Diajukan Kepada:
dr. Noor Yazid., Sp.PA(K)
dr. Afiana Rohmani., MsiMed
Disusun Oleh:
Feny Sinta Dewi H3A021010
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2023
HALAMAN PERSETUJUAN
Pembimbing I
Pembimbing II
4. Menentramkan Hati
Tujuan pernikahan selanjutnya adalah untuk menentramkan hati,
membentuk pasangan suami istri yang bertakwa kepada Allah Swt.
Bersama memperjuangkan nilai- nilai kebaikan dan bermanfaat bagi orang
lain.
Persiapan Pra Nikah dari Sisi Kesehatan Reproduksi
Pernikahan perlu dilakukan dengan penuh persiapan, baik secara fisik,
mental, maupun finansial. Untuk menciptakan sebuah keluarga yang harmonis
dan bahagia sehingga jauh dari deru perceraian, banyak hal perlu disiapkan oleh
calon pengantin. Persiapan pranikah di bagian kesehatan untuk calon pengantin
meliputi:
a. Persiapan fisik
Persiapan fisik dapat dilakukan dengan memastikan kesehatan diri
dan pasangan, sehingga perlu dilakukan pemeriksaan fisik sebelum
melakukan pernikahan. Tindakan ini dilakukan untuk mengetahui apakah
ada penyakit menular berbahaya yang mungkin diderita, jika memang ada
maka kedua belah pihak (calon pengantin) dapat mendiskusikan solusi
terbaik.
Terdapat tujuh pemeriksaan fisik yang perlu dilakukan sebelum menikah,
yaitu:
1) Pemeriksaan darah.
Untuk mengetahui kesehatan secara umum dan mendeteksi
kondisi anemia, leukimia, reaksi inflamasi dan infeksi, penanda
sel darah tepi, tingkat hidrasi dan dehidrasi, dan polisitemia.
2) Pemeriksaan golongan darah dan rhesus.
Untuk mengetahui kecocokan rhesus dan efeknya saat ibu
hamil. Rhesus yang berbeda dapat menimbulkan bahaya pada
janin, seperti anemia.
3) Pemeriksaan gula darah.
Untuk mencegah dan melakukan penanganan dini dari
komplikasi diabetes saat hamil.
4) Pemeriksaan urin
Untuk mendeteksi penyakit metabolik atau sistemik, gangguan
ginjal, sedimen mikroskopis, dan makroskopik.
5) Deteksi infeksi menular seksual.
Melakukan uji VDRL atau RPR menggunakan sampel darah
untuk mendeteksi bakteri penyakit sifilis, treponema pollidum,
dan HIV.
6) Deteksi hepatitis B
Untuk mencegah transmisi hepatitis B kepada pasangan
melalui hubungan seksual.
7) Deteksi penyakit penyebab kelainan pada masa kehamilan.
Untuk mendeteksi kuman yang mengganggu dan menginfeksi
ibu saat hamil yang dapat menyebabkan keguguran, bayi lahir
prematur, dan kelainan janin.
b. Persiapan Gizi
Persiapan gizi bagi calon pengantin sangat diperlukan, baik untuk
laki-laki maupun perempuan. Hal ini berkaitan dengan kesehatan
reproduksi jangka panjang. Untuk meningkatkan gizi calon pengantin
terutama perempuan dapat melalui program penanggulangan kekurangan
energi kronis (KEK). Perempuan dianjurkan untuk meminum obat
penambah darah yang mengandung zat besi untuk mengurangi risiko
terjadinya anemia, dan meminum asam folat untuk mencegah terjadinya
defiensi asam folat. Tindakan tersebut dilakukan untuk mengurangi risiko
tinggi gangguan kehamilan di masa mendatang.
c. Imunisasi TT bagi calon pengantin perempuan.
Untuk mencapai kekebalan tubuh yang maksimal, perlu melakukan
imunisasi TT (tetanus). Pemberian suntikan TT ini harus disesuaikan
dengan ketentuan pemberian yang tepat untuk mencegah serta melindungi
diri dari penyakit tetanus. Komitmen calon suami untuk mendukung
pasangannya untuk tercapainya dosis tingkat tertinggi dari imunisasi TT
sangat dibutuhkan.
Hal ini dikarenakan imunisasi TT sangat diperlukan agar tidak
mengalami gangguan selama masa kehamilan, persalinan, dan nifas.
d. Menjaga kesehatan organ reproduksi.
Menjaga kesehatan organ reproduksi memang sudah seharusnya
dilakukan seorang individu, baik yang hendak menikah maupun yang
belum merencanakan pernikahan. Menjaga kesehatan organ reproduksi
dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan diri, terutama organ
reproduksi.
Dengan menjaga kebiasaan baik menjaga kebersihan diri akan
menghindarkan kita dari berbagai penyakit berbahaya yang dapat
menginfeksi dan merugikan.
Meskipun hidup di dunia ini hanya sementara dan fana namun hidup ini
menjadi tidak lengkap jika tidak ditemani oleh pendamping hidup. Hal ini pernah
diungkapkan oleh sahabat Rasullah Saw, yaitu Abdullah Ibnu Mas’ud yang
melukiskan pentingnya menikah untuk mendapatkan pendamping hidup
sebagaimana direkam oleh Ibnu Abi Syaibah sebagai berikut:
َأَلْح َبْبُت َأْن َيُك وَن ِلي ِفي ِتْلَك الَّلْيَلِة اْمَر َأٌة، َلْو َلْم َيْبَق ِم َن الَّدْهِر ِإاَّل َلْيَلٌة: َقاَل،َع ْن َع ْبِد ِهَّللا.
“Abdullah Ibn Mas’ud pernah berkata: Andaikan waktu yang tersisa bagiku
hanya satu malam maka satu hal yang ingin Aku lakukan pada malam itu ialah
menikah.”
H.R. Ibnu Abi Syaibah Abu Bakar Ibn Abi Syaibah, Al-Mushannaf Fi Al-Ahadis
Wa Al-Atsar, (Riyadh: Maktabah Ar-Rusyd, 1409 H), Cetakan Pertama, III, 454,
no. hadis 15916.
Selain Riwayat di atas ada pula Riwayat yang cukup populer yang sering
kita dengar bahwa Ibnu Mas’ud berujar bahwa jika ia mengetahui apabila umur
yang tersisa baginya hanya tinggal 10 (sepuluh) hari maka ia ingin menikah agar
ketika menghadap Allah Swt. (meninggal dunia) ia tidak dalam keadaan sendiri
(perjaka).
Sebagaimana ibadah atau ritual keagamaan yang lain, menikah juga
membutuhkan upaya (effort) yang luar biasa dalam melaksanakannya. Dibutuhkan
kesiapan fisik dan psikis yang mantap untuk untuk membuat keputusan untuk
menikah. Banyak argumentasi yang menuturkan bahwa menikah adalah suatu
ibadah yang luar biasa yang disyariatkan untuk hamba-Nya.
Keistimewaan menikah bukan tanpa alasan salah satunya yaitu apa yang
diungkapkan oleh Ibnu ‘Abidin yang mengejutkan yaitu:
َلْيَس َلَنا ِعَباَد ٌة ُش ِرَع ْت ِم ْن َع ْهِد آَد َم إَلى اآْل َن ُثَّم َتْسَتِم ُّر ِفي اْلَج َّنِة إاَّل الِّنَك اَح َو اِإْل يَم اَن
“Tidak ada ibadah yang yang disyariatkan untuk kita sejak Nabi Adam hingga
saat ini (Nabi Muhammad Saw.) kemudian terus diberlangsungkan sampai ke
surga kecuali nikah dan menjaga keimanan.”
Ibnu ’Abidin Ibnu ‘Abidin, Ad-Dur Al-Mukhtar Wa Hasyiyatu Ibni ’Abidin,
(Beirut: Dar Al-Fikr, 1992), 3/3
Artinya: “Dari Abu Hurairah Ra, Nabi Saw, bersabda: Wanita itu dinikahi
karena empat pertimbangan: kekayaannya, kemuliaannya, kecantikannya
dan agamanya, maka lihatlah pada agamanya karena ia terdidik dengan itu”
(HR. Bukhari).
Daftar Pustaka :