Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

KELUARGA MUSLIM

KELOMPOK 5 – FIA 2.2


DOSEN PENGAMPU : DR. H. LASRI NIJAL, LC. M.H., MTA
DI SUSUN OLEH :

NAMA : NIM :
FADHLUL RAFII ALKHAIRI
2363203021
ILHAM DARLIS SAPUTRA
2363203052
BAYU RAMADHANI
2363203015
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga selesainya
makalah yang berjudul "KELUARGA MUSLIM". Tidak lupa pula dukungan baik secara
materil dan nonmateril yang diberikan kepada penulis dalam penyusunan makalah ini.

Oleh karena itu, izinkan penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada:
Dosen Pengampuh, Bapak DR. H. LASRI NIJAL, LC. M.H., MTA. selaku Dosen Pendidikan
Agama Islam .

Sehingga makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Penulis sangat berharap semoga makalah
ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap
lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah
ini.

Pekanbaru, 22 Desember 2023

KELOMPOK 5
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...........................................................................................................

KATA PENGANTAR ........................................................................................................

DAFTAR ISI .......................................................................................................................

BAB I. KELUARGA ISLAM ---------------------------------------------------------------------

1.1 Munakahat ..............................................................................................................


1.2 Janais .......................................................................................................................
1.3 Mawaris ...................................................................................................................

Kesimpulan .......................................................................................................................

Daftar Pustaka .................................................................................................................


BAB I

KELUARGA MUSLIM

Islam adalah agama sempurna dan mengcakup segala aspek, salah satu aspek yang
sangat vital adalah pembentukan keluarga. Oleh karena itu, Islam sangat memberikan
perhatian terhadap pembentukan keluarga hingga tercapai sakinah, mawaddah, warahmah,
karena keluarga adalah unit terkecil kemudian dari situ terbentuk sebuah masyarakat yang
baik. Maka, tidak heran jika di dalam Al-Qur’an sendiri terdapat ayat-ayat yang secara
gambling menjelaskan masalah pernikahan dari awal sampai akhir. Begitu juga dalam hadis
Rasulullah Saw. Banyak dijumpai hadis-hadis yang menjelaskan tentang masalah pernikahan.
UU No. 1 tahun 1974 pasal 1 dinyatakan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin, antara
seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga
(rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Kompilasi
Hukum Islam (KHI) dinyatakan bahwa pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau
mitssaaqang haliidzan untuk mentaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan
ibadah. Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah,
mawaddah, dan rahmah. Namun kenyataannya, banyak di antara pasangan yang kandas di
tengah perjalanan dalam mengayung bahtera rumah tangganya menuju pulau idaman.
“membentuk rumah tangga yang bahagia dan kekal” dan “rumah tangga yang sakinah,
mawaddah, dan rahmah”, disebabkan karena kurang ilmu dan pengatahuan tentang hal yang
berkenan dengan bagaimana membentuk keluarga yang ideal sebagaimana yang telah
dituntunkan oleh Baginda Rasul SAW untuk itu, diperlukan hukum yang mengatur tentang
seluk-beluk perkawinan dalam Islam yang disebut dengan Fiqih Munakahat, untuk mencapai
pernikahan yang barokah, sakinah, dan penuh rahmat.

1.1. MUNAKAHAT
Munakahat dalam Islam merujuk pada hukum-hukum yang mengatur hubungan antara
suami istri, termasuk pernikahan, perceraian, hak dan kewajiban suami istri, serta aturan
tentang mahram dan non-mahram. Berikut adalah penjelasan lebih detail tentang beberapa
aspek munakahat dalam Islam:
1. Pernikahan: Pernikahan dianggap sebagai institusi yang sangat penting dalam Islam.
Pernikahan diatur oleh syariat Islam, dan ada beberapa syarat yang harus dipenuhi,
termasuk persetujuan kedua belah pihak, wali yang memadai bagi wanita, mahar (mas
kawin), serta kesepakatan kontrak pernikahan. Pernikahan dianggap sebagai sunnah
dan dianjurkan dalam Islam untuk mencegah perzinaan dan menjaga keturunan.
2. Hak dan kewajiban suami istri: Islam menetapkan hak dan kewajiban bagi suami dan
istri. Suami bertanggung jawab untuk memberikan nafkah, tempat tinggal yang layak,
dan perlindungan kepada istri. Sementara itu, istri diwajibkan untuk taat kepada suami
dan menjaga rumah tangga serta anak-anak.

3. Perceraian: Meskipun Islam menghargai keutuhan pernikahan, perceraian diizinkan


dalam beberapa situasi tertentu seperti kekerasan dalam rumah tangga,
ketidakcocokan yang tidak dapat diperbaiki, atau jika ada pelanggaran hukum Islam
yang signifikan. Proses perceraian diatur dengan ketat oleh hukum Islam dan biasanya
memerlukan proses penyelesaian di hadapan otoritas agama atau pengadilan.

4. Mahram dan non-mahram: Dalam Islam, ada konsep tentang siapa yang dianggap
sebagai mahram (kerabat yang diharamkan untuk menikahi) dan non-mahram (orang
yang dapat menikahi satu sama lain). Misalnya, antara suami istri, mereka dianggap
sebagai mahram satu sama lain, sehingga tidak ada batasan dalam interaksi fisik di
antara mereka. Namun, antara laki-laki dan wanita yang bukan mahram, Islam
menerapkan aturan ketat tentang interaksi untuk mencegah perbuatan yang tidak
senonoh atau perzinaan.

Semua aturan dan prinsip dalam munakahat bertujuan untuk memelihara kehormatan,
moralitas, dan stabilitas dalam hubungan keluarga dan masyarakat secara keseluruhan, sesuai
dengan ajaran Islam.
Rukun Nikah
Untuk sahnya pernikahan dan dapat berlangsung dengan baik maka hendaknya
memenuhi rukun dan syarat-syaratnya.
Rukun, ada 5 macam :
A. Calon Suami
Calon suami harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
Beragama islam
Benar-benar pria
Tidak dipaksa
Bukan mahram calon istri
Tidak sedang ihram, haji ,atau umroh
Usia sekurang-kurangnya 19 tahun
B. Calon istri
Calon istri harus memiliki syarat-syarat sebagai berikut:
Beragama islam
Benar-benar perempuan
Idak dipaksa
Hala bagi calon suami
Bukan mahram calon suami
Tidak sedanh ihram, haji,atau umroh
Usia sekurang-kurangnya 16 tahun
C. Wali
Wali harus mempinyai syarat-syarat sebagai berikut:
Beragama islam
Baligh(dewasa)
Berakal sehat
Tadak sedang ihram, haji,atau umroh
Adil(tidak fasik)
Mempunyai hak untuk menjadi wali
Laki-laki
D. Dua orang saksi
Dua orang saksi harus mempunyai syarat-syarat sebagai berikut:
Islam
Baligh(dewasa)
Berakal sehat
Tidak sedang ihram,haji,atau umroh
Adil(tidak fasik)
Mengerti maksud akad nikah
Laki-laki
E. Ijab dan Qabul
Ijab di ucapkan oleh wali yang berisi persyaratan menikah, misalnya : “Bapak nikahkan
ananda, dengan putri bapak yang bernama......... dengan mas kawin(mahar)......bebentuk......
Qabul adalah ucapan dari seorang suami yang berisi pengakuan atau penerimaan nikah
misalnya :”Saya terima nikah denga putri bapak yang bernama......dengan mas kawin....!

1.2. JANAIZ
Jenazah dalam Islam merupakan istilah untuk menyebut mayat atau jasad seseorang yang
telah meninggal dunia. Proses jenazah dalam Islam memiliki beberapa tahapan yang penting
dan dijalankan sesuai dengan ajaran agama. Berikut adalah detail dari proses jenazah dalam
Islam:

1. Menyuci (Ghusl): Proses pertama adalah membersihkan jenazah melalui penyucian


atau ghusl. Ghusl dilakukan oleh orang-orang yang memiliki keahlian dalam proses
ini, biasanya merupakan anggota keluarga atau petugas dari komunitas Muslim
setempat. Ghusl dilakukan dengan menggunakan air yang dicampur dengan
wewangian seperti daun bidara atau za'faran (kunyit). Proses ghusl dilakukan tiga
kali.

2. Kafan: Setelah penyucian, jenazah dikafani. Kain kafan yang digunakan biasanya
terdiri dari tiga hingga tujuh lembar kain putih tanpa jahitan, sesuai dengan sunnah
Nabi Muhammad. Jenazah laki-laki dikafani dengan tiga lembar kain, sementara
perempuan dengan lebih banyak lapisan kain.

3. Shalat Jenazah: Kemudian, dilakukan shalat jenazah. Shalat ini berbeda dengan shalat
lima waktu dan memiliki tata cara yang khusus. Shalat jenazah biasanya dilakukan di
masjid atau tempat ibadah yang lain. Shalat ini merupakan doa bagi jenazah untuk
mendapatkan ampunan dari Allah SWT.

4. Pemakaman: Setelah shalat jenazah, jenazah segera dibawa ke pemakaman untuk


dimakamkan. Dalam Islam, dimakamkan secepat mungkin setelah kematian, biasanya
dalam waktu 24 jam setelah kematian. Proses pemakaman dilakukan dengan menurut
tata cara yang diwariskan oleh Nabi Muhammad, termasuk menutup wajah jenazah
dan menempatkan kepala di sisi kanan arah kiblat.
5. Doa dan Dzikir: Setelah pemakaman, biasanya dilakukan doa dan dzikir untuk
jenazah. Orang-orang yang hadir akan berdoa agar Allah mengampuni dosa-dosa
jenazah dan menempatkannya di surga.

Seluruh proses jenazah dalam Islam mengandung makna spiritual dan merupakan bagian dari
kewajiban umat Islam untuk memberikan penghormatan terakhir kepada orang yang telah
meninggal.

1.3. MAWARIS
Mawaris dalam Islam merujuk pada pembagian harta warisan setelah seseorang meninggal
dunia. Prinsip mawaris diatur dalam hukum Islam untuk memastikan pembagian yang adil
dan sesuai dengan ajaran agama. Beberapa prinsip utama dalam mawaris meliputi:

1. Ketentuan Pewaris Tetap: Dalam Islam, ada penerima warisan yang sudah ditetapkan
secara jelas, seperti suami, istri, anak-anak, dan orangtua tertentu.

2. Ketentuan Bagi Pewaris Yang Hidup: Bagian warisan yang diberikan kepada pewaris
hidup berdasarkan hubungan keluarga dan jenis kelamin. Misalnya, seorang anak laki-
laki menerima bagian yang lebih besar daripada anak perempuan, dan suami
mendapatkan bagian lebih besar dari isterinya.

3. Sisa Warisan (Asabah): Bagian yang tidak ditetapkan secara spesifik untuk pewaris
tetap akan dibagi di antara keluarga yang lebih luas, seperti saudara kandung, paman,
bibi, dan lainnya.

4. Ketentuan Khusus: Ada situasi khusus yang mempengaruhi pembagian warisan,


seperti keberadaan anak haram, orang tua yang bukan Muslim, atau pewaris yang
meninggalkan wasiat.

5. Pengaturan Wasiat: Seseorang dapat meninggalkan wasiat hingga sepertiga dari harta
warisannya untuk diberikan kepada pihak-pihak tertentu yang tidak termasuk dalam
pembagian warisan standar.

Pembagian warisan dalam Islam diatur oleh hukum syariah dan dapat bervariasi tergantung
pada negara dan interpretasi hukum yang diterapkan. Penting untuk mendapatkan
penasehatan dari ahli waris atau ulama jika terdapat situasi khusus yang mempengaruhi
pembagian warisan.
KESIMPULAN

KESIMPULAN MUNAKAHAT atau menikah merupakan suatu peritiwa yang akan di lalui
manusia dengan penuh persiapan dan pemikiran yang benar-benar,karena dimana seorang
laki-laki sebelum menikah yang biasa hidup sendiri,tanpa harus memikirkan orang lain,tanpa
beban tanggung jawab dan tanpa memikiran kehidupan keluarganya,tetapi setelah menikah
seorang laki-laki tersebut harus menjalankan syariat dan syarat pernikahan dalam agama
islam dan mau tidak mau harus menjalankannya. Maka dari itu kita yang masih jauh
perjalanan hidupnya untuk bisa menghadapi peristiwa tersebut kita harus memahami serta
mempersiapkan untuk hal itu dari sekarang.

KESIMPULAN JANAIZ. Sepanjang uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwasanya


manusia sebagi makhluk yang mulia di sisi Allah SWT dan untuk menghormati kemuliannya
itu perlu mendapat perhatian khusus dalam hal penyelenggaraan jenazahnya. Dimana,
penyelengaraan jenazah seorang muslim itu hukumnya adalah fardhu kifayah. Artinya,
kewajiban ini dibebankan kepada seluruh mukallaf di tempat itu, tetapi jika telah dilakukan
oleh sebagian orang maka gugurlah kewajiban seluruh mukallaf.
Adapun 4 perkara yang menjadi kewajiban itu ialah:
Memandikan
Mengkafani
Menshalatkan
Menguburkan
Adapun hikmah yang dapat diambil dari tata cara pengurusan jenazah, antara lain:
Memperoleh pahala yang besar.
Menunjukkan rasa solidaritas yang tinggi diantara sesame manusia.
Membantu meringankan beban keluarga jenazah dan sebagai ungkapan belasungkawa atas
musibah yang dideritanya.
Mengingatkan dan menyadarkan manusia bahwa setiap manusia akan mati dan masing-
masing supaya mempersiapkan bekal untuk hidup setelah mati.
Sebagai bukti bahwa manusia adalah makhluk yang paling mulia, sehingga apabila salah
seorang manusia meninggal dihormati dan diurus dengan sebaik-baiknya menurut aturan
Allah SWT dan Rasul-Nya.
KESIMPULAN MAWARIS Berdasarkan makalah ini, dapat ditarik kesimpulan bahwa
mawaris :
1. Harta warisan adalah harta yang dalam istilah fara’id dinamakan Tirkah
(peninggalan) merupakan sesuatu atau harta kekayaan oleh yang
meninggal, baik berupa uang atau materi lainya yang dibenarkan oleh
syariat Islam untuk diwariskan kepada ahli warisnya.dan dalam
pelaksanaanya atau apa-apa yang yang ditinggalkan oleh yang meninggal
harus diartikan sedemikian luas sehingga mencakup hal-hal yang ada
pada bagiannya. Kebendaan dan sifat-sifatnya yang mempunyai nilai
kebendaan. Hak-hak kebendaan dan hak-hak yang bukan kebendaan dan
benda-benda yang bersangkutan dengan hak orang lain.
2. Pentingnya pembagian warisan untuk orang-orang yang ditinggalkan
dengan seadil-adilnya sudah diatur dalam Islam, mencegah terjadinya
konflik antar ahli waris dan menghindari perpecahan ukhuwah
persaudaraan antar sesama keluarga yang masih hidup. Pembagian
tersebut sudah di atur dalam al-Quran dan al-Hadits, namun ada beberapa
ketentuan yang di sepakati menggunakan Ijma’ dengan seadil-adilnya.
DAFTAR PUSTAKA
Sarbini, Muhammad. "Pendidikan Keluarga Muslim Dalam Perspektif Fiqih Al-
Quran." Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam 4.08 (2017): 22.

Sarbini, M. (2017). Pendidikan Keluarga Muslim Dalam Perspektif Fiqih Al-Quran. Edukasi
Islami: Jurnal Pendidikan Islam, 4(08), 22.

Muzammil, Iffah. "Fiqh Munakahat: hukum pernikahan dalam Islam." (2019).

Muzammil, I. (2019). Fiqh Munakahat: hukum pernikahan dalam Islam.

NOVERA, GITA. "MAKALAH PENYELENGGARAAN JENAZAH MATA KULIAH


AGAMA."

Sriani, Endang. "Fiqih Mawaris Kontemporer: Pembagian Waris Berkeadilan


Gender." TAWAZUN: Journal of Sharia Economic Law 1.2 (2018): 133-147.

Diah, Muhammad. "Konsep Radd Dalam Hukum Islam (Studi Komparatif Fikih Mawaris dan
Kompilasi Hukum Islam)." Jeulame: Jurnal Hukum Keluarga Islam 2.1 (2023): 57-71.

Anda mungkin juga menyukai