Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

POLIGAMI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadis Hukum Keluarga

Disusun Oleh :

1. Natasya Rahmawati (101210143)


2. Neneng Sri Sundayani (101210146)

Dosen Pengampu :

Khotifatul Defi Nofitasari, S.H., M.H.

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO

2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, yang
telah melimpahkan rahmat,hidayah serta inayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah yang berjudul Poligami, tanpa adanya halangan suatu apapun.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Khotifatul Defi Nofitasari selaku


dosen Mata Kuliah Hadis Hukum Keluarga. Ucapan terimakasih juga disampaikan
kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini dan
memberikan dorongan serta semangat kepada penulis dalam menyelesaikan tugas.

Harapan kami, dengan adanya makalah yang kami buat dapat bermanfaat dan
memberikan sedikit tambahan wawasan untuk kita semua dalam memahami materi
tersebut. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
kami mengharapkan kritik serta saran dari para pembaca untuk penyempurnaan makalah
berikutnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Ponorogo, 10 April 2022

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………….

DAFTAR
ISI………………………………………………………………………………

BAB I: PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah…………………………………………………………...
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………
C. Tujuan Pembahasan……………………………………………………………….

BAB II: PEMBAHASAN

A. Pengertian Poligami………………………………………………………………
B. Poligami Dalam Pandangan Islam………………………………………………...
C. Syarat Dan Alasan
Poligami……………………………………………………….
D. Hikmah Poligami………………………………………………………………….

BAB III: PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………………......
B. Saran………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Poligami adalah sistem perkawinan di mana salah satu pihak memiliki
atau menikahi beberapa lawan jenisnya dalam waktu yang bersamaan. Poligami
merupakan praktik pernikahan lebih dari satu suami atau istri. Dalam Islam,
poligami diyakini sebagai salah satu solusi ketika istri tidak bisa memberikan
keturunan atau pertimbangan sosial lainnya. Meski demikian, poligami
diperbolehkan dengan mengutamakan sikap adil di antara para Istri. Jika dirasa
kurang mampu untuk berbuat adil, maka dilarang melakukan poligami. Sikap
adil di antara para istri hukumnya adalah wajib, terutama dalam hal pembagian
malam dan pembagian nafkah.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa pengertian poligami?
2. Bagaimana poligami dalam pandangan islam?
3. Apa saja syarat dan alasan poligami?
4. Bagaimana hikmah poligami?

C. TUJUAN
1. Dapat mengetahui dan memahami pengertian poligami.
2. Dapat mengetahui dan memahami poligami dalam pandangan islam.
3. Dapat mengetahui dan memahami syarat dan alasan poligami.
4. Dapat mengetahui dan memahami hikmah poligami.
BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN POLIGAMI

Secara etimologi poligami berasal dari bahasa yunani yaitu apolus yang
artinya banyak dan gamos yang artinya perkawinan.1 Dengan demikian poligami
berarti perkawinan yang banyak.

Secara terminologi poligami adalah sistem perkawinan yang salah satu


pihak memiliki atau mengawini beberapa lawan jenisnya dalam waktu yang
bersamaan. Artinya isteri- isteri tersebut masih dalam tanggungan suami dan
tidak diceraikan serta masih sah sebagai isterinya. Dalam kamus Besar Bahasa
Indonesia poligami adalah ikatan perkawinan yang salah satu pihak memiliki
atau mengawini beberapa lawan jenisnya dalam waktu yang bersamaan. Adapun
dalam istilah kitab-kitab fiqih, poligami disebut dengan ta’addud al-zaujat yang
berarti banyak isteri, sedangkan secara istilah diartikan sebagai kebolehan
mengawini perempuan dua, tiga, atau empat, kalau bisa berlaku adil. Jumhur
ulama membatasi poligami hanya empat wanita saja.2

Singkatnya, poligami adalah ikatan perkawinan yang salah satu pihak


(suami) mengawini beberapa (lebih dari satu) isteri dalam waktu yang
bersamaan. Laki-laki yang melakukan bentuk perkawinan seperti itu dikatakan
bersifat poligami.3

1
Sri Purwaningsih, Kiai dan Keadilan Gender, (Semarang: Walisongo Pres, 2009), 71-
72.
2
Supardi Mursalim, Menolak Poligami Studi tentang Undang Undang Perkawinan dan
Hukum Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), 16.
3
Musda Mulia, Pandangan Islam Tentang Poligami, (Jakarta: LKAJ-SP, 1999), 2.
Dasar hukum mengenai poligami dalam pernikahan disebutkan secara
jelas dan tegas dalam Q.S An-Nisa ayat 3:

َ ‫اب لَ ُك ْم ِّمنَ النِّ َس ۤا ِء َم ْث ٰنى َوثُ ٰل‬


ۚ ‫ث َو ُر ٰب َع‬ َ َ‫َواِ ْن ِخ ْفتُ ْم اَاَّل تُ ْق ِسطُوْ ا فِى ْاليَ ٰتمٰ ى فَا ْن ِكحُوْ ا َما ط‬
‫ك اَ ْد ٰنٓى اَاَّل تَعُوْ لُوْ ۗا‬
َ ِ‫ت اَ ْي َمانُ ُك ْم ۗ ٰذل‬ ِ ‫فَاِ ْن ِخ ْفتُ ْم اَاَّل تَ ْع ِدلُوْ ا فَ َو‬
ْ ‫اح َدةً اَوْ َما َملَ َك‬

Artinya: Dan jika kamu khawatir tidak akan mampu berlaku adil terhadap (hak-
hak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah
perempuan (lain) yang kamu senangi: dua, tiga atau empat. Tetapi jika kamu
khawatir tidak akan mampu berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau
hamba sahaya perempuan yang kamu miliki. Yang demikian itu lebih dekat agar
kamu tidak berbuat zalim.

B. POLIGAMI DALAM PANDANGAN ISLAM


Islam membolehkan poligami dengan jumlah wanita yang terbatas dan
tidak mengharuskan umatnya melaksanakan monogami mutlak. Dengan kata
lain, seorang laki-laki hanya boleh beristeri seorang wanita dalam keadaan dan
situasi apapun. Islam, pada dasarnya menganut sistem monogami dengan
memberikan kelonggaran dibolehkannya poligami terbatas. Pada prinsipnya,
seorang laki-laki hanya memiliki seorang isteri dan sebaliknya seorang isteri
hanya memiliki seorang suami.4 Namun, Islam tidak menutup kemungkinan
adanya kecenderungan laki-laki untuk memiliki banyak istri seperti yang terjadi
di masa lalu, dan Islam tidak menutup kemungkinan laki-laki berpoligami.
Praktik poligami telah menjadi fakta yang terjadi di masyarakat jauh
sebelum Nabi Muhammad SAW diutus. Sejak ribuan tahun bahkan berabad-
abad sebelum islam diwahyukan, manusia telah mengenal dan mempraktekkan
poligami. Berbagai kalangan masyarakat disegenap penjuru bumi termasuk
bangsa Arab, tempat Rosulullah menyebarkan islam. Pada zaman pra islam,
orang-orang Hindi, Persia, Arab, Romawi, China, Yahudi serta bangsa-bangsa
lain sudah mengenal dan mempraktekkan poligami.5

4
Tihami dan Sohari Sahrani, Fiqih Munakahat Kajian Fiqih Nikah Lengkap, (Jakarta:
PT Raja Gravindo Persada, 2009), 357.
5
Musda Mulia,…, 3.
Rasulullah SAW membatasi poligami hingga empat orang isteri.
Sebelum adanya pembatasan ini para sahabat sudah banyak yang
mempraktikkan poligami melebihi dari empat isteri, seperti lima isteri, sepuluh
isteri, bahkan lebih dari itu. Mereka melakukan hal itu sebelum mereka
memeluk Islam.
Sejumlah riwayat menceritakan bahwa rata-rata pemimpin suku katika
itu memiliki puluhan istri, bahkan tidak sedikit kepala suku yang mempunyai
ratusan istri. Ini adalah fakta sejarah yang tidak bisa dipungkiri oleh siapapun.
Ketika Islam datang, ia tidak membiarkan praktek poligami dijalankan, karena
poligami pada saat itu secara jelas bertentangan dengan nilai-nilai agama Islam
yang mengutamakan keadilan dan kesetaraan dihadapan Allah SWT. Islam tidak
menghapus adat kebiasaan itu secara langsung. Namun demikian islam
menyempurnakan dan membawa perbaikan pada adat kebiasaan ini.
Ketika Islam datang kebiasaan poligami itu tidak serta merta dihapuskan.
Namun setelah ayat yang menyinggung soal poligami diwahyukan, Nabi lalu
melakukan perubahan yang radikal sesuai petunjuk kandungan ayat. Pertama,
membatasi jumlah bilangan istri hanya sampai empat. Karena sebelum
datangnnya islam tidak ada batasan jumlah istri dalam poligami. Rosulullah
SAW bersabda: “Pilih empat orang dan ceraikan yang lainnya.” Kedua,
menetapkan syarat yang ketat bagi poligami yaitu harus mampu berlaku adil.
Persyaratan yang ditetapkan bagi kebolehan poligami itu sangat berat, dan
hampir-hampir dapat dipastikan bahwa tidak ada yang mampu memenuhinya.
Artinya Islam memperketat syarat poligami sedemikian rupa sehingga kaum
laki-laki tidak boleh lagi semena-mena terhadap istri mereka seperti sedia kala.6
Dari uraian di atas memberikan gambaran yang jelas bahwa tradisi
poligami bukan dari ajaran Islam. Islam membolehkan poligami adalah justru
mengendalikan praktek poligami yaitu dengan pembatasan dan syarat yang
sangat ketat. Yaitu dengan membatasi maksimal empat orang dan dengan
persyaratan bahwa orang tersebut dapat berbuat adil kepada para isteri-isterinya.

6
Musda Mulia, Islam Menggugat Poligami, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2004),
127.
Islam menetapkan hal tersebut sebagai batas maksimum dan seorang tidak boleh
melebihinya.
C. SYARAT DAN ALASAN POLIGAMI

Para ulama menyebutkan dua syarat yang Allah SWT sebut dalam Al-
Qur’an ketika seorang lelaki hendak berpoligami, dan syarat lainnya yang
disebutkan dalam hadist Rasulullah SAW:

1. Jumlah istri paling banyak adalah empat, dan tidak boleh lebih.
2. Bisa berbuat dan berlaku adil antara istri-istrinya.
3. Adanya kemampuan jasmani dan nafkah dalam bentuk harta.

Mustafa Al-Siba’i mengemukakan bahwa ada 2 syarat pokok yang harus


dipenuhi dalam berpoligami, yaitu:

1. Mampu memperlukukan semua iseri dengan adil. Ini merupakan syarat yang
dengan jelas disebutkan dalam al-Qur’an ketika membolehkan poligami.
2. Mampu memberi nafkah pada isteri kedua, ketiga keempat dan juga kepada
anak-anak dari isteri-isteri tersebut.7

Syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam berpoligami dalam pandangan Islam:

1. Jumlah isteri yang dipoligami tidak lebih dari empat wanita. Pembatasan
empat wanita ini didasarkan pada Al-Qur’an Surat An-Nisa ayat 3.
2. Sanggup berbuat adil kepada para isteri, berbuat adil kepada para isteri
dalam poligami adalah, masalah makan, minum, pakaian, tempat tinggal,
menginap dan nafkah.
3. Wanita yang dipoligami tidak ada hubungan saudara dengan isterinya baik
susuan maupun nasab, karena dilarang mengumpulkan isteri dengan
saudaranya atau dengan bibinya.
4. Memiliki harta yang cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga dengan
bertambahnya isteri, maksudnya bagi seorang suami yang ingin menikah

7
Mustafa al-siba'i, dkk, Mengapa Poligami: Penalaran Kasus dan Penelusuran tafsir
Ayat Poligami, (Jakarta: Bulan Bintang, 2002), 96.
dengan seorang wanita harus yang sudah mampu, jika belum mampu
haruslah menahan dulu (puasa).
5. Persetujuan dari isteri, hal ini sesuai dengan posisi suami dan isteri dianggap
satu kesatuan dalam keluarga, Apapun yang dilakukan oleh suami
dimintakan izin kepada isteri, apalagi masalah ingin beristeri lagi.
Persetujuan ini sangat penting demi keutuhan dan kelangsungan hidup
berkeluarga.

Syarat utama yang ditentukan Islam dalam berpoligami adalah


terpercayanya seorang muslim terhadap dirinya, bahwa dia sanggup berlaku adil
terhadap semua isterinya baik soal makanan, minumannya, pakaiannya tempat
tidur maupun nafkahnya. Terlalu condong terhadap salah satu merupakan wujud
ketidakadilan, hal tersebut mempunyai akibat buruk. Sebagaimana Sabda
Rasulullah SAW artinya: “Barang siapa beristeri dua sedang dia lebih
mementingkan salah seorang dari pada keduanya, dia akan datang nanti di hari
kiamat sedang pinggangnya (rusuknya) cenderung (bungkuk).” (HR. Ahmad)

Alasan dalam berpoligami juga harus jelas dan mampu diterima oleh
akal. Beberapa alasan dibolehkannya berpoligami sebagai berikut:

1. Poligami harus diakukan dalam kondisi tertentu,artinya tidak dalam kondisi


normal. Misalnya jika istri sudah lanjut usia atau sakit, sehingga
dikhawatirkan suami tidak bisa menjaga kehormatan dirinya jika tidak
melakukan poligami.
2. Pernikahan merupakan sebab terjalinnya hubungan (kekeluargaan) dan
keterikatan di antara sesama manusia. Dengan kata lain, melakukan poligami
menjadi sebab terjalinnya hubungan dan kedekatan antara banyak keluarga,
dan ini pula salah satu sebab poligami yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.
3. Poligami merupakan sebab terjaganya kehormatan sejumlah besar wanita
dan terpenuhinya kebutuhan hidup mereka yang berupa nafkah, tempat
tinggal, memiliki keturunan dan anak yang banyak merupakan tuntutan
syariat.
4. Laki-laki yang memiliki nafsu syahwat yang tinggi, sehingga bawaannya
tidak cukup baginya mempunyai seorang istri, sedangkan dia tidak ingin
terjerumus dalam kemaksiatan.
5. Bila suami beristerikan mandul sedangkan ia sangat mengharapkan
keturunan.
6. Bila diketahui dari hasil sensus penduduk bahwa kaum wanita lebih banyak
dari pada kaum pria dengan perbedaan yang mencolok

D. HIKMAH POLIGAMI

Hikmah-hikmah yang terkandung dalam poligami diantaranya adalah:

1. Merupakan karunia Allah dan Rahmat-Nya kepada manusia untuk


kemakmuran dan kemaslahatan.
2. Memperbesar jumlah ummat.
3. Mengurangi jumlah janda sambil menyantuni mereka.
4. Menjauhi dan menghindari perceraian.
5. Mengantisipasi kenyataan bahwa jumlah wanita berlebih dibandingkan pria.8

Al-Athar dalam bukunya Ta’addud al-Zawzat mencatat empat dampak negative


poligami. Diantaranya:

1. Poligami dapat menimbulkan kecemburuan di antara para istri.


2. Menimbulkan rasa kekhawatiran istri kalau-kalau suami tidak dapat bersikap
bijaksana dan adil.
3. Anak-anak yang lahir dari ibu yang berlainan sangat rawan perkelahian,
permusuhan dan saling cemburu.
4. Kekacauan dalam bidang ekonomi. Bisa saja pada awalnya suami memiliki
kemampuan untuk poligami, namun bukan mustahil suatu saat akan
mengalami kebangkrutan, maka yang akan menjadi korban akan lebih
banyak.

8
Achmad Kuzari, Nikah Sebagai Perikatan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995),
166.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Poligami adalah suatu sistem pernikahan di mana laki-laki memiliki istri


lebih dari satu sampai empat orang. Dalam pandangan Islam, poligami boleh
dilakukan jika memenuhi syarat yang sudah jelas dalam Al-Qur’an yaitu,
mampu berlaku adil. Adil yang dimaksud disini meliputi beberapa bagian, yaitu:
adil dalam pembagian waktu, adil dalam nafkah, adil dalam tempat tinggal dan
adil dalam biaya. Praktek diperbolehkannya poligami memiliki pertimbangan
beberapa alasan. Poligami juga memiliki beberapa hikmah yang menjadi sebuah
karunia dari Allah SWT, tetapi praktek poligami juga memiliki beberapa
dampak negativ bagi keluarga tersebut.

B. SARAN

Dalam pembuatan makalah ini pasti tidak terlepas dari kekurangan. Oleh
karena itu, penulis memohon kritik dan saran dari pembaca agar dapat kami
perbaiki segala kekurangan tersebut. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
menambah wawasan bagi kita semua dalam memahami Poligami.
DAFTAR PUSTAKA

Purwaningsih, Sri. 2009. Kiai dan Keadilan Jender. Semarang: Walisongo Pres

Mursalim, Supardi. 2007. Menolak Poligami Studi tentang Undang Undang


Perkawinan dan Hukum Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Mulia, Musda. 1999. Pandangan Islam Tentang Poligami. Jakarta: LKAJ-SP
Tihami dan Sohari Sahrani. 2009. Fiqih Munakahat Kajian Fiqih Nikah
Lengkap.
Jakarta: PT Raja Gravindo Persada
Mulia, Musda. 2004. Islam Menggugat Poligami. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama
Al-siba’I, Mustafa dkk. 2002. Mengapa Poligami: Penalaran Kasus dan
Penelusuran tafsir Ayat Poligami. Jakarta: Bulan Bintang
Kuzari, Achmad. 1995. Nikah Sebagai Perikatan. Jakarta: Raja Grafindo
Persada

Anda mungkin juga menyukai