadah, mendidik anak-anak dalam ajaran Islam, dan mempersiapkan generasi
yang beriman dan bermanfaat bagi agama dan masyarakat.
4. Mencegah Perbuatan Zina: Nikah merupakan solusi yang diberkahi dalam Islam untuk
memenuhi kebutuhan seksual secara halal dan mencegah perbuatan zina. Dengan menikah,
pasangan suami istri dapat menjaga kesucian diri, menghindari perilaku yang bertentangan
dengan ajaran agama, dan membangun hubungan intim yang sah di hadapan Allah SWT.
5. Meningkatkan Kedamaian dan Keamanan: Nikah bertujuan untuk menciptakan kedamaian,
keamanan, dan ketenangan dalam hubungan suami istri. Dengan adanya ikatan pernikahan yang
sah, pasangan suami istri saling berkomitmen untuk saling melindungi, saling mendukung, dan
berbagi tanggung jawab dalam menghadapi tantangan hidup.
6. Menjaga Keharmonisan dalam Masyarakat: Melalui pernikahan yang dibangun di atas prinsip-
prinsip agama, Islam juga bertujuan untuk menjaga keharmonisan dalam masyarakat secara
luas. Keluarga yang harmonis dan kuat menjadi dasar bagi masyarakat yang stabil dan sejahtera,
serta berkontribusi dalam membentuk masyarakat yang lebih baik.
E. Kriteria pemilihan pasangan
Dalam Islam, terdapat beberapa kriteria yang disarankan untuk dipertimbangkan dalam
pemilihan pasangan yang baik. Berikut adalah beberapa kriteria tersebut:
1. Iman dan Ketakwaan: Salah satu kriteria utama dalam pemilihan pasangan yang baik dalam
Islam adalah iman dan ketakwaan. Pasangan yang baik adalah mereka yang memiliki keimanan
yang kuat kepada Allah SWT, menjalankan ajaran Islam dengan baik, dan berusaha
meningkatkan ketakwaan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Akhlak yang Mulia: Pasangan yang baik dalam Islam harus memiliki akhlak yang mulia. Mereka
harus jujur, adil, sabar, murah hati, sopan, dan memiliki sikap yang baik terhadap orang lain.
Akhlak yang mulia akan membantu membangun hubungan yang harmonis dan saling
menghormati.
3. Wawasan dan Pendidikan: Penting untuk memilih pasangan yang memiliki wawasan dan
pendidikan yang memadai. Pasangan yang memiliki pengetahuan agama yang baik dan
pemahaman yang luas tentang dunia akan mampu berkontribusi secara positif dalam kehidupan
rumah tangga dan masyarakat.
4. Kompatibilitas dan Keselarasan: Kompatibilitas dan keselarasan antara pasangan sangat
penting dalam membentuk hubungan yang sehat dan harmonis. Keinginan, tujuan hidup, nilai-
nilai, dan visi yang sejalan dapat memudahkan pasangan untuk bekerja sama dan membangun
rumah tangga yang kokoh.
5. Kedewasaan Emosional: Pemilihan pasangan yang baik juga memperhatikan kedewasaan
emosional. Pasangan yang baik adalah mereka yang mampu mengendalikan emosi, memiliki
kemampuan dalam mengatasi konflik dengan bijaksana, dan dapat saling mendukung dalam
menghadapi tantangan hidup.
6. Kesehatan Fisik dan Mental: Kesehatan fisik dan mental juga menjadi faktor penting dalam
pemilihan pasangan yang baik. Pasangan yang sehat secara fisik dan mental akan mampu
menjalankan tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari, memberikan dukungan yang baik,
dan menjaga keharmonisan dalam hubungan.
7. Perspektif dan Prioritas yang Sama: Pasangan yang baik dalam Islam harus memiliki perspektif
dan prioritas yang sama dalam kehidupan. Mereka harus memiliki tujuan yang sejalan dalam
ibadah, keluarga, pendidikan anak, dan tujuan hidup lainnya untuk mencapai kesejahteraan
dunia dan akhirat.
Penting untuk mencatat bahwa kriteria-kriteria ini dapat menjadi panduan dalam memilih
pasangan yang baik dalam Islam, tetapi disarankan untuk mendapatkan saran dan bimbingan
dari orang tua, keluarga, atau tokoh agama yang kompeten dalam mempertimbangkan aspek-
aspek yang lebih spesifik sesuai dengan situasi dan kebutuhan individu.
F. Persiapan pra nikah
Persiapan pra nikah merupakan tahap yang penting dalam menjalani pernikahan dalam Islam.
Berikut adalah beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam tahap pra nikah:
1. Menjaga dan Meningkatkan Kualitas Iman: Salah satu persiapan utama dalam pra nikah
adalah menjaga dan meningkatkan kualitas iman. Ini melibatkan meningkatkan ibadah,
memperdalam pengetahuan agama, dan berusaha menjadi pribadi yang lebih taat kepada Allah
SWT. Kualitas iman yang baik akan menjadi landasan yang kuat dalam membangun hubungan
pernikahan yang sehat.
2. Mencari Ilmu Tentang Pernikahan: Persiapan pra nikah juga melibatkan mencari ilmu tentang
pernikahan dalam Islam. Pasangan calon dapat mengikuti kelas pra nikah atau menghadiri
ceramah yang membahas tentang persiapan pernikahan, hak dan kewajiban suami istri,
komunikasi yang efektif, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan pernikahan.
3. Komunikasi dan Saling Mengenal: Penting untuk membangun komunikasi yang baik dengan
pasangan calon dan saling mengenal satu sama lain dengan baik. Ini melibatkan berdiskusi
tentang nilai-nilai, tujuan hidup, harapan, serta memahami kekuatan dan kelemahan masing-
masing. Komunikasi yang baik dan pemahaman yang mendalam akan membantu membangun
fondasi yang kuat dalam pernikahan.
4. Mengatur Masalah Keuangan: Pra nikah juga melibatkan pengaturan masalah keuangan.
Pasangan calon perlu membahas dan merencanakan bagaimana mereka akan mengelola
keuangan keluarga, termasuk membangun tabungan, mengatur anggaran, dan membicarakan
tanggung jawab keuangan masing-masing.
5. Persiapan Fisik dan Mental: Persiapan fisik dan mental juga penting dalam pra nikah.
Pasangan calon perlu menjaga kesehatan fisik dan menjaga keseimbangan emosi. Ini melibatkan
menjaga pola makan yang sehat, berolahraga, mengatur tidur yang cukup, dan mengelola stres
dengan baik.
6. Mendiskusikan Rencana dan Tujuan: Pasangan calon perlu mendiskusikan rencana dan tujuan
mereka setelah menikah. Ini melibatkan pembicaraan tentang pendidikan, karier, keluarga, dan
aspirasi hidup lainnya. Memiliki visi yang sejalan akan membantu pasangan untuk bekerja sama
dalam mencapai tujuan bersama.
7. Konsultasi dengan Orang Tua atau Pendamping: Pra nikah juga melibatkan konsultasi dengan
orang tua atau pendamping yang berpengalaman. Mereka dapat memberikan nasihat,
bimbingan, dan perspektif yang berharga dalam mempersiapkan pernikahan. Konsultasikan
rencana pernikahan dengan mereka dan terbuka terhadap saran yang diberikan.
G. Faktor faktor penunjang keluarga sakinah
Ada beberapa faktor yang dapat menunjang terbentuknya keluarga sakinah, yaitu:
1. Iman dan Ketakwaan: Iman dan ketakwaan kepada Allah SWT adalah faktor utama dalam
membentuk keluarga sakinah. Pasangan suami istri yang memiliki iman yang kuat dan taat
dalam menjalankan ajaran Islam akan membangun fondasi yang kokoh untuk kehidupan
berkeluarga yang bahagia.
2. Komunikasi yang Baik: Komunikasi yang baik dan efektif antara suami istri sangat penting
dalam keluarga sakinah. Pasangan harus dapat saling mendengarkan, menghargai pendapat satu
sama lain, dan berkomunikasi dengan penuh kejujuran dan kelembutan. Komunikasi yang baik
membantu dalam penyelesaian konflik, pemahaman yang lebih baik, dan memperkuat ikatan
emosional antara suami istri.
3. Salat dan Ibadah Bersama: Melakukan ibadah bersama, terutama salat berjamaah,
merupakan faktor penting dalam keluarga sakinah. Beribadah bersama-sama memperkuat
ikatan spiritual antara suami istri, menciptakan lingkungan yang penuh berkah, dan membantu
menjaga fokus pada nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari-hari.
4. Saling Menghormati dan Memberi Kasih Sayang: Saling menghormati dan memberi kasih
sayang adalah faktor kunci dalam keluarga sakinah. Suami dan istri harus saling menghormati
hak dan kebutuhan masing-masing, serta meluapkan kasih sayang dan perhatian dengan sikap
dan tindakan yang baik.
5. Keterbukaan dan Kejujuran: Keterbukaan dan kejujuran dalam komunikasi sangat penting
dalam keluarga sakinah. Suami istri harus dapat berbagi pikiran, perasaan, harapan, dan
kekhawatiran mereka secara terbuka. Kejujuran juga diperlukan dalam membangun
kepercayaan yang kuat antara suami istri.
6. Mengelola Konflik dengan Bijaksana: Konflik adalah hal yang tidak dapat dihindari dalam
kehidupan berkeluarga. Namun, faktor penting dalam keluarga sakinah adalah kemampuan
untuk mengelola konflik dengan bijaksana. Pasangan harus memiliki kemampuan untuk
mengendalikan emosi, mendengarkan dengan baik, mencari solusi yang adil, dan tidak
memperpanjang konflik.
7. Kebersamaan dan Berbagi Tanggung Jawab: Kebersamaan dalam aktivitas sehari-hari dan
berbagi tanggung jawab adalah faktor yang penting dalam keluarga sakinah. Suami dan istri
harus bekerja sama dalam mengurus rumah tangga, mendidik anak-anak, mengambil keputusan
bersama, dan saling mendukung dalam pencapaian tujuan hidup.
8. Berusaha untuk Meningkatkan Diri: Setiap individu dalam keluarga harus memiliki tekad
untuk terus belajar, berkembang, dan meningkatkan diri. Dengan meningkatkan diri secara
pribadi, baik dari segi spiritual maupun intelektual, akan membawa manfaat bagi keluarga dan
menciptakan atmosfer yang positif dalam hubungan suami istri.
9. Mendidik Anak dalam Ajaran Islam: Mendidik anak-anak dalam ajaran Islam adalah faktor
penting dalam membentuk keluarga sakinah. Memberikan pendidikan agama yang baik,
mengajarkan nilai-nilai Islam, dan memperkuat ikatan keluarga dengan Allah SWT akan
membantu menciptakan keluarga yang harmonis dan berkah.
Semua faktor ini saling berkaitan dan saling mempengaruhi dalam membentuk keluarga sakinah.
Penting bagi suami dan istri untuk bekerja sama, saling mendukung, dan berupaya bersama-
sama mencapai tujuan hidup yang penuh berkah.

Anda mungkin juga menyukai