Anda di halaman 1dari 17

KRITERIA MEMILIH JODOH DAN TATA CARA MEMINANG

KELOMPOK 4

NAMA ANGGOTA :

AYU SEKAR SARI (105731105619)

SINTYA KARTIKA ANGELINA (105731105319)

NOLDYANTO DWI PUTRA SYAM (105731105219)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

JURUSAN AKUNTANSI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2020/2021
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb

Alhamdulilah dan puji syukur ke hadirat ALLAH SWT penulis ucapkan atas rampungnya
pembuatan makalah yang berjudul “Kriteria Memilih Jodoh Dan Tata Cara Meminang”

Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama Islam Kemuhammadiyaan
yang bertemakan “PASANGAN HIDUP MENURUT SYARI’AT ISLAM”. Besar harapan penulis
bahwa makalah ini dapat di gunakan oleh pembaca sebagai buku tuntunan dalam memilih
jodoh kedepannya. Besar harapan penulis juga buku ini akan mempermudah bagi pembaca
unuk memilih jodoh baik memilih jodoh wanita ataupun memilih jodoh laki – laki.

Akhirnya, sesuai dengan kata pepatah “TIADA GADING YANG TAK RETAK”, penulis
mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak, khususnya dari bapak / ibu guru fiqih
sekalian. Kebenaran, kesempatan dan kesempurnaan hanyalah milik ALLAH SWT semata.
Penulis juga mengucapkan basar berterima kasih kepada berbagai pihak yang telah
membantu penyelesaian makalah ini, Amiin

Akhir kata,

Wassalamualaikum wr.wb

Makassar, 08 November
2021

PENULIS
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Tujuan

1.3 Rumusan Masalah

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Kriteria Memilih Jodoh

2.2 Memilih Jodoh Karena Agamanya

2.3 Tata Cara Meminang dan Uang Panai

2.4 Tes Kesehatan Sebelum Meminang dan Menerima Pinangan

BAB III : PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu masalah yang dibahas dalam sumber ajaran Islam adalah masalah
perkawinan. al-Qur’an menekankan akan adanya keluarga yang sakinah, mawaddah dan
penuh rahmat bagi setiap pasangan yang secara langsung mengarungi bahtera rumah tangga.
Banyak cara yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Salah satunya adalah upaya
mencari calon isteri atau suami yang baik. Upaya tersebut bukan merupakan suatu yang
kunci, namun keberadaannya dalam rumah tangga akan dapat menentukan baik tidaknya.

Sebagai salah satu rukun perkawinan, adanya calon suami atau istri, maka kedudukan
keduanya menjadi penting. Perempuan dan laki-laki yang dapat dinikahi mempunyai kriteria
tertentu sebagaimana dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw. dalam sebuah hadisnya yang
menyebutkan bahwa perempuan dinikahi karena empat hal. Walaupun khitab hadis tersebut
terhadap perempuan, namun esensi kriterianya juga dapat diterapkan dalam teknik memilih
jodoh yang baik.

Adapun bunyi teks hadis adalah sebagai berikut:

ِ ‫ْن أَ ِبي َسعِي ٍد َعنْ أَ ِبي ِه َعنْ أَ ِبي ه َُري َْر َة أَنَّ َرسُو َل هَّللا‬ ِ ‫ْن ُع َم َر َعنْ َسعِي ِد ب‬ ِ ‫ِيم َح َّد َث َنا َيحْ َيى بْنُ َسعِي ٍد َعنْ ُع َب ْي ِد هَّللا ِ ب‬ ٍ ‫َح َّد َث َنا َيحْ َيى بْنُ َحك‬
ْ ‫ين َت ِر َب‬ ْ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َقا َل ُت ْن َك ُح ال ِّن َسا ُء أِل َرْ َبع لِ َمالِ َها َول َِح َس ِب َها َول َِج َمالِ َها َولِدِي ِن َها َف‬
ِ ‫اظ َفرْ ِب َذا‬
‫ك‬
َ ‫ت َيدَ ا‬ ِ ‫ت ال ِّد‬ ٍ َ

Artinya:

Perempuan dinikahi karena empat faktor. Karena hartanya, nasabnya,


kecantikannya dan karena agamanya. Maka menangkanlah wanita yang
mempunyai agama, engkau akan beruntung. (Bukhari, Muslim, al-Nasa’i, Abu
Dawud Ibn Majah Ahmad ibn Hanbal, dan al-Darimi)

Sekilas nampak bahwa wanita sebagai obyek dari hadis tersebut. Namun, jika
ditelusuri secara mendalam, terdapat hadis lain yang memfokuskan masalah
dengan memilih jodoh yang berspektif gender di mana perempuan juga dapat
beperan dalam menentukan jodohnya.

Setelah kita mengetahui tentang tujuan menikah maka Islam juga mengajarkan kepada
umatnya untuk berhati-hati dalam memilih pasangan hidup karena hidup berumah tangga
tidak hanya untuk satu atau dua tahun saja, akan tetapi diniatkan untuk selama-lamanya
sampai akhir hayat kita

1.2 Tujuan

Adapun tujuan penulis memilih judul kriteria calon pendamping hidup menurut islam adalah
agar generasi muda jaman sekarang tidak memilih pasangan hidup hanya berdasarkan
tampang, harta, kedudukan dan material lainnya, namun juga memperhitungkan kesiapan
mental, iman, agama dll sehingga dapat terciptanya keluarga yang sakinah mawwardah
warrahman. Amiin.

1.3 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah :

1. Apa kriteria memilih jodoh?


2. Bagaimana memilih jodoh karena agamanya?
3. Apa tata cara meminang dan uang panai?
4. Bagaimana tes kesehatan sebelum meminang dan menerima
pinangan?
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Kriteria Memilih Jodoh

Memilih jodoh merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh seorang laki-
laki dan seorang perempuan sebelum mengarungi bahtera rumah tangga. Hal
itu dilakukan untuk menjadikan sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah,
warohmah. Ada beberapa motivasi yang mendorong seorang laki-laki memilih
seorang wanita untuk pasangan hidupnya dalam sebuah ikatan perkawinan.
Demikian pula dorongan seorang wanita dalam memilih seorang laki-laki
menjadi pasangan hidupnya. Yang pokok diantaranya adalah karena kecantikan
wanita dan kegagahan seorang laki-laki, karena kekayaannya, karena
kedudukannya, karena keagamaannya. Namun yang diutamakan dalam memilih
pasangan dalam islam ialah keagamaannya. Yang dimaksud keberagamaan
disini adalah komitmen agamanya dan kesungguhannya dalam menjalankan
ajaran agamanya. Ini dijadikan pilihan utama karena itu yang akan langgeng
dibandingkan dengan kekayaan, paras yang cantik atau tampan, kedudukan
karena suatu saat akan menghilang dan pudar.[2] Berikut ini cara memilih jodoh
menurut Islam:

1. Taat kepada Allah dan Rasul-Nya

Ini adalah kriteria yang paling utama dari kriteria yang lain. Maka dalam memilih
calon pasangan hidup, minimal harus terdapat satu syarat ini. Karena Allah Ta’ala
berfirman,

‫ان اكرمكم عند هللا اتقاكم‬

“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kalian adalah yang paling


bertaqwa.”(QS. Al Hujurat: 13)

Sedangkan taqwa adalah menjaga diri dari adzab Allah Ta’ala dengan
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Maka hendaknya seorang
muslim berjuang untuk mendapatkan calon pasangan yang paling mulia di sisi
Allah, yaitu seorang yang taat kepada aturan agama. Rasulullah shallallahu’alaihi
wasallam pun menganjurkan memilih istri yang baik agamanya,

‫ لمالها ولحسبها ولجمالها ولدينها فاظفر بذات الدين تربت يداك‬: ‫تنكح المراة الربع‬

“Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena


kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu
pilih wanita yang bagus agamanya (keislamannya). Kalau tidak demikian, niscaya
kamu akan merugi.” (HR. Bukhari-Muslim)

Jika demikian, maka ilmu agama adalah poin penting yang menjadi perhatian
dalam memilih pasangan. Karena bagaimana mungkin seseorang dapat
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya, padahal dia tidak tahu
apa saja yang diperintahkan oleh Allah dan apa saja yang dilarang oleh-Nya? Dan
disinilah diperlukan ilmu agama untuk mengetahuinya. Maka pilihlah calon
pasangan hidup yang memiliki pemahaman yang baik tentang agama. Karena
salah satu tanda orang yang diberi kebaikan oleh Allah adalah memiliki
pemahaman agama yang baik.

2. Memperbaiki diri

Ketika kita mengharapkan dipertemukan dengan jodoh yang mulia, berusahalah


mulai sekarang untuk memuliakan diri. Karena inilah janji Allah: “orang baik akan
dipertemukan dengan orang baik, Muhammad-kan dirimu, agar Allah meng-
Khadijahkan jodohmu, Fathimahkan dirimu, agar Allah meng-Alikan kekasihmu”.
[3] Sebagaiman firman Allah dalam Surat An-Nur: 26

Artinya:

“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji
adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah
untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang
baik (pula). mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh
mereka (yang menuduh itu). bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga).”
Ayat Ini menunjukkan kesucian ‘Aisyah r.a. dan Shafwan dari segala tuduhan
yang ditujukan kepada mereka. Rasulullah adalah orang yang paling baik Maka
Pastilah wanita yang baik pula yang menjadi istri beliau.

3. Tidak putus dalam berdo’a

Jangan pernah berputus asa untuk berdoa. Doa yang baik untuk mendapatkan
jodoh yakni doa yang terdapat dalam Surat al-Furqon: 74
Artinya:

Dan orang orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami
isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (Kami), dan
jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.

4. Memperbanyak ibadah sunnah

Agar jodoh kita cepat datang, kita perlu mendekati Allah dengan ekstra dekat,
yaitu tidak hanya mengandalkan ibadah wajib, melainkan dengan ibadah sunah,
seperti shalat tahajud, shalat dhuha, shaum tilawah al-Qur’an, infak secara rutun,
dan lain-lain.

5. Memiliki kriteria yang tidak muluk

Salah satu yang menyebabkan sulit datangnya jodoh, mungkin karena kriteria
terlalu muluk-muluk misalnya, harus mapan, tampan/cantik,berpangkat,
keturunan baik-baik dsb. Keinginan itu sah-sah saja, tapi jika hal itu dijadikan
syarat, maka kita telah mempersulit diri sendiri. Itulah sebabnya Rasulullah saw
menatakan jika kita tidak dapat memperoleh semuanya, maka pilihlah yang
agamanya paling baik.

6. Memperluas pergaulan

Dengan pergaulan yang luas membuka peluang juga lebih banyak untuk
mendapatkan pilihan, misalnya dari teman kita.
7. Meminta bantuan orang lain

Meminta tolong kepada orang lain yang reputasinya baik. Jangan malu-malu,
misalnya kepada guru mengaji, murobbi, orang tua, saudara, dan lain-lain.

8. Menyatakan hasrat secara langsung

Yaitu dengan cara menyatakan langsung kepada laki-laki atau perempuan yang
baik agamanya, bahwa kta siap menikah dengannya.

2.2 Memilih Jodoh Karena Agamanya

1. Memiliki Kesamaan dan Kesepadanan


Pada dasarnya, seseorang cenderung kepada orang yang memiliki sifat dan
keadaan yang sama dengannya. Demikian halnya dalam hal pasangan. “Wanita-
wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah
buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk
laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik
(pula),” (QS an-Nur [24]: 26). Kesamaan status dan kesucian dalam ayat di
atas, juga merupakan isyarat terhadap aspek kesamaan lainnya, seperti
kesamaan tabiat, sifat, profesi, hobi, turunan, status sosial, dan sebagainya.
Sebab, pada dasarnya Allah akan menjodohkan hambaNya dengan orang yang
sepadan dengannya, sebagaimana ditegaskan dalam ayat lain, “Dia menjadikan
pasangan bagi kamu dari jenis (tipe) kamu sendiri,” (QS an-Nur [24]: 28).

2. Mendatangkan Ketentraman dan Kecenderungan Hati

Dari satu atau beberapa kesamaan, biasanya terlahir rasa cocok, rasa suka, dan
rasa tenteram. Demikian pula dalam hal jodoh. Maka sesiapa pun yang akan
mencari pasangan dan menjatuhkan pilihan, maka pilihlah sosok yang membawa
ketenteraman, kecocokan, kesenangan, pengertian, dan kasih sayang. Sebab
itulah tanda-tanda yang diciptakan Allah dalam hatinya, sebagaimana dalam Al-
Qur’an, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan
untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa
tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang,” (QS
ar-Rum [30] 21).

3. Diterima Keluarga

Pada dasarnya, pernikahan bukan saja menyatukan dua insan yang saling
mencinta, tetapi juga menyatukan dua keluarga besar. Karena itu, persetujuan
dari masing-masing keluarga tak boleh diabaikan. Sehingga, siapa pun yang akan
melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan, maka bicarakanlah terlebih dahulu
dengan keluarga terutama kedua orang tua, termasuk dengan anak-anak jika
yang menikah berstatus duda atau janda dan telah mempunyai anak yang cukup
dewasa. Salah satu tujuannya untuk menghindari permasalahan di kemudian hari.

4. Dilapangkan Pintu Rezeki

Isyarat berikutnya tentang jodoh seseorang adalah kelapangan rezeki. Ingatlah,


ketika Allah menjodohkan hambaNya, maka Dia akan dilapangkan rezekinya,
“Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan
bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberi rezeki
dari yang baik-baik,” (QS an-Nahl [16]: 72). Karenanya, tak heran jika kita
mendapati rezeki orang yang melajang berbeda dengan rezeki orang yang
sudah menikah. Begitu pun rezeki orang yang belum mempunyai anak bebeda
dengan rezeki orang yang sudah mempunyai anak. Bahkan, Allah telah berjanji
akan memampukan dan memudahkan seseorang yang sudah menemukan
jodohnya dan bermaksud menjaga kehormatan dirinya. Adapun caranya tentu
terserah Allah.

2.3 Tata Cara Meminang dan Uang Panai

1. Mengenali kepribadian calon pasangan.Sebelum melamar seseorang, tentukan


terlebih dahulu wanita mana yang akan dilamar, kemudian mencari tahu
bagaimana kepribadiannya. Biasanya tahap ini masuk dalam ta'aruf.Mengenali
kepribadiannya pun tidak boleh dengan cara jalan berdua, karena hal tersebut
akan mendatangkan zina. Untuk mengenali kepribadiannya bisa melalui
keluarganya ataupun teman-temannya.

2. Pasangan harus single

Sebelum melamar seorang wanita, pastikan dirinya lajang, tidak berstatus istri
orang, ataupun sudah dikhitbah pria lain.

3. Memantapkan hati sebelum melamar

Sebelum melamar, mantapkanlah hati terlebih dahulu dengan meminta petunjuk


dari Allah melalui sholat istikharah.

4. Meminta izin kepada wanita yang akan dilamar

Untuk meminimalisasi penolakan lamaran dari pihak wanita, sebaiknya meminta


izin dulu ke wanita yang akan dilamar. Jika sudah diterima dan bersepakat untuk
melakukan acara lamaran, maka sang pria baru meminta izin kepada orang tua si
wanita.

5. Meminta izin kepada orang tua calon pasangan

Tahap selanjutnya adalah meminta izin kepada orang tua dari calon pasangan,
terutama kepada sang ayah atau walinya. Jika diizinkan, barulah proses lamaran
akan berlanjut pada proses pernikahan antara kedua calon.Hal tersebut sama
dengan sabda Rasulullah yang berbunyi:

"Janganlah engkau menikahkan janda sampai engkau meminta pendapatnya dan


janganlah engkau menikahkan perawan sampai engkau meminta izinnya." Para
sahabat bertanya, "Bagaimana kita tahu dia mengizinkan?" Beliau pun bersabda,
"Dia diam saja." (HR Bukhari dan Muslim).

6. Mendatangi kediaman calon pasangan

Jika seluruh proses di atas telah lancar dilakukan, maka selanjutnya adalah
mendatangi kediaman keluarga calon istri yang akan dilamar. Pihak keluarga
besar calon istri akan menyambut kedatangan pihak keluarga besar dari sang
laki-laki, di mana dalam proses ini keluarga laki-laki membawa buah tangan
berupa seserahan yang diberikan kepada keluarga pihak wanita atau biasanya
seserahan ini bisa dijadikan sebagai bahan pelengkap saat hari pernikahan nanti.

7. Menyampaikan maksud dan tujuan

Setelah tamu (pihak laki-laki) disambut, mereka akan dipersilakan duduk dengan
posisi saling berhadapan antar dua keluarga. Di sini akan ada prosesi pembukaan
lamaran sekaligus musyawarah di mana pihak keluarga laki-laki dan perempuan
saling menanggapi maksud dan tujuan serta membahas rencana untuk
pernikahan.Dalam rangkaian acara musyawarah ini juga akan disampaikan
penerimaan dari pihak keluarga perempuan, apakan lamaran diterima atau tidak.

8. Penyerahan hantaran

Hantaran yang dibawa pihak keluarga laki-laki diberikan kepada keluarga


perempuan dengan disaksikan seluruh keluarga secara simbolis, hantaran ini
biasanya buah-buahan, atau perhiasan.

9. Penutupan acara lamaran

Jika acara dan pembahasan untuk menuju ke pernikahan dirasa cukup, maka
selanjutnya adalah penutupan acara lamaran.

10. Dua keluarga saling bercengkrama.

Setelah penutupan acara selesai, kedua belah pihak keluarga akan saling
bercengkrama untuk lebih mengenal satu sama lain dan supaya akrab, biasanya
mereka melakukannya sambil menikmati hidangan yang telah disajikan oleh
keluarga perempuan.

2.4 Tes Kesehatan Sebelum Meminang dan Menerima Pinangan

Budaya tradisional yang kita miliki kerap tidak mementingkan tes kesehatan
sebelum menikah untuk calon pasangan suami istri (pasutri). Padahal
Kementerian Kesehatan telah merekomendasikan para pasangan yang ingin
menikah untuk menjalani tes kesehatan sebelum menikah. Tes kesehatan
sebelum menikah, atau dikenal juga dengan sebutan premarital screening
bukanlah untuk membuka aib jika salah seorang atau kedua calon mempelai
memiliki penyakit tertentu. Selain untuk mengetahui penyakit yang terjadi pada
pasangan, tes ini juga untuk mencegah agar penyakit yang terdeteksi tidak
menjadi semakin parah.

Prosedur ini juga bertujuan memberi konsultasi kepada calon pasangan seputar
status kesehatan masing-masing, hal ini agar nantinya calon pasangan suami
istri dapat membangun keluarga yang sehat dan menghasilkan keturunan yang
sehat pula. Selain itu tes kesehatan sebelum menikah juga untuk membatasi
menyebarnya penyakit darah genetik, seperti anemia sel sabit dan thalasemia,
serta penyakit menular seperti hepatitis B dan C, serta HIV/AIDS. Selain
membatasi penularan penyakit, keuntungan lainnya mengikuti tes kesehatan ini
adalah

a. Membuat calon pengantin lebih memahami arti kehidupan berumah tangga


yang sehat secara keseluruhan

b. Mengurangi beban asuransi kesehatan dan keharusan Palang Merah untuk


menyediakan darah

c. Mengurangi beban finansial pada keluarga dan lingkungan karena harus


mengobati penyakit tertentu, dan

d. Menghindari munculnya beban sosial dan psikologis pada anak jika menderita
penyakit keturunan dari gen orangtuanya.
Tes kesehatan sebelum menikah bersifat individual. Sebelumnya Anda bisa
membicarakan dengan pasangan mengenai tes yang akan dilakukan. Tes yang
dilakukan sebagai tahapan cek pra nikah antara lain:

1. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan ini bersifat umum yang biasanya dilakukan pertama kali saat
bertemu dokter. Pada pemeriksaan fisik, berat badan Anda akan ditimbang dan
tekanan darah Anda akan diukur. Dokter juga akan bertanya mengenai riwayat
kesehatan. Sebaiknya Anda harus terbuka dengan dokter bila ada anggota
keluarga yang memiliki penyakit tertentu yang mungkin membuat Anda berisiko
menderita kondisi yang sama, misalnya diabetes.

2. Pemeriksaan penyakit keturunan

Meski Anda terlihat sehat, tapi bisa jadi Anda memiliki gen terhadap penyakit
tertentu (carrier) yang diturunkan oleh orangtua. Karena itu dokter akan
merekomendasikan untuk melakukan tes darah.

3. Tes penyakit menular

Ini mungkin adalah tes yang paling penting Anda lakukan. Pada tes ini, dokter
akan mendeteksi adanya penyakit menular pada diri Anda atau pasangan dan
risiko apa saja yang nantinya Anda hadapi. Penyakit menular yang dimaksud,
misalnya hepatitis B dan C, serta HIV/AIDS. Penyakit menular tersebut sangat
berbahaya dan bukan tidak mungkin dapat mengancam nyawa Anda maupun bayi
Anda kelak.

4. Pemeriksaan organ reproduksi

Pemeriksaan pranikah ini bertujuan mengetahui kesehatan organ reproduksi


Anda dan calon pasangan. Bagi Anda yang ingin memiliki keturunan, tes ini
sangat penting untuk dilakukan.
5. Pemeriksaan alergi

Biasanya kita memandang sebelah mata terhadap alergi, karena dianggap hanya
menyebabkan bersin, gatal, maupun bengkak. Padahal, alergi yang parah dapat
berakibat fatal, bahkan sampai membuat sesak napas dan meninggal dunia.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Memilih calon istri atau suami tidaklah mudah tetapi membutuhkan waktu. Karena
kriteria memilih harus sesuai dengan syariat Islam. Orang yang hendak menikah,
hendaklah memilih pendamping hidupnya dengan cermat, hal ini dikarenakan
apabila seorang Muslim atau Muslimah sudah menjatuhkan pilihan kepada
pasangannya yang berarti akan menjadi bagian dalam hidupnya. Wanita yang
akan menjadi istri atau ratu dalam rumah tangga dan menjadi ibu atau pendidik
bagi anak-anaknya demikian pula pria menjadi suami atau pemimpin rumah
tangganya dan bertanggung jawab dalam menghidupi (memberi nafkah) bagi
anak istrinya. Maka dari itu, janganlah sampai menyesal terhadap pasangan
hidup pilihan kita setelah berumah tangga kelak.

3.2 Saran

Berdasarkan makalah di atas penulis sarankan kepada pembaca untuk lebih


selektif dalam memilih pasangan hidup kelak, serta lebih ketat dalam menjaga diri
agar terhindar dari kemaksiatan.
Daftar Pustaka

1 Peunoh Daly, Hukum Perkawinan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1988, hlm. 104

2 Mardani, Hukum Perkawinan Islam di Dunia Islam Modern, Graha Ilmu,


Yogyakarta, 2011, hlm. 12

3 Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemmen Pendidikan dan


kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, edisi kedua, Balai Pustaka, Jakarta,
1995, hlm. 342

4 Mike Dina Danareksa, Perjanjian Pranikah Di Tinjau Dari Undang-Undang No. 1


Tahun 1974 tentang Perkawinan, Bumi Aksara, Bandung, 2006, hlm. 32

5 K. Wantjik Saleh, Hukum Perkawinan Indonesia, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004,


hlm. 15

6 Yulies Tiena Masriani, Perjanjian Perkawinan Dalam Pandangan Hukum Islam,


Jurnal Ilmiyah, 2013, Universitas Tujuh Belas Agustus, Semarang, hlm 129

7 Heppy Susanto, Pratek Pelaksanaan Perjanjian Perkawinan, Prenada Media,


Jakarta , 2008, hlm. 25

8 Ahmad Rofiq, Hukum Perkawinan Islam Di Indonesia, Raja Grafindo Persada,


Jakarta, 2006, hlm. 160

9 Soetojo Prawirohamidjojo, Pluralisme Dalam Perundang-Undangan Perkawinan di


Indonesia, Airlangga University Press, Surabaya, 2003, hlm. 39

Anda mungkin juga menyukai