Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PRIODISASI PENDIDIKAN ISLAM


DOSEN PENGAMPU:MARIFATUL ADAWIYAH.M.Pd

KELOMPOK 6:
ANITA AULIYA
LESTARI AGUSTIN

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN


PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT ISLAM MAMBA’UL ‘ULUM
JAMBI TAHUN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah memberikan hidayah
untuk berfikir sehingga dapat melaksanakan tugas untuk pembuatan makalah dalam upaya
untuk memenuhi syarat dalam mata kuliah Ilmu Pendidikan Islam yang
berjudul Periodesasi Pendidikan.

Dalam penulisan makalah ini penulis bermaksud untuk memenuhi tugas yang di
berikan Dosen. Dan dalam penulisan ini kami tulis dalam bentuk sederhana, sekali mengingat
keterbatasan yang ada pada diri penulis sehingga semua yang di tulis masih sangat jauh dari
sempurna.

Atas jasanya semoga Allah SWT memeberikan imbalan dan tertulisnya makalah ini
dapat bermanfaat dan kami minta maaf sebelumnya kepada Dosen, apabila ini masih belum
mencapai sempurna kami sangat berharap atas kritik dan saran-sarannya yang sifatnya
membangun tentunya.
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang

Pendidikan merupakan suatu proses pembentukan karakter manusia. Sebagai suatu proses,
pendidikan tidak hanya berlangsung pada suatu saat saja. Tetapi proses pendidikan harus
berlangsung secara berkelanjutan. Dari sini lah kemudian muncul istilah pendidikan sepanjang hayat
(life ling education), dan ada juga yang menyebut pendidikan terus menerus (continuing education).

Istilah islam sendiri telah menggariskan tentang proses pendidikan sepanjang hayat. Dalam
suatu riwayat, Rasulullah SAW bersabda: “tuntutlah ilmu sejak masih dalam ayunan hingga
dimasukkan dalam liang kubur”. Bahkan bila diteliti labih jauh lagi, ternyata ditemukan beberapa
ayat al-qur’an dan hadist Rasulullah yang tampak memberikan isyarat adanya proses pendidikan.
Menurut hadist pemilihan jodoh (suami/istri) sebagai awal proses pendidikan, atau setidak-tidaknya
dianggap sebagai masa persiapan proses pendidikan. Begitu pula akhir dari proses pendidikan pada
saat berpisahnya nyawa dengan badan.

Karena perjalanan manusia melalui tahapan-tahapan tertentu, maka pembahasan tentang


pendidikannya harus difokuskan pada tahapan-tahapan tersebut, yang biasanya disebut dengan
priodesasi pendidikan islam. Adapun priode pendidikan islam dimaksud ialah: (1) pendidikan
pranatal, (pemilihan jodoh, pernikahan, kehamilan dan (2) pendidikan pasca natal (pendidikan bayi,
kanak-kanak, anak-anak, dan dewasa).

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apakan pengertian dari Periodesasi Sejarah Islam ?


2. Bagaimana periodesasi Sejarah Pendidikan Islam pada periode klasik, pertengahan dan
modern ?
3. Bagaimana periodesasi Sejarah Pendidikan Islam pada periade pertengahan?
4. Bagaimana periodesasi Sejarah Pendidikan Islam pada periade modern ?

C. TUJUAN

Untuk mengetahui Periodesasi Sejarah Pendidikan Islam, supaya kita lebih memahami arti
sebenarnya bagaimana proses pendidikan Islam itu sendiri dari zaman awal datangnya Islam sampai
zaman sekarang.
BAB II

PEMBAHASAN

A.      PENDIDIKAN PRANATAL (TARBIYAH QABL AL-WILADAH)

Pendidikan pranatal adalah pendidikan sebelum masa melahirkan. Masa ini ditandai dengan
fase pemilihan jodoh, pernikahan dan kehamilan.

1.        Fase Pemilihan Jodoh

Fase ini adalah fase persiapan bagi seseorang yang sudah dewasa untuk menghadapi hidup baru
yaitu berkeluarga.salah satu pendidikan yang harus dimiliki oleh seseorang yang sudah dewasa itu
adalah masalah pemilihan jodoh yang tepat. Sebab masalah ini sangat mempengaruhi terhadap
kebahagiaan rumah tangga nantinya.[1]

Menurut R.I.Suhartin, memilih jodoh harus ada syarat dan kriterianya. Kriterianya ini dibagi
menjadi dua golongan yakni; kriteria umum dan kriteria bersifat khusus (subjektif). Syarat umum
adalah bahwa seyoginya jodoh yang dipilih sudah dewasa agar tidak mengalami kesulitan dalam
berkeluarga dan syarat khusus tentunya sesuai dengan selera masing-masing. Namun syarat yang
terpenting saling cinta.

Berkenaan pemilihan jodoh dalam perkawinan, syariat Islam telah meletakkan kaidah-kaidah
dan hukum-hukum bagi masing-masing pelamar yang dilamar, yang apabila petunjuknya itu
dilaksanakan maka perkawinan akan berada pada puncak keharmonisan, kecintaan dan keserasian.

Rasulullah telah memberikan gambaran dalam hadisnya mengenai pemilihan calon istri dan
suami.berikut ini ada beberapa hadis yang berkenaan dengan pemilihan jodoh diantaranya:[2]

a)        Pemilihan Calon Istri

Sabda Rasulullah

Artinya :

Tidak akan saling bercinta-cintaan dua yang karena Allah SWT., kecuali yang lebih utama
antara keduanya yaitu bagi yang lebih hebat cintanya yang satu terhadap yang lainnya. (HR.
Bukhari).

Artinya :

Wanita itu dinikahi karna empat pertimbangan; karena hartanya, keturunannya,


kecantikannya, dan karena agamanya. Dapatkanlah wanita yang memiliki agama, akan
beruntunglah kamu. (HR. Bukhari Muslim)

Artinya :                                            
Dunia ini adalah perhiasan, sebaik-baiknya perhiasan adalahwanita yang shalehah. (HR.
Muslim)

Artinya :

Seleksi untuk air mani (calon istri) kamu sekalian dan kawinlah oleh kamu sekalian orang-orang
yang sama derajatnya (HR. Daruquthni dan Ibnu Majah).

Artinya:

Janganlah kalian menikahi kaum kerabat, sebab akan dapat menurunkan anak yang lemah
jasmani dari bodoh.

Artinya :

Carilah untuk kalian wanita-wanita yang jauh, dan janganlah mencari wanita yang dekat (yang
lemah badannya dan lemah otaknya.

Artinya :

Kawinlah olehmu sekalian gadis-gadis. Sebab mereka itu lebih manis pembicaraannya, lebih
banyak melahirkan anak, lebih sedikittuntunan dan tipuanserta lebih menyukai kemudahan. (HR.
Ibnu Majah dan Baihagi).

Dari penjelasan hadis Rasulullah diatas, maka dapatlah diambil beberapa syarat yang penting
untuk memilih calon istri diantaranya:

1)        Saling mencintai antara calon kedua menilai

2)        Memilih wanita karena agamanya agar nantinya mendapat berkah dari Allah SWT.

3)        Wanita yang sholehah

4)        Sama derajatnya dengan calon mempelai

5)        Wanita yang hidup di lingkungan yang baik

6)        Wanita yang jauh keturunannya dan jangan memilih wanita yang dekat sebab dapat menurunkan
anak yang lemah jasmani dan bodoh

7)        Wanita yang gadis dan subur (bisa melahirkan)[3]

b)        Pemilihan Calon Suami

Hadis mengenai calon suami tidak banyak ditemukan sebagai mana hadis tentang calon istri.
Mengenai calon suami Rasulullah bersabda :

Artinya :

Apabila kamu sekalian didatangi oleh seseorang agama dan akhlaknya kamu ridhai, maka
kawinlah ia, jika kamu sekalian tidak melaksanakannya, maka akan menjadi fitrah di muka bumi ini
dan tersebarlah kerusakan. (HR. Tirmidzi).

Awal mula pendidikan anak tidak dapat dilepaskan dari tujuan pernikahan, yaitu melaksanakan
susunan Rasul, lahirnya keturunan yang dapat meneruskan risalahnya. Pernikahan yang baik
dilandasi keinginan untuk memelihara keturunan, tempat menyemaikan bibit iman, sejahtera, dan
sakinah, penuh mawadah dan waramah. Oleh karena itu pemilihan pasangan sebelum nikah pun
menajdi kepedulian utama dalam merancang pendidikan anak. Apabila salah dalam memilih
pasangan akan mendatangkan murka dan kemarahan Allah akan membuat manusia sengsara dunia
akhirat.[4]

Rasulullah SAW tidaklah hanya menganjurkan kepada seseorang pria untuk memilih calon istri
yang taat beragama, akan tetapi juga menganjurkan kepada perempuan untuk memilih calon suami
yag taat beragama.[5]

2.        Fase Perkawinan/Pernikahan

MeurutAbdullah Nasih Ulwah, masalah perkawinan terdiri dari 2 aspek yakni perkawinan
sebagai fitrah insani, perkawinan sebagai kemaslahatan sosial.[6]

Ada beberapa aspek yang dijelaskan oleh syariat Islam yang berhubungan dengan anjuran
pernikahan atau perkawinan di antaranya:

a)        Perkawinan merupakan sunah Rasulullah

Hal ini dijelaskam oleh Nabi dalam hadis beliau sebagai berikut:

Artinya:

“Siapa saja yang mampu untuk menikah, namun ia tidak menikah maka tidaklah ia termasuk
golongan ku. (H.R. Thabrani dan Baikaki)

b)        Perkawinan untuk ketentraman dan kasih sayang

Penjelasan ini terdapat dalam firman Allah SWT.

Artinya :

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah, dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu
sendiri supaya kamu cenderung merasa tentram kepadanya, dan dijadikanNya di antara kamu
rasakasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
kaum yang berfikir” (QS, Al-Rum : 21).

c)        Perkawinan untuk mendapatkan keturunan

Keterangan ini dijelaskan Allah SWT.

Artinya :

“Allah telah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari
istri-istri kamu itu anak-anak dan cucu-cucu” (QA. An-Nahl : 72)

d)       Perkawinan untuk memelihara pandangan dan menjaga kemaluan dari kemaksiatan

Rasulullah telah bersabda :

Artinya :

Hai sekalian manusia bertaqwalah kepada Tuhanmu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri
daripadanya Allah menciptakan Istrinya dan dari pada keduanya Allah memperkembangbiakan laki-
laki dan wanita yang banyak (QS. An-Nisa : 1).
Setelah calon dipilih, diadakan peminang, selanjutnya di laksanakan pernikahan dengan walimat
al-‘urusy-nya. Sesuatu yang menarik dalam pernikahan dalam Islam adalah dibacakannya khutbah
nikah sebelum ijab qabul.[7]

Dalam khutbah nikah terkandung nilai-nilai pendidikan, yaitu : (1) peningkatan iman dan amal,
(2) pergaulan baik antara suami dengan istri, (3) kerukunan rumah tangga, (4) memelihara
silaturahmi, (5) mawas diri dalam segala tindak dan perilaku.[8]

Setelah pernikahan selesai, maka suami istri sudah boleh bergaul dengan melakukan
persetubuh disunatkan membaca doa sebagai berikut :

“Dengan nama Allah, ya Allah jauhkan syetan dari kami dan jauhkan syetan itu dari anak yang
(mungkin) Engkau karuniakan kepada kami.“ (H.R.Muttafaq’alaih.)

3.        Fase Kehamilan

Salah satu tujuan berumah tangga adalah untuk mendapatkan keturunan karena itu seorang
istri sangat mengharapkan iadapat mel;ahirkan seorang anak. Sebagai tanda seorang istri akan
meiliki seorang anak adalah melalui proses kehamilan selama lebih kurang 9 bulan.

Agar dapat memperoleh anak, Islam mengajarkan agar selalu bermohon kepada Allah dengan
membaca do’a seperti Nabbi Ibrahim, sebagai mana firman Allah SWT :

Artinya :

“Ya Tuhanku berilah aku anak yang saleh” (QS.As-Shafat ayat 100).

Kemudian setelah terjadi masa konsepsi, maka proses pendidikan sudah bisa dimulai, walau
masih bersifat tidak langsung. Tahap ini sudah selangkah lebih maju dibandingkan yang pertama.
Masa pasca konsepsi disebut juga dengan masa kehamilan. Secara umum, masa kehamilan itu
berlangsung kurang lebih 9 bulan 10 hari, ada juga yang kurang atau lebih dari itu. Walau masa itu
relatif lebih pendek dari pada selainnya, namun periode ini memberikan makna yang sangat penting
begi proses pembentukan kepribadian manusia berikutnya.

Menurut sabda Nabi masa kehamilan itu mempunyai beberapa tahap. Pertama; tahap nutfah.
Kedua tahap ‘alaqah. Ketiga tahap mudghah.[9]

Walaupun al-Qur’an dan Hadits Rasulullah tidak menjelaskan secara langsung dan rinci tentang
proses pendidikan yang terdapat dalam pristiwa tersebut , namun Islam melihatnya dari aspek
pendidikan minimal ada tiga faktor untuk dibicarakan. Pertama, harus diyakini bahwa periode dalam
kandungan pasti bermula dari adanya kehidupan (al-hayat). Keyakinan tersebut berdasarkan pada
suatu kenyataan, yaitu terjadinya perkembangan. Perkembangan yang berawal
dari nuthfah hingga mudgah, kemudian menjadi seorang bayi, berarti nutfah itu sendiri sudah
mengandung unsur kehidupan (al-hayat).[10]

Kedua, sebagaimana keterangan diatas, yaitu setelah berbentuk sekerat daging (mudghah)
Allah mengutus Malaikat untuk meniupkan ruh kepadanya. Tampaknya ruh inilah yang menjadi titik
mula dan sekaligus awal mula bergeraknya motor kehidupan psikis manusia. Berarti pada saat itu,
kehidupan janin bersifat biologis, sejak itu sudah mencakup aspek kehidupan psikis.[11]

Dikatakan, pada bulan keempat itu jantung janin mulai bekerja, sehingga getarannya dapat
dipantau dengan shetescope. Semenjak itu janin sudah bisa bergerak, yang semakin lama semakin
menguatkan geraknya. Di samping itu ada ruh atau jiwa, itulah si janin mulai dapat malakukan tugas-
tugas seperti merasa, berfikir, mengingat, membayangkan, mengangan-angan, dan sebagainya.
Semuanya itu menunjukka adanya kehidupan jiwany.

Ketiga,  ada satu aspek penting lagi bagi si janin pada masa dalam kandungan, yaitu aspek
agama. Sebenarnya naluri agama pada setiap individu ini sudah menancap sedemikian jauh, bahkan
sejak sebelum kelahirannya di dunia nyata. Ungkapan demikian ini sesuai dengan yang diisyaratkan
al-Qur’an. Menurut ayat itu secara fitrah, manusia adalah makhluk beragama. Dikatakan beragama,
karena secara naluri, manusia pada hakekatnya selalu mengakui adanya Tuhan Yang Maha Esa.
Dengan demikian, berarti manusia memiliki potensi kesiapan untuk mengenal dan mengakui
keberadaan tuhan.[12]

Di dalam rahim setiap janin tetlindung dari semua pengaruh kondisi luar kecuali yang dapat
sampai melalui ibu yang mengandungnya. Rasa aman dan perlindungan itu tidak akan pernah
ditemui anak setelah ia lahir.

Pada masai itu hubungan janin sangat erat dengan ibunya. Untuk itu sang ibu berkewajiban
memelihara kandungannya, antara lain : dengan memakan makanan yang bergizi, menghindari
benturan-benturan, menjaga emosinya dari perasaan sedih yang berlarut-larut atau marah yang
meluap-luap, menjauhi minuman keras, merokok dan berbagai jenis yang diharamkan Allah SWT,
menjaga rahim agar jangan samapai terkena penyakit atau infeksi. Dalam kondisi seperti itu insya
Allah usaha pemeliharaan akan menjadikan janin sebagai anak yangsehat jasmani dan rohaninya
setelah lahir, sebagai kondisi dasar yang sangat besar pengaruhnya bagi proses pendidikan
selanjutnya.

Oleh karena itu proses pendidikan sudah dimulai sejak anak dalam kandungan (pranatal
education) yaitu masa perkembangan anak sebelum lahir dan masih berada dalam kandungan ibu.
Masa ini mulai semenjak periode konsepsi (pertemuan sperma dan ovum). Proses ini berkembang
samapai anak itu lahir ke dunia yang memakan waktu lebih kurang 9 bulan.

Proses pendidikan itu dilaksanakan secara tidak langsung (indirect) seperti berikut :[13]   

a)        Seorang ibu yang telah hamil harus mendo’akan anaknya.

b)        Ibu harus selalu menjaga dirinya agar tetap memakan makanan dan minum-minuman yang halal.

c)        Ikhlas mendidik anak.

d)       Memenuhi kebutuhan istri. Suami harus memenuhi kebutuhan istri yang sedang mengandung,
terutama pada masa-masa awal umur kandungannya.

Menurut Bauhaqi A.K ada beberapa kebutuhan istri yang harus dipenuhi :

1)   Kebutuhan untuk diperhatikan

2)   Kebutuhan kasih sayang

3)   Kebutuhan makanan ekstra

4)   Kebutuhan untuk mengabulkan beberapa kemauan yang aneh

5)   Kebutuhan akan ketenangan kebutuhan pengharapan

6)   Kebutuhan akan perawatan


7)   Kebutuhan akan keindahan

e)        Taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah SWT selalu mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah
wajib maupun ibadah sunnat. Ibu/Bapak yang rajin beribadat maka jiwamu semakin bersih dan suci
dan semakin dekat pula ia kepada Allah SWT.

f)         Kedua orang tua berakhlak mulia. Akhlak orang tua mempunyai pengaruh yang besar dan menjadi
rangsangan yang positif bagi anak dalam kandungan. Akhlak mulia yang harus menjadi hiasan orang
tua adalah :

(1) Kasih sayang, (2) sopan dan lemah lembut, (3) pemaaf, dan (4) rujun dengan keluarga dan
tetagga.

Pembentukan iman seharusnya mulai sejak dalam kandungan, sejalan dengan pertumbuhan
kepribadian. Berbagai hasil pengaatan pakar kejiwaan manunjukkan bahwa janin  yang berada dalam
kandungan telah mendapat pengaruh dari keadaan sikap dan emosi ibu yang mengandungnya. Hal
tersebut tampak dalam perawatan kejiwaan, di mana keadaan keluarga ketika si anak dalam
kandungan, mempunyai pengaruh terhadap kesehatan mental si janin di kemudian hari. (Zakiah
Darajadjat, 1995: 55)[14]

Pendapat di atas mudah dipahami mengingat bahwa janin sudah mengangkat kesaksian akan
kebutuhan Allah. Hal ini ditegaskan oleh Allah dalam firman :

øŒÎ)ur x‹s{r& y7•/u‘ .`ÏB ûÓÍ_t/ tPyŠ#uä `ÏB óOÏdÍ‘qßgàß öNåktJƒÍh‘茠
öNèdy‰pkôr&ur #’n?tã öNÍkŦàÿRr& àMó¡s9r& öNä3În/tÎ/ ( (#qä9$s% 4’n?
t/ ¡ !$tRô‰Îgx© ¡ cr& (#qä9qà)s? tPöqtƒ ÏpyJ»uŠÉ)ø9$# $¯RÎ) $¨Zà2 ô`tã 
  #x‹»yd tû,Î#Ïÿ»xî ÇÊÐËÈ

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka
dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini
Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuban kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan
yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam)
adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".

B.       PENDIDIKAN PASCANATAL (TARBIYAH BA’DA AL-WILADAH)

1.        Fase Bayi

Masa bayi ini berlangsung dari usia 0 sampai 3 tahun. Setelah anak lahir, perlu dikumandangkan
adzan dekat telinganya, agar pengalaman pertama lewat pendengaran adalah kalimat tauhid yang
berintikan pengakuan dan keagungan. Allah dan kerasulan Muhamad. Ajaran kepada kemenangan
dan seruan untuk beribadah diakhir dengan pernyataan dan keagungan serta kesam Allah. Bayi yang
baru lahir memang belum mengerti arti kata “tauhid” dalam adzan tersebut, namun dasar keimanan
dan keislaman sudah masuk kedalam hatinya.

Masa bayi disebut juga masa mulut (oral phase). Disebut demikian karena bayi dapat mencapai
pemuasan kebutuhan hidupnya dengan menggunakan mulutnya. Apabila pemuasan kurang
terpenuhi anak dapat menjadi pengisap ibu jari. Ciri khas pada masa mulut adalah[15]
a.    Pada bulan pertama bayi senang tidur , sehingga disebut si penidur.

b.    Hidupnya hanya makan, tidur dan dibersihkan sekan-akan hidupnya bersifat vegetatif seperti
tumbuh-tumbuhan.

c.    Seakan-akan belum ada hubungan dengan dunia luar

d.   Apabila bangu, bergerak-gerak, mengelepar, membuka dan menutup tangan, menggerakkan badan
dan sebagainya.

e.    Pada umur empat bulan bayi mulai miring, membalikkan badan dan mengangkat kepala, kemudian
belajar merangkang, duduk, berdiri pada umur 1 tahun dapat berjalan dengan bantuan.

2.        Fasa Kanak-kanak

Pendidikan masa kanak-kanak berlangsung pada usia 3 sampai 12 tahun. Pada usia 3-6 tahun,
anak memiliki sifat egosentris (raja kecil). Sebab, dirinya berada di pusat lingkungan yang
ditampilkan anak dengan sikap senang menantang atau menolak sesuatu yang datang dari orang
sekitarnya. Oleh karena itu, orang tua harus sabar dalam mendidik anaknya.

Perkembangan pada masa ini berlangsung dari usia 3-12 tahun dan masa anak-anak ini dibagi
kepaada tiga fase, yaitu sebagai berikut.[16]

a.         Permulaan Masa Anak-anak

Pada awal masa ini sekitar usia 3 sampai dengan 5 tahun. Perkembangan ditandai dengan
munculnya sikap egosentris pada diri setiap anak. Masa ini disebut juga dengan masa remaja kecil.
Masa ini juga merupakan masa krisis pertama yang sangat memerlukan kesabaran dan
kebijaksanaan bertindak orang tua sebagai pendidik. Orang tua sebaiknya tidak memaksa kehendak
pada anak-anak harus ditumbuhkan kebiasaan melakukan sesuatu yang baik dan dikenal disiplin.

Jika dilihat dari aspek keagamaan, pada masa ini anak-anak belum mempunyai kesadaran
beragama, tetapi ia telah meiliki potensi kejiwaan dan dasar-dasar kehidupan ber-Tuhan.
Perkembangan kesadaran dan beragama anak-anak sangat dipengaruhi oleh keimanan, sikap, dan
tingkah laku keagamaan orang tuanya.

John Locke mengatakan bahwa anak-anak lahir bagaikan kertas putih yang akan dibentuk dan
diarahkan oleh keluarga dan lingkungan sekitar. Lahir bagaikan kertas putih dapat berarti peluang
yang sangat besar bagi lingkungan, terutama keluarga untuk mewarnai dan bentuk kebiasaan-
kebiasaan yang baik pada anak.

b.        Pertengahan Masa Anak

Periode ini berlangsung dari umur 6 sampai dengan 9 tahun. Periode ini sangat penting artinya
bagi peletakan dasar untuk perkembangan selanjutnya melalui sekolah atau madrasah sebagai
lembaga pendidikan. Awal dari fase ini merupakan perulaan bagi anak-anak untuk mengenal orang
dewasa di luar keluarga.

 Masa bersekolah yang didasari oleh perkembangan sikap sosial telah memungkinkan anak usia
ini bergaul dengan orang dewasa dan teman sebayanya. Oleh karena itu, pelindung yang terbaik
baginya adalah orang-orang dewasa yang beriman kepada Allah.

Pada masa ini, anak yang pada mulanya tertuju kepada dirinya sendiri bersifat egosentris mulai
tertuju pada dunia luar, terutama perilaku orang-orang di sekitarnya, sopan santun, dan tata cara
bertingkah laku yang sesuai dengan lingkungan rumah dan sekolah.

c.         Akhir Masa Anak-anak

Masa ini berlangung pada usia 9 sampai dengan 12 tahun. Masa ini merupakan lanjutan masa
sebelumnya yang ditandai dengan berbagai kematangan aspek psikologis yang diperlukan untuk
dapat ikut serta dalam proses pendidikan formal.

3.        fase Remaja

Masa ini berlangsung dari usia 12 sampai dengan 21 tahun yang terdiri atas tiga fase, antara lain
sebagai berikut.[17]

a.         Masa pra-remaja

Masa ini berlangsung dari umur duabelas sampai dengan limabelas tahun. Fase ini ditandai
dengan semakin meningkatnya sikap sosial pada anak.gejala pada masa ini adalah kecenderungan
untuk bersaing yang berlangsung antar teman sebaya dan lingkungan jenis kelamin yang sama. Pada
priode ini ada kesempatan untuk membantu anak, disamping menguasai ilmu dan teknologi yang
sesuai dengan tingkat perkembangan intelektualnya. Juga menumbuhkan sikap bertanggung jawab
dan menghargai nilai-nilai, terutama yang bersumber dari agama islam.

b.        Masa pubertas

Masa ini berlangsung pada usia lima belas sampai dengan delapan belas tahun. Masa ini
merupakan tahap akhir bagi individu dalam mempersiapkan dirinya untuk menjadi manusia dewasa
yang berdiri sendiri. Pada fase ini anak banyak mengalami krisis, namun krisis itu tidak akan
dirasakan berat jika sejak awal anak-anak dan para remaja telah hidup dalam keluarga yang
menempatkan ajaran islam sebagai penuntunnya. Jika dalam diri remaja telah tertanam nilai-nilai
religi maka sebagai orang yang beriman, ia akan selalu mampu menyikapi permasalahan hidup, baik
yang muncul dari dalam maupun dari luar dirinya.

c.         Akhir masa remaja

Masa ini berlangsung antara usia 18 sampai dengan 21 tahun dan disebut juga masa awal
kedewasaan. Pada masa ini, pembentukan dan perkembanganm suatu sistem moral pribadi sejalan
dengan pertumbuhan pengalaman keagamaan yang bersifat individual. Melalui kesadaran beragama
dan pengalaman ketuhanan, akhirnya remaja akan menentukan Tuhannya yang berarti menemukan
kepribadiannya.

Pada masa ini karakteristik perkembangan yang paing dominan adalah terbentuknya pandangan
hidup tertentu berdasarkan falsafah hidupo yang disadari maupun tidak disadari telah menjadikan
pengalaman dalam mengarungi kehidupan.

4.        Fase Dewasa

Pada usia dewasa biasanya seseorang sudah memiliki sifat kepribadian yang matang. Mereka
telah memiliki tanggung jawab terhadap sistem nilai yang dipilihnya, baik sistem nilai yang
bersumber dari norma-norma agama maupun yang berada dalam kehidupan ataupun ajaran agama.
Usia dewasa bisa dikatakan masa ketenangan jiwa, ketetapan hati dan keimanan yang tegas. Namun
terkadang juga dijumpai orang-orang dewasa yang masih kegoncangan jiwa. Hal itu wajar terjadi,
mengingat persoalan hidup tetap saja timbul, sekalipun mereka telah mencapai usia dewasa. Maka
di sinilah sebenarnya letak perlunya pendidikan dan bimbingan bagi orang dewasa.

Netty hartati, menjelaskan bahwa masa dewasa ini dapat dibagi kepada tiga tahap.

a)        Fase dewasa dini

Yaitu masa pencarian kemantapan dan masa produktif, yaitu suatu maasa yang penuh masalah dan
ketenangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan.

b)        Fase dewasa madya

Fase ini dipandang sebagai masa usia antara 40 sampai 60 tahun,masa tersebut ditandai oleh adanya
perubahan-perubahan jasmani dan mental. Pada masa 60 tahun biasanya terjadi penurunan
kekuatan fisik sering pula diikuti oleh penurunan daya ingat.

c)        Fase dewasa akhir (lansia)

Adapun ciri-ciri usia lanjut ini adalah:

1)      Merupakan periode kemunduran

2)      Perbedaan individual pada efek menua

3)      Usia tua dinilai dengan kriteria yang berbeda.


BAB III

PENUTUP

A.      KESIMPULAN

Pendidikan pranatal adalah pendidikan sebelum masa melahirkan. Masa ini ditandai dengan

1.        fase pemilihan jodoh,

2.        pernikahan dan

3.         kehamilan.

PENDIDIKAN PASCANATAL (TARBIYAH BA’DA AL-WILADAH)

1.        Fase bayi

2.        Fase kanak-kanak

3.        Fase remaja

4.        Fase dewasa
DAFTAR PUSTAKA

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2002.

Bukhari Umar, Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Amzah, 2010.

Anda mungkin juga menyukai