Disusun Oleh :
KELAS : IX B
Pacaran tidak boleh dalam Islam sebab bisa sangat mungkin mendekatkan kepada
perbuatan zina.Dalam islam tidak ada istilah pacaran. Pada hakikatnya tunangan merupakan
hubungan yang bertujuan untuk mempererat tali silaturrahim, dengan syarat tidak
melanggar aturan yang ditetapkan oleh agama.
“Tidak boleh antara laki-laki dan wanita berduaan kecuali disertai oleh muhrimnya, dan
seorang wanita tidak boleh bepergian kecuali ditemani oleh muhrimnya.” (H. R. Muslim)
Melihat hanya pada satu hadis itu saja sudah terlihat hukum pacaran dalam Islam
adalah tidak boleh. Islam telah mengatur hubungan antara lelaki dan perempuan, yakni:
1)-Hubungan Mahram, yakni seperti ayah dan anak perempuannya, kakak laki-laki dengan
adik perempuannya atau sebaliknya.Dalam surat An-Nisa ayat 23 disebutkan siapa saja
mahram atau yang tidak boleh dinikahi.
2)-Hubungan Non-mahram. Selain dari mahram, artinya laki-laki dibolehkan untuk menikahi
perempuan tersebut.
ۤ ِّ
َ ًالز ٰنى ِانَّهٗ َكا نَ فَا ِح َشة
ۗ و َسٓا َء َسبِ ْي ًل َواَل تَ ْق َربُوا
"Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu
jalan yang buruk."
Mendekati Zina
Ini merupakan bahaya pasti yang disebabkan oleh pacaran. Laki-laki diharuskan menjaga
pandangannya dari perempuan.Bukan hanya itu, kaum hawa pun harus sadar diri akan
keberadaannya di hadapan laki-laki yang bukan mahramnya.
Hadis dari Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya ini termasuk salah satu hadis yang melarang
pacaran dalam Islam:
“Rasulullah SAW berkata kepada Ali: ‘Hai Ali, janganlah ikuti pandangan pertama dengan
pandangan kedua.Karena pandangan pertama untukmu (dimaafkan) dan pandangan kedua
tidak untukmu (tidak dimaafkan).” (H. R. Abu Dawud)
Segala hal yang berkaitan dengan pacaran termasuk dosa, bahkan jika dilabeli dengan nama
pacaran jarak jauh atau yang lebih dikenal dengan long distance relationship (LDR).
Salah satu bagian dari aktivitas pacaran adalah usaha untuk memberikan kebahagian bagi
‘pasangan’. Padahal tanpa disadari, itu hanya hal yang sia-sia.Rela menghabiskan waktu,
uang dan harapan hanya untuk seseorang yang bahkan belum tentu menjadi
jodohnya.Padahal, lebih baik jika hal-hal tersebut digunakan untuk beribadah dan lebih
mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan sedekah mislanya.
Sedekah saja dapat memberikan berkah kepada harta, sedangkan pacar? Senyum dari orang
yang menerima bantuan jauh lebih indah dibandingkan senyuman pasangan.
Belum lagi jika seluruh biaya yang dikeluarkan bukan dari penghasilan sendiri tapi dari orang
tua. Ini sering terjadi pada remaja yang tentunya akan menambah beban orang tua.
Melemahkan Iman
Karena hukum pacaran adalah tidak boleh atau dosa, maka untuk orang yang berbuat dosa
akan ada iblis yang menemaninya.Meniupkan berbagai rayuan agar seseorang semakin
terjerumus dalam dosa. Bahkan, yang awalnya tidak tergoda pun bisa saja terjerumus untuk
bermaksiat.Akhirnya, banyak waktu dihabiskan hanya untuk sang pacar. Setiap hari hanya
mengingat wajah kekasih, namun lupa pada Allah SWT, naudzubillah.
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Mas’ud, Rasulullah SAW
memberikan saran bagi kaum muda yang ingin menikah karena sudah mengetahui hukum
pacaran:
“Wahai generasi muda, barang siapa di antara kalian telah mampu seta berkeinginan
menikah, segeralah menikah.Karena sesungguhnya pernikahan itu dapat menundukkan
pandangan mata dan memelihara kemaluan.Dan barang siapa di antara kalian belum
mampu, maka hendaklah berpuasa, karena puasa itu dapat menjadi penghalang untuk
melawan gejolak nafsu,” (H. R. Bukhari, Muslim, Ibnu Majjah, dan Tirmidzi).
Dalam Islam pada umumnya pernikahan terjadi setelah melalui beberapa proses, yaitu
proses sebelum akad nikah, proses akad nikah dan proses setelah akad nikah.Proses
sebelum terjadi akad nikah melalui beberapa tahap, yaitu tahap penjajakan, tahap
peminangan dan tahap pertunangan.
Tahap penjajakan mungkin dilakukan oleh pihak laki-laki kepada pihak perempuan atau
sebaliknya, atau pihak keluarga masing-masing.
Rasulullah SAW memerintahkan agar pihak-pihak yang melakukan pernikahan melihat atau
mengetahui calon jodoh yang akan dinikahinya, berdasarkan hadits:
Artinya: “Dari Abu Hurairah RA ia berkata: Berkata seorang laki-laki sesungguhnya ia telah
meminang seorang permpuan Anshar, maka berkata Rasulullah kepadanya: ‘Apakah engkau
telah melihatnya?’ Laki-laki itu menjawab: ‘Belum’.
Berkata Rasulullah: ‘Pergilah dan perhatikan ia, maka sesungguhnya pada mata perempuan
Anshar ada sesuatu.” (H. R. An-Nasa’i, Ibnu Majah, At-Tirmizi)
Setelah penjajakan, dilanjutkan dengan masa meminang. Jika peminangan diterima, maka
jarak antara masa peminangan dan masa pelaksanaan akad nikah disebut masa
pertunangan.Pada masa pertunangan ini masing-masing pihak harus menjaga diri karena
hukum hubungan mereka sama dengan hubungan orang-orang yang belum terikat
dengan akad nikah.
Rasulullah SAW memberi tuntunan bagi orang yang dalam masa pertunangan:
Memelihara matanya agar tidak melihat aurat tunangannya. Melihat saja dilarang, apalagi
merabanya.Memelihara kehormatannya agar tidak mendekati perbuatan zina.Dijaga dan
diawasi oleh keluarga dari kedua belah pihak Begitulah hukum pacaran dalam Islam.
Semoga kaum muslimin dan keturunannya dijauhkan dari hal tersebut. Aamiin.
Sumber :
https://banjarnegara.kemenag.go.id/hukum-pacaran-dalam-islam-penting-diketahui-siswa-
mts-n-1-banjarnegara/
https://www.orami.co.id/magazine/hukum-pacaran-dalam-islam