Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“AMANAH”
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Akhlak 2
Dosen Pengampu :
Ghulam Murtadlo, M.Pd.I

Disusun Oleh :

1. HENI KURNIAWATI 1701010035


2. RINA INDRIANA 1701010169
3. YUNITA SARI 1701010191

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO LAMPUNG
2019

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb
Puji syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah tentang “Amanah” ini dapat diselesaikan
sebagaimana semampu kami. Tidak lupa juga kami mengucapkan
banyak terima kasih atas bantuan dari pihak yang telah berkonstribusi
dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Sholawat dan salam tak lupa kita sanjungkan kepada baginda
Rasulullah SAW sebagai suri tauladan yang patut kita contoh.
Terlepas dari itu semua, dengan segala kemampuan dan usaha
yang telah kami lakukan agar makalah ini dapat mudah dipahami oleh
kami sendiri dan para mahasiswa. Semoga makalah ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca. Untuk
kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi
makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman, kami
yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu
kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Wassalamualaikim Wr.Wb

Metro, 05 Februari 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................i


KATA PENGANTAR....................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Amanah...............................................................................2
B. Ruang lingkup Amanah........................................................................2
C. Keutamaan Amanah..............................................................................3
D. Bahaya tidak amanah............................................................................4
E. Urgensi Amanah...................................................................................8
F. Menanamkan Amanah dalam diri.........................................................11

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...........................................................................................14
B. Saran.....................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Amanah sebagai salah satu bahasa serapan dalam bahasa Indonesia


menjadi suatu makna yang unik. Amanah dalam perkembangannya tidak
terlepas dari suatu ajaran yang di bawa oleh al qur’an sebagai sumber
utama dari agama islam.
Dengan amanah sebagai suatu pesan moral, ataupun ideology
tersendiri dari ajaran agama islam yang sangat sesuai dengan zaman
apapun, dan di manapun, ini menunjukan memang benar bahwa “shalih li
kulli zaman wal makan” dengan bukti eksistensi dari moral “amanah”
yang sudah sejak lama di ajarkan dalam islam. Maka dari itu, di makalah
ini mencoba memaparkan tentang amanah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu Amanah ?
2. Bagaimana ruang lingkup amanah ?
3. Apa saja keutamaan amanah ?
4. Apa saja bahaya tidak amanah ?
5. Apa saja urgensi amanah ?
6. Bagaimana cara menanamkan amanah dalam diri ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu amanah
2. Untuk mengetahui bagaimana ruang lingkup amanah
3. Untuk mengetahui apa saja keutamaan amanah
4. Untuk mengetahui bahaya tidak amanah
5. Untuk mengetahui apa saja urgensi amanah
6. Untuk mengetahui cara menanamkan amanah dalam diri

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Amanah
Amanah menurut bahasa (etimologi) ialah kesetiaan, ketulusan
hati, kepercayaan (istiqamah) atau kejujuran. Kata amanah menurut kamus
besar bahasa Indonesia diartikan sebagai sesuatu yang dipercayakan
(dititipkan) kepada orang lain. Definisi amanah tersebut memberikan
pengertian bahwa setiap amanah selalu melibatkan dua pihak yaitu si
pemberi amanah dan si penerima amanah. Amanah bias diperlihatkan
dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari seperti kehidupan individu,
keluarga, masyarakat hingga Negara.
Amanah adalah kata yang sering dikaitkan dengan kekuasaan dan
materi. Namun sesungguhnya kata amanah tidak hanya terkait dengan
urusan-urusan seperti itu. Secara syar’I amanah bermakna :menunaikan
apa-apa yang dititipkan atau dipercayakan. Itulah makna yang terkandung
dalam firman Allah SWT :”Sesungguhnya Allah memerintahkan kalioan
untuk menunaikan amanah-amanah kepada pemiliknya: dan apabila kalian
menetapkan hokum diantara manusia hendaklah kalian menetapkan hokum
dengan adil.”(An-NISA:58).1

B. Ruang Lingkup Amanah


Amanah merupakan tanda dari keimanan seseorang.
Lawan dari sifat amanah adalah munafik. Seperti kita ketahui
bahwa sifat munafik itu memiliki cirri-ciri : jika ia bicara maka ia
berdusta, bila berjanji ia ingkar, jika dipercaya ia berkhianat dan apabila ia
berseteru ia akan jahat.sebagai seorang muslim, tentunya kita akan ingin
menjadi seseorang yang amanah yang jauh dari sifat munafik. Untuk
memiliki keutamaan sifat amanah maka kita harus mengetahui ruang
lingkup dari sifat amanah.

1
Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Quran (Jakarta: Sinar Grafika
Offset) hlm. 43

2
Berikut adalah sifat-sifat amanah :
1. Amanah fitrah
2. Amanah dakwah
3. Amanah anggota badan
4. Amanah dalam menunaikan hak
5. Amanah majelis
6. Amanah keluarga
7. Amanah kerja professional
8. Amanah kepemimpinan

C. Keutamaan Amanah
1. Amanah adalah salah satu jalan menuju kesuksesan. Allah
berfirman”dan orang-orang yang memelihara amanat-
amanat(yang dipikulnya)dan janjinya”. Dalam ayat lain allah
berfirman “sesungguhnya allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat pada yang berhak menerimanya dan
menyuruh kamu apabila menetapkan hukum diantara manusia
supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya allah
member pengajaran yang sebaik-baiknya padamu.
Sesunnguhnya allah adalah maha mendengar lagi maha
mendengar.
2. Merupakan sifat para rosul,para nabi,orang-orang mukmin dan
para malaikat. Nabi nuh berkata: “ sesungguhnya aku adalah
seorang rosul kepercayaan yang diutus kepadamu. Rosulullah
bersabda “ tidak ada iman bagi orang yang tidak amanah dan
tidak ada agama bagi orang yang tidak memegang janji.
3. Tanda iman. Rosulullah bersabda :”tidak ada iman bagi orang
yang tidak amanah dan tidak ada agama yang tidak memegang
janji.(HR. AHMAD).Dalam hadist lain beliau bersabda :”empat
hal, barang siapa dalam dirinya ada empat hal itu ia munafik

3
murni,dan barang siapa yang ada sebagian dari sifat itu, dia
memiliki sebagian dari sifat nifak hingga dia meninngalkannya.
Yaitu:jika dipercaya hianat, jika bericara bohong , jika bejanji
ingkar dan jika berdebat dia jahat.h(HR.BUCHORI MUSLIM).
4. Amanat itu menandingi dunia dan isinya . empat hal jika dia
ada didirimu, engkau tidak merugi walupun kehilangan dunia.
Menjaga amanah,berkata dengan jujur, berakhlaq mulia dan
menjaga makanan dari yang haram(HR.AHMAD)
5. Kompeten untuk menerima tanggung jawab. Allah
berfirman:”salah seorang dari kedua wanita itu berkata : “ ya
bappaku ambilah ia sebagai orang yang bekerja pada kita,
karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil
untuk bekerja pada kita ialah orang yang kuat lagi dapat
dipercaya “.

D. Bahaya Tidak Amanah


Amanah dalam islam adalah suatu tanggung jawab yang harus
dijalankan dalam kehidupan. Hakikat penciptaan manusia adalah
mengemban amanah yang diberikan Allah atas segala yang telah diberikan
dialam semesta ini.
Allah SWT berfirman : “Dan orang-orang yang memelihara
amanat-amanat (yang dipikuli) dan janjinya. Dan orang orang-orang yang
memelihara shalatnya mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi”.
(QS.Al-Mulminun:8-10)
Yang artinya:”sesungguhnya allah menyuruh kamu menyampaikan
amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila menetapkan hokum
diantara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya
allah member pengajaran yan sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya
allah adalah maha pendengar lagi maha melihat”.(QS. An-Nisaa’:58)
Namun tidak semua manusia mampu menjalankan amanah yang
diberikan allah SWT. Beberapa diantaranya justru kehilangan fungsi

4
agama dalam kehidupan sehingga menjadi tidak amanah. Dan pada
akhirnya muncullah beberapa akibat tidak amanah dalam islam seperti
berikut ini :

1. Kehilangan iman
Rasulullah SAW bersabda :”tidak ada iman bagi orang yang tidak amanah
dan tidak ada agama bagi orang yang tidak memegang janji”.(HR. Ahmad)
2. Termasuk cirri-ciri orang munafik
Rasulullah SAW bersabda :”Empat hal, barang siapa dalam dirinya ada
empat hal tersebut, dia munafik murni, dan barang siapa yang ada sebagian
dari sifat itu, dia memiliki sebagian sifat nifak hingga dia
meninggalkannya. Yaitu : jika dipercaya khianat, jika berbica bohong, jika
berjanji ingkar dan jika bermusuhan (berseteru) dia jahat”.(HR. Bukhari
Muslim)
3. Menjadi orang yang rugi
Rasulullah Saw bersabda :”empat hal jika dia ada dalam dirimu, engkau
tidak merugi walaupun kehilangan dunia. Menjaga amanah, berkata
dengan jujur, berakhlaq yang mulia dan menjaga makanan (dari yang
haram)”.(HR. Ahmad)
4. Tidak dipercaya
Artinya:”salah seorang dari kedua wanita itu berkata :”wahai ayahku
ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya
orang yang paling baik yang engkau ambil untuk bekerja (pada kita) ialah
orang yang kuat lagi dapat dipercaya”.(QS,Al-Qashahs:26)
5. Mendapat laknat dari Allah
Allah berfirman:”telah dilaknati orang-orang kafir dari Bani Israil dengan
lisan Daud dan ‘Isa putra Maryam. Yang demikian itu, disebabkan mereka
durhaka dan selalu melampaui batas. Mereka satu sama lain selalu tidak
melarang tindakan munkar yang mereka perbuat. Sesungguhnya amat
buruklah apa yang selalu mereka perbuat itu”.(QS.Ali-Imran:78-79)
6. Mendapat penderitaan diakhirat

5
Rasulullah SAW bersabda “Sesungguhnya kalian nanti akan sangat
berambisi terhadap kepemimpinan, ujungnya hanya penyesalan pada hari
kiamat. Di dunia ia mendapatkan kesenangan, namun setelah kematian
sungguh penuh derita” (HR. Bukhari Rasulullah SAW bersabda:no. 7148).
Rasulullah SAW bersabda:“Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap
kalian akan dimintai pertanggungjawaban terhadap kepemimpinannya.
Seorang lelaki menjadi pemimpin dalam keluarganya, seorang wanita
menjadi pemimpin di rumah suami dan anak-anaknya. Setiap kalian adalah
pemimpin dan setiap kalian akan diminta pertanggungjawaban atas
kepemimpinannya.” (HR. Bukhari)
7. Dipermalukan di akhirat
Rasulullah SAW bersabda: “Setiap pengkhianat akan mendapatkan
bendera di belakang (bokong). Panjang dan pendek bendera tersebut sesuai
dengan kadar pengkhianatannya. Ketahuilah bahwa pengkhianatan yang
paling besar adalah pengkhianatan seorang pemimpin terhadap
rakyatnya.” (HR. Bukhari)
Rasulullah SAW bersabda: “Setiap pengkhianatan akan mendapat bendera
di hari kiamat, disebutkan ini pengkhianatan si fulan dan ini
pengkhianatan si fulan.” (HR. Bukhari Muslim)
8. Menjadi pengkhianat Allah dan RasulNya
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa mengangkat pemimpin karena
fanatisme golongan, padahal di sana ada orang yang lebih diridhai oleh
Allah, maka dia telah berkhianat kepada Allah, Rasul-Nya dan orang-
orang mukmin.” (HR. Hakim)
Dalam qs al-anfaal ayat 27 yang Artinya: “Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga)
janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan
kepadamu, sedang kamu mengetahui.”(Q.S. Al Anfaal: 27)
9. Dibenci Allah
Artinya: “Dan janganlah kamu berdebat (untuk membela) orang-orang
yang mengkhianati dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-
orang yang selalu berkhianat lagi bergelimang dosa,”(Q.S. An Nisa: 107)

6
Artinya: “Sesungguhnya Allah membela orang-orang yang telah beriman.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai tiap-tiap orang yang berkhianat lagi
mengingkari nikmat.”(Q.S. Al Hajj: 38)
10. Hati menjadi keras
Artinya: “(Tetapi) karena mereka melanggar janjinya, Kami kutuki
mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka
merubah perkataan (Allah) dari tempat-tempatnya, dan mereka (sengaja)
melupakan sebagian dari apa yang mereka telah diperingatkan dengannya,
dan kamu (Muhammad) senantiasa akan melihat kekhianatan dari mereka
kecuali sedikit diantara mereka (yang tidak berkhianat), maka maafkanlah
mereka dan biarkan mereka, sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang berbuat baik.”(Q.S. Al Maidah: 13)
11. Calon penghuni neraka
Artinya: “Allah membuat isteri Nuh dan isteri Luth sebagai perumpamaan
bagi orang-orang kafir. Keduanya berada di bawah pengawasan dua orang
hamba yang saleh di antara hamba-hamba Kami; lalu kedua isteri itu
berkhianat kepada suaminya (masing-masing), maka suaminya itu tiada
dapat membantu mereka sedikitpun dari (siksa) Allah; dan dikatakan
(kepada keduanya): “Masuklah ke dalam jahannam bersama orang-orang
yang masuk (jahannam)”.”(Q.S. At Tahrim: 10)
12. Tidak mendapat pertolongan di akhirat
Rasulullah SAW bersabda: “Pertolongan Allah tetap berada pada dua
orang yang bersekutu selama keduanya tidak saling mengkhianati. Bila
sudah saling mengkhianati maka Allah mencabut pertolongan terhadap
keduanya.” 
13. Mendapat azab dari Allah
Artinya: “sehingga Allah mengazab orang-orang munafik laki-laki dan
perempuan dan orang-orang musyrikin laki-laki dan perempuan; dan
sehingga Allah menerima taubat orang-orang mukmin laki-laki dan
perempuan. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.”(Q.S. Al Ahzaab: 73)

7
E. Urgensi Amanah
Redaksi Al Qur’an yang secara langsung memerintahkan  untuk
menunaikan amanah adalah ayat berikut:

Artinya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan


amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan
adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya
kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha
Melihat.” (QS. An Nisa’ [4]: 58)

Apa yang dimaksud dengan amanat dalam ayat tersebut menjadi


bahasan utama para mufassir dalam ayat ini. Secara sederhana para ulama
mengartikan sebagai sesuatu yang diserahkan kepada pihak lain untuk
dipelihara dan dikembalikan bila saatnya atau bila diminta oleh
pemilikinya. Amanat tidak diberikan kecuali kepada orang dinilai oleh
pemberinya dapat memelihara dengan apa yang telah diamanatkan
tersebut.

Sementara ahli tafsir menjelaskan sebab turun ayat tersebut berkaitan


dengan peristiwa tentang kunci Ka’bah; yang berada dalam kekuasaan
seorang tokoh yang bernama Usman bin Talhah, ketika terjadi penakluan
kota Makkah oleh Rasulullah Saw. pada tahun 8 H. Peristiwa tersebut
bermula ketika Rasululla Saw. meminta kunci Ka’bah dari Usman bin
Talhah. Ketika Usman hendak memberikan, al Abbas berkata kepadanya
untuk nantinya menyerahkan kunci tersebut kepadanya alias tidak usah
mengembalikan kepada Usman. Setelah mendengar hal tersebut Usman
keberatan untuk memberikan kunci. Baru setelah Nabi Saw. meminta
untuk yang ketiga kalinya Usman memberikan sambil berkata: “Inilah dia
dengan amana Allah.” Nabi pun kemudian memasuki ka’akab dan setelah
keluar beliau thawaf, kemudian turunlah ayat di atas. Nabi pun kemudian
memanggil Usman dan mengembalikan kunci tersebut kepadanya.

8
Sikap amanat adalah sendi utama dalam berinteraksi sosial terutama
dalam bidang kekuasaan politik. Artinya bahwa setiap pejabat adalah
pengemban amanat yang diberikan kepadanya untuk dapat ditunaikan
dengan baik yang nantinya harus dipertanggungjawabkan. Mekanisme
pertanggungjawaban inilah yang semestinya dapat menjadikan setiap
pengemban amanah dapat menunaikan amanat tersebut dengan baik.

Kata amanat dalam ayat tersebut disebutkan dalam bentuk jamak


maknanya adalah bahwa amanat bukan sekadar sesuatu yang bersifat
material, tetapi juga nonmaterial dan bermacam-macam. Semua
diperintahkan oleh Allah untuk ditunaikan. Di antara macam-macam
amanat tersebut adalah:

1. amanat antara manusia dengan Allah Swt;


2. amanat antara manusia dengan manusia lainnya;
3. amanat antara manusia dengan lingkungannya;
4. amanat antara manusia dengan dirinya sendiri.

Masing-masing amanat tersebut memiliki rincian, dan setiap rincian


menuntut untuk ditunaikan. Kekuasaan politik adalah salah satu jenis amanat
dan agama memerintahkan agar amanat kekuasaan politik tersebut ditunaikan.
Pertanggung jawaban amanat tersebut harus diberikan oleh yang memberikan
amanat dalam hal ini adalah rakyat, tetapi sebenarnya amanat tersebut juga
harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt. apabila seseorang yang
mengemban amanat tersebut khilaf atau bahkan untuk tidak menunaikan
amanat yang ada di pundaknya maka orang tersebut telah berbuat aniaya
terhadap dirinya sendiri di samping kepada pihak yang telah memberikan
amanat dalam hal ini adalah warga masyarakat. Dalam kaitan inilah Nabi
Muhammad Saw. memberikan arahan seperti yang beliau sampaikan kepada
salah seorang sahabat yang bernama Abu Dzar al Ghifari agar menjauhi
jabatan politik karena pribadinya yang lemah, karena jabatan politik itu adalah
amanah yang dapat menimbulkan penyesalahn di hari akhirat, kecuali kalau

9
yang bersangkutan dapat menjalankan amanat tersebut dengan baik. (HR.
Muslim).

Di antara petunjuk agama yang harus diperhatikan bagi siapa saja yang
memegang kekuasaan politik adalah diperintahkannya menunaikan amanat
berupa usaha mencerdaskan rakyat dan membangun mental dan spiritual. Hal
ini diisyaratkan dalam ayat berikut:

Yang Artinya: “Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat


Kami kepadamu) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang
membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan
mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada
kamu apa yang belum kamu ketahui.” (QS. Al Baqarah [2]: 151)

Dalam ayat tersebut jelas diungkapkan bahwa tugas Nabi Saw. sebagai
pemegang kekuasaan politik saat itu di Madinah dan di samping seorang
Rasul, di antaranya adalah untuk mencerdaskan umat dan membangun mental
spiritual sehingga menjadi pribadi-pribadi yang tangguh yang pada gilirannya
diharapkan dapat menunaikan tugas-tugas kekhalifahan manusia di muka
bumi yaitu membangun bumi yang makmur untuk kemaslahatan bersama.

Bertolak dari pandangan di atas kita mendapat gambaran yang cukup


jelas bahwa amanat yang dipikul oleh orang-orang yang memegang kekuasaan
politik tidaklah ringan. Karena di samping dua tugas tersebut yang juga tidak
kalah pentingnya adalah amanat yang berkaitan dengan usaha membangun tata
sosial yang lebih menyejahterakan. Dalam Islam inilah hikmah terbesar yang
terkandung dalam ajaran membayar zakat yaitu; kemakmuran hendaklah tidak
hanya dinikmati segelintir orang melainkan dapat didistribusikan kepada
setiap warga yang memang membutuhkan. Dan yang diberi wewenang untuk
mengatur itu semua adalah pemegang kekuasan politik.

10
Dalam konteks inilah agama kembali memberikan dorongan kepada
siapa saja yang hendak dan atau memegang kekuasaan politik untuk selalu
memperhatikan dan membangun sebuah sistem yang dapat menjamin
kemaslahatan semua warga atau rakyat yang telah memberikan amanat
kepadanya, yaitu menetapkan hukum dengan adil.

F. Menanamkan Amanah Dalam Diri

AMANAH adalah salah satu sifat yang wajib dimiliki para nabi.
Tanpa sifat amanah, seorang nabi mustahil disebut nabi. Sebab, tugas utama
seorang nabi adalah menyampaikan firman Allah kepada seluruh umat
manusia. Tidak boleh ada satu ayatpun yang boleh dikorupsi ataupun
ditambahi. Itulah sebabnya mengapa sifat amanah dikatakan sebagai
lambang kemuliaan para nabi. Selain para nabi, semua orang juga dituntut
untuk memiliki sifat amanah. Anak sekolah, mahasiswa, PNS, pedagang,
pejabat, politisi, dan lain-lain juga diharapkan dapat menjunjung tinggi
amanah yang diberikan kepada mereka. Dalam kehidupan bermasyarakat,
masing-masing orang memiliki tugas dan peran sendiri-sendiri. Tugas dan
peran itu harus dilaksanakan sesuai dengan aturan dan ketentuan yang ada.
Mengkhianati amanah berarti merusak tatanan sosial politik di tengah-
tengah masyarakat.

Di dalam Al-Qur’an, terdapat sejumlah ayat yang menjelaskan


betapa pentingnya sifat amanah. Salah satu di antaranya terdapat dalam surat
al-Nisa’ ayat 58 yang berbunyi, “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu untuk
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya.” Ayat ini secara
tegas memerintahkan agar setiap orang melaksanakan amanah yang
dibebankan kepadanya. Dengan demikian, orang yang mengingkari amanah
adalah orang yang mengingkari perintah Allah.

Bahaya lain dari pengingkaran terhadap amanah adalah munculnya


penyakit nifak (munafik). Hal ini secara terang dijelaskan oleh Rasullullah

11
dalam salah satu haditsnya yang berbunyi, “Tanda-tanda orang munafik
ada tiga; jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia ingkar, dan jika
diberi amanah ia berkhianat” (HR. Bukhari Muslim). Oleh karena itu,
pembumian sifat-sifat amanah menjadi hal sangat penting dalam setiap diri
orang yang beriman. Salah satu cara untuk menanamkan sifat amanah
dalam diri manusia adalah melalui ibadah puasa. Di dalam ibadah puasa,
orang yang berpuasa dituntut untuk bersikap amanah dalam segala hal.
Termasuk amanah untuk menuntaskan puasa sampai tenggelam matahari.
Selain itu, orang yang berpuasa juga diharapkan dapat menghindarkan diri
dari perilaku yang dapat merugikan orang lain. Semua hak-hak orang lain
yang ada di dalam dirinya akan ditunaikan sesuai dengan yang semestinya.
Perhitungan kewajiban membayar zakat, misalnya, dilakukan secara jujur
dan disalurkan kepada orang-orang yang betul-betul berhak menerimanya.
Secara umum, ada tiga jenis amanah yang perlu ditunaikan, yaitu; amanah
pada diri sendiri, amanah pada keluarga, dan amanah pada masyarakat.
Amanah pada diri sendiri artinya menggunakan seluruh umur yang
diberikan oleh Allah hanya untuk mengabdi kepada-Nya. Sedangkan
amanah pada keluarga artinya berusaha semaksimal mungkin dalam
memenuhi seluruh nafkah jasmani dan rohani semua anggota keluarga.
Sedangkan, amanah pada masyarakat artinya menggunakan seluruh waktu
hidup yang dianugerahkan oleh Allah untuk kebaikan dan kemashlahatan
umat dan bangsa. Bila ketiga amanah ini dijalankan dengan baik, maka
hubungan vertikal dengan Allah (hablum min Allah) dan hubungan
horizontal dengan sesama manusia (hablum min al-nas) akan terjalin
secara sempurna.2

2
Hasan, Abdul Halim. Tafsir Al Ahkam. (Jakarta: Kencana, 2006)

12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Amanah ialah sesuatu yang dipercayakan. Termasuk didalamnya


segala apa yang dipercayakan kepada seseorang, baik harta ataupun
ilmu pengetahuan dan sebagainya. Seorang pelajar memikul
amanah, maka dia wajib menjaga waktu dan memperhatikan
pelajarannya dengan sebaik-baik nya. Demikian juga guru

13
memikul amanah, maka wajib dia memberikan pelajaran kepada
murid-murid nya menurut cara yang baik untuk kemajuan
muridnya.
Sesudah Allah memerintahkan kepada setiap manusia untuk
memelihara amanah dan berserah kepada hakim supaya
menjalankan hukum dengan adil, karena itu juga merupakan salah
satu amanat baginya, maka Allah memerintahkan supaya menaati
Allah, rosul, dan ulil amri.

DAFTAR PUSTAKA

Yatimin Abdullah, Studi Akhlak Dalam Perspektif Al-Quran (Jakarta:


Sinar Grafika Offset)
Hasan, Abdul Halim. Tafsir Al Ahkam. Jakarta: Kencana, 2006

14

Anda mungkin juga menyukai