Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENGANTAR ILMU HUKUM

“POLIGAMI”

DOSEN PEMBIMBING :

Ummil Fadliyah Soraya S.H,. M. Kn.

DISUSUN OLEH :

• MUHAMMAD ZAYN NABIL AZZAHRA


(101220015)

UNIVERSITAS SULTAN THAHA SAIFUDDIN


FAKULTAS SYARIAH
HUKUM KELUARGA ISLAM 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayahNya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
"Poligami" dengan baik. Makalah ini saya susun guna melengkapi tugas mata kuliah
Pengantar Ilmu Hukum. Selain itu makalah ini tidak hanya sekedar wacana, namun
dapat menjadi wahana dalam melestarikan nilai-nilai luhur hukum berdasarkan
hukum islam dalam kehidupan sehari hari.

Dalam penyusunan makalah ini tidak sedikit kesulitan yang saya temui. Namun
berkat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak, makalah ini dapat terselesaikan
dengan baik. Dalam kesempatan ini saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada bapak/ibu dosen Ummil Fadliyah Soraya S.H,. M. Kn selaku dosen pembina
mata kuliah ini. Semoga makalah ini dapat dipahami lagi bagi siapapun yang
membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi saya
maupun orang lain yang membacanya. Sebelumnya saya mohon maaf apabila terdapat
kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan saya mohon saran yang membangun
agar dapat memperbaiki makalah ini sehingga makalah ini dapat sempurna.
DAFTAR ISI

Kata pengantar ............................................................................................................

Daftar isi........................................................................................................................

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................................


B. Rumusan Masalah........................................................................................

BAB II : PEMBAHASAAN MASALAH PERTAMA

A. Poligami menurut perundang undangan indonesia..............................................


B. Poligami menurut islam…………………………………………………….

BAB III : PEMBAHASAN MASALAH KEDUA


A. Hak istri dari poligami menurut islam……………………………………………..

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan ...........................................................................................................
B. Daftar Pustaka ......................................................................................................
BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Poligami adalah mengawini beberapa wanita atau istri di waktu yang bersamaan.
Berpoligami berarti menjalankan (melakukan) poligami. Istilah poligami sama dengan
poligyni, yaitu mengawini beberapa wanita dalam waktu yang sama.
Poligami merupakan perkawinan yang sesuai dengan fitroh manusia dan memiliki
status perkawinan yang sah dan bertujuan membangun rumah tangga sakinah, mawaddah
dan rahmah.Anjuran dalam melaksanakan perkawinan diantaranya bertujuan untuk
menjaga kesucian jiwa dan mendapatkan keturunan.Poligami pada masa lampau
banyakyang mempraktekan di berbagai Negara seperti: Jepang, India, Afrika, Jerman,
Prancis, Australia, Belanda, Denmark, Swedia dan lain-lain3 sudah merupakan hal yang
lumrah. Kemampuan dalam materil dan libido merupakan dua hal pendukung untuk
melakukan perkawinan poligami.
pada masa penjajahan belanda terjadi lah yang di namakan nya poligami yang di
mana sangat memprihatinkan kaum wanita terjadi karena mudahnya orang melakukan
poligami tanpa mengindahkan syarat-syarat yang dituntunkan oleh agama, seorang suami
memaksa istrinya supaya diijinkan untuk berpoligami, membuat surat-surat palsu
sehingga pada akhirnya berdampak pada perpecahan dan kebencian dalam rumah tangga.
maka penulis tertarik untuk membahas masalah apakah poligami ini di perbolehkan
atau tidak dan bagaimanakah poligami ini menurut undang undang perkawinan di
indonesia dalam perspektif fiqih islam

B. RUMUSAN MASALAH

A. Bagaimana poligami menurut dalam undang undang di indonesia

B. Bagaimana tentang hak istri dari pologami menurut hukum islam?


BAB II

PEMBAHASAN MASALAH 1

1.1POLIGAMI MENURUT PERUNDANG UNDANGAN INDONESIA


Poligami adalah perkawinan antara seorang pria dengan beberapa wanita pada waktu
yang sama, atau antara seorang wanita dengan beberapa orang pria pada waktu yang sama
(Seccombe & Warner, 2004). Poligami dapat dibagi menjadi tiga bentuk yaitu Polygyny,
Polyandry, dan Group marriage. Polygyny (poligini) adalah perkawinan antara seorang pria
dengan beberapa wanita pada waktu yang sama. Polyandry (poliandri) yaitu perkawinan
antara seorang wanita dengan lebih dari seorang pria pada waktu yang sama. Group marriage
(perkawinan kelompok) atau yang juga disebut dengan poliginandri merupakan perkawinan
dua orang pria atau lebih dengan dua orang wanita atau lebih pada waktu yang sama
(Seccombe & Warner, 2004; Fisher & Goodwin dalam Regan, 2003). Dari ketiga bentuk
poligami tersebut menurut Murdock (dalam Regan, 2003) berdasarkan penelitian yang
diperoleh dari 862 kelompok masyarakat di seluruh dunia, bentuk perkawinan poligini terjadi
pada sekitar 83% atau 713 kelompok masyarakat, sehingga poligini merupakan bentuk
perkawinan poligami yang terbanyak dilakukan oleh masyarakat. Istilah poligini jarang sekali
dipakai dalam penggunaan sehari-hari, dan cenderung diartikan sama dengan poligami
(Radjab, 2003). Oleh karena itu, untuk selanjutnya dalam penelitian ini digunakan istilah
poligami untuk menggambarkan perkawinan satu orang pria dengan beberapa perempuan
dalam waktu yang sama.
Lalu bagaimana kah poligami dalam perundang undangan di indonesia?
Pasal 5 ayat (1) huruf A Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yaitu
mengenai adanya persetujuan istri/istriistri bagi suami yang mengajukan izin poligami,
adalah bersifat mengatur kebolehan berpoligami, adalah sifat mengatur pelaksanaan
kebolehan berpoligami, bukan menutup kebolehannya. Dalam pandang fikhi poligami
diperbolehkan dengan beberapa persyaratan : Yang menikah adalah laki-laki, jumlahnya
hanya dibatasi empat orang perempuan sesuai denga surat AnNisa ayat 3, dan kesanggupan
lakilaki untuk dapat berbuat adil atas cinta, giliran menggaulinya, dan pemberian nafkah.

1.2 POLIGAMI MENURUT PANDANGAN ISLAM

Islam membolehkan poligami dengan jumlah wanita yang terbatas dan tidak
mengharuskan umatnya melaksanakan monogamy mutlak dengan pengertian seorang laki-
laki hanya boleh beristeri seorang wanita dalam keadaan dan situasi apapun, Islam, pada
dasarnya, menganut sistem monogami dengan memberikan kelonggaran dibolehkannya
poligami terbatas, pada prinsipnya, seorang laki-laki hanya memiliki seorang isteri dan
sebaliknya seorang isteri hanya memiliki seorang suami.1

Sabda Rasulullah SAW :


‫صلَى هَللا ُ َع ْلٍَ ِه‬ ًُِ ‫ت فََأ ْسلَ ْمنَ َم َعهُ فََأ َم َرهُ الّن‬
َ ‫َب‬ ِ ٍَِ‫ف ْال َجا ِهل‬ ًَِ َ‫ع َْن ا ْب ِن ُع َم َر َّأنَ ٍَْغاَل ّنَ ْبنَ َسلَ َمتَ الّثَق‬
ًِ ‫ف َأ ْسلَ َم َولَهُ َع ْش ُر نِ ْسىَ ٍة‬
) ‫( رواه تر ٍمدي‬. َ‫َو َسلَ َم َّأ ْن ٌَت ٍَََخ َر َأرْ بَعًا ِّم ْنهُن‬
1
Tihami dan Sohari Sahrani , Fiqih Munakahat Kajian Fiqih Nikah Lengkap (Jakarta : PT Raja Gravindo Persada,
2013), h. 357
Artinya: “Dari ibnu Umar, bahwa Ghailan bin Salamah Ats-Tsaqafi masuk Islam,
sedangkan ia mempunyai sepuluh orang istri pada zaman jahiliyah, lalu mereka juga masuk
Islam bersamanya, kemudian Nabi SAW memerintahkan Ghailan untuk memilih
(mempertahankan) empat diantara mereka”. (HR. Tirmidzi).2

Tujuan Dibolehkannya Poligami dalam islam

Sebagaimana keterangan di atas bahwa ayat poligami diturunkan setelah kekalahan


umat islam dalam perang uhud. Dalam perang tersebut banyak sahabat yang gugur dan mati
syahid, mereka meninggalkan anak-anak yatim yang masih membutuhkan belaian kasih
sayang dan pemeliharaan dari orang tua yang menjamin kehidupannya. Demikian pula
mereka meninggalkan jandajanda yang merasa kesulitan menanggung biaya hidup mereka
sendiri dan pemeliharaan terhadap anak yatim yang ditinggalkan oleh suami mereka.
Perkawinan menjadi salah satu solusi untuk memecahkan masalah tersebut, 23 yaitu dengan
poligami, dalam hal ini alqur’an telah memberikan tuntunan dan petunjuk sehingga mereka
(anak-anak yatim) tidak menjadi terlantar.3
Hukum Islam secara prinsip tidak mengharamkan (melarang) poligami, tetapi juga
tidak memerintahkan poligami. Artinya, dengan hukum Islam poligami merupakan suatu
lembaga yang ditetapkan sebagai jalan keluar untuk mengatasi adanya problem tertentu
dalam suatu keluaga (rumah tangga). Sesuai dengan dua prinsip hukum Islam yang pokok,
yakni keadilan dan kemaslahatan, poligami dapat dilakukan ketika terpenuhinya kedua
prinsip tersebut.32 Poligami harus didasari oleh adanya keinginan bagi pelakunya untuk
mewujudkan kemaslahatan di antara keluarga dan juga memenuhi persyaratan terwujudnya
keadilan di antara suami, para istri dan anak-anak mereka.
Poligami dalam hukum Islam merupakan suatu solusi bagi sebagian orang (sedikit)
untuk mewujukan kesempurnaan dalam kehidupan keluarga yang memang tidak dapat
dicapai dengan monogami. Problem ketiadaan anak yang mungkin disebabkan oleh
kemandulan seorang istri, ketidakpuasan suami karena kurangnya pelayanan yang prima dari
seorang istri atau tujuan-tujuan dakwah sebagaimana yang dilakukan oleh Nabi Muhammad
merupakan sederetan problem yang barangkali bisa dipecahkan oleh lembaga poligami ini.
Akan tetapi perlu dicatat, jangan sampai upaya mengatasi beberapa problem dengan cara
poligami malah menimbulkan problem baru yang lebih besar. daripada problem sebelumnya.
Jika hal ini terjadi tentu poligami bukanlah suatu solusi yang dianjurkan, tetapi sebaliknya
bisa jadi malah dilarang.

BAB III
2
Al-Tirmidzi, Sunan Al-Tirmidzi (Beirut : Dar Al-Kutub Al-Ilmiyyah), h. 1047
3
Labib Mz, Rahasia Poligami Rasulullah (Gresik : Bintang Pelajar, 1986), h. 51
PEMBAHASAN MASALAH II

2.1 HAK ISTRI DARI POLIGAMI MENURUT HUKUM ISLAM

Hak adalah apa yang diterima seseorang dari orang lain. Kewajiban adalah apa yang
harus dilakukan seseorang terhadap orang lain. Hak adalah kekuasaan seseorang untuk
melakukan sesuatu, sedangkan Kewajiban adalah sesuatu yang harus dikerjakan. Kewajiban
suami adalah sesuatu yang harus suami laksanakan dan penuhi untuk istrinya. Sedangkan
kewajiaban istri adalah sesuatu yang harus istri lakukan untuk suaminya. Begitu juga dengan
pengertian hak suami adalah sesuatu yang harus diterima suami dari isterinya. Sedangkan hak
isteri adalah sesuatu yang harus diterima isteri dari suaminya
Poligami diperbolehkan dengan syarat sang suami memiliki kemampuan untuk
berlaku adil dalam bermuamalah dengan istri-istrinya. Yaitu dengan memberikan kepada
masing-masing istri hak-haknya. Di antaranya sebagai berikut:

A. Hak menerima mahar Mahar adalah pemberian wajib berupa uang atau barang
dari mempelai laki-laki kepada mempelai perempuan.98Mahar merupakan hak
istri yang pertama setelah ijab qabul perkawinan dan telah dinyatakan sah sebagai
pasangan suami istri.99 pembayaran mahar dapat dilakukan dengan secara kontan
atau ditunda selama istrinya tidak merasa keberatan.100Sebagaimana telah
dijelaskan dalam surah (QS An-Nissa [4] : 4)
‫صد ُٰقتِ ِه َّن نِحْ لَةً ۗ فَا ِ ْن ِط ْبنَ لَ ُك ْم ع َْن َش ْي ٍء ِّم ْنهُ نَ ْفسًا فَ ُكلُوْ هُ هَنِ ۤ ْيـًٔا َّم ِر ۤ ْيـًٔا‬
َ ‫َو ٰاتُوا النِّ َس ۤا َء‬

Artiny:berikanlah maskawin (mahar) kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai


pemberian dengan penuh kerelaan. kemudian jika mereka menyerahkan kepada
kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, Maka makanlah (ambillah)
pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya
B. Hak mendapat nafkah Nafkah adalah, apa yang diwajibkan untuk isteri semenjak
akad dilakukan. Hak mendapatkan pemenuhan kebutuhan materi,yang berupa
makanan, pakaian, tempat tinggal, perawatan, bagi isterinya.Sebagaimana di
jelaskan dalam Firman Allah Swt (Q.S AthThalaq [65] : 6).
۟ ُ‫ت َح ْم ٍل فََأنفِق‬
‫وا َعلَ ْي ِه َّن َحتَّ ٰى‬ ِ َ‫وا َعلَ ْي ِه َّن ۚ وَِإن ُك َّن ُأ ۟و ٰل‬
۟ ُ‫ضيِّق‬ َ ُ‫ْث َس َكنتُم ِّمن ُوجْ ِد ُك ْم َواَل ت‬
َ ُ‫ضٓارُّ وه َُّن لِت‬ ُ ‫َأ ْس ِكنُوه َُّن ِم ْن َحي‬
ُ‫ض ُع لَ ٓۥه‬
ِ ْ‫ُوف ۖ َوِإن تَ َعا َسرْ تُ ْم فَ َستُر‬ ٍ ‫ُوا بَ ْينَ ُكم بِ َم ْعر‬۟ ‫ض ْعنَ لَ ُك ْم فَـَٔاتُوه َُّن ُأجُو َره َُّن ۖ َوْأتَ ِمر‬
َ ْ‫ض ْعنَ َح ْملَه َُّن ۚ فَِإ ْن َأر‬َ َ‫ي‬
‫ُأ ْخ َر ٰى‬
Artinya: tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal
menurut kemampuanmudan janganlah kamu menyusahkan mereka untuk
menyempitkan (hati) mereka . . .
1) Mencukupi Belanja Keluarga Belanja keluarga banyak macamnya, belanja
untuk kebutuhan makan, minum, pakaian, pendidikan kesehatandan lain
sebagainya semua itu adalah tanggung jawab yang harus dipikul oleh
suami.
2) Menyediakan tempat tinggal Bagi seorang suami, adalah berhak
menyiapkan tempat tinggal buat istrinya yang yang dilengkapi dengan
perabotan yang layak, yang dimaksud layak disini ialah, yang dapat
ditempati hidup sebagai suami-istri. Artinya tempat tinggal yang sesuai
dengan kehendak syari‟at. Apabilah kondisi tempat tinggal itu tidak bisa
menjamin keamanan misalnya, maka sang istri boleh tidak menempatinya,
lantaran tidak sesuai dengan anjuran syari‟at.
C. Gugurnya Hak Istri Akibat Nusuz Nusuz secara bahasa berasal dari kata Nasyaya-
yansyuzu-Nasyazan wa Nusyuzan, yang berarti membangkang, durhaka,
perbuatanistri yang menentang suaminya tanpa alasan yang dapat ditrima atau
bertindak kasar. Adapun perbuatan yang dilakukan istri, yang termasuk Nusuz,
antara lain sebagai berikut:
1. Istri tidak mau pindah mengikuti suami untuk menempati rumah yang telah
disediakan sesuai dengan kemampuan suami, atau istri meninggalkan rumah
tanpa sepengetahuan suami

2. Apabila keduanya tinggal dirumah istri atas seizin istri, kemudian pada suatu
ketika istri melarangnya untuk masuk kerumah itu dan bukan karena hendak
pindah rumah yang disediakan oleh suami.

3. Istri menolak ajakan suaminya untuk menetap di rumah yang disediakannya


tanpa alasan yang pantas.

4. Apabila istri bepergian tanpa suami atau mahramnya walaupun perjalanan


tidak dengan suami atau mahramnya termasuk maksiat.
Timbulnya konflik dalam rumah tangga tersebut pada akhirnya kerap kali
mengarah pada apa yang disebut dalam fiqh nusyuz. Nusyuz hukumnya haram.
Adapun konsekuensi hukum akibat nusyuz isteri terhadap suaminya adalah gugur
kewajiban suami memberi nafkah kepada isteri nusyuz selama dalam nusyuznya, dan
apabila suaminya meninggal dunia, isteri tidak mendapat warisan, terkecuali harta
pembawaan sebelum terjadi akad nikah. Apabila jika seorang isteri murtad
(na’uzubillāh), maka terputuslah hak untuk mendapat warisan, dan jika ada harta
pembawaannya, tidak diwarisi tapi diserahkan kepada Baitul Mal.
1. Macam macam nusyuz:
Nusyuz ada dua macam yaitu:

a. Nusyuz Suami kepada Istri


Nusyuz tidak hanya dari pihak isteri namun, dapat juga dari pihak
suami. Selama ini, disalahpahami bahwa nusyuz hanya dari pihak istri
saja, padahal di dalam Al Qur‟an juga menyebutkan adanya nusyuz dari
suami seperti yang terlihat dalam surat AnNissa‟ ayat 128.
Yang mana artinya: “dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz
atau sikap tidak acuh dari suaminya, Maka tidak mengapa bagi keduanya
Mengadakan perdamaian yang sebenar-benarnya, dan perdamaian itu lebih
baik (bagi mereka) walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. dan jika
kamu bergaul dengan isterimu secara baik dan memelihara dirimu (dari
nusyuz dan sikap tak acuh), Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (Q.S An-nissa [4]: 128).

b. Nusyuz Istri kepada Suami


Nusyuz memiliki makna kedurhakaan istri terhadap suaminya hal ini
terjadi karena istri enggan mematuhi perintah suami, istri tidak menjaga
kehormatan suami, dan hal-hal lain yang dapat mengganggu ketentraman
rumah tangga yang disebut sakinna.
Apabila suami melihat gelagat istri akan berbuat nusyuz maka suami
memberi nasehat kepada istri dengan cara yang baik, jika istri masih
durhaka hendaklah suami pisah ranjang, kalau istri masih meneruskan
kedurhakaannya maka suami diperbolehkan untuk memukul istri dengan
catatan tidak boleh melukainya apa lagi sampai membekas. Firman Allah
Swt. (Q.S An-nissa [4]: 34). Yang di mana artinya : “ . . . wanita-wanita
yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasehatilah mereka, dan
pisahkanlah mereka ditempat tidur mereka, dan pukullah mereka. . . “(Q.S
An-nissa [4]: 34).

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat saya ambil dari makalah ini adalah poligami adalah
perkawinan antara seorang pria dengan beberapa wanita pada waktu yang sama, atau antara
seorang wanita dengan beberapa orang pria pada waktu yang sama. Dan poligami menurut
Hukum Islam secara prinsip tidak mengharamkan (melarang) poligami, tetapi juga tidak
memerintahkan poligami. Artinya, dengan hukum Islam poligami merupakan suatu lembaga
yang ditetapkan sebagai jalan keluar untuk mengatasi adanya problem tertentu dalam suatu
keluaga (rumah tangga).
Dan ketka seseorang melakukan poligami maka ia harus bertanggung jawab kepada
semua nya. Harus melakukan semua nya dengan adil.dan istri pun memiliki hak yang harus ia
dapatkan sebelum atau sesudah suami nya melakukan poligami.

Saran

Menurut saya pribadi poligami adalah hal yg bisa di bilang baik dan bisa juga di
bilang di bilang tidak baik. karena .di satu sisi dalam hal baik saya memandang dari pada pria
ini selingkuh,yg di mana itu haram, maka lebih baik ia poligami. Dan sisi tidak baik nya
ialah di saat orang poligami pasti ada yg di rugikan dan ada juga yg merasa tidak terima akan
hal itu walaupun di bibir nya mengatakan menerima kenyataan itu.
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Poligami

https://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/125391-306.842+3+TRI+p+-+Pendahuluan.pdf

http://repository.radenintan.ac.id/1592/3/BAB_II_Perbaikan.pdf

http://digilib.iain-palangkaraya.ac.id/2946/2/Hasan%20Qosim-%2016014028%20File
%202.pdf

http://digilib.uinsgd.ac.id/34425/4/4_bab1.pdf

http://eprints.ums.ac.id/69529/12/Artikel%20Publikasi%20Ilmiah.pdf

Anda mungkin juga menyukai