Anda di halaman 1dari 6

KONSEP MATERI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN

Nama Lengkap : Teuku Faisal,S.Sos.I


NIP / Karpeg : 197909262011011002 / A 13000845
Pangkat / Gol.Ruang / TMT : Penata ( III / c ) / TMT 1 Oktober 2022
Jabatan / TMT : Penyuluh Agama Ahli Muda / 01-10-2022
Bidang Penyuluh Agama : Islam
Unit Kerja : Kantor Urusan Agama Kec. Jeunieb
Wilayah/Kelompok Sasaran : Kecamatan Jeunieb/Balai Pengajian
Topik Bahasan : Kriteria memilih Calon Isteri
Tujuan : Untuk meningkatkan pemahaman para Jamaah dalam
memilih calon Isteri
Pokok bahasan : - Taat kepada Allah dan Rasul-Nya
- Al Kafa’ah (Sekufu)
- Menyenangkan jika dipandang
- Subur (mampu menghasilkan keturunan)

KRITERIA MEMILIH CALON ISTRI

Terikatnya jalinan cinta dua orang insan dalam sebuah pernikahan adalah perkara
yang sangat diperhatikan dalam syariat Islam yang mulia ini. Bahkan kita dianjurkan untuk
serius dalam permasalahan ini dan dilarang menjadikan hal ini sebagai bahan candaan atau
main-main.

Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda,

‫ النكاح والطالق والرجعة‬:‫ثالث جدهن جد وهزهلن جد‬


“Tiga hal yang seriusnya dianggap benar-benar serius dan bercandanya dianggap serius:
nikah, cerai dan ruju.’” (Diriwayatkan oleh Al Arba’ah kecuali An Nasa’i)
Salah satunya dikarenakan menikah berarti mengikat seseorang untuk menjadi teman
hidup tidak hanya untuk satu-dua hari saja bahkan seumur hidup, insya Allah. Jika
demikian, merupakan salah satu kemuliaan syariat Islam bahwa orang yang hendak menikah
diperintahkan untuk berhati-hati, teliti dan penuh pertimbangan dalam memilih pasangan
hidup.

Sungguh sayang, anjuran ini sudah semakin diabaikan oleh kebanyakan kaum
muslimin. Sebagian mereka terjerumus dalam perbuatan maksiat seperti pacaran dan
semacamnya, sehingga mereka pun akhirnya menikah dengan kekasih mereka tanpa
memperhatikan bagaimana keadaan agamanya. Sebagian lagi memilih pasangannya hanya
dengan pertimbangan fisik. Mereka berlomba mencari wanita cantik untuk dipinang tanpa
peduli bagaimana kondisi agamanya. Sebagian lagi menikah untuk menumpuk kekayaan.
Mereka pun meminang lelaki atau wanita yang kaya raya untuk mendapatkan hartanya.
Yang terbaik tentu adalah apa yang dianjurkan oleh syariat, yaitu berhati-hati, teliti dan
penuh pertimbangan dalam memilih pasangan hidup serta menimbang anjuran-anjuran
agama dalam memilih pasangan.

Setiap muslim yang ingin beruntung dunia akhirat hendaknya mengidam-idamkan


sosok suami dan istri dengan kriteria sebagai berikut:

1. Taat kepada Allah dan Rasul-Nya

Ini adalah kriteria yang paling utama dari kriteria yang lain. Maka dalam memilih
calon pasangan hidup, minimal harus terdapat satu syarat ini. Karena Allah Ta’ala
berfirman,

‫ِع ِه‬ ‫ِإ‬


‫َّن َأْك َر َم ُك ْم نَد الَّل َأْتَق اُك ْم‬
“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling bertaqwa.” (QS. Al
Hujurat: 13)
Sedangkan taqwa adalah menjaga diri dari adzab Allah Ta’ala dengan menjalankan
perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Maka hendaknya seorang muslim berjuang untuk
mendapatkan calon pasangan yang paling mulia di sisi Allah, yaitu seorang yang taat kepada
aturan agama. Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam pun menganjurkan memilih istri yang
baik agamanya,

‫ فاظفر بذات الدين تربت يداك‬،‫ ملاهلا وحلسبها ومجاهلا ولدينها‬:‫تنكح املرأة ألربع‬

“Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya,
karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus
agamanya (keislamannya). Kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi.” (HR.
Bukhari-Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

‫إذا جاءكم من ترضون دينه وخلقه فزوجوه إال تفعلوه تكن فتنة يف األرض وفساد كبري‬
“Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka
nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang
besar.” (HR. Tirmidzi. Al Albani berkata dalam Adh Dho’ifah bahwa hadits ini hasan
lighoirihi)
Jika demikian, maka ilmu agama adalah poin penting yang menjadi perhatian dalam
memilih pasangan. Karena bagaimana mungkin seseorang dapat menjalankan perintah Allah
dan menjauhi larangan-Nya, padahal dia tidak tahu apa saja yang diperintahkan oleh Allah
dan apa saja yang dilarang oleh-Nya? Dan disinilah diperlukan ilmu agama untuk
mengetahuinya.

Maka pilihlah calon pasangan hidup yang memiliki pemahaman yang baik tentang
agama. Karena salah satu tanda orang yang diberi kebaikan oleh Allah adalah memiliki
pemahaman agama yang baik. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫من يرد اهلل به خريا يفقهه يف الدين‬


“Orang yang dikehendaki oleh Allah untuk mendapat kebaikan akan dipahamkan terhadap
ilmu agama.” (HR. Bukhari-Muslim)
2. Al Kafa’ah (Sekufu)

Yang dimaksud dengan sekufu atau al kafa’ah -secara bahasa- adalah sebanding
dalam hal kedudukan, agama, nasab, rumah dan selainnya (Lisaanul Arab, Ibnu Manzhur).
Al Kafa’ah secara syariat menurut mayoritas ulama adalah sebanding dalam agama, nasab
(keturunan), kemerdekaan dan pekerjaan. Atau dengan kata lain kesetaraan dalam agama
dan status sosial. Banyak dalil yang menunjukkan anjuran ini. Di antaranya firman Allah
Ta’ala,

‫ا ِبيَثا ِلْل ِبيِث ا ِبيُثوَن ِلْل ِبيَثاِت الَّطِّي ا ِللَّطِّيِب الَّطِّي وَن ِللَّطِّي اِت‬
‫َب‬ ‫َني َو ُب‬ ‫َو َب ُت‬ ‫َخ‬ ‫َخْل ُت َخ َني َو َخْل‬
“Wanita-wanita yang keji untuk laki-laki yang keji. Dan laki-laki yang keji untuk wanita-
wanita yang keji pula. Wanita-wanita yang baik untuk laki-laki yang baik. Dan laki-laki
yang baik untuk wanita-wanita yang baik pula.” (QS. An Nur: 26)
Al Bukhari pun dalam kitab shahihnya membuat Bab Al Akfaa fid Diin (Sekufu
dalam agama) kemudian di dalamnya terdapat hadits,

‫ فاظفر بذات الدين تربت يداك‬،‫ ملاهلا وحلسبها ومجاهلا ولدينها‬:‫تنكح املرأة ألربع‬
“Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya,
karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih karena agamanya
(keislamannya), sebab kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi.” (HR. Bukhari-
Muslim)
Salah satu hikmah dari anjuran ini adalah kesetaraan dalam agama dan kedudukan
sosial dapat menjadi faktor kelanggengan rumah tangga. Hal ini diisyaratkan oleh kisah Zaid
bin Haritsah radhiyallahu ‘anhu, seorang sahabat yang paling dicintai oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, dinikahkan dengan Zainab binti Jahsy radhiyallahu ‘anha.
Zainab adalah wanita terpandang dan cantik, sedangkan Zaid adalah lelaki biasa yang tidak
tampan. Walhasil, pernikahan mereka pun tidak berlangsung lama. Jika kasus seperti ini
terjadi pada sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, apalagi kita?

3. Menyenangkan jika dipandang

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits yang telah disebutkan,


membolehkan kita untuk menjadikan faktor fisik sebagai salah satu kriteria memilih calon
pasangan. Karena paras yang cantik atau tampan, juga keadaan fisik yang menarik lainnya
dari calon pasangan hidup kita adalah salah satu faktor penunjang keharmonisan rumah
tangga. Maka mempertimbangkan hal tersebut sejalan dengan tujuan dari pernikahan, yaitu
untuk menciptakan ketentraman dalam hati

Allah Ta’ala berfirman,

‫َو ِم ْن آَياِتِه َأْن َخ َلَق َلُك م ِّم ْن َأنُفِس ُك ْم َأْز َو اجًا ِّلَتْس ُك ُنوا ِإَلْيَه ا‬
“Dan di antara tanda kekuasaan Allah ialah Ia menciptakan bagimu istri-istri dari jenismu
sendiri agar kamu merasa tenteram denganya.” (QS. Ar Ruum: 21)
Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyebutkan 4
ciri wanita sholihah yang salah satunya,

‫وان نظر إليها سرته‬


“Jika memandangnya, membuat suami senang.” (HR. Abu Dawud. Al Hakim berkata
bahwa sanad hadits ini shahih)
Oleh karena itu, Islam menetapkan adanya nazhor, yaitu melihat wanita yang yang
hendak dilamar. Sehingga sang lelaki dapat mempertimbangkan wanita yang yang hendak
dilamarnya dari segi fisik. Sebagaimana ketika ada seorang sahabat mengabarkan pada
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa ia akan melamar seorang wanita Anshar.
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

‫أنظرت إليها قال ال قال فاذهب فانظر إليها فإن يف أعني األنصار شيئا‬
“Sudahkah engkau melihatnya?” Sahabat tersebut berkata, “Belum.” Beliau lalu bersabda,
“Pergilah kepadanya dan lihatlah ia, sebab pada mata orang-orang Anshar terdapat
sesuatu.” (HR. Muslim)
4. Subur (mampu menghasilkan keturunan)

Di antara hikmah dari pernikahan adalah untuk meneruskan keturunan dan


memperbanyak jumlah kaum muslimin dan memperkuat izzah (kemuliaan) kaum muslimin.
Karena dari pernikahan diharapkan lahirlah anak-anak kaum muslimin yang nantinya
menjadi orang-orang yang shalih yang mendakwahkan Islam. Oleh karena itulah,
Rasullullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan untuk memilih calon istri yang
subur,

‫تزوجوا الودود الولود فاين مكاثر بكم األمم‬


“Nikahilah wanita yang penyayang dan subur! Karena aku berbangga dengan banyaknya
ummatku.” (HR. An Nasa’I, Abu Dawud.)
Karena alasan ini juga sebagian fuqoha (para pakar fiqih) berpendapat bolehnya fas-
khu an nikah (membatalkan pernikahan) karena diketahui suami memiliki impotensi yang
parah. As Sa’di berkata: “Jika seorang istri setelah pernikahan mendapati suaminya ternyata
impoten, maka diberi waktu selama 1 tahun, jika masih dalam keadaan demikian, maka
pernikahan dibatalkan (oleh penguasa)”

Demikian beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan oleh seorang muslim yang
hendak menapaki tangga pernikahan. Nasehat kami, selain melakukan usaha untuk memilih
pasangan, jangan lupa bahwa hasil akhir dari segala usaha ada di tangan Allah ‘Azza Wa
Jalla. Maka sepatutnya jangan meninggalkan doa kepada Allah Ta’ala agar dipilihkan calon
pasangan yang baik. Salah satu doa yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan shalat
Istikharah. Sebagaimana hadits dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam berkata,

”…‫بعلمك‬ ‫ ” اللهم إين أستخريك‬: ‫إذا هم أحدكم بأمر فليصِّل ركعتني مث ليقل‬
“Jika kalian merasa gelisah terhadap suatu perkara, maka shalatlah dua raka’at kemudian
berdoalah: ‘Ya Allah, aku beristikharah kepadamu dengan ilmu-Mu’… (dst)” (HR.
Bukhari)
Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush shaalihat. Wa shallallahu ‘ala
Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in. Semoga Tulisan Ini Bermanfaat
Untuk Anda Semua Dan Semoga Berguna Untuk Kehidupan Didunia Maupun Diakhirat.
Amien.

Bireuen, 4 April 2023


Penyuluh

( Teuku Faisal,S.Sos.I )
Nip. 197909262011011002

Anda mungkin juga menyukai