Pelaksanaan walimah secara khusus adalah hukumnya sunnah, tapi kadangkala bercampur
dengan tradisi yang banyak mendatangkan keburukan bahkan mencemari sunnah
diantaranya;
1. Tabzir
Untuk menghadapi walimah, sebagai muslim seharusnya tidak perlu mengerahkan seluruh
dana dengan jalan hutang sana hutang sini, lalu dihabiskan untuk bermewah-mewah bahkan
sampai menumpuk pinjaman hanya untuk satu hari saja. Allah berfirman, ”Dan janganlah
kamu menghambur-hamburkan hartamu secara boros” [Al Isra’ 17;26].
Banyak sekali dampak yang timbul dari sikap boros, diantaranya melemahkan rasa solidaritas
terhadap sesama. Karena kondisi jiwa manusia takkan menaruh perhatian atau takkan merasa
peduli dengan kesulitan kecuali jika ia sendkiri yang mengalaminya.
Diriwayatkan bahwa Yusuf As, selama menjalani kekuasaannya tak pernah merasakan
kenyang, dan tatkala ditanya beliau menjawab, ”Aku khawatir bila aku kenyang kemudian
aku lupa terhadap orang-orang yang lapar”, begitupun dalam masalah harta, sikap boros akan
melupakan pelakunya dari orang miskin.
Imam Syafe’i berkata, ”Tabzir adalah penggunaan harta bukan pada tempatnya dan tak ada
istilah tabzir dalam melakukan kebaikan”, itulah perkataan jumhur ulama, Asyab bin Malik
berkata, ”Tabzir adalah mengambil harta dari haknya kemudian meletakkan pada yang bukan
haknya, namanya boros [israf] dan itu diharamkan berdasarkan firman-firman Allah,
”Sesungguhnya orang-orang yang boros itu saudara-saudara syaitan”, firman Allah yang
menyebutkan saudara syaitan ini, berarti syaitan menguasai orang-orang yang boros, para
pemboros itu akan bertindak merusak sebagaimana perbuatan syaitan, atau mereka akan
melakukan bujukan syaitan atau mereka kelak menemani syaitan di neraka.
2. Tabarruj
Tabarruj artinya memperlihatkan dengan sengaja apa yang seharusnya disembunyikan.
Tabarruj dalam asal maknanya ialah keluar dari istana. Kemudian kata tabarruj ini
dipergunakan dengan arti keluarnya perempuan dari kesopanan, menampakkan bagian-bagian
tubuh yang vital yang mengakibatkan fitnah atau dengan sengaja memperlihatkan perhiasan-
perhiasan yang dipakainya untuk umum. Allah berfirman dalam surat Al Ahzab, 33;33 ”Dan
janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang jahiliyah yang dahulu...”
Dengan adanya walimah maka akan tampillah wanita-wanita dengan perhiasan yang sengaja
memamerkan pakaian tipis, ketat lagi pendek sehingga layaknya orang yang bertelanjang,
ditambah lagi dengan jenis parfum yang beraroma merangsang. Semua itu sengaja digelar
dalam acara walimah tanpa ada rasa malu.
3. Ikhilat
Yang dimaksud dengan ikhtilat yaitu terjadinya campur baur antara lelaki dan wanita yang
bukan muhrim dalam menghadiri keramaian semisal pesta perkawinan. Walaupun dari segi
tradisi ini dianggap biasa tapi ajaran islam telah dilanggar oleh pemeluknya sendiri.
Seharusnya panitia pelaksana mau menerapkan ajaran islam, memisahkan tamu lelaki dan
wanita, mekanismenya bisa saja ruangan yang berbeda atau jadwal undangan yang tidak
sama, umpamanya pukul 10.00-12.00 khusus tamu lelaki dan pukul 12.30-15.30 khusus
untuk undangan wanita.
Salah satu contoh pribadi muslim islami ialah anak nabi Syu’aib, dia tidak mau berbaur
dengan lelaki. Ketika nabi Musa sampai di sumber air di daerah Madyan, ia itu menjumpai
sekumpulan lelaki sedang menimba air untuk minum ternak mereka, dan jauh dibelakang
lelaki itu ada dua orang gadis yang menahan ternaknya, ”Dan tatkala ia sampai di sumber air
negeri Madyan ia menjumpai disana sekumpulan orang yang sedang meminumkan ternaknya,
Musa berkata, ”Apakah maksudmu dengan berbuat begitu?” kedua wanita itu menjawab,
”Kami tidak dapat meminumkan ternak kami, sebelum penggembala-penggembala itu
memulangkan ternaknya, sedang bapak kami adalah orangtua yang telah lanjut usianya” [Al
Qashash 28;23].
Dalam ibadah shalat saja antara shaf lelaki dan shaf wanita harus diberi hijab/ tabir. Bahkan
Rasul memberi satu nilai terbaik bagi lelaki yang memenuhi shaf terdepan. Sedangkan shaf di
belakang adalah shaf terburuk. Bagi wanita shaf terbaik adalah didepan, ini satu ajaran;
jangan sampai terjadi fitnah dan ikhtilat antara lelaki dan wanita. Demikian pula dalam
ibadah haji, wanita muslimah diwajibkan pergi dengan muhrimnya.
Lebih jauh lagi dengan adanya walimah ini kadangkala tanpa kontrol, khamar dan judipun
meramaikan dengan maksud bersuka ria dan membagi kebahagiaan.
PERNIKAHAN ISLAMI
Proses tata cara pernikahan yang
Islami
Sesungguhnya Islam telah memberikan tuntunan kepada pemeluknya yang akan memasuki
jenjang pernikahan, lengkap dengan tata cara atau aturan-aturan Allah Subhanallah. Sehingga
mereka yang tergolong ahli ibadah, tidak akan memilih tata cara yang lain. Namun di
masyarakat kita, hal ini tidak banyak diketahui orang.
Pada risalah yang singkat ini, kami akan mengungkap tata cara penikahan sesuai dengan
Sunnah Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam yang hanya dengan cara inilah kita
terhindar dari jalan yang sesat (bidah). Sehingga orang-orang yang mengamalkannya akan
berjalan di atas landasan yang jelas tentang ajaran agamanya karena meyakini kebenaran yang
dilakukannya. Dalam masalah pernikahan sesunggguhnya Islam telah mengatur sedemikian
rupa. Dari mulai bagaimana mencari calon pendamping hidup sampai mewujudkan sebuah
pesta pernikahan. Walaupun sederhana tetapi penuh barakah dan tetap terlihat mempesona.
Islam juga menuntun bagaimana memperlakukan calon pendamping hidup setelah resmi
menjadi sang penyejuk hati.
Berikut ini kami akan membahas tata cara pernikahan menurut Islam secara singkat.Hal-Hal
Yang Perlu Dilakukan Sebelum Menikah
I. Minta Pertimbangan
Bagi seorang lelaki sebelum ia memutuskan untuk mempersunting seorang wanita
untuk menjadi isterinya, hendaklah ia juga minta pertimbangan dari kerabat dekat
wanita tersebut yang baik agamanya. Mereka hendaknya orang yang tahu benar
tentang hal ihwal wanita yang akan dilamar oleh lelaki tersebut, agar ia dapat
memberikan pertimbangan dengan jujur dan adil. Begitu pula bagi wanita yang akan
dilamar oleh seorang lelaki, sebaiknya ia minta pertimbangan dari kerabat dekatnya
yang baik agamanya.
II. Shalat Istikharah
Setelah mendapatkan pertimbangan tentang bagaimana calon isterinya, hendaknya ia
melakukan shalat istikharah sampai hatinya diberi kemantapan oleh Allah Taala dalam
mengambil keputusan.
Shalat istikharah adalah shalat untuk meminta kepada Allah Taala agar diberi petunjuk
dalam memilih mana yang terbaik untuknya. Shalat istikharah ini tidak hanya
dilakukan untuk keperluan mencari jodoh saja, akan tetapi dalam segala urusan jika
seseorang mengalami rasa bimbang untuk mengambil suatu keputusan tentang urusan
yang penting. Hal ini untuk menjauhkan diri dari kemungkinan terjatuh kepada
penderitaan hidup. Insya Allah ia akan mendapatkan kemudahan dalam menetapkan
suatu pilihan.
III. Khithbah (peminangan)
Setelah seseorang mendapat kemantapan dalam menentukan wanita pilihannya, maka
hendaklah segera meminangnya. Laki-laki tersebut harus menghadap orang tua/wali
dari wanita pilihannya itu untuk menyampaikan kehendak hatinya, yaitu meminta agar
ia direstui untuk menikahi anaknya. Adapun wanita yang boleh dipinang adalah
bilamana memenuhi dua syarat sebagai berikut, yaitu:
o Pada waktu dipinang tidak ada halangan-halangan syari yang menyebabkan
laki-laki dilarang memperisterinya saat itu. Seperti karena suatu hal sehingga
wanita tersebut haram dini kahi selamanya (masih mahram) atau sementara
(masa iddah/ditinggal suami atau ipar dan lain-lain).
o Belum dipinang orang lain secara sah, sebab Islam mengharamkan seseorang
meminang pinangan saudaranya.
Dari Uqbah bin Amir radiyallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa
sallam bersabda: "Orang mukmin adalah saudara orang mukmin yang lain. Maka
tidak halal bagi seorang mukmin menjual barang yang sudah dibeli saudaranya,
dan tidak halal pula meminang wanita yang sudah dipinang saudaranya, sehingga
saudaranya itu meninggalkannya." (HR. Jamaah)
Apabila seorang wanita memiliki dua syarat di atas maka haram bagi seorang laki-laki
untuk meminangnya.