Anda di halaman 1dari 9

PERNIKAHAN TERLA

RANG DALAM PERSPEKTIF ISLAM

Nama Kelompok :

1. Arshello Cahyo Indriyanto(03)


2. Nayla Zazki Kirani(18)
3. Rika Puspitasari(24)
4. Safina Decha Aulia(27)
5. Sahara Aulia Hapsari(28)

1
A. Pendahuluan
Sejak awal agama islam diyakini sebagai ajaran salih li kulli zaman wa
makan bahwasannya islam merupakan agama yang universal keberlakuan
ajarannya melampaui batas ruang dan waktu sejarah umat manusia. Saat ini
fiqih dianggap sebagai sarana hukun yang dideduksi dari sumber alqur’an
dan hadist yang menjadi pedoman umat muslim untuk menjalani kehidupan
mereka yang menjadi sisi penting dari islam. Dalam kajian fiqih klasik ada
banyak sekali persoalan yang kembali digugat karena tidak sesuai dengan
konteks kekinian. Yaitu ada kaitan nya dengan kedudukan seorang wanita
seperti persoalan nikah mut’ah, syighar, tahlil, dan lain sebagainya. Beberapa
persoalan tersebut didasari dalam anggapan dalam fatwa fiqih dalam kitab klasik
memuat ketidakadilan gender.1
Allah SWT, menciptakan semua mahkluk nya dengan berpasang-
pasangan. Seperti manusia, tumbuh-tumbuhan dan hewan. Maka dari itu
khususnya manusia harus untuk hidup berpasangan haruslah menikah terlebih
dahulu dengan ikatan pernikahan yang sah. Pernikahan adalah jalannya bagi
manusia dengan menyalurkan naluri biologis dan jalan berkembang biak
kemudian menciptakan keturunannya. Di dalam al-qur’an allah SWT, telah
menggariskan aturan-aturannya. al-qur’an menjadi tempat jurukan manusia
salah satunya adalah pernikahan. Maka pernikahan didalam islam ialah
menjalankan perintah allah SWT.2 Allah berfirman “Hai sekalian manusia,
bertakwalah kepada tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri dan
daripadanya Allah menciptakan istrinya, dan daripada keduanya Allah
memperkembangbiakkan lelaki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada
Allah, yang dengan (mempergunakan) nama-nya kamu saling meminta satu samma lain,
dan (periharalah) hubungan kerabat, sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi

kamu “.(QS. An-nisa:1).

Agama islam tidak melarang umatnya untuk mencintai siapa saja, tetapi
cinta itu bisa berubah menjadi terlarang bila dilandaskan dengan cara yang
haram, prakterk yang haram, dan kepada objek yang haram. Islam memberi
karakteristik terhadap pernikahan ia bukan sekedar alad dua belah pihak antara
lelaki dan perempuan melainkan pernikahan dalam islam merupakan
perjanjian yang kokoh dan kuat. Mahmud Syaltut berpendapat bahwa
2
pembentukan keluarga menurutnya seperti batu bata dalam pembangunan
bangsa. Maka dari itu diibaratkan batu yang kokoh dan kuat bangunan itu juga
akan kokoh dan kuat. Kemudian sebaliknya jika batu penyangga itu rapuh maka
bangunan tersebut akan runtuh begitu juga dengan membina keluarga. Menurut
M. Quraish Shihab pernikahan disyariatkan dalam islam dikuatkan dengan ijab
dan qabul. Kata ijab sama dengan wajib artinya kewajiban atau yang diwajibkan
itu diterima atau dikabulkan itulah arti dari ijab dan qabul.3 Akad nikah
merupakan kewajiban setiap perkawinan untuk hidup bersama sebagai
pasangan yang selalu bersama dalam keadaan suka maupun duka maka dari itu
islam memandang pernikahan itu sebagai suatu perjanjian.

B. Pernikahan terlarang dalam perspektif islam


Menurut istilah nikah berasal dari bahasa arab dan adapula menurut
istilah fiqih yaitu perkataan nikah dan perkataan zawaj sedangkan menurut
istilah nikah merupakan perkawinan maksudnya adalah ungkapan tentang akad
yang jelas rukun-rukun dan syarat-syaratnya.4
Yang dimaksud nikah menurut syariat islam adalah akad perkawinan.

Sedangkan menurut ulama nikah adalah bersenggama, nabi SAW, bersabda


“sampai engkau mencicipi kenikmatannya dan dia mencicipi kenikmatanmu”.5
Perkawinan menurut bahasa arab terdiri dari dua kata, yaitu nikah dan zawaj.
Kata na-kaha dan za-wa-ja mempunyai arti kawin yang berarti hubungan kelamin,
bergabung, dan akad. Menurut perspektif islam didalam buku fiqih munakahat
nikah merupakan kebutuhan pokok hidup pertama dalam masyarakat atau
pergaulan yang sempurna. Pernikahan bukan juga untuk sekedar menggatur
kehidupan berumah tangga dan memiliki keturunan, akan tetapi pernikahan
juga sebagai perkenalan antara suatu kaum dengan kaum lainnya. Undang-undang
Nomor 1 tahun 1974 menjelaskan tentang pengertian perkawinan adalah adanya
ikatan lahir dan batin antara laki-laki dengan perempuan sebagai ikatan suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga/ berumah tangga.
Perkawinan ialah jalannya menyalurkan naluriah manusiawi yaitu untuk
memenuhi nafsu syahwatnya dan tetap memelihara keselamatan agama yang
bersangkutan.7 Dalam islam keluarga yang sangat diidam-idamkan adalah
keluarga yang sakinan, mawadah dan warahmah. Tujuan dari pernikahan ialah
untuk menentramkan jiwa, mewujudkan keturunan, dan untuk memenuhi

3
kebutuhan biologis. Pernikahan sangat penting menurut islam maka pernikahan
harus dilakukan sesuai dengan syariat islam.8
Menurut perspektif fiqih tentang larangan perkawinan yaitu mencakup
ta’bid ialah wanita dilarang menikah dengan laki-laki sepanjang masa
dikarenakan hubungan nasab, pernikahan dan persusuan. Larangan ghairu
ta’bid ialah wanita atau lelaki yang haram menikah untuk masa tertentu
dikarenakan kehambaan, kafir, ihram, iddah, dan talak tiga.undang-undang
pernikahan di Indonesia adalah legislasi hukum fikih dan tidak mengatur
tentang larangan menikah dengan budak. Pasal kontroversial yaitu pasal 40
huruf c dijelaskan bahwa laki-laki muslim dilarang melakukan perkawinan
dengan wanita yang tidak beragama islam.9
Dibawah ini merupakan pernikahan yang dilarang dalam perspektif
islam :
1. Nikah Mut’ah
menurut bahasa nikah mut’ah ialah sesuatu yang bisa dimanfaatkan dan
orang senang bagi yang memilikinya. Nikah mut’ah sifatnya sementara tidak
memiliki tujuan yang berterusan dan tujuan nikah mut’ah hanya untuk
merasakan kelazatan (seperti makna dari kata mata’a yaitu kelazatan), dan
memuaskan hawa nafsu. Sedangkan menurut istilah nikah mut’ah ialah

pernikahan yang sifatnya sementara saja. Mazhab Hanafi berpendapat : nikah


mut’ah merupakan suatu akad yang dilakukan kepada seorang wanita yang
tidak mempunyai tujuan dalam sebuah pernikahan seperti hal nya melahirkan
seorang anak serta mendidik keturunan. Akad yang sifatnya semetara, akad itu
berakhir dalam masa yang sudah ditentukan.10
Nikah Mut’ah disebut kawin sementara. Menurut Wahbah Zuhaily
mengatakan nikah mut’ah ialah kawin terputus. Nikah Munaqathi merupakan
pernikahan yang akad pernikahan dibatasi dengan waktu tertentu, karena laki-
laki tersebut menikahi wanita itu hanya untuk satu hari, seminggu, sebulan dan
seterusnya. Para ulama sunni sepakat nikah mut’ah tidak sah. Perkawinan
seperti ini telah dihapus oleh kesepakatan ulama seja dulu.11
Dapat disimpulkan yang dimaksud nikah mut’ah secara garis besarnya
adalah pernikahan dengan tujuan menikmati kelazatan dan tidak memiliki
ikatan resmi pernikahan seperti layaknya suami istri seperti hal nya
menciptakan hubungan yang erat antara individu serta masyarakat melalui
4
hubungan antara beberapa keluarga.
Nikah mut’ah terjadi pada zaman jahiliah yaitu pernikahan yang dikenal
sebagai pernikahan yang sementara antara laki-laki dan perempuan. Pernikahan
tersebut berlangsung sampai zaman nabi SAW. Islam menjadikan nikah mut’ah
ini sebagai sesuatu yang diharuskan ketika seseorang berada dalam keadaan
darurat. Maksudnya adalah ketika seorang lelaki sedang dalam perjalanan dalam
peperangan yang memakan waktu cukup lama, sehingga mereka tidak bisa
menahan keperluan biologi mereka. Maka dari itu rosulullah SAW. Mengizinkan
mereka melakukan nikah mut’ah dikarenakan keadaan darurat tersebut.
Kemudian rosulullah SAW. Memutuskan berkenaan nikah mut’ah beliau
mengharamkan pernikahan ini dalam semua keadaan. Rosulullah bersabda yang
artinya “wahai manusia, sesungguhnya aku pernah mengizinkan kamu melakukan nikah
mut’ah dan sesungguhnya Allah sudah mengharamkannya sehingga hari kiamat.
Sesiapa yang pada saat ini sedang melakukan nikah mut’ah, maka dia perlu
meninggalkannya dan jangan kamu ambil kembali apa yang sudah kamu berikan
kepada wanita yang

dinikahi secara mut’ah”


Ulama fiqih syiah imamiah menjelaskan rukun-rukun nikah mut’ah
adalah : a) ucapan atau ijab qabul, b) istri / wanita yang hendak dinikahi, c) mas
kawin / upah, d) masa atau tempo.

2. Nikah Syighar
Menurut bahasa syighar artinya ar raf’u atau mengangkat. Seperti hal nya
pelaku syighar sama halnya dengan orang-orang yang saling mengangkat kaki
secara berhadapan sebagai bentuk peremehan atas tawar menawar yang
mereka lakukan. Sedangkan menurut istilah ialah apabila wali menikahkan
gadis yang sudah dibesarkannya kepada pria dengan syarat ia menikahkannya
juga dengan gadis yang di besarkannya.12 Maksudnya adalah pernikahan yang
dilaksanakan dengan cara saling tukar menukar anak perempuannya atau
saudarinya untuk dijadikan seorang istri masing-masing tanpa mas kawin, maka
dari itu pernikahan syighar layaknya barter komoditas dalam jual beli.
Mazhab syafi’i berpendapat jika salah satu pengantin atau keduanya
bersama disebutkan mas kawin maka pernikahan nya menjadi sah dengan
maskawin mitsil sedangkan mas kawin yang telah disebutkan itu menjadi tidak
5
berlaku.
3. Nikah Muhalil
Menurut bahasa tahlil ialah menghalalkan sesuatu yang hukumnya
haram. Kaitannya dengan perkawinan yaitu perbuatan menyebabkan seseorang
yang awalnya haram melangsungkan pernikahan menjadi halal. Yang
menyebabkan halal tersebut ialah muhallil. Orang yang haram melakukan
muhallil ialah muhallalah. Menurut sayyid sabiq dalam fiqih sunnah, nikah
muhallil ialah seorang lelaki yang akan menikahi wanita yang sudah talak tiga
kali sudah habis masa iddah nya dan dia melakukan hubungan suami istri
dengannya maka mentalaknya supaya wanita tersebut halal dinikahi oleh suami
pertama. Nikah tahlil hukumnya tidak sah karena suami pertama tetap tidak
mendapatkan status halal atas mantan istrinya. Pernikahan ini sengaja di
rekayasa oleh mnatan suami secara lapaz maupun kebiasaan yaitu muhallil
bercerita akan menceraikan istrinya atau mentalaknya. Dalam hadist akad
seperti itu tidak halal bagi mantan suaminya dan muhallil tidak boleh
melakukannya.
nikah muhalil merupakan pernikahan hanya untuk menghalalkan bekas
istri yang sudah ditalak tiga kali atau talak ba’in. kemudian pria itu menalaknya
juga dengan tujuan agar bekas suami pertama dapat mengawininya lagi. nikah
muhalil hukumnya haram. Allah berfirman “kemudian jika si suami menolaknya
(sesudah talak yang kedua, maka wanita itu tidak halal lagi baginya sehingga dia nikah
dengan yang lain” (QS. Al-baqarah 2:230).15
Hukum nikah tahlil ialah dosa besar serta mungkar karena Allah
mengharamkan pernikahan tersebut. Hadis riwayat Ahmad dari Abu Hurairah
berkata “allah melaknat muhalil (yang kawin/pria suruhan bekas suami pertama wanita
yang ditalak tiga) dan muhalil nya(bekas suami pertama yang menyuruh orang menjadi
muhali”.

4. Nikah Sesama Jenis


Dalam pandangan islam pernikahan dengan sesama jenis dilarang. Suatu
perbuatan yang dilarang dalam islam hukumnya haram, apabila larangan itu
dilanggar maka akan mendapat dosa. Pernikahan sesama jenis dibuat oleh
manusia dan tanpa acuan dan rujukan kita suci atau agama. Pada pertengahan
tahun 1990-an pernikahan sesama jenis (homodeksual) mulai berlaku
dibeberapa Negara dan belanda adalah Negara pertama yang mempraktikan
6
perkawinan sesama jenis.
Negara hukum Indonesia menerapkan prinsip-prinsi syariah islam yaitu
hanya mengakui sah nya pernikahan yang dilakukan oleh seseorang yang
berlainan jenis sedangkan pernikahan yang terjadi antara dua orang yang sama
jenis tidak di akui keabsahan akad pernikahannya oleh hukum agama islam.
Pernikahan sesame jenis ini di anggap tidak sah menurut hukum positif
(perundang-undangan) yang ada di Indonesia. Menurut hukum fiqih islam
tentang pengertian pernikahan sesama jenis kelamin dimana pun tempatnya
dan apapun keadaannya larangan nikah dengan sesama jenis di dalam hukum
islam keberlakuannya bersifat abadi (mu’abbad) bukan (mu’aqqat). Secara hukum
perspektif hukum pernikahan(munakahat) pernikahan yang di akui di Indonesia
ialah pernikahan yang di lakukan dengan ketentuan hukum agama yang di anut
oleh kedua pasangan tersebut, yaitu berdasarkan hukum agama islam bagi yang
beragama islam, hukum agama katolik bagi yang beragama katolik dan
seterusnya.

Simpulan

Menurut perspektif islam didalam buku fiqih munakahat nikah


merupakan kebutuhan pokok hidup pertama dalam masyarakat atau pergaulan
yang sempurna. Pernikahan bukan juga untuk sekedar menggatur kehidupan
berumah tangga dan memiliki keturunan, akan tetapi pernikahan juga sebagai
perkenalan antara suatu kaum dengan kaum lainnya. Undang-undang Nomor 1
tahun 1974 menjelaskan tentang pengertian perkawinan adalah adanya ikatan
lahir dan batin antara laki-laki dengan perempuan sebagai ikatan suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga/ berumah tangga.
Menurut perspektif fiqih tentang larangan perkawinan yaitu mencakup
ta’bid ialah wanita dilarang menikah dengan laki-laki sepanjang masa
dikarenakan hubungan nasab, pernikahan dan persusuan. Larangan ghairu
ta’bid ialah wanita atau lelaki yang haram menikah untuk masa tertentu
dikarenakan kehambaan, kafir, ihram, iddah, dan talak tiga.undang-undang
pernikahan di Indonesia adalah legislasi hukum fikih dan tidak mengatur
tentang larangan menikah dengan budak. Pasal kontroversial yaitu pasal 40
huruf c dijelaskan bahwa laki-laki muslim dilarang melakukan perkawinan
dengan wanita yang tidak beragama islam.
7
Pernikahan yang di larang dalam perspektif islam ialah :

a). Nikah mut’ah secara garis besarnya adalah pernikahan dengan tujuan
menikmati kelazatan dan tidak memiliki ikatan resmi pernikahan seperti
layaknya suami istri seperti hal nya menciptakan hubungan yang erat
antara individu serta masyarakat melalui hubungan antara beberapa
keluarga.
b). Nikah syighar adalah pernikahan yang dilaksanakan dengan cara saling
tukar menukar anak perempuannya atau saudarinya untuk dijadikan
seorang istri masing-masing tanpa mas kawin, maka dari itu pernikahan
syighar layaknya barter komoditas dalam jual beli.
c). Nikah muhalil merupakan pernikahan hanya untuk menghalalkan bekas
istri yang sudah ditalak tiga kali atau talak ba’in. kemudian pria itu
menalaknya juga dengan tujuan agar bekas suami pertama dapat
mengawininya lagi.
d). Dalam pandangan islam pernikahan dengan sesama jenis dilarang. Suatu
perbuatan yang dilarang dalam islam hukumnya haram, apabila larangan
itu dilanggar maka akan mendapat dosa. Pernikahan sesama jenis dibuat
oleh manusia dan tanpa acuan dan rujukan kita suci atau agama.

8
Referensi

Agus Hermanto. Larangan Perkawinan Dari Fiqih, Hukum Islam, Hingga


Penerapannya Dalam Legislasi Perkawinan Indonesia. Bandar Lampung:
Lintang Rasi Aksara Books, 2016.
Betawi, Usman. “Nikah Tahlil Dalam Hukum Islam.” Jurnal Hukum Responsif 7,
No. 7 (27 Mei 2019): 66–75.
Dr. Sudarto. Fikih Munakat. Qiara Media, 2019.
Drs. K.H. Miftah Faridl. 150 Masalah Nikah Dan Keluarga. Jakarta: Gema Insani,
1999.
Faisal Ismail, M.A. Islam Konstitusionalisme Dan Pluralisme. Yogyakarta:
Ircisod, 2019.
Fata, Ahmad Khoirul. “Menyoal Kontekstualisasi Hukum Islam Tentang
Poligami.” . . Volume. 13 (2013): 20.
Fatah, Ahmad. “Mendambakan Paradigma Kesetaraan Dalam Pernikahan
(Telaah Kritis Terhadap Kitab Uqu>D Al-Lujjain).” Jurnal Penelitian 8, No.
2 (27 September 2014).
Firman Arifandi,,LL.B.,LL.M. Serial Hadits 2 Cinta Terlarang. Jakarta: Rumah
Fiqih Publishing, 2018.
Fitriah Wardi. Nikah Mut’ah. Kuala Lumpur: BS Print SDN, 2015.
Gus Arifin. Menikah Untuk Bahagia Fiqih Nikah Dan Kamasutra Islami. Jakarta:
PT Elex Media Komputindo, 2013.
Muhammad Amin Suma. Kawin Beda Agama Di Indonesia. Tangerang: Lentera
Hati, 2015.
Nurnazli. “Wawasan Al-Qur’an Tentang Anjuran Pernikahan” 8, No. 2 (2015).
Syaikh Mahmud Al-Mashri. Bekal Pernikahan. Jakarta: Qisthi Press, 2016.
Wahyu Winisana. “Pernikahan Dalam Islam.” Jurnal Pendidikan Agama Islam At-
Ta’lim 14, No. 2 (2016).
Zailani. “Analisis Terhadap Hadis Larangan Menikah Ketika Ihram” XVIII, No. 1
(Januari 1012): 100–110.

Anda mungkin juga menyukai