Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“AHLAK 2”
Dosen Pengampu : Ghulam Murtadlo

Disusun Oleh :
1. RATNA DIAH ANGGRAINI (1701010164)
2. ABDUL FAJAR SIDIK (1701010001)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI METRO
2018/2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan
limpahan rahmat, hidayah, dan inayahnya kepada kami, sehingga kami dapat menyelsaikan
makalah ahlak 2 tentang “sifat pemaaf dan menahan marah”.
Kemudian penulis banyak mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing
yang telah membimbing kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang singkat ini,
yang masih banyak kekurangan dan kesalahan, baik dari segi penulisannya maupun
kesalahan lainnya yang terdapat dalam makalah ini, untuk itu kami sangat membutuhkan
sekali kritik beserta saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah yang akan datang,
akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Metro, 19 Maret 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii
DAFTAR ISI......................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
A. Latar Belakang ........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................1
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................2
A. pengertian maaf ......................................................................................................2
B. manfaat dari sifat pemaaf........................................................................................2
C. formula ampuh untuk dapat memaafkan.................................................................4
D. hakikat marah..........................................................................................................6
E. tingkatan marah.......................................................................................................7
F. keutamaan dari menahan marah..............................................................................9
G. langkah terapi menahan marah................................................................................10

BAB III PENUTUP...........................................................................................................12


A. Kesimpulan..............................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................13

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Sebagai umat manusia tentunya sangat tidak bisa untuk menghindari
perbuatan yang salah yang membuat orang lain terluka. Memang tidak enak sekali jika
seseorang telah melakukan suatu kesalahan, terlebih lagi tidak meminta maaf. Namun
terkadang juga banyak orang yang sudah meminta maaf kepada seseorang namun tidak bisa
dimaafkan.  Atau terkadang orang yang dimintain maaf telah memaafkan, namun orang
tersebut dalam hati tidak ikhlas, sehingga apa sih arti sebuah kata maaf jika tidak dilandasi
keihklasan. Akibatnya tentunya adalah maaf itu akan hampa bagai tak terucap.
Apapun jenis tingkat kesalahannya pada hakekatnya jika seseorang yang melakukan
kesalahan tersebut sudah berniat dengan ikhlas dan tulus untuk meminta maaf dan berjanji
untuk tidak melakukannya, maka hendaknya dimaafkan. Karena sesungguhnya tidak ada
keselahan di dunia ini yang tidak bisa dimaafkan jika benar-benar disesali dan berjanji tidak
akan mengulanginya kembali.
Namun begitulah manusia, sebagian besar masih mengutamakan emosi dibandingkan
hati nurani dalam setiap mengambil keputusan, termasuk dalam hal meminta maaf dan
memaafkan.  Hendaknya benar-benar kita tanamkan kepada diri kita bahwa tidak ada di
seluruh dunia ini yang terlepas dari kesalahan. Oleh karena itu sekali lagi, sudah sewajarnya
kita memberikan kata maaf dengan ikhlas untuk orang-orang yang meminta maaf dengan
tulus dan ikhlas pula.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian maaf dalam islam ?


2. Apa saja manfaat dari sifat pemaaf ?
3. Apa saja trik dan formula ampuh untuk dapat memaafkan ?
4. Apa yang dimaksud dengan hakikat marah ?
5. Apa saja tingkatan marah ?
6. Apa keutamaan dari menahan marah ?
7. Bagaimana langkah terapi menahan marah ?

C. Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan dan memaparkan pengertian maaf dalam islam


2. Menyebutkan dan menjelaskan saja manfaat dari sifat pemaaf
3. Menyebutkan trik dan formula ampuh untuk dapat memaafkan
4. Menjelaskan yang dimaksud dengan hakikat marah
5. Menyebutkan serta menjelaskan tingkatan marah
6. Menjelaskan keutamaan dari menahan marah
7. Menyebutkan dan menjelaskan langkah terapi menahan marah

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pemaaf
Salah satu sifat mahmudah adalah sifat pemaaf dan lawan daripada sifat ini adalah
sifat pemarah dan pendendam. Pemaaf berarti orang yang rela memberi maaf kepada orang
lain. Sikap pemaaf berarti sikap suka memaafkan kesalahan orang lain tanpa sedikit pun ada
rasa benci dan keinginan untuk membalasnya. Dalam bahasa Arab sikap pemaaf disebut
al-‘afw yang juga memiliki arti bertambah (berlebih), penghapusan, ampun, atau anugerah.
Pemaaf adalah sifat luhur yang perlu ada pada diri setiap muslim. Ada beberapa ayat al-
Quran dan hadis yang menekankan keutamaan bersifat itu yang juga disebut sebagai sifat
orang yang hampir di sisi Allah SWT.
Pemaaf berarti orang yang rela memberi maaf kepada orang lain. Sikap pemaaf
berarti sikap suka memaafkan kesalahan orang lain tanpa sedikit pun ada rasa benci dan
keinginan untuk membalasnya. Dalam bahasa Arab sikap pemaaf disebut al-‘afw yang juga
memiliki arti bertambah (berlebih), penghapusan, ampun, atu anugerah (Munawwir, 1984:
1020). Dalam al-Quran kata al-‘afw disebut sebanyak dua kali, yakni dalam QS. al-Baqarah
(2): 219. Dalam QS. al-Baqarah (2): 219 Allah Swt. berfirman:
“Dan mereka bertanya kepadamu tentang apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: “Yang
berlebih dari keperluan”. (QS. al-Baqarah (2): 219).

B. Manfaat Pemaaf

Dalam hidup ini, tentu tidak semuanya akan berjalan dengan mulus tanpa  adanya
hambatan dan masalah. Banyak sebenarnya faktor yang menjadi  penyebab timbulnya hal
tersebut dalam kehidupan kita. Bila kita berada  dalam keadaan tekanan dan tingkat emosi
yang tinggi dan dalam keadaan  itu juga akan memberikan pengaruh buruk bagi kahidupan
kita. Bila  keadaan tersebut sudah terjadi didalam kehidupan kita satu - satu  caranya yang
terbaik yang bisa kita lakukan adalah dengan memaafkan  kesalahan orang lain itu.

Mamaafkan adalah sebuah tindakan atau keputusan yang disengaja untuk


menghilangkan perasaaan dendam atau tidak melakukan tindakan balas  dendam kepada
seseorang atau kelompok yang telah melukai kita, terlepas  dari itu apakah mereka benar -
benar layak untuk bisa di maafkan atau  tidak. Pentingnya memaafkan  karena itu akan
mengemukakan bahwa kita memaafkan,kita tidak lagi  mengabaikan atau menyangkal
keseriusan pelanggaran yang dilakukan oleh  orang lain. Pengampunan itu bukan berarti kita
sudah melupakan, meskipun  pengampunan dapat membantu kita untuk memperbaiki

2
hubungan yang rusak,  itu tidak akan mewajibkan kita harus sejalan dengan orang lain yang
menyakiti kita.

Tindakan memaafkan itu akan membawa kita kepada kedamaian pikiran dan  membebaskan
kita dari kemarahan korosif. Dengan cara ini seseorang yang  memaafkan dapat
mengendalikan rasa sakit yang dia alami dan  memungkinkannya menyembuhkan diri dan
melanjutkan hidup dengan lebih  ringan. Mandaat apa saja kah yang bisa kita dapatkan dari
memaafkan  kesalahan orang lain? Dalam artikel ini saya akan berbagi beberapa  manfaatkan
yang bisa kita dapatkan dalam memaafkan kesalahan orang lain.

1. Dapat meningkatkan kesehatan kita, ketika memikirkan untuk  dendam kepada orang
lain, tekanan darah dan denyut jantung akan  meningkat pastinya. Hal ini akan menandakan
bahwa sterss sedang melanda  di dalam diri kita, ketika kita mengampuni tingkat stress kita
rasakan  tersebut akan menurun. Menyimpan dendam mungkin akan membahayakan sistem
kekebalan tubuh kita membuat kita lebih tahan terhadap penyakita yang  datang menyerang
kita.

2. Dapat menyembuhkan luka batin, tindakan memaafkan mampu  mengurangi rasa


depresi, membuat orang lain bersyukur,lebih puas  dengan  keidupan, dan lebih mudah
menjalin hubungan dengan orang lain, dan  dengan cara ini pastinya akan mampu
menyembuhkan luka batin yang kita  rasakan selamini.

3. Membuat kita bisa merasa lebih bahagia, orang yang bahagia  lebih cenderung untuk
memaafkan. Dan sejalan dengan ini orang yang mampu  memaafkan cenderung lebih
bahagia pastinya, terutama ketika kita  meaafkan seseorang yang dekat dengan kita. Dan
sudah pasti cara ini akan  membuat kita lebih bahagia dalam menjalani hidup kita di setiap
harinya.

4. Dapat mempertahankan hubungan baik, ketika orang lain melukai  kita atau
mengecewakan kita, rasa dendam dapat membuat kita menahan  kebaikan, menghindar, dan
enggan berkerja sama dengan mereka. Sering  kali hal ini akan memperparah keadaan dan
merusak kepercayaan dan  komitmen. Jadi memaafkan dapat menghentikan kekacauan dan
memperbaiki  hubungan kita dengan orang lain.

5. Memaafkan adalah tindakan yang sangat penting dalam pernikahan,  pasangan yang
lebih pemaaf dan tidak pendendam lebih baik dalam  menyelesaikan konflik secara efektif
dalam pernikahan kita. Pasangan  yang lebih pemaaf memiliki hubungan yang lebih kuat dan
memuaskan.  Akan  tetapi ketika pasangan yang lebih pemaaf mengalami kekerasan dari
suami  atau pun istrinya. Mereka pasti kurang bahagia dalam pernikahannya,  tapi tindakan
pemaaf ini biasanya menjadi penyelamat keutuhan  pernikahan.

3
C. Formula Ampuh Untuk Dapat Memaafkan

1. Buang Rasa Benci

Titik awal untuk bisa mulai belajar memaafkan orang yang menyakiti adalah menghilangkan
rasa benci yang ada di diri Anda. Khususnya rasa benci terhadap orang yang telah menyakiti
Anda.

Jika rasa benci masih bergelora, Anda tidak akan pernah bisa melangkah ke tangga
berikutnya untuk mulai memaafkan.

Harus diakui, tidak mudah membuang rasa benci. Salah satu tips untuk menghilangkan rasa
benci adalah jangan terus mengingat apa yang pernah dia lakukan terhadap Anda.
Mengingat-ingat tindakan buruknya hanya akan semakin memperbesar rasa benci.

Secara perlahan mulai buang rasa benci tersebut dari pikiran Anda. Jernihkan pikiran dari
semua rasa benci tersebut. Tidak ada satu pun yang bernilai positif ketika Anda menyimpan
rasa benci.

Sehatkan mental dan pikiran Anda dengan membuang rasa benci tersebut.

2. Ceritakan kepada Mereka yang Anda Percayai

Sebagai makhluk sosial, manusia pasti butuh kehadiran orang lain sebagai tempat bercerita.
Karena itu, temui teman atau sahabat yang sangat Anda percayai. Ceritakan kepada mereka
tentang semua hal yang menyangkut rasa sakit hati Anda.

Dengan bercerita, hati dan pikiran Anda pun akan lebih terasa lapang dan ringan. Dengan
demikian Anda akan lebih mudah untuk mulai membuang rasa benci yang ada di dalam hati.

Anda pun tidak akan banyak diganggu pikiran buruk yang muncul akibat rasa benci yang
masih bergelora di dalam dada.

3. Beribadahlah

Ketika amarah dan benci begitu besar,  Anda harus melakukan cooling down. Salah satu
caranya adalah dengan menjalankan ibadah.

Bagi Anda yang beragama Islam bisa langsung mengambil wudlu dan melakukan shalat
sunnat dua rakaat. Bagi yang nonmuslim langsung beribadah sesuai agama dan kepercayaan.

Dengan melakukan ibadah, hati akan terasa lebih tenang. Curahkan semua apa yang Anda
rasakan kepada Sang Pencipta.

Ini juga merupakan salah satu terapi bagi Anda yang mungkin sulit bercerita kepada orang
lain karena unsur ketidakpercayaan yang besar.

4
Beribadah juga akan membuka hati Anda untuk lebih ikhlas menerima keadaan. Meyakinkan
Anda bahwa pasti ada hikmah di balik semua sakit hati yang Anda alami.

4. Buka Rasa Empati

Tidak ada yang sempurna di dunia ini. Itu harus Anda camkan dengan baik. Saat ini
mungkin orang lain yang menyakiti Anda.

Di masa lalu, bukan mustahil Anda juga pernah melakukan hal yang sama kepada orang lain.
Baik disengaja maupun tidak.

Inilah yang disebut dengan membuka rasa empati dalam diri. Menyadari bahwa tidak
ada manusia yang bisa terlepas dari kesalahan. Karena manusia memang gudangnya
kesalaha. Dengan rasa empati yang semakin terbuka, akan diberi jalan untuk mulai
memaafkan orang yang menyakiti. Selain itu kita lebih mudah memaafkan orang lain.
Intinya semakin besar rasa empati yang dimunculkan. Seberapapun sakit hati yang dirasakan
akan terobati.

5. Beri Waktu Untuk Sendiri

Keluar dari lingkungan di mana ada orang yang telah menyakiti Anda. Berada di sekeliling
orang tersebut hanya akan membuat Anda sulit menghilangkan rasa benci.

Jangan temui mereka untuk sementara waktu. Setidaknya sampai kekesalan dan amarah
mulai mereda.

Anda bisa melakukan liburan mendadak ke tempat yang tenang seperti ke wilayah
pegunungan atau pantai. Jika perlu, ambil cuti dari pekerjaan untuk sementara waktu. Karena
bekerja dengan kondisi pikiran yang kacau juga bukan hal yang bagus.

Ambil waktu untuk menyendiri dan merenungkan hal-hal positif dari kejadian yang telah
Anda alami.

6. Tulis Apa yang Anda Rasakan

Bagi Anda yang cukup sulit mencurahkan hati kepada orang lain, ada baiknya mencoba
untuk menulis. Manfaatnya sama dengan Anda curhat kepada sahabat. Melepaskan semua
gejolak amarah sehingga pikiran dan hati akan terasa lega.

5
Menulis merupakan terapi yang tepat untuk membantu Anda memahami apa yang tengah
terjadi. Tulislah semua yang Anda rasakan tanpa ada yang tertinggal. Tulislah setiap hal
yang ingin Anda keluarkan hingga tidak ada lagi yang tersisa.

Setelah menulis biasanya Anda akan mulai bisa memahami dan mencerna semua kejadian
yang menyakiti hati Anda tersebut. Dengan demikian, pikiran pun bisa lebih terbuka dan
bisa mulai memaafkan orang yang menyakiti Anda.

7. Ingatlah Kebaikannya

Tidak ada orang yang selalu berbuat jahat. Apalagi ketika dia merupakan seseorang yang
pernah menjadi pasangan hati Anda. Pasti ada banyak kebaikan yang pernah dia lakukan
selama ini.

Misalnya, mengingatkan dan membantu tugas yang belum Anda kerjakan, atau bahkan
membereskan kamar yang selama ini selalu berantakan.

Coba ingat-ingat kembali setiap kebaikan yang pernah dia lakukan terhadap Anda. Bisa jadi
akan lebih banyak kebaikan yang pernah dia lakukan daripada kesalahan. Saat itulah Anda
harus mulai membuka hati dan pintu maaf bagi dirinya.

8. Ambil Pelajaran dan Pengalaman

Pengalaman adalah guru yang terbaik. Apalagi jika dialami langsung oleh diri Anda sendiri.

Jadikan setiap kejadian sebagai penambah wawasan yang bisa bermanfaat bagi kehidupan
Anda. Khususnya ketika menjalin hubungan dengan seseorang.

Tidak ada kejadian seburuk apa pun tanpa ada hikmah di baliknya. Coba renungkan, bahwa
sakit hati yang Anda rasakan mungkin merupakan sebuah tanda untuk belajar dari sebuah
perbedaan.

Gali terus sampai Anda bisa menemukan hikmah dan pelajaran dari rasa sakit tersebut.
Ketika Anda bisa menemukannya, maka tidak akan sulit untuk membuka pintu maaf.

D. Hakikat Marah

Marah yang terpuji, yaitu bila dilakukan dalam rangka membela diri, kehormatan,
harta, agama, hak-hak umum atau menolong orang yang dizhalimi.

Hal ini dikuatkan dengan dalil yang banyak, di antaranya:


a. Sesungguhnya Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan manusia untuk menjadi khalifah
di muka bumi, seperti dalam firman-Nya:

ِ ْ‫ك لِ ْل َماَل ئِ َك ِة إِنِّي َجا ِع ٌل فِي اأْل َر‬


ً‫ض خَ لِيفَة‬ َ ُّ‫َوإِ ْذ قَا َل َرب‬

6
“Ingatlah ketika Rabb-mu berfirman kepada para Malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak
menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’” [Al-Baqarah/2: 30]

Agar dapat melaksanakan tugas ini, manusia diciptakan meliputi tiga unsur; ruh, akal dan
jasad. Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menentukan bahwa Dia menjadikan jasad manusia
untuk melayani ruh, dan menjadikannya dalam keadaan baik untuk melayani ruh tersebut
selama manusia hidup di atas muka bumi, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan
padanya dua kekuatan:

Pertama, kekuatan syahwat, tugasnya adalah mendatangkan setiap apa yang berguna bagi
jasad dan memberikan makanan padanya.

Kedua, kekuatan amarah, tugasnya adalah menolak setiap apa yang membahayakan jasad
dan menghancurkannya.

Demikian pula Allah Subhanahu wa Ta’ala menciptakan baginya anggota tubuh dan bagian-
bagiannya untuk melayani setiap kekuatan syahwat dan amarah. Allah Subhanahu wa Ta’ala
juga menciptakan baginya akal yang menjadi penasihat dan pemberi arahan bagi ruh, dan
bila kedua kekuatan syahwat dan amarah condong dari batas kewajaran, maka akal akan
menasihati dan mengarahkan ruh pada pentingnya mengambil posisi yang jelas dan tegas
dengan kekuatan yang condong tersebut agar keseimbangan dan kesempurnaan akan kembali
kepada jasad. Allah Subhanahu wa Ta’ala mengetahui bahwasanya akal terkadang dapat
terkena apa yang menghalanginya untuk menerima nasihat karena suatu sebab atau yang
lainnya, lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan baginya sebuah sistem yang tergambar
dalam Kitab-Nya dan Sunnah Nabi-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang akan menerangi
jalannya, menunjukkannya kepada kebenaran, menjaga keseimbangan dan kesempurnaan
antara seluruh aspek yang mana manusia disusun dengannya agar ia tetap menjadi pribadi
yang normal, lurus yang tidak ada kekurangan atau penyimpangan padanya. Dikutip dari
kitab Jaami’ul Bayaan.

Dengan demikian, marah diciptakan dalam diri manusia untuk melawan setiap sesuatu yang
menghadangnya, serta menjaga kehormatan dan kesucian.

E. Tingkatan Marah

Dalam Ihya Ulumuddin Imam Ghazali membagi marah dalam tiga tingkatan.
Pertama, manusia yang tafrith (serba kekurangan), yaitu manusia yang kehilangan potensi
amarah dan emosinya sama sekali (sehingga tidak dapat marah).

Kelompok manusia yang tafrith ini adalah tercela, dan inilah yang dimaksud dalam
ungkapan Imam Syafi’i. “Barangsiapa yang sengaja dibuat marah, namun tidak marah maka
ia adalah keledai”.

Kedua, manusia yang memiliki emosi seimbang, tidak terlalu lemah dan tidak terlalu ekstrim
amarahnya. Sifat seperti inilah yang disematkan Allah kepada para sahabat, sebagaimana
tersirat dalam firman-Nya;

7
‫ُح َماء بَ ْينَهُ ْم‬ ِ َّ‫ُّم َح َّم ٌد َّرسُو ُل هَّللا ِ َوالَّ ِذينَ َم َعهُ أَ ِش َّداء َعلَى ْال ُكف‬
َ ‫ار ر‬

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.” (QS. 48: 29).

Ketiga, manusia yang ifrath (serba berlebihan), yaitu manusia yang amarahnya melampaui
batas sehingga keluar dari kendali akal dan agama. Orang semacam ini tidak dapat berfikir
jernih, bahkan terkesan ia seperti orang terpaksa. Selalu berkata-kata kotor dan menebar
fitnah serta kebohongan-kebohongan.

Artinya, kalau pun harus marah, maka marahlah dengan wajar, tidak berlebihan dan jangan
sampai mendorong lisan berkata buruk, apalagi disertai tindakan ekstrem yang diluar batas
akal dan agama. Karena marah termasuk hal yang positif selama tidak keluar dari kaidah
iman dan kebenaran.

Meredakan Kemarahan

Lantas, bagaimana jika suatu saat, tiba-tiba muncul situasi yang diluar dugaan dan
memancing emosi untuk marah? Nabi Muhammad shallallahu alayhi wasallam telah
memberikan tips yang termaktub dalam sebuah haditsnya.

“Marah adalah (laksana) batu yang dinyalakan dalam hati. Tidakkah kalian melihat
menggelembungnya urat leher dan memerahnya kedua mata orang yang sedang marah? Jika
salah satu dari kalian mengalami kondisi seperti itu, maka jika sedang berdiri, duduklah, dan
jika sedang duduk, berbaringlah. Jika amarah itu belum hilang juga, maka berwudhulah
dengan air dingin dan mandilah karena api tidak dapat dipadamkan kecuali dengan air.”
(HR.Tirmidzi).

Maksudnya, kita tidak boleh terpancing emosi dan berbicara atau bertindak atas dorongan
kemarahan. Segeralah ubah posisi tubuh untuk menenangkan hati dan pikiran. Jika ternyata
posisi tubuh tidak mampu mengubah gejolak hati, segeralah berwudhu atau mandi. Dengan
begitu Insya Allah kita dapat mengontrol hati kita dan terhindar dari perbuatan bodoh,
sehingga bisa lebih bijaksana dan lebih siap untuk memberi maaf.

Apabila kemudian memberi maaf menjadi pilihan utama, sungguh kita termasuk hamba yang
berhak atas cinta dari Allah Subhanahu Wata’ala. Seperti yang termaktub dalam firman-Nya,

َ‫اس َوهّللا ُ يُ ِحبُّ ْال ُمحْ ِسنِين‬


ِ َّ‫ضرَّاء َو ْال َكا ِظ ِمينَ ْال َغ ْيظَ َو ْال َعافِينَ َع ِن الن‬
َّ ‫الَّ ِذينَ يُنفِقُونَ فِي ال َّسرَّاء َوال‬

“....dan orang-orang yang menahan marahnya dan memaafkan manusia. Dan sungguh, Allah
mencintai orang-orang yang ihsan.” (QS.Ali Imron [3]: 134).

Dengan demikian, sudah seharusnya setiap Muslim tidak menjadi objek nafsu, sehingga hati
dan akal pikirannya dipermainkan oleh kesombongan yang berakibat pada kemarahan,
permusuhan dan dendam. Tetapi sebaliknya, menghidupkan hati dengan gemar memaafkan.

8
Karena siapa memaafkan ia pasti dicintai oleh Allah Subhanahu Wata’ala. Tidakkah kita
bangga jika Allah mencintai kita?

Kata Nabi, "Sebaik-baik orang adalah yang tidak mudah marah dan cepat memaafkan,
sedangkan seburuk-buruk orang adalah yang cepat marah dan lambat memaafkan."
(HR.Ahmad).*/Imam Nawawi

mampirya Di dunia Sampai Di Akhirat Nanti Cintaku Hanya untuk . Allah . Semata

F. Keutamaan menahan marah

Menjadi manusia paling kuat sejagad

Salah besar jika seseorang merasa kuat hanya karena pandai bergulat atau kebal senjata
tajam. Manusia terkuat adalah mereka yang bisa mengendalikan dirinya ketika dalam
keadaan marah.

Mengapa demikian? Karena ketika kita dikuasai amarah, logika berpikir seolah terbakar
sehingga seseorang tak dapat berpikir dengan baik, maka jika ia mampu tetap
mengendalikan diri dan tidak melampiaskan amarahnya pada tempat keliru, sesungguhnya ia
adalah sosok yang kuat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam menyatakan hal ini dalam beberapa haditsnya:

“Orang yang paling kuat bukanlah orang yang tak dapat dikalahkan oleh orang lain. Tetapi
orang yang paling kuat adalah orang yang dapat menguasai dirinya ketika ia sedang marah.
(HR. Muslim No.4723)

“Orang yang kuat bukanlah yang pandai bergulat, namun orang yang kuat adalah orang yang
memiliki jiwanya ketika marah.” (HR. Bukhari)

2. Allah mengampuni kesalahan-kesalahan orang yang mampu menahan amarahnya

Ketika kita mampu memaafkan orang lain dan tidak melampiaskan amarah padanya, maka
Allah pun akan mengampuni dan menyayangi diri kita.

“Dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka), maka
sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. At-Taghabun: 14)

3. Berhak memilih bidadari surga

Seseorang yang dapat menahan amarah, maka Allah akan memuliakannya kelak di hari
kiamat dan ia diperbolehkan memilih bidadari surga yang disukainya.

9
“Siapa saja yang menahan marah, padahal dia mampu melampiaskannya, maka Allah akan
memanggilnya pada Hari Kiamat di atas kepala para makhluk hingga dipilihkan baginya
bidadari yang dia sukai.” (HR at-Tirmidzi, Abu Dawud dan Ibnu Majah).

4. Termasuk dalam golongan orang-orang yang bertakwa dan berbuat kebajikan

Orang-orang yang dapat menahan amarah merupakan salah satu ciri orang bertakwa dan
berbuat kebajikan.

“Dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah
menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.” (QS. Ali ‘Imran: 134)

5. Lebih sehat secara fisik

Penelitian dari University of California San Diego tahun 2012 menemukan bahwa orang-
orang yang bisa melepaskan kemarahannya dan memaafkan kesalahan orang lain cenderung
lebih rendah risikonya mengalami lonjakan tekanan darah.

Selain itu, salah satu hal yang berisiko menyebabkan kematian dini adalah marah. RIset dari
Lowa State University menunjukkan 25 persen orang yang suka marah memiliki risiko
kematian 1,57 kali lebih besar dibanding mereka yang lebih sedikit merasa marah. Penelitian
diambil dari 1.307 pria yang telah dipantau selama 40 tahun. Subhanallah.

Sahabat, jika kita mampu mengendalikan amarah, kita dapat mengubah musibah menjadi
anugerah, karena setiap kali ada seseorang yang membuat kita marah namun kita dapat
mengendalikan diri tak terbawa emosi, maka saat itu pulalah Allah memberi ampunan dan
keridhoanNya untuk kita. Wallahualam. (SH)

G. Langkah Terapi Menahan Marah

Berikut beberapa cara untuk meredam kemarahan, sesuai petunjuk Nabi Muhammad
Shallallahu ‘alaihi Wassallam:

1. Membaca Ta’awwudz. Rasulullah bersabda “Ada kalimat kalau diucapkan niscaya akan
hilang kemarahan seseorang, yaitu A’udzu billah minasy syaithaanir rajim (Aku berlindung
kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk).” (HR. Bukhari Muslim).

2. Berwudlu. Rasulullah bersabda, “Kemarahan itu dari setan, sedangkan setan tercipta
dari api, api hanya bisa padam dengan air, maka kalau kalian marah berwudlulah.” (HR.
Abu Dawud).

3. Mengubah posisi. Dalam sebuah hadits dikatakan, “Kalau kalian marah maka duduklah,
kalau tidak hilang juga maka bertiduranlah.” (HR. Abu Dawud).

4. Diam. Dalam sebuah hadits dikatakan, “Ajarilah (orang lain), mudahkanlah, jangan
mempersulit masalah, kalau kalian marah maka diamlah.” (HR. Ahmad).

10
5. Bersujud, artinya shalat sunnah mininal dua rakaat. Dalam sebuah hadits dikatakan
“Ketahuilah, sesungguhnya marah itu bara api dalam hati manusia. Tidaklah engkau
melihat merahnya kedua matanya dan tegangnya urat darah di lehernya? Maka
barangsiapa yang mendapatkan hal itu, maka hendaklah ia menempelkan pipinya dengan
tanah (sujud).” (HR. Tirmidzi).

11
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pemaaf berarti orang yang rela memberi maaf kepada orang lain. Sikap pemaaf
berarti sikap suka memaafkan kesalahan orang lain tanpa sedikit pun ada rasa benci dan
keinginan untuk membalasnya. Manfaat pemaaf yaitu :Dapat meningkatkan kesehatan kita2.
Dapat menyembuhkan luka batin, Membuat kita bisa merasa lebih bahagia, Dapat
mempertahankan hubungan baik, Memaafkan adalah tindakan yang sangat penting dalam
pernikahan

Langkah Terapi Menahan Marah. Berikut beberapa cara untuk meredam kemarahan,
sesuai petunjuk Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wassallam: 1. Membaca Ta’awwudz.
2. Berwudlu3. Mengubah posisi4. Diam. 5. Bersujud.

12
DAFTAR PUSTAKA

Yunahar ilyas, Kuliah Ahlak, (lembaga pengkajian dan pengamalan islam, Yogyakarta, 1999)
Ibnu Qudamah,minhajul Qashidin, (Jakarta : pustaka kausar, 1997)

13

Anda mungkin juga menyukai