Anda di halaman 1dari 10

POLIGAMI

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Fikih Munakahat dan
Jinayat

Yang diampu oleh:

Saepuddin, M.Ag

Disusun oleh:

Khuzaimah Fatimatuzzahra 19.03.2375

Sabila Aulia Nurul Islam 19.03.2341

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSATUAN ISLAM


BANDUNG

1443 H/2021 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan rahmatnya berupa kesehatan, kesempatan dan pengetahuan
sehingga makalah ini bisa selesai pada waktunya.

Terimakasih juga kami ucapkan kepada dosen mata kuliah Etika Profesi
Guru yang sudah memberikan tugas makalah ini, tak lupa juga kami ucapkan
terimakasih kepada teman-teman yang sudah berkontribusidengan memberikan
ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para


pembaca. Namun terlepas dari itu, kami sangat mengharap kritik dan saran yang
bersifat membangun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik.

Bandung, Desember 2021

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................1

BAB II : PEMBAHASAN.......................................................................................2

A. Pengertian Poligami........................................................................................2

B. Syarat-syarat Poligami dalam Islam...............................................................3

C. Poligami Rasulullah Saw................................................................................4

BAB III : PENUTUP...............................................................................................6

A. Kesimpulan...................................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................7

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Poligami merupakan laki-laki memiliki istri lebih dari satu sampai empat
orang. Dalam pandangan Islam, poligami boleh dilakukan jika memenuhi syarat
yang sudah jelas dalam al-Qur’an yaitu, mampu berlaku adil. Adil yang dimaksud
disini meliputi beberapa bagian, yaitu: adil dalam pembagian waktu, adil dalam
nafkah, adil dalam tempat tinggal dan adil dalam biaya anak. Poligami Rasulullah
berbeda dengan poligami yang kita lihat sekarang ini. Praktek poligami
Rasulullah di sini bukan berlandaskan ebutuhan biologis, tetapi ada beberapa
pertimbangan diantaranya ingin memberi kehormatan untuk janda, mengangkat
derajat para janda dan wanita yang menawarkan dirinya untuk dinikahi. Dalam
masa sekarang poligami hanya berlandaskan kebutuhan biologis, dan melupakan
unsur keadilan di dalamnya.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang didapat yaitu:

1. Apa pengertian dari poligami?


2. Apa saja syarat poligami dalam Islam?
3. Bagaimana poligami Rasulullah Saw?

C. Tujuan Penulisan

Maka tujuan penulisan makalah ini yaitu :

1. Untuk mengetahui pengertian poligami


2. Untuk mengetahui syarat poligami dalam Islam.
3. Untuk mengetahui poligami Rasulullah Saw.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Poligami

Poligami adalah perkawinan seorang suami dengan istri lebih dari satu,
poligami berasal dari bahasa Yunani, yaitu apoulus yang mempunyai arti
banyak, dan gamos yang mempunyai arti perkawinan.1

Kata poligami hampir sama dengan poligini. Dimana poligini berasal


dari kata polus yang berarti banyak, dan gene yang berarti perempuan.
Sedangkan bagi seorang istri yang mempunyai lebih dari seorang suami
disebut poliandri yang berasal dari kata polus yang berarti banyak dan
andros berarti laki-laki.

Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa poligami dan poligini


ialah suatu sistem perkawinan dimana yang salah satu pihak (suami)
mengawini lebih dari satu istri pada waktu bersamaan, artinya istri-istri
tersebut masih dalam tanggungan suami, tidak diceraikan tetapi masih sah
menjadi istri.

Poligami adalah suatu bentuk perkawinan dimana seorang pria dalam


waktu yang sama mempunyai istri lebih dari seorang wanita, bukan saat
ijab qabul melainkan dalam menjalani hidup berkeluarga, sedangkan
monogami berarti perkawinan yang hanya membolehkan suami
mempunyai satu istri dalam jangka waktu tertentu. 2 Namun dalam Islam,
poligami mempunyai arti perkawinan yang lebih dari satu dengan batasan
yang umumnya dibolehkan hanya sampai empat wanita saja.3

1
Labib MZ, Pembelaan Umat Manusia, (Surabaya: Bentang Pelajar: 1986), hlm. 15.
2
Achmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1995), hlm. 159.
3
Nasution Khoiruddin, Riba dan Poligami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar dengan Academia,
1996), hlm. 84.

2
B. Syarat-syarat Poligami dalam Islam

Syarat-syarat poligami menurut ajaran Islam adalah sebagai berikut:

1. Membatasi jumlah istri yang akan dikawininya


Syarat ini telah disebutkan oleh Allah swt dalam Qs. An-Nisa: 34
“Maka berkawinlah dengan sesiapa yang kamu berkenan dari
perempuan-perempuan (lain); dua, tiga, atau empat.”

Ayat diatas menerangkan dengan jelas bahwa Allah telah menetapkan


seseorang itu untuk berkawin tidak boleh lebih dari empat orang istri.
Pembatasan ini juga bertujuan membatasi kaum lelaki yang suka dengan
perempuan agar tidak berbuat sesuka hatinya. Di samping itu, dengan
pembatasan empat orang istri, diharapkan jangan sampai ada lelaki yang tidak
menemukan istri atau ada pula wanita yang tidak menemukan suami.

2. Diharamkan bagi suami mengumpulkan wanita-wanita yang masih ada tali


persaudaraan menjadi istrinya

Misalnya, menikah dengan kakak dan adik, anak dengan saudara ibunya,
dsb. Tujuan pengharaman ini adalah untuk menjaga silaturrahim antara
anggota-anggota keluarga. Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya kalau
kamu berbuat yang demikian itu, akibatnya kamu akan memutuskan
silaturrahim diantara sesama kamu.” (HR. Bukhari & Muslim)

3. Berlaku adil
Allah swt berfirman dalam Qs. An-Nisa: 3
“Kemudian jika kamu bimbang tidak dapat berlaku adil (di antara istri-
istri kamu), maka (kawinlah dengan) seorang sahaja, atau (pakailah)
hamba-hamba perempuan yang kau miliki. Yang demikian itu adalah lebih
dekat (untuk mencegah) supaya kamu tidak melakukan kezaliman.”
Para mufassirin berpendapat bahwa berlaku adil ini wajib. Adil disini
bukanlah berarti hanya adil terhadap istri saja, tetapi mengandung arti berlaku

4
Tihami, Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fiqih Nikah, hlm. 358.

3
adil secara mutlak. Oleh karena itu, seorang suami hendaklah berlaku adil
dalam hal sebagai berikut:5

a. Berlaku adil terhadap dirinya sendiri


b. Adil diantara para istri
c. Adil memberikan nafkah
d. Adil dalam menyediakan tempat tinggal
e. Adil dalam giliran
f. Anak-anak juga mempunyai hak untuk mendapatkan perlindungan,
pemeliharaan serta kasih sayang yang adil dari seorang ayah.

C. Poligami Rasulullah Saw

Rasulullah menyuruh umatnya untuk berumah tangga untuk


membentuk keluarga yang sejahtera, bahagia dan menumbuhkan generasi
Islami yang kuat dimasa depan. Bukan semata-mata untuk menyalurkan
fitrah seksnya.

Praktik poligami Rasulullah saw. secara jelas tidak berdasar pada


kebutuhan biologis, atau hanya untuk mendapatkan keturunan. Dalam
perkawinan Rasulullah, poligami yang beliau lakukan dengan mengawini
perempuan yang sudah lanjut usia kecuali Aisyah, dan juga poligami
dilakukan bukan pada kondisi atau situasi yang normal, melainkan dalam
situasi perang jihad, perjuangan dan pengabdian yang tujuan utamanya
untuk berdakwa dan menegakkan syiar Islam.6

Poligami yang dilakukan Rasulullah bahkan lebih dari empat istri,


dalam alQur’an juga secara tegas memberikan kekhususan dan
pembatasan poligami Rasulullah, agar tidak ditiru oleh umat Islam secara

5
Tutik, Poligami Perspektif Perikatan Nikah, (Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher,2007), hlm. 38.
6
5Muhammad Saleh Ridwan, Perkawinan Dalam Prespektif Hukum Islam dan Hukum Nasional
(Makassar: Alauddin University Press, 2014), h. 59.

4
sembarangan. Dengan pembahasan.holistik semacam ini kita bisa
memahami praktek poligami Rasulullah secara lebih proporsional.7

Dengan mengetahui sejarah poligami yang dilakukan Rasulullah saw.


berserta alasan serta tujuannya yang mempunyai prinsip mulia,secara jelas
sangat jauh berbeda dengan poligami yang berkembang dalam kehidupan
masyarakat pada umumnya, yang melupaka unsur keadilan di dalamnya
sebagai syarat utama dalam melakukan poligami tetapi mengedepankan
pemenuhan nafsu biologis

7
6Agus Mustofa, Poligami Yuuk, h. 230-232

5
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Poligami adalah suatu bentuk perkawinan dimana seorang pria dalam

waktu yang sama mempunyai istri lebih dari seorang wanita, bukan saat

ijab qabul melainkan dalam menjalani hidup berkeluarga

2. Syarat poligami dalam Islam :


a. Membatasi jumlah istri yang akan dikawininya
b. Diharamkan bagi suami mengumpulkan wanita-wanita yang masih ada
tali persaudaraan menjadi istrinya
c. Berlaku adil
3. Dengan mengetahui sejarah poligami yang dilakukan Rasulullah saw.
berserta alasan serta tujuannya yang mempunyai prinsip mulia,secara jelas
sangat jauh bereda dengan poligami yang berkembang dalam kehidupan
masyarakat pada umumnya, yang melupaka unsur keadilan di dalamnya
sebagai syarat utama dalam melakukan poligami tetapi mengedepankan
pemenuhan nafsu biologis.

6
DAFTAR PUSTAKA

1. Labib MZ, Pembelaan Umat Manusia, (Surabaya: Bentang Pelajar: 1986).


2. Achmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 1995),
3. Nasution Khoiruddin, Riba dan Poligami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar
dengan Academia, 1996),
4. Tihami, Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fiqih Nikah
5. Tutik, Poligami Perspektif Perikatan Nikah, (Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher,2007)
6. Muhammad Saleh Ridwan, Perkawinan Dalam Prespektif Hukum Islam dan
Hukum Nasional (Makassar: Alauddin University Press, 2014),
7. 6Agus Mustofa, Poligami Yuuk, h. 230-232

Anda mungkin juga menyukai