Anda di halaman 1dari 13

Pernikahan Dalam Islam

CINTA DAN FITRAH MANUSIA


UNTUK MENIKAH
 PERNIKAHAN ADALAH FITRAH BAGI MANUSIA
Pernikahan adalah fitrah manusia, maka dari itu Islam menganjurkan untuk menikah karena nikah merupakan
gharizah insaniyyah (naluri kemanusiaan). Apabila gharizah (naluri) ini tidak dipenuhi dengan jalan yang sah, yaitu
pernikahan, maka ia akan mencari jalan-jalan syaitan yang menjerumuskan manusia ke lembah hitam.
• Defiinisi Nikah ُ‫ اَﻟَﻨِّﻜ ََﺎح‬
An-Nikaah menurut bahasa Arab berarti adh-dhamm (menghimpun). Kata ini dimutlakkan untuk akad atau
persetubuhan.Adapun menurut syari’at, Ibnu Qudamah rahimahullaah berkata, “Nikah menurut syari’at adalah
akad perkawinan. Ketika kata nikah diucapkan secara mutlak, maka kata itu bermakna demikian selagi tidak
ada satu pun dalil yang memalingkan darinya.”
• Islam Menganjurkan Nikah
Islam telah menjadikan ikatan pernikahan yang sah berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah sebagai satu-
satunya sarana untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang sangat asasi, dan sarana untuk membina
keluarga yang Islami. Penghargaan Islam terhadap ikatan pernikahan besar sekali, sampai-sampai ikatan itu
ditetapkan sebanding dengan separuh agama.
CINTA DAN FITRAH MANUSIA
UNTUK MENIKAH
• Islam Tidak Menyukai Hidup Membujang
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk menikah dan melarang keras kepada orang
yang tidak mau menikah. Shahabat Anas bin Malik radhiyallaahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallaahu
‘alaihi wa sallam memerintahkan kami untuk menikah dan melarang membujang dengan larangan yang
keras.”
KRITERIA PASANGAN HIDUP
“Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya dan
karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya (keislamannya). Kalau tidak demikian,
niscaya kamu akan merugi.” (HR. Bukhari no.5090, Muslim no.1466).

• Al Kafa’ah (Sekufu)
Yang dimaksud dengan sekufu atau al kafa’ah -secara bahasa- adalah sebanding dalam hal kedudukan, agama,
nasab, rumah dan selainnya (Lisaanul Arab, Ibnu Manzhur). Al Kafa’ah secara syariat menurut mayoritas ulama
adalah sebanding dalam agama, nasab (keturunan), kemerdekaan dan pekerjaan. (Dinukil dari Panduan Lengkap
Nikah, hal. 175). Atau dengan kata lain kesetaraan dalam agama dan status sosial.
Salah satu hikmah dari anjuran ini adalah kesetaraan dalam agama dan kedudukan sosial dapat menjadi faktor
kelanggengan rumah tangga. Hal ini diisyaratkan oleh kisah Zaid bin Haritsah radhiyallahu ‘anhu, seorang sahabat
yang paling dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, dinikahkan dengan Zainab binti Jahsy
radhiyallahu ‘anha. Zainab adalah wanita terpandang dan cantik, sedangkan Zaid adalah lelaki biasa yang tidak
tampan. Walhasil, pernikahan mereka pun tidak berlangsung lama.
KRITERIA PASANGAN HIDUP
• Menyenangkan jika dipandang
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam membolehkan kita untuk menjadikan faktor fisik sebagai salah satu
kriteria memilih calon pasangan idaman. Karena paras yang cantik atau tampan, juga keadaan fisik yang menarik
lainnya dari calon pasangan hidup kita adalah salah satu faktor penunjang keharmonisan rumah tangga. Maka
mempertimbangkan hal tersebut sejalan dengan tujuan dari pernikahan, yaitu untuk menciptakan ketentraman
dalam hati.
Oleh karena itu, Islam menetapkan adanya nazhor, yaitu melihat wanita yang yang hendak dilamar. Sehingga
sang lelaki dapat mempertimbangkan wanita yang yang hendak dilamarnya dari segi fisik.
• Subur (mampu menghasilkan keturunan)
Di antara hikmah dari pernikahan adalah untuk meneruskan keturunan dan memperbanyak jumlah kaum
muslimin dan memperkuat izzah (kemuliaan) kaum muslimin. Karena dari pernikahan diharapkan lahirlah anak-
anak kaum muslimin yang nantinya menjadi orang-orang yang shalih yang mendakwahkan Islam.
MENJAGA IFFAH (KESUCIAN DIRI)
• Iffah secara bahasa yaitu menahan. Sedangkan secara istilah, menahan diri sepenuhnya dari hal-hal yang Allah
Subhanahu wa ta'ala telah haramkan. Hakikat muslimah adalah menutup auratnya, menjaga kehormatannya,
menjaga kesucian dirinya dan lain sebagainya.
• Seorang muslimah dituntut untuk memiliki iffah. Sebab, akhlak yang satu ini merupakan akhlak yang tinggi, mulia,
dan dicintai oleh Allah Ta’ala. Bahkan, akhlak ini merupakan sifat hamba-hamba Allah yang saleh, yang senantiasa
menghadirkan keagungan-Nya dan takut akan murka dan azab-Nya. Ia juga menjadi sifat bagi orang-orang yang
selalu mencari keridhaan dan pahala-Nya.
• Salah satu sifat iffah ini adalah memiliki rasa malu . Rasulullah bersabda 'Malu dan iman senantiasa bersama.
Apabila salah satunya dicabut, maka hilanglah yang lainnya' (HR. Al-Hakim, Ath-Thabrani).
• Sifat malu yang ada di dalam diri perempuan ini dapat menambah keimanan seorang muslimah dan juga membuat
perempuan menjadi terhormat dan dimuliakan. Tetapi, yang kita lihat sekarang banyak sekali perempuan bahkan
muslimah saat ini berlomba-lomba menampilkan dirinya di khalayak umum, yang seakan-akan sudah luntur sifat
malu yang ada di dalam diri mereka.
MENJAGA IFFAH (KESUCIAN DIRI)
• Upaya untuk Bisa Menjaga Iffah
 Selalu menundukan pandangan dan menjaga kemaluannya
 Ketika hendak bersafar, muslimah hendaknya didampingi oleh mahramnya, yang akan menjaga dan
melindunginya dari gangguan.
 Tidak berjabat tangan dengan lelaki yang bukan mahramnya.
 Tidak khalwat (berduaan) dengan lelaki yang bukan mahram
 Menjauh dari hal-hal yang dapat mendatangkan kejelekan

MERAIH KELUARGA BERKAH
• Ciri keluarga berkah
Keluarga berkah adalah keluarga yang baik, yang membawa kebaikan kepada pada diri mereka dan orang lain.
Merujuk kepada (Q.S Ar-Rum:21), keluarga berkah adalah keluarga yang sakinah (tenang, tentram), mawaddah 
(penuh cinta), rahmah  (diliputi kasih). Intinya, keluarga berkah membuat semua anggotanya menjadi tenang,
nyaman dan bahagia.
Keluarga berkah ditandai dengan meningkatnya keiamanan anggota keluarga. Yang menjadikan kualitas pribadi-
pribadi dalam keluarga tersebut berkembang menuju kebaikan; sikap semakin matang, bertambah bijak dan
bertambah wawasan, akhlak akan semakin baik.anak yang soleh dan solehah adalahciri dari keluarga berkah.

• Upaya Meraih Keluarga Berkah
 Sebelum menikah
 Menata niat menikah untuk mencari ridho Allah SWT.
 Tidak berpacaran.
 Memilih calon pendamping hidup yang sesuai dengan pedoman pandangan islam.
 Menyiapkan diri secara fisik dan psikis.
 Bermusyawarah dengan orang tua agar meperoleh restu atau dukungan.


MERAIH KELUARGA BERKAH
 Saat Akad Nikah
 Menjaga agar niat tetap lurus.
 Minta di doakan oleh orang tua dan orang-orang yang soleh.
 Memenuhi syarat dan rukun pernikahan.
 Saat Menjalani Kehidupan Rumah Tangga
 Mempertahakan motivasi menjalankan pernikahan untuk tujuan beribadah.
 Menjadikan ridho Allah sebagai pedoman dalam berumah tangga.
 Nafkah yang halal.
 Suami istri yang menjalankan tugas dan kewajiban dengan baik.
 Memperlakuakan pasangan dengan baik.
 Saling membantu dalam mengerjakan urusan rumah tangga.
 Bersikap toleran terhadap pasangan.
 Membiasakan bersikap sabar dan syukur.
 Berbuak adil dan bijak.
 Bermusyawarah dalam memutuskan permasalahan.

PERNIKAHAN KONTROVERSIAL
• Poligami : Menikahi banyak istri
(QS. An-Nisa’ 4;3)
Artinya : “Dan jika kalian khawatir tidak akan dapat berlaku adil terhadap hak-hak perempuan yatim (bilamana
kalian menikahinya), maka nikahilah wanita-wanita lain yang kalian senangi: dua, tiga, atau empat. Kemudian jika
kalian khawatir tidak dapat berlaku adil maka nikahilah seorang wanita saja atau budak-budak perempuan yang
kalian miliki. Yang demikian itu lebih dekat untuk kalian tidak berlaku aniaya.”
Ayat ini tidak mewajibkan pligami atau menganjurkannya, ayat tersebut hanya menjelaskan tentang bolehnya
poligami dan itupun merupakan pintu kecil yang dapat dilalui oleh yang amat mebutuhkan dan dengan syarat yang
tidak ringan.
Menurut islam seorang laki-laki yang mmebutuhkan dan sudah memenuhi syarat untuk berpoligami dalam arti
yang sudah siap secara fisik dan psikis, terdapat batas yang tidak boleh untuk dilalui, laki-laki hanya boleh memiliki
4 istri, dengan syarat adil dalam hal nafkah fisik. Jika laki-laki masih belum bisa adil maka laki-laki hanya
diperbolehkan menikahi seorang wanita.

PERNIKAHAN KONTROVERSIAL
• Nikah Mut’ah
Nikah mut’ah adalah pernikahan yang memiliki jangka waktu atau yang biasa kita sebut dengan “kawin kontrak”.
Imam-imam madzhab sepakat bahwa nikah mut’ah adalah haram hukumnya. Dinamakan mut’ah karena laki-laki
hanya memanfaatkan dan menikmati perkawinan hanya untuk bersenang-senang hingga tempo waktu yang telah
disepakati. Selain menyalahgunakan fungsi pernikahan yang utuk beriadah dan mengharap ridho Allah nikah jenis
ini juga jelas sangat merugikan pihak wanita. Dalam perkawinan ini tidak memiliki hukum sebagiman yang
tercantum dalam al-qur’an tentang perkawinan, talak, iddah, dan warisan.
• Pernikahan Beda Agama
Wanita muslim tidak halal kawin dengan laki-laki bukan muslim, karena seorang lelaki mempunyai hak
kepemimpinan bagi istrinya dan istri wajib taat kepadanya, maka tidak boleh orang kafir atau musyrik menjadi
pemimpin dan menguasai wanita muslimah.
PERNIKAHAN KONTROVERSIAL
Seorang laki-laki muslim juga dilarang untuk menikahi wanita yang bukan muslim atau berbeda agama. Menurut
(QS. Al –Baqarah:221) :
Artinya : “Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita
budak yang mukmin lebih baik dari wanita musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu
menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) hingga mereka beriman. Sesungguhnya budak
yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang
Allah mengajak ke surga dan ampunan dengan izinNya. Dan Allah menerangkan ayat-ayatNya (perintah-
perintahNya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.” (QS. Al-Baqarah : 221).
“janganlah kamu menikah dengan perempuan-perempuan musyrik, kecuali mereka telah beriman” ayat ini
menunjukkan di haramkannya menikah dengan perempuan kafir atau musyrik.
TERIMA KASIH
WASSALAM

Anda mungkin juga menyukai