PASCA PERTUNANGAN
(studi kasus di desa purbayan kecamatan kemiri kabupaten purworejo )
PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Kepada Program Studi Ahwal Syakhsiyah
Jurusan Syariah
Sekolah Tinggi Agama Islam An-Nawawi Purworejo
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Oleh :
Wahyu Mustofa
NIM : 04.17.00011
NIRM:
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang diciptakan Allah swt. Kesempurnaan
yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu tugas dan tanggung jawab mereka sebagai
khalifah di bumi. Manusia juga memiliki keinginan untuk menyatu dengan individu yang lain
serta dapat beradaptasi dengan alam sekitarnya. Pada awalnya manusia hidup secara sendiri-
sendiri, namun pada perkembangannya manusia menyadari bahwa tidak dapat hidup tanpa
Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa melakukan interaksi dengan manusia lainnya.
Menurut Duvall dan Miller perkawinan merupakan satu bentuk interaksi antar manusia. Dari
perkawinan dapat membentuk suatu hubungan sosial yang baru karena perkawinan bukan
hanya menyatukan seorang wanita dan seorang laki-laki tetapi juga bersatunya dua keluarga
Salah satu ajaran yang penting dalam Islam adalah pernikahan. Dalam Alqur’an banyak
ayat yang menganjurkan kepada kita untuk menikah. karena dengan menikahlah dapat
menyempurnakan separuh agama. Di antara firman Allah swt tentang anjuran untuk menikah
1
Septy Srisusanti , “Studi Deskriptif Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Perkawinanpada
Istri”, Jurnal Wanita, Universitas Guna Darma, vol7, no 6, 2013. hlm. 08.
2
Q.S An-nur :32.
1
Artinya : “dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang
layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang
perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah
Perkawinan merupakan sunnatullah yang dengan sengaja diciptakan oleh Allah yang
antara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan lainnya.3 Sebelum
khitbah sebelum ikatan pernikahan dilaksanakan agar tiap-tiap pasangan yang akan menikah
قال رسول ا هلل ص) اذا خطب احد كم المراة فان استطاع ان ينظر منها الى ما يدعوه الى نكاحها فليفعل) رواه احمد:عن جابر قال
Artinya: “Diriwayatkan dari sahabat Jabir, Nabi bersabda: “apabila kamu semua ingin
melamar perempuan, apabila mampu untuk melihatnya dan ada bisa menginginkan
Hadist tersebut menunjukan tentang kebolehan melihat wanita yang akan dipinang,
Meskipun hadits Nabi menetapkan boleh melihat perempuan yang dipinang, namun ada batas-
batas yang boleh dilihat. Batasan anggota badan yang boleh dilihat adalah:
3
M. Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam, (Jakarta: Siraja, 2006), hlm. 1.
4
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 3, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2013), hlm. 221.
5
A. Hassan, Terjemah Bulughul Maram, (Bandung: Cv Penerbit Diponegoro, 2011), hlm. 433.
2
1. Jika yang melihatnya sama-sama perempuan, seluruh anggota badannya boleh dilihat, dan
perempuan yang diutus oleh pihak laki-laki harus mengatakan sejujur-jujurnya tentang
keadaan perempuan yang dimaksudkan, sehingga jangan sampai pihak laki-laki tertipu.
2. Jika yang melihatnya pihak laki-laki, bagian yang diperbolehkan hanya muka dan telapak
tangan, karena selain itu merupakan aurat yang haram dilihat. Larangan melihat anggota
tubuh selain muka dan telapak tangan didasarkan kepada dalil Al-Qur’an yang terdapat
darinya.”
Hadits Nabi dari Khalid ibn Duraik dari Aisyah menurut riwayat Abu Daud pun
menegaskan bahwa batas umum aurat seorang perempuan yang mungkin dapat dilihat
hanya muka dan telapak tangan. Hadits Nabi tersebut berbunyi: “Asma’ binti Abi Bakar
masuk kerumah Nabi sedangkan dia memakai pakaian yang sempit, Nabi berpaling
daripadanya dan berkata : hai Asma’ bila seorang perempuan telah haid tidak boleh terlihat
kecuali ini dan ini. Nabi mengisyaratkan kepada muka dan telapak tangannya.”
Alasan mengapa hanya muka dan telapak tangan saja yang boleh dilihat, karena
dengan melihat muka dapat diketahui kecantikannya dan dengan melihat telapak tangan
Peminangan (khitbah) adalah aksi(fi’lah), ikatan (‘iqdah), dan posisi (jilsah). Misalnya
6
Jamaluddin, dan Nanda Amalia, Buku Ajar Hukum Perkawinan ( Sulawesi : Unimal Press, 2016) hlm. 46-
47S
3
perempuan tersebut untuk menikah (melamar atau meminangnya) dengan cara yang lumrah
Menurut bahasa khitbah berasal dari bahasa arab, – خطب8ا – يخطب88 خطبyang artinya bicara.
Khitbah bisa juga diartikan sebagai ucapan yang berupa nasihat, ceramah, pujian, dan lain
sebagainya. Pelaku khitbah disebut khatib atau khitb, yaitu orang yang mengkhitbah
perempuan.7
Dalam masa peminangan tersebut, ada hal-hal lain yang harus diperhatikan oleh pasangan
khitbah, ialah mengenai etika-etika pergaulan dalam masa peminangan. Perlu diketahui,
bahwasanya dalam pinangan tidaklah sama hukumnya dengan masa setelah pernikahan.
Dalam masa pinangan belum menimbulkan hubungan hukum layaknya suami isteri. Perlu
ditegaskan bahwa masa peminangan ini, hanya untuk jalan ta’aruf (perkenalan) antara kedua
belah pihak sebelum ke jenjang pernikahan. Sehingga perilaku yang terlampau jauh sampai
mendekati pergaulan suami istri itu dilarang dalam masa peminangan. Namun pada zaman
modern ini banyak pasangan muda-mudi baik yang dalam masa pinangan maupun tidak,
banyak yang bergaul dengan pasangannya melebihi batas yang tentunya hal tersebut tidak
Penelitian ini mengambil lokasi kajian di Desa purbayan untuk mengkaji hubungan
tunangan muda-mudi pra-nikah. Dalam praktiknya sebagian pihak yang bertunang tidak
menjunjung tinggi nilai-nilai Islam. Mereka yang telah bertunang dibolehkan kedua orang tua
untuk berjumpa, dengan kebolehan tersebut pasangan yang bertunang sering keluar berdua,
berboncengan, jalan-jalan, dan juga menghadiri acara hiburan seperti pesta nikah, khitanan,
berbincang kapan saja dan lain-lainnya. Pada saat hari raya Idul Fitri calon pengantin laki-laki
bersilaturrahmi ke rumah tunangannya, setelah silaturrahmi itu selesai, calon pengantin laki-
7
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Surakarta: Insan Kamil, 2016), hlm. 467.
4
laki mengajak tunangannya bepergian berkunjung ke tempat saudara si laki-laki dengan pergi
Berdasarkan fenomena yang terjadi di Desa Purbayan itu menjadikan laki-laki yang
sudah memiliki tunangan bergaul secara dekat atau bebas. Maka permasalahannya
dikhawatirkan akan terjadi ikatan khitbah itu melenceng dari aturan-aturan Islam.
Dari beberapa fakta dilapangan yang penulis teliti, ada sebuah pendapat dari salah satu
masyarakat desa Labuhan Bakti mengenai pertunangan. Berdasarkan wawancara dengan ibu
Wiwiana mengatakan pertunangan adalah suatu ikatan untuk mengenal lebih dekat sehingga
mereka dapat mengetahui karakter mengenai pasangannya. Mengenai pergaulan dalam masa
pertunangan, pasangan yang dalam masa bertunang boleh bertemu atau berbicara dengan
pasangannya selama tidak melampaui batas.8 Namun sebagian pasangan yang dalam masa
pertunangan mereka lupa akan batasan syariat, sedangkan dalam Islam peminangan hanya
untuk mengenal pasangannya. Sebagian masyarakat Teupah Selatan memiliki persepsi atau
cara pandang yang berbeda-beda bahwa dalam masa pertunangan pasangan yang telah
bertunang boleh untuk pergi bersama, berbicara berdua dan sebagainya yang terpenting tidak
Fenomena-fenomena yang muncul sekarang ini adalah banyak dari kalangan orang tua,
anak muda, atau masyarakat kurang memahami aturan hukum dan falsafah pensyariatan
pertunangan, oleh sebab itu, etika pergaulan sesudah khitbah yang muncul di tengah
masyarakat perlu dibatasi oleh orang tua, karena peran orang tua sangat penting dalam
Fakta di lapangan tersebut jelas-jelas bertolak belakang dengan aturan yang diajarkan
dalam Islam mengenai pertunangan. Masalah inilah yang mendorong peneliti tertarik untuk
8
Wawancara dengan ibu Wiwiana, hari Kamis, tanggal 11 Januari 2018.
5
meneliti secara spesifik tentang, Pandangan Masyarakat Terhadap Pergaulan Calon
Kabupaten Purworejo )
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan masyarakat Desa Purbayan Kec. Kemiri tentang pergaulan calon
1. Setiap karya ilmiah yang dihasilkan dari sebuah penelitian, memiliki tujuan-tujuan yang
ingin dicapai. Adapun tujuan dari penelitian ini ialah sebagai berikut:
pertunangan.
6
Kajian pustaka yang penulis lakukan bertujuan untuk melihat persamaan dan perbedaan
antara objek penelitian penulis dengan penelitian penelitian yang pernah diteliti penulis lain
agar terhindar dari duplikatif. Untuk itu, penulis menguraikan beberapa skripsi yang
Pertama, skripsi yang di tulis oleh Fitrah Tahir yang berjudul ―Konsep Khitbah dalam
Perspektif Hadist Nabi Muhaammad SAW‖.Skripsi ini menjelaskan bahwa terdapat tiga
macam hadist yang menjadi sampel dalam penelitian ini, dari ketiga hadist yang diteliti satu
hadist tersebut di anggap da‘if yaitu hadist tentang mempermudah dalam menerima
peminangan, hadis tersebut di anggap da‘if karena dua periwayatnya tidak memenuhi unsur
unsur kesahihan hadist dan hadist berstatus sahih yaitu hadist tentang larangan meminang di
atas pinangan orang lain. Sedangkan hadist tentang kebolehan dalam melihat saat saat
meminang berstatus hasan lighairi. Hadis hadis tersebut adalah bentuk dari khitbah. Adapun
analisis hadis hadis tentang khitbah dibagi ke dalam 3 bagian: 1) Hakikat dari khitbah, 2)
Kemudian jurnal yang di tulis oleh Ismail yang berjudul ―Khitbah Menurut Perspektif
Hukum Islam‖ yang menjelaskan tentang pemahaman para ulama tentang berbagal hal yang
boleh dilakukan dalam peminangan. Salah satunya adalah kebolehan melihat wanita yang
ingin dipinang beserta batasan batasannya. Hal ini berhubungan dengan tema yang ingin
penulis paparkan dalam penelitian ini, bahwa larangan larangan yang ada dalam proses
khitbah di lakukan secara nyata dan layaknya menjadi fenomena yang lazim terjadi di
kalangan masyarakat.10
9
Fitrah Tahir, Konsep Khitbah Dalam Perspektif Hadist Nabi Muhammad SAW (UIN Alauddin Makasaar,
2018), n.d.
10
Ismail, Khitbah Menurut Perspektif Hukum Islam, Al-Huriyah, Vol. 10, No. 2, JuliDesember 2009), n.d.
7
Kemudian jurnal yang di tulis oleh Isnadul Hamdi yang berjudul ―Ta‟aruf dan Khitbah
sebelum Perkawinan” yang menjelaskan tentang realita yang terjadi di tengah masyarakat
sekarang ini, masih banyaknya kekeliruan dalam memahami istilah ta‘aruf. Sebagian muda-
mudi lebih cenderung memulai pendekatan dengan calon pasangannya sebelum menikah
dengan menjalin hubungan melalui pacaran secara bebas. Kadangkala, seorang remaja
menganggap perlu pacaran untuk tidak hanya mengenal pribadi pasangannya, melainkan
Kemudian jurnal yang di tulis oleh Eliyyil Akbar yang berjudul ―Ta‟aruf dalam Khitbah
Perspektif Syafi‟i dan Ja‟far‖ yang menjelskan tentang Batasan ta‘aruf yang mengacu pada
pendapat Syafi‘i dan Ja‘fari, Dalam hal memandang, melihat calon pasangan terbatas oleh
wajah dan telapak tangan, karena dengan kedua anggota tersebut seorang wanita atau calon
pasangan dapat dinilai sikap serta karakternya. Menurut Imam Syafi‘i hukum khalwat antara
laki-laki dan perempuan adalah haram kecuali ada wali, menurut Ja‘fari boleh dengan syarat
terdapat mahram bagi perempuan ataupun bukan mahram maksudnya adalah orang lain.12
Kemudian jurnal yang di tulis oleh Hafidhul Umami yang berjudul ‖Studi Perbandingan
Mazhab tentang Khitbah dan Batasan Melihat Wanita dalam Khitbah‖ yang menjelaskan
tentang persoalan melamar dengan meminta calon wanita dengan cara yang telah di tetapkan,
Akan tetapi realita yang ada saat ini, kebanyakan mereka yang akan melangsungkan
perkawinan cenderung sudah mengenal baik calonnya bahkan dapat dibilang sudah menjalin
hubungan intim sebelumnya yang sering disebut dengan istilah pacaran, sehingga pada saat
mereka melakukan proses melihat mereka sudah saling kenal. Padahal dalam tuntunan Islam
11
8Isnadul Hamdi, Ta‘aruf Dan Khitbah Sebelum Perkawinan, Ilmiah Syari'ah, Vol 16, No. 1, Januari-Juni
2017 n.d.
12
Eliyil Akbar, Ta‘aruf Dalam Khitbah Perspektif Syafi‘i Dan Ja‘far,Mustawa,Vol. 14 No. 1, Januari 2019
8
biasanya orang yang melakukan proses ini belum mengenal satu sama lain sehingga dengan
adanya proses melihat maka mereka dapat memutuskan untuk melanjutkan ataupun
membatalkannya.13
Kemudian skripsi yang di tulis oleh Amri Denial ―Analisi Pemahaman Masyarakat desa
Plunturan Pulung Terhadap Implikasi Praktik Khitbah dan Praktik Pembatalan Khitabh”
skripsi ini menjelaskan bahwa Pemahaman masyarakat desa Plunturan Pulung Ponorogo
terhadap ilmplikasi praktik khitbah diamana laki laki dan perempuan sebelum dan sesudah
khitbah, sudah bebas melakukan hal yang tidak lazim, dalam praktiknya juga si pelamar
Kemudian skiprsi yang di tulis oleh Muhamad Zulfikar bin Shamsuddin “Hukum “Nikah
Khitbah” Dalam Perspektif Ulama Perlis, Malaysia” skipsi ini menjelaskan bahwa tata cara
nikah khitbah terbagi menjadi dua, yang pertama ialah akad, yang kedua nafkah. Sehingga
mikah khitbah dapat memberi ikatan di antara laki laki dan perempuan dan untuk memenuhi
fitrah bercinta yang sudah ada dalam diri setiap manusia menurut cara yang telah dianjurkan
oleh agama.15
E. Kerangka Teori
F. Metode Penelitian
Dalam menjelaskan dan menyimpulkan obyek dalam skripsi ini secara terarah, penyusun
menempuh metode sebagai berikut :
1. Jenis penelitian
13
Hafidhul Umami, Studi Perbandingan Mazhab Tentang Khitbah Dan Batasan Melihat Wanita Dalam
Khitbah, Usrauna, Vol. 3 No. 1 Desember 2019.
14
Amir Danial, Analisi Pemahaman Masyarakat Desa Plunturan Pulung Terhadap Implikasi Praktik
Khitbah Dan Praktik Pembatalan Khitbah, STAIN Ponorogo, 2017.
15
Muhammad Zulfikar bin Shamsuddin, Hukum Nikah Khitbah Dalam Perspektif Ulama Perlis, Malaysia,
(Skripsi tidak dipublikasi), Fakultas Syari‘ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, 2017.
9
Dalam penelitian ini, bila dilihat dari jenis penelitianya, penelitian ini digolongkan
dalam jenis penelitian lapangan (field Research),16yaitu penelitian yang datanya diperoleh
dari pengamatan-pengamatan dan sumber data di lapangan.
2. Sifat penelitian
Mengenai sifat penelitian ini adalah deskriptif-analitik, 17yakni penyusun akan
mendeskripsikan dan menganalisis permasalahan yang ada secara obyektif, guna
mengetahui sikap para pelaku dalam Peraktik Pemahaman Masyarakat terhadap
pergaulan calon pengantin pasca pertunangan Studi Kasus di Desa Purbayan Kecamatan
Kemiri Kabupaten Purworejo.
Kemudian menganalisis berdasarkan data yang ada dari hasil penelitian dan
literatur-literatur yang ada kaitanya dengan permasalahan tersebut, selanjutnya di analisis
dengan pemahaman Masyarakat agar mendapatkan kesimpulan.
1. Jenis Data
a. Data primer (data tangan pertama)
Data primer yaitu data yang diperoleh dari subyek penelitian dengan mengunakan
pengambilan data langsung pada subyek sebagai informasi yang dicari.18 Karena
penilitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) maka sumber data yang
penulis gunakan adalah hasil interview secara langsung dengan pihak terkait dalam
Peraktik Pemahaman Masyarakat terhadap pergaulan calon pengantin pasca
pertunangan Studi Kasus di Desa Purbayan Kecamatan Kemiri Kabupaten
Purworejo.
b. Data sekunder (data tangan kedua)
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lainya atau tidak langsung
diperoleh dari subyek penelitian.19 Yang termasuk sekunder dalam penelitian ini
adalah buku, arsip atau skripsi yang ada kaitanya secara langsung maupun tidak
langsung dengan pokok permasalahan.
16
Suhasami Arikunto, prosedur penelitian suatu pendekatan perkatek, (Bandung: Rineka Cipta, 1998),
hlm. 151.
17
V. Wiratna Sujarweni, Metodelogi Penelitian, Cet. Ke-1, (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014), hlm.
19.
18
Ibid., hlm. 188.
19
Ibid., hlm. 189
10
2. Teknik Pengumpulan Data
Sebagi upaya untuk memperoleh data yang falid, maka penulis mengunakan
metode sebgai berikut:
a. Wawancara (Interview)
Wawancara (Interview) Adalah usaha untuk mengumpulkan informasi dengan
cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan, sedangkan teknik pengumpulan
data yang di gunakan penulis adalah interview, yakni pedoman wawancara yang
memuat garis-garis besar pertanyaan yang akan diajukan.20
b. Observasi
Observasi atau pengamatan adalan suatu cara mengumpulkan data dengan
pengamatan dan pecatatatan terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki. Tujuan
pengamatan ini adalah untuk memperoleh data sebagaimana yang diperlukan
memungkinkan peneliti melihat dan mengamtai sendiri, kemudian mencatat perilaku
dan peristiwa yang terjadi pada keadaan sebenarnya.Peneliti dengan observasi ini
mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposional
maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data-data yang ada.21
3. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatanlapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan di pelajari,
dan membuat kesimpulan sehingga mudah di fahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis data model Miles and
Huberman Miles and Huberman (1984) menngemukakan bahwa aktivitas dalam analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai
tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktifitas dalam analisis data, yaitu:
20
M. Burhan Bungin, “Ipenelitian kualitatif; komunikasi, ekonomi, kebijakan public, dan ilmu social
lainya”, (Jakarta: Kencana,2007),hlm. 108.
21
Lexy J. Moleong, “Metode Penelitian Kualitatif”,Edisi Revisi, (Bnadung: Remaja Rosdakarya, 2007),
hlm. 174.
11
a. Data Reducition ( Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu
di catat secara teliti dan rinci. Seperti telah di kemukakan, semakin lama peneliti ke
lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu
perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data.
b. Data Display ( Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.
Kalau dalam penelitian kuantitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk
tabel, grafik,phie chard, pictogram dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut,
maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin
mudah di paham. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
c. Conclusion Drawing/ verification
Langkah ketiga menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang di kemukakan pada
tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali
ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel
G. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan sistem pembahasan yang lebih tersusun dalam skripsi ini penulis
membagi menjadi lima bab dan setiap bab terdiri dari beberapa sub yang masing-masing
subsaling berhubungan atau saling berkaitan antara sub yang lain dengan tujuan agar skripsi
ini mudah dicermati dan dipahami yaitu antara lain:
Bab pertama, merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan
sistematika pembahasan.
Bab kedua, dalam bab ini menjelaskan tentang landasan teori dan dalam bab ini penulis
akan menguraikan Teori tentang:Sakinahmawaddah warahmahdan Keluarga.
12
Bab ketiga, menjelaskan gambaran umum tentang Desa Plipiran Kecamatan Bruno
Kabupaten Purworejodan membahas tentang praktik Pemahaman Masyarakat terhadap
keluarga Sakinah Studi Kasus di Desa Plipiran Kecamatan Bruno Kabupaten Purworejo.
Bab keempat, merupakan analisis yang di tinjau dari Sakinahmawaddah warahmah dan
Analisis Kluarga
Bab kelima, merupakan bab terakhir dari skripsi ini, dan kesimpulan dari semua
pembahasan yang telah diuraikan, kemudian daftar pustaka, lampiran, pedoman, wawancara,
dan curiculum vitae.
13