Nur Fatjriani
Abstract
A marriage that's both monogamous and polygamous still exists in one marriage setting.
The condition is that both are marriage. Since it is still within the context of marriage, at
that point in a marriage that's done this ought to not be out of the conditions of
marriage. The conditions for marriage that give birth to intelligence in life can be found
within the Qur'an, the Ar-Rum Verse 21 From this verse it can be learned that in a
marriage not only joins together two individuals. Both in monogamy and polygamy
relational unions. Not as it were for the wants of desire, or not fair to meet with a soul
mate and together. Be that as it may, the greatest objective in marriage is to bring two
couples closer to Allah Subhanahu Wa Ta'ala
Abstrak
Sebuah pernikahan yang bersifat monogami dan poligami masih ada dalam satu
pengaturan pernikahan. Syaratnya adalah keduanya menikah. Karena masih dalam
konteks pernikahan, pada saat itu dalam pernikahan yang dilakukan ini seharusnya tidak
keluar dari kondisi pernikahan. Kondisi perkawinan yang melahirkan kecerdasan dalam
kehidupan dapat ditemukan dalam Al-Qur'an, Ar-Rum Ayat 21 Dari ayat ini dapat
dipelajari bahwa dalam pernikahan tidak hanya bergabung bersama dua individu. Baik
dalam serikat relasi monogami dan poligami. Bukan karena keinginan keinginan, atau
tidak adil untuk bertemu dengan belahan jiwa dan bersama-sama. Bagaimanapun, tujuan
terbesar dalam pernikahan adalah untuk membawa dua pasangan lebih dekat kepada
Allah Subhanahu Wa Ta'ala
A. Pendahuluan
Dari sudut pandang sosial, pernikahan dipandang sebagai prosesi dengan
pernikahan yang dapat meningkatkan level seseorang. Dalam kehidupan khususnya
dalam budaya Timur, seseorang yang menikah akan cenderung dihargai dengan cara
yang tidak terduga (lebih terhormat). Dalam hal agama, pernikahan bisa menjadi parade
sakral dan sangat penting. Dalam agama, pernikahan dianggap sebagai perjanjian yang
sakral. Upacara itu dianggap sebagai upacara sakral. Dalam sebuah agama umumnya
upacara pernikahan memiliki aturan prosedur klaim dengan memasukkan komponen
ilahi di dalamnya seperti mengucapkan nama Allah di tengah-tengah akad.1
Pernikahan dapat menjadi bentuk ibadah dan Islam terus menerus
memberdayakan individu untuk mendesak atau tidak hidup sendiri. Di dalam hadits itu
dinyatakan bahwa individu-individu yang menikah telah memenuhi separuh agama
mereka dan tanpa pernikahan, agama seseorang tidak mencapai puncaknya. Pernikahan
dalam Islam dipandang sebagai penghormatan dan hukum dapat berubah tergantung
pada kondisinya. Pernikahan dapat menjadi kewajiban, sunnah, mubah dan haram yang
disebabkan oleh beberapa aturan aturan dan ketika menikah ada persyaratan untuk
kontrak pernikahan yang harus dipenuhi. Alasan pernikahan dalam Islam adalah untuk
membentuk sebuah keluarga dan melanjutkan garis keturunan dan mungkin
mendahuluinya sebelumnya dengan pertunangan.
Islam merupakan agama rahmat (universal). Agama yang mencakup semua sisi
kehidupan. Tidak ada masalah dalam kehidupan ini yang tidak diklarifikasi. Tidak ada
masalah yang tidak tersentuh oleh nilai-nilai Islam, meskipun masalah ini tampak kecil.
Itulah Islam, agama yang memberi rahmat bagi semua alam.2
Poligami dipraktikkan oleh manusia sejak lama, baru-baru ini Islam datang. Atau
zaman Rasulullah Saw. menahan poligami hingga empat pasangan. Sebelum kehadiran
kurungan ini memiliki banyak teman yang mempraktikkan poligami melampaui empat
pasangan, seperti lima pasangan, sepuluh pasangan, bahkan lebih dari itu. Mereka
melakukan itu beberapa waktu baru-baru ini sebelum mereka memahami Islam, seperti
1
Muhyi, Jangan Sembarang Menikah Dini (Depok: PT. Lingkar Pena Kreativa, 2006).
2
Fatah Idris dan A. Ahmadi, Fiqh Islam Lengkap (Jakarta: Rineka Cipta, 1994).
yang dialami oleh wadah Qais al-Harith. Dia berkata: "Saya beralih ke Islam dan saya
memiliki delapan pasangan, pada saat itu saya datang kepada Nabi. Dan
mengirimkannya kepadanya pada saat itu ia berkata:" Pilih dari mereka empat orang.
"(Dijelaskan oleh Ibnu Majah). Ini juga dialami oleh Ghailan Salamah al-Thaqafi ketika
dia memahami Islam. Dia memiliki sepuluh pasangan di tengah masa Jahiliah yang
semuanya juga memahami Islam. Pada saat itu Nabi saw. Memintanya untuk memilih
empat dari sepuluh pasangannya (HR. al-Tirmidzi) Jadi poligami telah lama
dipraktikkan oleh umat manusia jauh sebelum Nabi Muhammad SAW. melakukan
poligami. Beberapa waktu belakangan ini Muhammad juga banyak yang mengasah
poligami, seperti Nabi Daud as, Nabi Sulaiman as.
Poligami bisa berupa perkawinan yang dilakukan oleh pria dengan wanita lebih
dari satu individu, dan wanita memiliki lebih dari satu pasangan. Hampir konsep
pernikahan yang dilakukan pria terhadap wanita lebih dari apa yang disebut poligini.
Jika seorang wanita memiliki lebih dari satu pasangan, ia disebut polyandri. Menyetujui
pelajaran Islam, yang kemudian disebut hukum Islam (hukum Islam), poligami
ditentukan sebagai sesuatu yang masuk akal atau diperbolehkan. Oleh karena itu,
sedangkan dalam surat An Nisa 'ayat 3 ada kalimat fankihu kalimat amr berharga untuk
mubah tidak wajib, dapat ditolak dengan strategi ushul fiqh yang membaca, al-ash fi al-
amr al-ibah al-ibahah hatta yadula dalilu' ala al-tahrim (selama sesuatu diizinkan,
kecuali ada pertentangan yang melarangnya).3
Dalam hukum Islam, poligami dipandang sebagai laki-laki atau suami dalam
keluarganya. Jika pasangan poligami tidak mampu mengaktualisasikan standar keadilan
dalam keluarga, ia mungkin tidak dapat menerapkan keadilan jika ia menjadi contoh
keluarga dan Untuk pasangan. Islam sebagai agama pengungkapan yang mendasarkan
pada firman Allah (al-Quran) dan kata-kata Nabi Muhammad. (Hadits) jangan melarang
mengasah poligami. Di sisi lain, Islam juga tidak membutuhkan poligami. 4 Berdasarkan
Alquran dan hadis Nabi. para ulama mengizinkan poligami dengan kebutuhan tertentu.
3
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Bingkisan Istimewa Menuju Keluarga Sakinah (Bogor: Pustaka
At-Taqwa, 2008).
4
Boedi Abdullah dan Beni Ahmad Saebani, Perkawinan Perceraian Keluarga Muslim (Bandung:
Pustaka setia, 2013).
Jika kebutuhan ini tidak terpenuhi, Islam mengharuskan pasangan untuk melakukan
monogami. Pada saat yang bersamaan, Islam sepenuhnya melarang asas zina tanpa
prasyarat apa pun. Semua bentuk zina dilarang dalam Islam, bahkan hal-hal yang
mengarah pada zina juga dilarang (QS. Al-Isra '(17): 32)
Sabiq, Sayyid, Fiqih Sunnah. Jilid 2. Penerj: Ahmada Conish (Depok: Fathan Media Prima,
5
Tanpa Tahun).
6
Mahdi Al-Istambuli, Mahmud dan Musthafa Abu An-Nashr Asy-Syalabi, Sirah Shahabiyah
(Pekalongan: Maktabah salafy press, 2007).
a. Q.S An-Nisa: 3
Ayat itu, sependapat dengan Khazim Nasuha, bisa menjadi sebuah ayat yang
memberikan pria pilihan bahwa pernikahan seorang gelandangan dengan rasa takut
tidak melakukan keadilan karena keyatimannya atau pernikahan seorang wanita yang
dipuja hingga empat. Dalam hal apa pun, dalam hal segala sesuatu sering terjadi karena
takut tidak masuk akal, itu lebih baik daripada menikahi seorang wanita atau budak,
karena itu tetap tidak ada dari penganiayaan.
b. Q.S An-Nisa :129
Ayat ini menegaskan bahwa keadilan tidak dapat dicapai jika itu terkait emosi
atau hati dan perasaan cinta. Ekuitas yang harus dicapai adalah ekuitas kain, sehingga
pasangan poligami harus memastikan kesejahteraan pasangannya dan mengatur waktu
yang masuk akal. Sayyid Sabiq mengatakan bahwa Surah An-Nisa ayat 129 berisi
pengecualian untuk dapat melakukan keadilan kepada pasangannya masing-masing,
sedangkan ayat sebelumnya (An-Nisa: 3) meminta untuk bertindak secara wajar, seperti
jika ayat tersebut saling meniadakan satu sama lain . Sebenarnya, tidak ada pergumulan
dengan ayat yang dibahas. Kedua ayat itu dikatakan masuk akal dalam hal
mengendalikan pekerjaan keluarga, mengendalikan pakaian, memelihara, dan kasih
sayng.
E. Penutup
Poligami dipraktikkan oleh manusia sejak lama, baru-baru ini Islam datang. Atau
zaman Rasulullah Saw. menahan poligami hingga empat pasangan. Sebelum kehadiran
kurungan ini memiliki banyak teman yang mempraktikkan poligami melampaui empat
pasangan, seperti lima pasangan, sepuluh pasangan, bahkan lebih dari itu. Mereka
melakukan itu beberapa waktu baru-baru ini sebelum mereka memahami Islam, seperti
yang dialami oleh wadah Qais al-Harith. Dia berkata: "Saya beralih ke Islam dan saya
memiliki delapan pasangan, pada saat itu saya datang kepada Nabi. Dan
mengirimkannya kepadanya pada saat itu ia berkata:" Pilih dari mereka empat orang.
"(Dijelaskan oleh Ibnu Majah). Ini juga dialami oleh Ghailan Salamah al-Thaqafi ketika
dia memahami Islam. Dia memiliki sepuluh pasangan di tengah masa Jahiliah yang
semuanya juga memahami Islam.
Allah SWT. sangat bijaksana ketika membangun aturan poligami, jadi tidak ada
kerusakan dan cacat. Islam tidak menjadikan poligami sebagai kewajiban bagi laki-laki,
karena terlalu tidak diwajibkan bagi perempuan dan keluarganya untuk mengakui ikatan
dari laki-laki yang menikah, Allah yang maha bijaksana mengijinkan seseorang untuk
menikahi satu, dua sampai empat wanita, mengingat bahwa ia mampu melakukan
keadilan. Tuhan menolaknya untuk menikah lebih dari empat karena melampaui batasan
akan membawa penganiayaan seperti yang diketahui. Seseorang mungkin tidak dapat
menjauhkan diri dari tindakan pelecehan meskipun memiliki bagian dari informasi dan
informasi.
Ada beberapa anggapan para ulama tentang poligami yang ada dalam pedoman,
semua poligami izin dengan ketentuan yang berbeda-beda. Beberapa mengizinkan
poligami dengan kondisi dan beberapa memberikan kebutuhan yang ketat. Di antara
mereka juga ada beberapa negara yang menyatakan bahwa poligami diperbolehkan
karena keadaannya darurat
F. Referensi
Boedi Abdullah dan Beni Ahmad Saebani. Perkawinan Perceraian Keluarga Muslim.
Bandung: Pustaka setia, 2013.
Djamil Abdul. Hukum Islam. Bandung: Mandar Maju, 1992.
Fatah Idris, dan A. Ahmadi. Fiqh Islam Lengkap. Jakarta: Rineka Cipta, 1994.
Mahdi Al-Istambuli, Mahmud dan Musthafa Abu An-Nashr Asy-Syalabi. Sirah
Shahabiyah. Pekalongan: Maktabah salafy press, 2007.
Muhyi. Jangan Sembarang Menikah Dini. Depok: PT. Lingkar Pena Kreativa, 2006.
Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah. Jilid 2. Penerj: Ahmada Conish. Depok: Fathan Media
Prima, Tanpa Tahun.
Yazid bin Abdul Qadir Jawas. Bingkisan Istimewa Menuju Keluarga Sakinah. Bogor:
Pustaka At-Taqwa, 2008.