Dalam Islam, ta’aruf adalah perkenalan dari sebuah proses syar'i menuju ikatan suci
pernikahan. Ta’aruf berasal dari kata ta'arafa - yata'arafu. Artinya saling mengenal sebelum
menuju jenjang pernikahan.
Ta’aruf dilakukan sebelum khitbah. Khitbah adalah meminang atau lamaran, menawarkan
diri untuk menikah.
Ta’aruf ini berbeda dengan pacaran. Dalam Islam, pacaran adalah suatu hal yang dilarang
karena dapat menimbulkan zina, seperti zina mata karena saling memandang terlalu lama, zina
tangan karena saling bergandengan dan lain sebagainya. Ta’aruf dilakukan agar seseorang
terhindar dari perbuatan zina.
Allah melarang umatnya dari segala hal yang berkaitan dengan zina, meski sekadar
mendekatinya dan tidak melakukan hal yang diharamkan tersebut.
Artinya: “Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan
yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.”
Agar tidak salah kaprah dalam menjalani proses ta’aruf, alangkah baiknya seorang muslim
mengetahui tata cara ta’aruf yang benar sesuai syariat Islam.
1. Niat: Sebelum melakukan ta’aruf, seseorang harus memiliki niat karena Allah. Tidak
boleh menjalankan ta’aruf apabila terdapat niat buruk di dalamnya.
“Kalian tidak akan beriman sampai kalian menyukai sikap baik untuk saudaranya,
sebagaimana dia ingin disikapi baik yang sama.” (HR. Bukhari & Muslim)
2. Dilarang berduaan
Sebelum terjadi pernikahan, pasangan yang sedang menjalani ta’aruf dilarang berduaan.
Sebab jika hanya berduaan antara lelaki dan perempuan yang bukan muhrim, setan
menjadi pihak ketiga, yang ingin menjerumuskan manusia pada tindakan maksiat.
“Jangan sampai kalian berdua-duaan dengan seorang wanita (yang bukan mahramnya),
karena setan adalah orang ketiganya.” (HR. Ahmad dan dishahihkan Syu'aib al-Arnauth).
Seorang yang ingin menjalankan ta’aruf harus melalui perantara, orang yang dipercaya
dapat menjadi perantara pertukaran informasi calon pasangan.
3. Bertukar biodata
Dalam proses ta’aruf, untuk saling mengenal satu sama lain harus melalui pertukaran
biodata tertulis yang kemudian ada pihak ketiga yang menjadi perantara pertukaran
biodata tersebut. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi pertemuan.
Masing-masing dapat mengetahui profil calon pasangannya dari biodata tersebut, atau
dari orang-orang terdekat yang mengenal pribadi calon pasangannya.
Setelah permohonan ta’aruf diterima, dapat dilanjutkan dengan bernadzar yang dilakukan
dengan cara datang ke rumah calon pengantin wanita dan menghadap langsung kepada
orang tuanya.
“Suatu ketika aku berada di sisi Nabi shallallahu'alaihi wasallam, tiba-tiba datanglah
seorang lelaki. Dia ingin menikahi wanita Anshar. Lantas Rasulullah shallallahu'alaihi
wasallam bertanya kepadanya, “Apakah engkau sudah melihatnya?” Jawabnya, “Belum.”
Lalu Beliau memerintahkan, “Lihatlah wanita itu, agar cinta kalian lebih langgeng.” (HR.
Tarmidzi 1087, Ibnu Majah 1865 dan dihasankan al-Albani)
Hadiah sebelum pernikahan hanya boleh dimiliki oleh wanita calon istri dan bukan
keluarganya.
“Semua mahar, pemberian, dan janji sebelum akad nikah itu milik pengantin wanita. Lain
halnya dengan pemberian setelah akad nikah, itu semua milik orang yang diberi.” (HR. Abu
Daud 2129)
Adab Ta’aruf
Dalam melakukan ta’aruf terdapat adab yang harus dijaga, adab-adab tersebut yaitu
sebagai berikut:
1. Menjaga pandangan
Dalam proses ta’aruf hal yang harus diperhatikan adalah cara menjaga pandangan.
Melihat calon pasangan boleh-boleh saja dilakukan, tetapi hanya dilakukan untuk
memastikan kecocokan saja, tidak boleh saling berpandang-pandangan terlalu lama
karena dikhawatirkan akan menimbulkan zina.
Artinya:
2. Menutup aurat
Sudah kewajiban sebagai seorang muslim untuk menjaga aurat dari orang yang bukan
mahramnya. Wanita yang sedang ditemui oleh calon suaminya harus didampingi orang
tuanya dan menutup auratnya.
Artinya:
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya,
dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang
(biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung
kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka,
atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera
suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki
mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau
budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai
keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita.
Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang
beriman supaya kamu beruntung.”
Pada saat melakukan pertemuan dengan calon pasangan, keduanya harus menjaga jarak
seperti tidak boleh duduk berdekatan dan menjaga sikap dengan sopan, mulai tutur kata
dan gerak gerik tubuh.
Sebaiknya dalam membicarakan sesuatu pada saat berta’aruf menghindari hal-yang yang
tidak perlu. Bicarakan hal-hal yang penting dan diperlukan saja.
Dengan selalu mengingat Allah dalam setiap perbuatan, khususnya saat berta’aruf, akan
dapat menjaga diri dari gangguan setan.