Anda di halaman 1dari 12

IMAKALAH

POLIGAMI DALAM AGAMA DI INDONESIA


Tugas ini di ajukan untuk memenuhi mata kuliah study agama-agama
Dosen pengampu Dr. syafi’in Mansur.MA

Di susun oleh:
Dina faricha ( 211310036)
Muhammad almi sopan ( 211310045)

JURUSAN AKIDAH DAN FILSAFAT ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN DAN ADAB
UIN SULTAN MAULANA HASANUDDIN BANTEN
TAHUN AJARAN 2021-2022
KATA PENGANTAR
Pertama-tama marilah kita pajatkan puji dan puji syukur kehadirat ALLAH SWT tuhan semesta
alam. Atas segala karunia dan rahmatnya sehingga maklah ini di selesaikan. Shalawat beserta
salam semoga tercurah limpahkan kepada nabi besar Muhammad SAW. Pembawa syafat islam
yang menjadi pedoman umat manusia dalam mengarungi samudra kehidupan ini sampai di
hari kiamat.
Makalah ini di susun dengan maksud dan tujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah study
agama-agama dengan dosen pengampu Dr. syafi’in Mansur MA.
Tak ada gading yang tak retak maka penulis menyadari bahwa tentunya makalah ini banyak
kekurangnnya, oleh karena itu atas saran dari berbagai pihak sangat di harapkan, yang bersifat
membangun dan berguna bagi pembenahan dan penyempurnaan serta motivasi untuk penulis
dalam pembuatan makalah selanjutnya.
Akhirnya pada kesempatan ini di ucapkan terima kasih kepada bapak Dr.syafi’in Mansur M.A
yang tak pernah bosan dan sikap sabarnya memberikan pengajarankepada kami dan rekan-
rekan mahasiswa yang banyak membantu dan mendukung kami dalam peembuatan makalah
ini. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.Amiiiin

Serang, 7 maret 2022


Penulis
PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Menikah adalah salah satu sunah nabi Muhammad SAW. Hal yang tergolong penting . bahkan
nabi pernah bersabda bahwa jika ada seseorang membenci atau tidak ingin untuk menikah,
maka ia akan mengeluarkan seseorang dari golongan umatnya. Oleh karena itu, dalam islam,
tidak ada pemisahan kelompok-kelompok tertentu yang berbeda jenis kelamin. Oleh karena itu
islam melarang keras laki-laki atau perempuan yang dengan sengaja menghidari pernikahan
karena alasan tertentu. Misalnya, seorang wanita ingin tetap dalam kesuacian.1
Istilah poligami tidak selalu di kaitkan dengan apa yang di lakukan nabi SAW. Beliau
mempraktekan poligami dengan cara yang di izinkan syariat, menggunakan ayat-ayat al-qur’an
yang menyatakan bahwa seorang pria dapat memiliki banyak istri. Dengan adanya syair yang
menjadi pegangan laki-laki untuk melakukan poligami. Tapi banyak jumat nabi Muhammad
SAW. Yang kurang atau tidak memahami akan makna poligami yang benar, sehingga
menjadikan poligami hanya untuk melampiaskan kebutuhan seksual aja dan menghilangkan
tujuan mulia yang ada di dalamnya.2
Persoalan yang paling banyak di bicarakan dalam lingkup perkawinan ialah poligami. Poligami
ini memnag sangat kontroversial, ada satu sisi menolak poligami dengan sandaran berbagai
macam, baik itu yang bersifat normative, psikologis bahkan banyak pula yang mengaitkan
dengan munculnya ketidakadilan gender. Banyak pula penulis-penulis barat yang mengatakan
bahwa ajaran poligami bersumber dari agama islam yang sangat deskriminatif terhadap kaum
perempuan.
Kemudian disisi lain, poligami ini malah di kampayeukan karena mereka menganggap memiliki
sandaran normative yang jelas dan tegas. Kelompok yang pro tersebut memandang dengan
adanya pembolehan tentang poligami ini bisa menjadi alternatife untuk mengulangi
perselingkuhan dan prostitusi yang merajalela. Berdasarkan penjelasan di atas bagaimana
poligami dalam perspektif agama di indonesia.
b. Rumusan masalah
1. Bagaimana poligami dalam pandangan islam
2. Apa hukum poligami dalam agama islam
3. Mengapa islam membolehkan berpoligami

c. Tujuan pembahasan
1. Agar memahami bagaimana itu poligami
2. Agar mengetahui apa saja syarat berpoligami

1
Muhammad yahya, Poligami Dalam Perspektif Nabi SAW ( Makassar alauddin university perss, 2013),h.1.
2
Agus mustofa, poligami yukk! ( Surabaya, PADMA press),h.255.
PEMBAHASAN
Sejarah poligami
Dari Wikipedia di jelaskan bahwa poligami merupakan praktik pernikahan kepada lebih
dari satu suami atau istri (sesuai dengan jenis kelamin orang bersangkutan). Perkawinan yang di
lakukan oleh laki-laki kepada lebih dari satu wanita merupakan pemahaman umum tentang
poligami, dengan arti bahwa laki-laki dalam berumah tangga harus membagi cinta dan kasih
sayangnya kepada beberapa istri yang di miliki, dan hal ini mampu mengandung tanggapan
positive dan negative orang lain terhadap moral yang di miliki oleh pelaku poligami.3
Konsep poligami (ta’addud al-zaujat)dalam ilmu fikih secara di pahami sebagai seorang
suami dalam waktu bersamaan yang mengumpulkan dua sampai empat istri. Poligami tidak dapat
diketahui secara pasti awal mula kemunculannya. Sejak ribuan tahun silam, sebelum datang nya
islam, poligami sudah menjadi tradisi yang di anggap wajar.4
Banyaknya bukti yang menjadi dasar di katakannya poligami bukanlah ajaran dari agama
islam. Negara-negara yang melakukan praktik poligami seperti rusia,yugosliva,
cekoslovakia,jerman, belgia, belanda, Denmark, swedia, dan inggris. Demikian juga beberapa dari
bangsa timur seperti bangsa ibrani dan arab. Dari semuanya itu menurut cacatan sejarah
melakukan praktik poligami. Jadi para penulis barat yangmengklaimbahwa poligami berawal dari
ajarajn agama islam tidaklah benar. Sebab, Negara-negara yang di sebutkan di atas melakukan
poligami jauh sebelum islam dating di muka bumi ini dan bahkan berkembang pesat di negeri
afrika, india, cina, dan jepang yang pada dasarnya tidak menganut agama islam.5
Poligami sendiri berasal dari Bahasa yunani, kata ini merupakan penggala kata poli dan
polus yang artinya banyak, dan kata gemein atau gamos, yang artinya kawin atau perkawinan.
Maka, ketika kuda kata ini di gabungkan akan berarti suatu perkawinan yang banyak. Dalam
islam, arti dari poligami ialah perkawinan yang di lakukan lebih dari satu dengan memiliki batasan
yang telah di tentukan, yang pada umumnya di pahami sampai dengan empat wanita. Adapula
yang memahami bahwa poligami dalam islam bisa sampai Sembilan atau lebih. Akan tetapi,
poligami dengan batasan sampai empat istri ini lebih umum di pahami dengan dukungan dari
sejarah, sebab Rasulullah SAW. Melarang umatnya untuk melakukan pernikahan dari empat
wanita.6
Agama nasrani pada awalnyatidak melarang atau mengharamkan poligami, landasan di
perbolehkannya karena dalam kitab injil tidak satupun ayat yang melarang keras melakukan

3
Muhammad yahya,poligami dalam perspektif nabi SAW,h.3.
4
Nasaruddin umar, ketika fikih membela perempuan (jakarta.PT.Gramedia, 2014), h.126
5
Alhamdani, risalah nikah:hukum perkawinan islam (Yogyakarta: PT. Raja Grafindo persada 1972), h.79-8-.
6
Muhammad yahya, poligami dalam perspektif nabi saw,h.3
poligami. Berbeda dalam agama yunani dan romawi yang memang dari awal melarang
melakukan poligami. Setelah mereka memeluk agama Kristen, mereka tetap menjalankan
monogomi yang dianggap sebagai ajaran dari nenek moyang mereka terdahulu yang melarang
poligami. Oleh karena itu, orang-orang Kristen bangsa eropa tetap melaksanakan perkawinan
dengan asa monogami. Degan demikian , ajaran mengenai monogami ini bukan murni dari agama
Kristen, melainkan ajara lama yang mereka anut. Gereja kemudian menjadikan larang poligami
sebagai peraturan dan ajaran dari agama, meskipun pada dasarnya dalam kitab injil tidak di
sebutkan larangan poligami.7
Poligami tidak serta merta di perbolehkan dalam islam . islam memiliki batasan dan
syarat yang ketat kepada orang yang hendak melakukan poligami, di antaranya boleh melakukan
poligami sampai dengan empat istri apa bila ia benar-benar mampu dalam berlaku adil terhadap
istri-istrinya yang menyangkut persoalan nafkah, tempat tinggal dan pembagian waktu. Islam
menekankan dengan tegas, apabila di khawatirkan untuk tidak bisa berlaku adil maka cukuplah
dengan satu istri. Allah berfirman dalam QS. Al-nisa/4:3

‫وان خفتم اال تقسطوا في اليتمى فانكحوا ما طاب لكم من النساء مثنى وثالث وربع فان خفتم اال تعدلون‬
‫قوحدة اوماملكت ايمنكم ذلك ادنى اال تعولونز‬
Artinya: ” apabila kamu takut tidak dapat berlaku adil terhadap perempuan yatim (yang kamu
kawini) maka kawinilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi, dua,tiga, atau empat.
Kemudian jika kamu takut tidak dapat berlaku adil maka kawinilah seorang saja,atau budak-
budakmu. Yang demikian itu lebih dekat untuk tidak berlaku aniaya”.8
Poligmi dari perspektif agama hindu
Dalam agama hindu poligami dapat di tolerir hanya sampai empat kali saja. Hal ini tercantum
dalam catur asrama. Catur asrama adalah empat tahapan kehidupan manusia yang memiliki
kaitan dan tidak dapat di pisahkan satu sama lain. hal-hal yang berhubungan tentang poligami
dalam catur asrama adalah brahmacari asrama, yaitu tingkatan manusia yang sedang menuntut
ilmu.
Barhmacari asrama di bagi menjadi tiga bagian yang menyangkut masalah pernikahan dan
poligami, yaitu:
a. Sukla brahmacari
Sukla brahmacari atau Akhanda Brahmacari berarti tidak menikah seumur hidupnya. Hal
ini biasanya di lakukan oleh orang-orang yang memang ingin menuntut ilmu sepanjang
hidupnya. Sukia brahmacari di jelaskan dalam naskahnya silakrama halaman 32:
“sukla brahmacari ngarannya tanpa rabisangkan rere, tan maju tan kuring sira, adyapi
teku ring wreddha tewi tan pangicep arabi sangkan pisan.”

7
Alhamdani, rilasah nikah :hukum perkawinan islam,h.80
8
Kementrian agama, Al-Qur’an dan terjemahannya.
Artinya: sukla brahmacari namanya orang yang tidak menikah sejak lahir sampai
meninggal. Hal ini bukan karena impoten atau lemah sahwat, ia sama sekali tidak
pernah menikah sampai umur lanjut.

b. Sewala brahmacari
Sewala brahmacari merupakan pernikahan yang paling ideal, dimana hanya ada satu
istri satu suami, pernikahan ini yang mendominasi di masyarakat sewala brahmacari
juga di jelaskan dalam naskah silakrama:
“sewala brahmacari ngarannya, marabi pisan, tan parabi,mawah yan kahalangan mati
srtinya, tanpa rabi, mwah sira, adnyapi teka ri patinya, tan pengucap arabnya.
Mangkana sang brahmacari yan sira sewala brahmacari”
Artinya : sewala brahmacari namanya bagi orang-orang yang yang hanya menikah satu
kali, tidak manikah lagi. Bila mendapat halangan salah satu meninggal, maka ia tidak
menikah lagi hingga ajal menjemputnya.

c. Kresna brahmacari
Kresna brahmacari atau tresna brahmacari berarti seseorang diizinkan menikah lebih
dari satu kali dengan batas maksimal empat kali. Hal ini di lakukan dengan ketentuan
istri pertamanya tidak dapat melahirkan satupun keturunan, tidak dapat berperan
sebagai seorang istri a9misalnya sakit keras), dan telah mengizinkan untuk melakukan
pernikahan yang kedua (sudirga dkk, 2007:53-54) brahmacari ini tercantum dalam
penggalan slokantara 1, yaitu:
“……kresna brahmacari ialaha orang yang menikah paling banyak empat kali, dan tidak
lagi. Siapakah yang di pakai contoh dalam hal ini? Tidak lain ialah sang Hyang Rudra
yang mempunyai empat dewi, yaitu Dewi uma, Dewi gangga, Dewi Gauri, dan Dewi
Durga. Empat dewi yang sebenarnya hanyalah empat aspek dari satu , inilah yang di tiru
oleh yang menjalankan Kresna Brahmacari, asal saja ia tahu waktu dan tempat dalam
berhubungan denga istri-istrinya….”
Poligami dari presspektif agama Kristen protestan
Dalam pernikahan Kristen protestan, ada dua prinsip krusial, yaitu monogamy dan tidak boleh
adanya perceraian. Atu dapat di sebut sebagai pernikahan yang bersifat satu untuk selamanya.
Biasanya isu yang sering di bahas dalam krisis perkawinan warga gereja adalah masalah
perceraian, namun pada saat ini, tidak ada aturan buku lagi, bahkan semangat inipun masuk
kedalam gereja. Poligami menarik perhatian bahkan menjadi keprihatianan, karena banyak
orang Kristen protestan sedang meliriknya, karena merasa di ajarkan oleh Alkitab sendiri.
Secara khusus jemaat mempertanyakan mengapa banyak tokoh Alkitab yang terpandang
berpoligami, namun jemaat tidak di perbolehkan.
poligami dalam berbagai sudut pandang
firman allah dalam QS. an-nisa/4:3 yang menjadi dasar rujukan di perbolehkanya melakukan
poligami menuai perbedaan perbedaan pendapat, ulama yang pada umumnya memperbolehkan
melakukan praktik poligami tidaklah cenderung memudah-mudahkan, kebolehan tersebut
mempuyai syarat yang sangat ketat, sedangkan yang cenderung melarang praktik poligami
berasal dari ulama-ulama kontemporer. Menurut mereka dalam islam sesungguhnya menganut
prinsip monogamy dan melarang keras terjadinya poligami karena bersumber dari kebiasaan
bangsa arab pra- islam yang memberikan statusdan kedudukan lebih dominan kepada laki-laki.9
Hukum poligami di indonesia
Negara indonesia sebagai Negara hukum, memiliki peraturan tersendiri mengenai
perkawinan, yang tertuang dalam UU No.1 tahun 1974. Dalam pasal 3(1)UU No.1/1974 undang
–undang tersebut secara jelas bahwa hukum perkawinan di indonesia menganut asas mogonami
yang di peruntukan bagi laki-laki maupun perempuan. Akan tetapi, dalam undangan-undangan
ini pula terdapat pengecualian, seorang suami bisa beristri lebih dari satu orang apabila ada izin
dari pihak yang bersangkutan, dalam hal ini istri terdahulu. Adanya penegecualian ini
berlandaskan pada aama yang tidak mengharamkan praktik poligami.10
Berkaitan dengan undangan-undang yang berlaku di indonesia yang tidak memberikan
kelonggaran terhadap poligami, kecuali dalam keadaan yang mendesak sehingga tidak ada jalan
lain yang bisa di tempuh, sejalan dengan ajaran agama islam yang memberikan syarat ketat
terhadap calon pelaku poligami. Oleh karena itu,jika syarat-syarat yang di tentukan telah
terpenuhi maka pelaku poligami tidak akan mengalami kesulitan dalam berumah tangga akibat
dari tuntutan istri-istrinya.11
Peraturan pemerintahan No.9 thn 1975 tentang pelaksanaan UU No.1/1974 juga secara
tegas tidak memperbolehkan poligami kecuali jika pihak yang bersangkutan memberikan izin
persetujuan.12 Begitu pula dalam kompilasi hukum islam (KHI) pasal 55 di nyatakan bahwa laki-
laki bisa beristri lebih dari satu orang sampai empat orang dengan syarat suami harus mampu
berlaku adil terhadap istri-istri dan anak-anaknya, dan apabila syarat tersebut di khawatirkan
tidak terpenuhi maka suami di larang beristri lebih dari satu.13

9
Nasaruddin umar, ketika fikih dalam perspektif nabi SAW,h.6
10
Muhammad saleh ridwan, perkawinan dalam persfektiif hukum islam dan hukum nasional,h.86-87
11
Umar syihab, hukum islam dan tranformasi pemikiran, h.120-121
12
Muhammad yahya, poligami dalam perspektif Nabi SAW.h. 246
13
Amiur nuruddin dan azhari akmal taringan,hukum perdata islam di indonesia:studi kritis perkembangan hukum
islam dari fikih, UU No.1/1974 sampai KHI,h.166
Dari beberapa dasar dan aturan yang di kemukakan dapat di pahami bahwa asas
perkawinan adalah monogia yang bersifat mutlak, tetapi monogamy terbuka, sebab menurut
pasal 3(1) UU No.1974 yang menyatakan bahwa : pengadilan dapat memberikan izin kepada
seorang suami untuk beristri lebih dari satu orang apabila di kehendaki oleh pihak-pihak yang
bersangkutan. Dengan adanya ayat ( 20 ini berarti undang-undang ini menganut asas monogamy
terbuka, oleh karena itu tidak menutup kemungkinan dalam keadaan tertentu seorang suami
melakukan poligami yang tentunya dengan pengawasan pengadilan.14

Melihat beberapa aturan hukum yang berlaku di indonesia, tidak ada satupun peraturan
yyang melarang secara tegas pelaku poligami. Karena jika di lihat peraturan –peraturan tersebut
memberikan cela dengan syarat adanya persetujuan dari pihak yang bersangkutan , dalam hal ini
istri.

Syarat-Syarat Poligami dalam Islam dan Undang undang

Dari segi agama Islam, kita sudah tahu bahwa praktik poligami itu diperbolehitan. Tetapi banyak
yang tidak tahu bahkan tidak mau tahu dengan syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum
melakukan poligami. Pada dasarnya tujuan sebuah pernikahan adalah ketenangan, dengan
adanya poligami ini tentu membuat fitrah perempuan atau stri menjadi tidak lagi nyaman dan
membuat tujuan pernikahan di atas tidak lagi terwujud bahkan akan muncul gejolak dalam
rumah tangga.

Diperbolehkannya poligami dalam Islam di dasarkan pada ayat Alquran dalam surat al-Nisa', akan
tetapi banyak dari kita yang kurang mengerti dan memahami bahkan tidak mau mencari tahu
alasan turunya ayat ini atau yang dikenal dengan asbab al-muzul Para ahli fikih mengatakan
bahwa ayat yang menunjukan tentang diperbolehkannya poligami ini dikaitkan dengan ayat
sebelumnya.

Ayat sebelumnya menjelaskan bahwa para pengelola harta anak yatim berdosa besar jika
mereka menukar dan memakan harta itu dengan cara yang tidak benar. Sedangkan ayat setelah
itu mengingatkan kepada para wall wanita yatim yang ingin menikahi anak yatim tersebut agar

14
Muhammad yahya, poligami dalam perspekif nabi SAW.h.247
dia memiliki tekad dalam dirinya untuk berlaku. adil dan baik. Hal ini harus dibuktikan dengan
kewajiban memberikan mahar dan hak-hak wanita yatim yang dinikahinya. Oleh sebab itu,
dilarang bagi mereka untuk menikahi wanita yatim dengan tujuan menguasai harta yang
dimilikinya atau menghalanginya menikah dengan orang lain.15

Dalam pandangan ilham marzuq syarat di perbolehkannya poligami dalam islam seseorang
antara lain16

1.Akhlak Mahmudah

Akhlak sebagai budi pekerti yang dapat ma nunjukan apakah seseorang itu memiliki nilai yang
mulia atau tidak adalah hal yang sangat mendasar. Alchlah bisa berbeda bentuknya tergantung
terhadap siapa yang dihadapi. Dalam rumah tangga, tentu hal ini sangat diperlukan. Tujuan
menikah untuk menjadikan ketenangan dan rasa kasih saying tidak mungkin dapat terwujud
tanpa adanya akhlak yang baik. Oleh karena itu, bagi setiap orang yang ingin melakukan
poligami haruslah memiliki akhlak atati budi pekerti yang luhur sehingga tujuan pemikahan itu
bisa tetap terwujud.

2. Iman Kuat

Iman sebagaimana kita ketahui adalah ke percayaan yang tertanam di dalam hati dan
direalisasikan dalam kehidupan dapat menjadi kunci kesusksesan dalam berumah tangga. Iman
kuat yang dimiliki sesecrang akan menjadikannya kuat juga dalam menghadapi kesulitan dalam
kehidupan. Telebih dalam poligami, yang secara naluri dapat menimbulkan kecemburuan dan
gejolak dalam rumah tangga tentu membutuhkan keteguhan iman. Dengan keteguhan iman
itulah seorang suami dapat mengkontrol dirinya dan dengan terkontrolnya diri dapat lebih
mudah dalam membentuk keluarga yang tentram. Oleh karena itu sangat tidak dianjurkan bagi
seorang lelaki yang memang belum memiliki keteguhan iman untuk melakukan poligami.

3. Harta yang Cukup

15
Rashid rido, al manar, h 344-345
16
Ilham marzuq, poligami selebritis,(sidoarjo, ma media buana (pustaka april 2019) , h 63-67
Suami sebagai pemimpin dalam rumah tangga harus dapat melindungi dan menciptakan ke
tentraman Melindungi istri dan anak-anaknya tidak hanya dari gangguan orang lain melainkan
juga dari sandang, papan, dan makanan. Seorang suami harus mampu memenuhi kebutuhan

keluarga leh karena itu sangat penting adanya kecukupan materi dalam berumah tangga
terlebih bagi seorang suami yang melakukan poligami. la harus mampu berlaku adil dan
memberikan hak bagi setiap istrinya dengan proporsional, sehingga sangat diperlukan
kecukupan materi bagi yang ingin berpoligami.

Harta memang bukan segalanya, tetapi tanpa adanya harta atan ekonomi yang cukup tentu
akan membuat ketidaknyamanan bagi anggota keluarga dan ketidaknyamanan itu akan
menimbulkan pertengkaran yang dapat menimbulkan perpisahan. Istri lebih dari satu tentu
akan membutuhkan ekonomi yang lebih sehingga kecukupan dalam harta tidak bisa dinafikan
dalam syarat berpoligami.

4. Uzer (dharurat)

Seperti halnya kita ketahui bahwa manusia butuh terhadap adanya penerus atau generasi. Dari
fitrah manusia iniah agama mengatur bagaimana manusia dapat memiliki keturunan secara sah
dengan cara melaksanakan pernikahan Meskipun demikian, tidak semua orang bisa memiliki
keturunan dengan mudah. Hal ini yang terkadang menjadi pemicu pertengkaran dalam rumah
tangga. Dengan demikian sangat wajar jika poligami dibolehkan bagi keluarga yang mengalami
demikian demi untuk menjaga nasab maupun keturunan.

5. Adil

Adil menjadi sifat yang harus dimiliki oleh seseorang yang ingin berpoligami, tanpa keadilan
tentu akan muncul kecemburuar dan rasa iri dari pasangan yang lain sehingga mengakibatkan
pertikaian dalam keluarga. Padahal kita semua tahu tujuan keluarga adalah sebuah ketenangan
lahir maupun batin.

Rasa adil memang akan sangat susah diwujud kan terlebih dalam peligami. Bahkan mayoritas
ulama fikih menyebutkan bahwa keadilan kualitatif adalah sesuatu yang mustahil bisa
diwujudkan Abdurrahman al-Jazairi menuliskan bahwa mempersamakan hak yang berkaitan
dengan kebutuhan seksual dan kasih sayang di antara istri istri yang dinikahi bukanlah
kewajiban bagi orang yang berpoligami, karena ia berpandangan sebagai manusia biasa akan
sangat berat bahkan tidak akan mampu berbuat adil dalam membagi kasih sayang yang
sebenarnya manusiawi Oleh karena tu menjadi sangat wajar ketika ada seorang suami hanya
tertarik pada salah seorang istrinya melebihi yang lain dan yang demikian ini merupakan
sesuatu yang luar batas kemampuan manusia. 17

Dari sini bisa terlihat kelonggaran yang diberikan deh pendapat al-Jaziri dari kewajiban untuk
berlaku adil. Beratnya rasa adil seharusnya dijadikan alarm untuk berpikir ulang ketika ingin
berpoligami. Karena ada hal yang lebih penting hdari semua itu yakni ketenangan jiwa dalam
keluarga, sehingga tidak ada lagi alasan untuk berpoligami ketika ketenangan itu sudah
didapatkan.

PENUTUP
Kesimpulan
Poligami adalah laki-laki memiliki istri lebih dari satu sampai empat orang. Dalam pandangan
Islam, poligami boleh dilakukan jika memenuhi syarat yang sudah jelas dalam al-Qur'an yaitu,
mampu berlaku adil. Adil yang dimaksud disini meliputi beberapa bagian, yaitu: adil dalam
pembagian waktu, adil dalam nafkah, adil dalam tempat tinggal dan adil dalam biaya anak.
Poligami Rasulullah berbeda dengan poligami yang kita lihat sekarang ini. Praktek poligami
Rasulullah di sini bukan berlandaskan kebutuhan biologis, tetapi ada beberapa pertimbangan
diantaranya ingin memberi kehormatan untuk janda. mengangkat derajat para janda dan
wanita yang menawarkan dirinya untuk dinikahi. Dalam masa sekarang poligami hanya
berlandaskan kebutuhan biologis, dan melupakan unsur keadilan di dalam

17
Abdurahman abu Bakr al jazairi, h 239
Daftar pustaka
Ahmad faisol,universitas islam malang, poligami dalam berbagai perspektif (upaya memahami
polarisa pro-kontra poligami-monogami) vol. 2 nomor 1 2020
Andi intan cahyani, poligami dalam prespektif hukum islam, al qodau (vol 5 nomor 1,juni 2018)
Muhammad yahya, poligami dalam perspektif nabi SAW,(makassar universitas alauddin pers,
2013) h, 1
Agus mustafa,poligami yukk! (Surabaya, PADMA press) h, 255
Nasaruddin umar, ketika fikih membela perempuan (jakarta, PT gramedia, 2014) h. 1 126

Anda mungkin juga menyukai