Anda di halaman 1dari 14

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP PERGAULAN CALON PENGANTIN

PASCA PERTUNANGAN
(studi kasus di desa purbayan kecamatan kemiri kabupaten purworejo )

PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Kepada Program Studi Ahwal Syakhsiyah
Jurusan Syariah
Sekolah Tinggi Agama Islam An-Nawawi Purworejo
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna
Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Oleh :
Wahyu Mustofa
NIM : 04.17.00011
NIRM:

PROGRAM STUDI AHWAL SYAKHSIYAH


JURUSAN SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM AN-NAWAWI
PURWOREJO
2021
PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP PERGAULAN CALON PENGANTIN
PASCA PERTUNANGAN
(Studi Kasus Di Desa Purbayan Kecamatan Kemiri Kabupaten Purworejo )

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk paling sempurna yang diciptakan Allah swt. Kesempurnaan

yang dimiliki oleh manusia merupakan suatu tugas dan tanggung jawab mereka sebagai

khalifah di bumi. Manusia juga memiliki keinginan untuk menyatu dengan individu yang lain

serta dapat beradaptasi dengan alam sekitarnya. Pada awalnya manusia hidup secara sendiri-

sendiri, namun pada perkembangannya manusia menyadari bahwa tidak dapat hidup tanpa

bantuan manusia lainnya.

Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa melakukan interaksi dengan manusia lainnya.

Menurut Duvall dan Miller perkawinan merupakan satu bentuk interaksi antar manusia. Dari

perkawinan dapat membentuk suatu hubungan sosial yang baru karena perkawinan bukan

hanya menyatukan seorang wanita dan seorang laki-laki tetapi juga bersatunya dua keluarga

sekaligus, yaitu dua pasangan keluarga tersebut.1

Salah satu ajaran yang penting dalam Islam adalah pernikahan. Dalam Alqur’an banyak

ayat yang menganjurkan kepada kita untuk menikah. karena dengan menikahlah dapat

menyempurnakan separuh agama. Di antara firman Allah swt tentang anjuran untuk menikah

terdapat dalam Q.S An-nur :322

1
Septy Srisusanti , “Studi Deskriptif Mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Perkawinanpada
Istri”, Jurnal Wanita, Universitas Guna Darma, vol7, no 6, 2013. hlm. 08.
2
Q.S An-nur :32.
1
     
          
  
Artinya : “dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang

layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang

perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah

Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha mengetahui.”

Perkawinan merupakan sunnatullah yang dengan sengaja diciptakan oleh Allah yang

antara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan lainnya.3 Sebelum

melaksanakan pernikahan di dahului dengan peminangan (khitbah). Allah swt mensyariatkan

khitbah sebelum ikatan pernikahan dilaksanakan agar tiap-tiap pasangan yang akan menikah

mengenal pasangannya sehingga mendapatkan kemantapan hati untuk melaksanakan

pernikahan.4 Sebagaimana hadis Nabi Saw. menyatakan:

‫ قال رسول ا هلل ص) اذا خطب احد كم المراة فان استطاع ان ينظر منها الى ما يدعوه الى نكاحها فليفعل) رواه احمد‬:‫عن جابر قال‬

‫وابوداود ورجاله ثقات وصححه الحاكم‬

Artinya: “Diriwayatkan dari sahabat Jabir, Nabi bersabda: “apabila kamu semua ingin

melamar perempuan, apabila mampu untuk melihatnya dan ada bisa menginginkan

untuk dinikahi maka kerjakanlah”5

Hadist tersebut menunjukan tentang kebolehan melihat wanita yang akan dipinang,

Meskipun hadits Nabi menetapkan boleh melihat perempuan yang dipinang, namun ada batas-

batas yang boleh dilihat. Batasan anggota badan yang boleh dilihat adalah:

3
M. Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam, (Jakarta: Siraja, 2006), hlm. 1.
4
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah 3, (Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2013), hlm. 221.
5
A. Hassan, Terjemah Bulughul Maram, (Bandung: Cv Penerbit Diponegoro, 2011), hlm. 433.
2
1. Jika yang melihatnya sama-sama perempuan, seluruh anggota badannya boleh dilihat, dan

perempuan yang diutus oleh pihak laki-laki harus mengatakan sejujur-jujurnya tentang

keadaan perempuan yang dimaksudkan, sehingga jangan sampai pihak laki-laki tertipu.

2. Jika yang melihatnya pihak laki-laki, bagian yang diperbolehkan hanya muka dan telapak

tangan, karena selain itu merupakan aurat yang haram dilihat. Larangan melihat anggota

tubuh selain muka dan telapak tangan didasarkan kepada dalil Al-Qur’an yang terdapat

dalam surat An-Nur ayat 31:

“dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak

darinya.”

Hadits Nabi dari Khalid ibn Duraik dari Aisyah menurut riwayat Abu Daud pun

menegaskan bahwa batas umum aurat seorang perempuan yang mungkin dapat dilihat

hanya muka dan telapak tangan. Hadits Nabi tersebut berbunyi: “Asma’ binti Abi Bakar

masuk kerumah Nabi sedangkan dia memakai pakaian yang sempit, Nabi berpaling

daripadanya dan berkata : hai Asma’ bila seorang perempuan telah haid tidak boleh terlihat

kecuali ini dan ini. Nabi mengisyaratkan kepada muka dan telapak tangannya.”

Alasan mengapa hanya muka dan telapak tangan saja yang boleh dilihat, karena

dengan melihat muka dapat diketahui kecantikannya dan dengan melihat telapak tangan

dapat diketahui kesuburan badannya.6

Peminangan (khitbah) adalah aksi(fi’lah), ikatan (‘iqdah), dan posisi (jilsah). Misalnya

seorang laki-laki mengkhitbah seorang perempuan. Maknanya laki-laki itu mengajak

6
Jamaluddin, dan Nanda Amalia, Buku Ajar Hukum Perkawinan ( Sulawesi : Unimal Press, 2016) hlm. 46-
47S
3
perempuan tersebut untuk menikah (melamar atau meminangnya) dengan cara yang lumrah

dan biasa dilakukan oleh orang umum.

Menurut bahasa khitbah berasal dari bahasa arab,‫ – خطب‬8‫ا – يخطب‬88‫ خطب‬yang artinya bicara.

Khitbah bisa juga diartikan sebagai ucapan yang berupa nasihat, ceramah, pujian, dan lain

sebagainya. Pelaku khitbah disebut khatib atau khitb, yaitu orang yang mengkhitbah

perempuan.7

Dalam masa peminangan tersebut, ada hal-hal lain yang harus diperhatikan oleh pasangan

khitbah, ialah mengenai etika-etika pergaulan dalam masa peminangan. Perlu diketahui,

bahwasanya dalam pinangan tidaklah sama hukumnya dengan masa setelah pernikahan.

Dalam masa pinangan belum menimbulkan hubungan hukum layaknya suami isteri. Perlu

ditegaskan bahwa masa peminangan ini, hanya untuk jalan ta’aruf (perkenalan) antara kedua

belah pihak sebelum ke jenjang pernikahan. Sehingga perilaku yang terlampau jauh sampai

mendekati pergaulan suami istri itu dilarang dalam masa peminangan. Namun pada zaman

modern ini banyak pasangan muda-mudi baik yang dalam masa pinangan maupun tidak,

banyak yang bergaul dengan pasangannya melebihi batas yang tentunya hal tersebut tidak

dibenarkan oleh agama.

Penelitian ini mengambil lokasi kajian di Desa purbayan untuk mengkaji hubungan

tunangan muda-mudi pra-nikah. Dalam praktiknya sebagian pihak yang bertunang tidak

menjunjung tinggi nilai-nilai Islam. Mereka yang telah bertunang dibolehkan kedua orang tua

untuk berjumpa, dengan kebolehan tersebut pasangan yang bertunang sering keluar berdua,

berboncengan, jalan-jalan, dan juga menghadiri acara hiburan seperti pesta nikah, khitanan,

berbincang kapan saja dan lain-lainnya. Pada saat hari raya Idul Fitri calon pengantin laki-laki

bersilaturrahmi ke rumah tunangannya, setelah silaturrahmi itu selesai, calon pengantin laki-
7
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Surakarta: Insan Kamil, 2016), hlm. 467.
4
laki mengajak tunangannya bepergian berkunjung ke tempat saudara si laki-laki dengan pergi

berdua tanpa adanya mahram yang ikut serta.

Berdasarkan fenomena yang terjadi di Desa Purbayan itu menjadikan laki-laki yang

sudah memiliki tunangan bergaul secara dekat atau bebas. Maka permasalahannya

dikhawatirkan akan terjadi ikatan khitbah itu melenceng dari aturan-aturan Islam.

Dari beberapa fakta dilapangan yang penulis teliti, ada sebuah pendapat dari salah satu

masyarakat desa Labuhan Bakti mengenai pertunangan. Berdasarkan wawancara dengan ibu

Wiwiana mengatakan pertunangan adalah suatu ikatan untuk mengenal lebih dekat sehingga

mereka dapat mengetahui karakter mengenai pasangannya. Mengenai pergaulan dalam masa

pertunangan, pasangan yang dalam masa bertunang boleh bertemu atau berbicara dengan

pasangannya selama tidak melampaui batas.8 Namun sebagian pasangan yang dalam masa

pertunangan mereka lupa akan batasan syariat, sedangkan dalam Islam peminangan hanya

untuk mengenal pasangannya. Sebagian masyarakat Teupah Selatan memiliki persepsi atau

cara pandang yang berbeda-beda bahwa dalam masa pertunangan pasangan yang telah

bertunang boleh untuk pergi bersama, berbicara berdua dan sebagainya yang terpenting tidak

sampai melewati batas.

Fenomena-fenomena yang muncul sekarang ini adalah banyak dari kalangan orang tua,

anak muda, atau masyarakat kurang memahami aturan hukum dan falsafah pensyariatan

pertunangan, oleh sebab itu, etika pergaulan sesudah khitbah yang muncul di tengah

masyarakat perlu dibatasi oleh orang tua, karena peran orang tua sangat penting dalam

membatasi pergaulan anak-anaknya.

Fakta di lapangan tersebut jelas-jelas bertolak belakang dengan aturan yang diajarkan

dalam Islam mengenai pertunangan. Masalah inilah yang mendorong peneliti tertarik untuk
8
Wawancara dengan ibu Wiwiana, hari Kamis, tanggal 11 Januari 2018.
5
meneliti secara spesifik tentang, Pandangan Masyarakat Terhadap Pergaulan Calon

Pengantin Pasca Pertunangan (Studi Kasus Di Desa Purbayan Kecamatan Kemiri

Kabupaten Purworejo )

B. Rumusan Masalah

Berbentuk kalimat tanya.

1. Bagaimana pandangan masyarakat Desa Purbayan Kec. Kemiri tentang pergaulan calon

pengantin pasca pertunangan ?

2. Bagaimana dampak negatif dari pergaulan calon pengantin pasca pertunangan ?

C. Tujuan dan Manfaat penelitian

1. Setiap karya ilmiah yang dihasilkan dari sebuah penelitian, memiliki tujuan-tujuan yang

ingin dicapai. Adapun tujuan dari penelitian ini ialah sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bagaimana pandangan masyarakat di Desa Purbayan tentang

pergaulan pasangan calon pengantin pasca pertunangan.

b. Untuk mengetahui dampak negatif dari pergaulan calon pengantin pasca

pertunangan.

2. Kegunaan dari Penelitian ini adalah:

a. Secara akademis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran


bagi perkembangan keilmuan dalam rangka memperkaya khasanah ilmu
pengetahuan, khususnya yang berkaitan dengan Pemahaman Masyarakat terhadap
pergaulan calon pengantin pasca pertunangan Studi Kasus di Desa Purbayan
Kecamatan Kemiri Kabupaten Purworejo.
b. Secara praktis penelitian ini sebagai sumbangan pemikiran dan masukan serta
perkembangan bagi pihak-pihak yang terkait dan masyarakat sekitar di Desa
Purbayan Kecamatan Kemiri Kabupaten Purworejo.
D. Telaah Pustaka

6
Kajian pustaka yang penulis lakukan bertujuan untuk melihat persamaan dan perbedaan

antara objek penelitian penulis dengan penelitian penelitian yang pernah diteliti penulis lain

agar terhindar dari duplikatif. Untuk itu, penulis menguraikan beberapa skripsi yang

membahas tentang khitbah, yaitu:

Pertama, skripsi yang di tulis oleh Fitrah Tahir yang berjudul ―Konsep Khitbah dalam

Perspektif Hadist Nabi Muhaammad SAW‖.Skripsi ini menjelaskan bahwa terdapat tiga

macam hadist yang menjadi sampel dalam penelitian ini, dari ketiga hadist yang diteliti satu

hadist tersebut di anggap da‘if yaitu hadist tentang mempermudah dalam menerima

peminangan, hadis tersebut di anggap da‘if karena dua periwayatnya tidak memenuhi unsur

unsur kesahihan hadist dan hadist berstatus sahih yaitu hadist tentang larangan meminang di

atas pinangan orang lain. Sedangkan hadist tentang kebolehan dalam melihat saat saat

meminang berstatus hasan lighairi. Hadis hadis tersebut adalah bentuk dari khitbah. Adapun

analisis hadis hadis tentang khitbah dibagi ke dalam 3 bagian: 1) Hakikat dari khitbah, 2)

Aturan aturan terkait dengan khitbah, 3) Hikmah dari khitbah.9

Kemudian jurnal yang di tulis oleh Ismail yang berjudul ―Khitbah Menurut Perspektif

Hukum Islam‖ yang menjelaskan tentang pemahaman para ulama tentang berbagal hal yang

boleh dilakukan dalam peminangan. Salah satunya adalah kebolehan melihat wanita yang

ingin dipinang beserta batasan batasannya. Hal ini berhubungan dengan tema yang ingin

penulis paparkan dalam penelitian ini, bahwa larangan larangan yang ada dalam proses

khitbah di lakukan secara nyata dan layaknya menjadi fenomena yang lazim terjadi di

kalangan masyarakat.10

9
Fitrah Tahir, Konsep Khitbah Dalam Perspektif Hadist Nabi Muhammad SAW (UIN Alauddin Makasaar,
2018), n.d.
10
Ismail, Khitbah Menurut Perspektif Hukum Islam, Al-Huriyah, Vol. 10, No. 2, JuliDesember 2009), n.d.
7
Kemudian jurnal yang di tulis oleh Isnadul Hamdi yang berjudul ―Ta‟aruf dan Khitbah

sebelum Perkawinan” yang menjelaskan tentang realita yang terjadi di tengah masyarakat

sekarang ini, masih banyaknya kekeliruan dalam memahami istilah ta‘aruf. Sebagian muda-

mudi lebih cenderung memulai pendekatan dengan calon pasangannya sebelum menikah

dengan menjalin hubungan melalui pacaran secara bebas. Kadangkala, seorang remaja

menganggap perlu pacaran untuk tidak hanya mengenal pribadi pasangannya, melainkan

sebagai pengalaman, uji coba, maupun bersenang-senang belaka. 11

Kemudian jurnal yang di tulis oleh Eliyyil Akbar yang berjudul ―Ta‟aruf dalam Khitbah

Perspektif Syafi‟i dan Ja‟far‖ yang menjelskan tentang Batasan ta‘aruf yang mengacu pada

pendapat Syafi‘i dan Ja‘fari, Dalam hal memandang, melihat calon pasangan terbatas oleh

wajah dan telapak tangan, karena dengan kedua anggota tersebut seorang wanita atau calon

pasangan dapat dinilai sikap serta karakternya. Menurut Imam Syafi‘i hukum khalwat antara

laki-laki dan perempuan adalah haram kecuali ada wali, menurut Ja‘fari boleh dengan syarat

terdapat mahram bagi perempuan ataupun bukan mahram maksudnya adalah orang lain.12

Kemudian jurnal yang di tulis oleh Hafidhul Umami yang berjudul ‖Studi Perbandingan

Mazhab tentang Khitbah dan Batasan Melihat Wanita dalam Khitbah‖ yang menjelaskan

tentang persoalan melamar dengan meminta calon wanita dengan cara yang telah di tetapkan,

Akan tetapi realita yang ada saat ini, kebanyakan mereka yang akan melangsungkan

perkawinan cenderung sudah mengenal baik calonnya bahkan dapat dibilang sudah menjalin

hubungan intim sebelumnya yang sering disebut dengan istilah pacaran, sehingga pada saat

mereka melakukan proses melihat mereka sudah saling kenal. Padahal dalam tuntunan Islam

11
8Isnadul Hamdi, Ta‘aruf Dan Khitbah Sebelum Perkawinan, Ilmiah Syari'ah, Vol 16, No. 1, Januari-Juni
2017 n.d.
12
Eliyil Akbar, Ta‘aruf Dalam Khitbah Perspektif Syafi‘i Dan Ja‘far,Mustawa,Vol. 14 No. 1, Januari 2019
8
biasanya orang yang melakukan proses ini belum mengenal satu sama lain sehingga dengan

adanya proses melihat maka mereka dapat memutuskan untuk melanjutkan ataupun

membatalkannya.13

Kemudian skripsi yang di tulis oleh Amri Denial ―Analisi Pemahaman Masyarakat desa

Plunturan Pulung Terhadap Implikasi Praktik Khitbah dan Praktik Pembatalan Khitabh”

skripsi ini menjelaskan bahwa Pemahaman masyarakat desa Plunturan Pulung Ponorogo

terhadap ilmplikasi praktik khitbah diamana laki laki dan perempuan sebelum dan sesudah

khitbah, sudah bebas melakukan hal yang tidak lazim, dalam praktiknya juga si pelamar

membawa sesuatu untuk yang di lamar.14

Kemudian skiprsi yang di tulis oleh Muhamad Zulfikar bin Shamsuddin “Hukum “Nikah

Khitbah” Dalam Perspektif Ulama Perlis, Malaysia” skipsi ini menjelaskan bahwa tata cara

nikah khitbah terbagi menjadi dua, yang pertama ialah akad, yang kedua nafkah. Sehingga

mikah khitbah dapat memberi ikatan di antara laki laki dan perempuan dan untuk memenuhi

fitrah bercinta yang sudah ada dalam diri setiap manusia menurut cara yang telah dianjurkan

oleh agama.15

E. Kerangka Teori

F. Metode Penelitian

Dalam menjelaskan dan menyimpulkan obyek dalam skripsi ini secara terarah, penyusun
menempuh metode sebagai berikut :
1. Jenis penelitian

13
Hafidhul Umami, Studi Perbandingan Mazhab Tentang Khitbah Dan Batasan Melihat Wanita Dalam
Khitbah, Usrauna, Vol. 3 No. 1 Desember 2019.
14
Amir Danial, Analisi Pemahaman Masyarakat Desa Plunturan Pulung Terhadap Implikasi Praktik
Khitbah Dan Praktik Pembatalan Khitbah, STAIN Ponorogo, 2017.
15
Muhammad Zulfikar bin Shamsuddin, Hukum Nikah Khitbah Dalam Perspektif Ulama Perlis, Malaysia,
(Skripsi tidak dipublikasi), Fakultas Syari‘ah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry, 2017.
9
Dalam penelitian ini, bila dilihat dari jenis penelitianya, penelitian ini digolongkan
dalam jenis penelitian lapangan (field Research),16yaitu penelitian yang datanya diperoleh
dari pengamatan-pengamatan dan sumber data di lapangan.
2. Sifat penelitian
Mengenai sifat penelitian ini adalah deskriptif-analitik, 17yakni penyusun akan
mendeskripsikan dan menganalisis permasalahan yang ada secara obyektif, guna
mengetahui sikap para pelaku dalam Peraktik Pemahaman Masyarakat terhadap
pergaulan calon pengantin pasca pertunangan Studi Kasus di Desa Purbayan Kecamatan
Kemiri Kabupaten Purworejo.
Kemudian menganalisis berdasarkan data yang ada dari hasil penelitian dan
literatur-literatur yang ada kaitanya dengan permasalahan tersebut, selanjutnya di analisis
dengan pemahaman Masyarakat agar mendapatkan kesimpulan.
1. Jenis Data
a. Data primer (data tangan pertama)
Data primer yaitu data yang diperoleh dari subyek penelitian dengan mengunakan
pengambilan data langsung pada subyek sebagai informasi yang dicari.18 Karena
penilitian ini merupakan penelitian lapangan (field research) maka sumber data yang
penulis gunakan adalah hasil interview secara langsung dengan pihak terkait dalam
Peraktik Pemahaman Masyarakat terhadap pergaulan calon pengantin pasca
pertunangan Studi Kasus di Desa Purbayan Kecamatan Kemiri Kabupaten
Purworejo.
b. Data sekunder (data tangan kedua)
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari pihak lainya atau tidak langsung
diperoleh dari subyek penelitian.19 Yang termasuk sekunder dalam penelitian ini
adalah buku, arsip atau skripsi yang ada kaitanya secara langsung maupun tidak
langsung dengan pokok permasalahan.
16
Suhasami Arikunto, prosedur penelitian suatu pendekatan perkatek, (Bandung: Rineka Cipta, 1998),
hlm. 151.
17
V. Wiratna Sujarweni, Metodelogi Penelitian, Cet. Ke-1, (Yogyakarta: Pustaka Baru Press, 2014), hlm.
19.

18
Ibid., hlm. 188.
19
Ibid., hlm. 189
10
2. Teknik Pengumpulan Data
Sebagi upaya untuk memperoleh data yang falid, maka penulis mengunakan
metode sebgai berikut:
a. Wawancara (Interview)
Wawancara (Interview) Adalah usaha untuk mengumpulkan informasi dengan
cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan, sedangkan teknik pengumpulan
data yang di gunakan penulis adalah interview, yakni pedoman wawancara yang
memuat garis-garis besar pertanyaan yang akan diajukan.20
b. Observasi
Observasi atau pengamatan adalan suatu cara mengumpulkan data dengan
pengamatan dan pecatatatan terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki. Tujuan
pengamatan ini adalah untuk memperoleh data sebagaimana yang diperlukan
memungkinkan peneliti melihat dan mengamtai sendiri, kemudian mencatat perilaku
dan peristiwa yang terjadi pada keadaan sebenarnya.Peneliti dengan observasi ini
mencatat peristiwa dalam situasi yang berkaitan dengan pengetahuan proposional
maupun pengetahuan yang langsung diperoleh dari data-data yang ada.21
3. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang
diperoleh dari hasil wawancara, catatanlapangan, dan dokumentasi, dengan cara
mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan di pelajari,
dan membuat kesimpulan sehingga mudah di fahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis data model Miles and
Huberman Miles and Huberman (1984) menngemukakan bahwa aktivitas dalam analisis
data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai
tuntas, sehingga datanya jenuh. Aktifitas dalam analisis data, yaitu:
20
M. Burhan Bungin, “Ipenelitian kualitatif; komunikasi, ekonomi, kebijakan public, dan ilmu social
lainya”, (Jakarta: Kencana,2007),hlm. 108.

21
Lexy J. Moleong, “Metode Penelitian Kualitatif”,Edisi Revisi, (Bnadung: Remaja Rosdakarya, 2007),
hlm. 174.

11
a. Data Reducition ( Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu
di catat secara teliti dan rinci. Seperti telah di kemukakan, semakin lama peneliti ke
lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu
perlu dilakukan analisis data melalui reduksi data.
b. Data Display ( Penyajian Data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data.
Kalau dalam penelitian kuantitatif penyajian data ini dapat dilakukan dalam bentuk
tabel, grafik,phie chard, pictogram dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut,
maka data terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin
mudah di paham. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.
c. Conclusion Drawing/ verification
Langkah ketiga menurut Miles and Huberman adalah penarikan kesimpulan dan
verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang di kemukakan pada
tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali
ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel
G. Sistematika Penulisan

Untuk mendapatkan sistem pembahasan yang lebih tersusun dalam skripsi ini penulis
membagi menjadi lima bab dan setiap bab terdiri dari beberapa sub yang masing-masing
subsaling berhubungan atau saling berkaitan antara sub yang lain dengan tujuan agar skripsi
ini mudah dicermati dan dipahami yaitu antara lain:
Bab pertama, merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka, kerangka teori, metode penelitian, dan
sistematika pembahasan.
Bab kedua, dalam bab ini menjelaskan tentang landasan teori dan dalam bab ini penulis
akan menguraikan Teori tentang:Sakinahmawaddah warahmahdan Keluarga.

12
Bab ketiga, menjelaskan gambaran umum tentang Desa Plipiran Kecamatan Bruno
Kabupaten Purworejodan membahas tentang praktik Pemahaman Masyarakat terhadap
keluarga Sakinah Studi Kasus di Desa Plipiran Kecamatan Bruno Kabupaten Purworejo.
Bab keempat, merupakan analisis yang di tinjau dari Sakinahmawaddah warahmah dan
Analisis Kluarga
Bab kelima, merupakan bab terakhir dari skripsi ini, dan kesimpulan dari semua
pembahasan yang telah diuraikan, kemudian daftar pustaka, lampiran, pedoman, wawancara,
dan curiculum vitae.

13

Anda mungkin juga menyukai