Anda di halaman 1dari 8

PERIODISASI PENDIDIKAN ISLAM

Zulfan farah aidy


Institut Agama Islam Negeri Madura
E mail : izulfan16@gmail.com

Abstrak
Pendidikan Agama Islam merupakan suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta
didik agar senantiasa dapat memahami kandungan ajaran Islam secara menyeluruh,
menghayati makna tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan Islam
sebagai pandangan hidup. Fase perkembangan manusia akan melewati beberapa proses
pendidikanyaitu, Pertama periode berawal dari nuthfahsampai menjadi mudhgah, dan
kemudian menjadi seorang bayi. Kedua, setelah berbentuk daging (mudghah). Ketiga,
aspek agama yang sebenarnya sudah ada pada setiap individu jauh sebelum kelahiran
didunia nyata. Dalam suatu periode hidup manusia, terdapat fase-fase tertentu yang
harus dilewati antara lain: fase pranatal, bayi baru lahir, masa bayi, masa kanak-kanak,
masa remaja, masa dewasa, masa usia lanjut. pembahasan dalam jurnalini adalah
Pendidikan Qabl Al-Wiladah, Pendidikan Islam ba’da al-wiladah, manusia usia lanjut
agama, perlakuan terhadap usia lanjut menurut Islam.Tujuannya adalah agar setiap manusia
mampu melewati kehidupan dengan akan timbulnya karakter dan kebiasaan unik yang
dimiliki oleh seseorang dengan baik sesusai dengan tuntutan agama setiap fase yang di
laluinya.
Kata kunci : periode pendidikan agama islam

PENDAHULUAN
A. Pembahasan
1. Pendidikan Islam masa Pra Konsepsi
Pendidikan pra konsepsi ini adalah salah satu upaya persiapan pendidikan yang
dimulai ketika seseorang memilih pasangan hidupnya sampai pada saat setelah
terjadinya pembuahan dalam rahim sang ibu. Dalam kaitannya dengan hal ini, Islam
telah mengajarkan hal-hal berikut :
a. Dalam memilih pasangan hidup, Islam mengajarkan agar mengutamakan pengetahuan
agamanya yang sama-sama beragama Islam, dan juga memiliki perangai dan tingkah
laku yang baik. Rasulullah SAW bersabda, yang artinya :
“Wanita itu dikawini karena empat hal, yaitu karena kekayaannya, kecantikannya,
keturunannya, dan karena agamanya, kamu pasti akan hidup bahagia.”
Berdasarkan hadits ini, sangatlah jelas bagaimana kita harus memilih calon pasangan
hidup. Agama dan akhlak merupakan dua hal yang paling utama. Setelah kedua hal ini
barulah faktor-faktor lain dipertimbangkan.
b. Mencari rizki dan makanan yang halal. Seperti disebutkan dalam Q.S. An Nahl :114,
yang berbunyi
Artinya :“Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah
kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja
menyembah.”
Apa yang kita konsumsi sehari-hari itu memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap
keturunan, baik itu fisik maupun mental. Selain itu, menurut disiplin ilmu biologi,
makanan yang baik dan bergizi itu memiliki pengaruh yang besra terhadap
pematangan ovum dan spermatozoa yang kemudian akan menjadi janin yang sehat
dan kuat.
2. Pendidikan Islam masa Pranatal
Pendidikan Pranatal adalah pendidikan sebelum masa melahirkan. Masa ini ditandai
dengan fase pemilihan jodoh, pernikahan, dan kehamilan.
a. Fase Pemilihan Jodoh
Fase ini adalah persiapan bagi seseorang yang sudah dewasa untuk
menghadapi hidup baru yaitu berkeluarga. Salah satu pendidikan yang dimiliki oleh
seseorang yang sudah dewasa itu adalah masalah pemilihan jodoh yang tepat. Sebab
masalah ini mempengaruhi terhadap kebahagiaan rumah tangga nantinya.
Menurut R.I Suhartin[1], memilih jodoh harus ada syarat dan
kriterianya. Kriteria ini dibagi kepada dua golongan yakni; kriteria umum dan
kriteria yang bersifat khusus (subjektif). Syarat umum adalah bahwa seyogyanya
jodoh yang dipilih sudah dewasa agar tida mengalami kesulitan dalam berkeluarga
dan syarat khususnya tentu sesuai dengan selera masing – masing. Namun syarat
yang terpenting adalah saling mencintai.1
Berkenaan dengan pemilihan jodoh dalam perkawinan, Syariat Islam telah
meletakkan kaidah – kaidah dan hukum – hukum bagi masing – masing pelamar dan
yang dilamar, yang apabila petunjuknya itu dilaksanakan maka perkawinan itu akan
berada pada puncak keharmonisan, kecintaan dan keserasian.
Rasulullah SAW telah memberikan gambaran dalam hadisnya mengenai pemilihan
calon istri atau suami. Berikut ini adalah beberapa hadis yang berkenaan dengan
pemilihan jodoh di antaranya :
1) Pemilihan Calon Istri
Sabda Rasululah SAW
 Artinya
Wanita itu dinikahi karena empat pertimbangan; karena hartanya,
keturunannya, kecantikannya, dan karena agamanya. Dapatkanlah
wanita yang memilikia agama, akan beruntunglah kamu. (HR. Bukhari
Muslim).[2]
 Artinya
Dunia ini adalah perhiasan, sabaik – baik perhiasan adalah wanita shalehah.
(HR. Muslim).[3]
 Artinya
Jauhilah oleh kalian rumput hijau yang berada di tempat kotor. Mereka
bertanya, apakah yang dimaksud rumput hijau yang berada di
tempat kotor itu wahai Rasulullah ? Baliau manjawab, Yaitu wanita yang
sangat cantik yang tumbuh ditempat yang tidak baik. (HR. Daruquthni)
 Wanita yang jauh keturunannya dan jangan memilih yang dekat.
 Wanita yang gadis dan subur (dapat melahirkan)
2) Pemilihan Calon Suami
Tidak banyak hadits yang menyebutkan tentang pemilihan calon suami
sebagaimana halnya memilih calon istri. Rasulullah SAW bersabda yang artinya :
“Apabila kamu sekalian didatangi seseorang yang agama dan akhlaknya kamu
ridhai, maka kawinkanlah ia. Jika kamu sekalian tidak melaksanakannya maka

1 Syafirur Rofiq: periodisasi pendidikan islam http://syafirurrofiq.blogspot.com/2014/03/periodesasi-pendidikan-islam.html


30 november 2020.
akan menjadi fitnah dimuka bumi ini dan tersebarlah kerusakan .” (HR.
Tirmidzi)
Berdasarkan hadits tersebut, maka jelaslah bahwa hal yang paling penting
dalam memilih calon suami adalah dari agama yang dianutnya dan akhlak yang
dimilikinya.

b. Fase Perkawinan/Pernikahan
Ada beberapa aspek yang dijelaskan oleh syari’at Islam yang berhubungan
dengan anjuran pernikahan/perkawinan antara lain :
1) Perkawinan merupakan Sunnah Rasul
Sabda Nabi:
“Siapa saja yang mampu menikah, namun ia tidak menikah maka tidaklah termasuk
golonganku.” (HR. Thabrani dan Baihaki)

2) Perkawinan untuk ketentraman kasih sayang


Firman Allah:
“Dan di antara tanda – tanda kekuasaan-Nya ialah, Dia menciptakan untukmu istri –
istri dari jenismu sendiri supaya kamu cenderung tenteram kapadanya, dan dijadikan-
Nya di antara kamu rasa kasih sayang. Sesungguhnya yang demikian itu benar –
benar terdapat tanda – tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar Rum : 21)
3) Perkawinan untuk mendapatkan keturunan
4) Perkawinan untuk memelihara pandangan dan menjaga kemaluan dari kemaksiatan
       Setelah calon dipilih, diadakan peminangan dan selanjutnya dilaksanakan pernikahan
dengan Walimatul al-Ursy nya. Yang menarik dari pernikahan dalam Islam adalah
dibacakannya khutbah nikah sebelum ijab qabul.
Dalam khutbah nikah, terkandung nilai-nilai pendidikan, antara lain :
a. Peningkatan amal dan iman
b. Pergaulan yang baik antara suami dengan istri
c. Kerukunan dalam berumah tangga
d. Memelihara sillaturrahim
e. Mawas diri/berhati-hati dalam segala tindak dan perilaku
c. Fase Kehamilan
Salah satu tujuan berumah tangga adalah untuk mendapatkan keturunan,
karena itu seorang istri mengharapakan ia dapat melahirkan seorang anak. Sebagai
tanda seorang istri akan memiliki anak adalah melalui proses kehamilan selama lebih
kurang 9 bulan.
Menurut Sabda Nabi, masa kehamilan memiliki beberapa tahapan, yaitu :
1. Tahap Nuthfah
Pada tahap ini, calon anak masih dalam bentuk cairan sperma dan sel telur. Tahap
ini berlangsung selama 40 hari.
2. Tahap ‘Alaqah
Setelah berumur 80 hari, cairan tersebut berkembang bagaikan segumpal darah
kental dan bergantung pada dinding rahim ibu.
3. Tahap Mudghah
Setelah berumur 120 hari, segumpal darah tadi berkembang menjadi segumpal
daging. Pada masa inilah, calon bayi telah siap menerima hembusan ruh dari
Malaikat utusan Allah.
Ada tiga faktor yang perlu dibicarakan berkaitan dengan proses pendidikan. Yaitu,
pertama harus diyakini bahwa periode ini berawal dari adanya kehidupan. Hal ini
dinyatakan dengan adanya perkembangan yang berawal dari nuthfah sampai menjadi
mudghah, yang kemudian menjadi seorang bayi.
Kedua, setelah berbentuk daging (mudghah), Allah mengutus malaikat untuk
meniupkan ruh kepadanya. Tamapaknya, ruh inilah yang menjadi tahap awal
bergeraknya kehidupan psikis manusia.
Disisi lain, perkembanagan psikis manusia juga dipengaruhi oleh kegembiraan
ataupun penderitaan yang dialami oleh sang ibu. Kebahagiaan, kelincahan ataupun
kesedihan, kemurungan yang ditunjukkan oleh sanh ibu ketika mengandung akan
tercermin kepada tingkah laku bayi yang dilahirkan.
Ketiga, aspek yang paling penting adalah aspek agama. Naluri agama
sebenarnya sudah ada pada setiap individu jauh sebelum kelahirannya didunia nyata.
Dalam fase kehamilan ini, ada beberapa kewajiban seorang wanita yang sedang
mengandung. Yaitu,
 Memakan makanan yang bergizi
 Menghindari benturan-benturan
 Menjauhi minuman keras, merokok, dan berbagai jenis makanan yang
diharamkan Allah SWT
 Menjaga rahim dengan baik
Proses pendidikan konsepsi ini dilaksanakan secara tidak langsung. Yaitu
sebagai berikut
 Seorang ibu yang telah hamil harus mendo’akan anaknya.
 Ibu harus selalu menjaga dirinya agar tetap memakan makanan dan minuman
yang halal
 Ikhlas mendidik anak
 Memenuhi kebutuhan istri
Menurut Baihaqi A.K ada beberapa kebutuhan istri yang harus dipenuhi.
Misalnya, kebutuhan untuk diperhatikan, kasih sayang, makanan ekstra, mengabulkan
beberapa kemauan yang aneh, ketenangan, pengharapan, perawatan, dan keindahan.
Taqarrub kepada Allah melalui ibadah wajib dan sunah.
Kedua orang tua berakhlak mulia. Akhlak mulia yang harus menjadi hiasan kedua
orang tua antara lain, kasih sayang, sopa, lembut, pemaaf dan rukun.
Menurut Zakiah Daradjad, proses pendidikan akan lebih berpengaruh kepada anak
apabila diamalkan langsung oleh orang tuanya selama janin ada dalam kandungan.
Kontak psikis secara langsung antara orang tua, terutama ibu dengan si janinlah yang
sebenarnya disebut dengan pendidikan pada masa kehamilan.

3. Pendidikan islam masa bayi

Usia anak 0-3

Tahun Pada masa anak usia 0-3 tahun yang dapat dilakukan kedua orang tua adalah
memberikan suasana kehidupan yang agamis seperti yang dianjurkan oleh
Rasulullah SAW, seperti:
1) Membaca adzan pada telinga kanan dan iqamat pada telinga kiri sang bayi pada
saat baru dilahirkan.
2) Menaqiqahkannya, disamping sebagai rasa syukur atas kelahiran anak, juga
mengajarkan kepada anak agar suka bersedekah dan pandai
bersyukurdikemudian hari dalam menjalani kehidupannya.
3) Memberikan nama kepada anak dengan nama yang baik.
4) Anak dicukur rambutnya/ dibersihkan dari kotorannya.
5) Setelah sampai usia 3 tahun, hendaknya selalu diberikan suasana agamis dan
dibiasakan dengan kebaikan semisal memperdengarkan bacaan Al Qur’an
kepadanya.2

4. Pendidikan islam masa kanak kanak

Fase Pra Sekolah (3-6 tahun)


Karakteristik anak pada fase ini adalah:
1) Dapat mengontrol tindakannya.
2) Selalu ingin bergerak adalah sesuatu yang alami.
3) Berusaha mengenal lingkungan sekeliling, perkembangan yang cepat dalam
berbicara.
4) Senantiasa ingin memiliki sesuatu, egois, keras kepala, suka protes, menanyai
sesuatu berulang kali.
5) Mulai membedakan antara yang benar dan yang salah, yang baik dan yang
buruk.
6) Mulai mempelajari dasar perilaku sosial.

Usia 7-13 tahun


Pada usia ini anak sudah mulai memasuki SD karena sudah mulai dapat
menggunakan pikiran / rasionya. Dalam upaya pendidikan Islam, Rasulullah telah
mengajarkan pada hadits yang artinya:
“Suruhlah anak-anak melakukan ibadah shalat pada usia 7 tahun dan bilamana
sampai usia 10 tahun belum shalat, maka pukullah ia. Dan pisahkan tempat
tidurnya.”

5. Pendidikan islam masa remaja


Fase dimana usia anak telah mencapai usia muda, yang ditandai dengan
mimpi bagi laki-laki dan haid bagi perempuan. Pada saat ini anak telah memiliki
kesadaran penuh akan dirinya, sehingga ia diberi beban taklif (tanggung jawab). Fase ini
disebut juga fase ‘aqilfase tingkah laku intelektual seorang mencapai kondisi puncak
sehingga mampu membedakan perilaku yang benar dan salah, baik dan buruk.
Fase ini dimulai sekitar 15-40 tahun.
Sebagai makhluk hidup, manusia memulai masa-masa di dalam kehidupanya:
masa kecil, masa remaja, masa dewasa dan masa tua. Ayat 54 surah ar Rum
menggambarkan masa kecil sebagai masa dhu’f atau lemah, kemudian masuk
kepada masa quwwah atau kekuatan yaitu pada masa remaja kemudian diakhiri

2 M. ilyas, fase perkembangan manusia dalam pendidikan islam, “jurnal Al liqo” volume 04 nomo 01 : 2019, 08,
https://ejournal.stai-tbh.ac.id/index.php/al-liqo/article/view/12/12
dengan masa dhu’f dan syaibah atau lemah kembali dan sepuh yaitu setelah memasuki
masa tua.
Kendatipun masa remaja itu tidak ada batas umur yang tegas, yang dapat
ditunjukkan, namun dapat dikira-kirakan dan diperhitungkan sesuai dengan masyarakat
lingkungan remaja itu sendiri. Kendatipun besar atau kecil kegoncangan yang dialami
oleh remaja-remaja dari berbagai tingkat masyarakat. Ide-ide agama, dasar-dasar
keyakinan dan pokok-pokok ajaran agama, pada dasarnya diterima oleh seseorang pada
masa kecilnya.
Menurut Zulkifli L, orang barat menyebutkan remaja itu dengan istilah
“puber” sedang orang Amerika menyebutkan “adolesen“ keduanya merupakan masa
transisi dari anak-anak menjadi dewasa. Sedangkan dinegara kita ada yang
menyebutkan dengan “akil baligh“, “pubertas“ dan yang paling banyak menyebutkan
dengan istilah remaja.
Salah satu fase terpenting dalam kehidupan umat manusia adalah transisi
antara usia kanak-kanak dengan dewasa, yang biasa disebut sebagai pubertas. Fase
ini ditandai dengan perubahan tekstur tubuh baik bagi laki-laki maupun perempuan
menuju pada kesempurnaan fisik. Tetapi perubahan yang lebih penting dari itu
adalah timbulnya gejolak-gejolak psikologis, tumbuhnya perasaan cinta terhadap lawan
jenis dan semangat untuk menegaskan identitas diri.
Kenyataan menunjukan, bahwa tidak semua orang dapat sukses melampaui
fase ini. Bahkan dilihat dari disiplin moral, dapat dikatakan banyak yang mengalami
kegagalan dan terpuruk ke dalam degradasi moral.
Meskipun anak-anak telah memasuki usia sekolah, bahkan sekalipun telah
memasuki perguruan tinggi, peran dan tanggung jawab orang tua sebagai pendidik
pertama dan utama tetap harus dilakukan dengan baik. Orang tua tidak hanya harus
menyediakan biaya pendidikan formal bagi anak-anaknya, akan tetapi lebih dari itu.
Orang tua harus terus menerus membimbing dalam kebaikan menajdi teladan dalam
berbagai kebaikan. Orang tua harus menopang kesuksesan pendidikan formal anak
dengan motifasi-motifasi sukses.
Pada masa ini pertumbuhan jasmani anak menjadi cepat, wawasan akalnya
bertambah luas, emosinya menjadi kuat dan semakin keras serta naluri seksualnya pun
mulai bangkit. Masa ini merupakan masa baligh.3

6. Pendidikan islam masa dewasa

Usia dewasa dimulai semenjak berakhirnya keguncangan keguncangan


kejiwaan yang menimpa masa remaja. Usia dewasa bisa dikatakan masa ketenangan
jiwa, ketetapan hati dan keimanan yang tegas, namun terkadang juga dijumpai orang
orang yang dewasa yang masih merasakan keguncangan jiwa. Tentu keguncangan itu
tidak sehebat yang terjadi pada masa remaja. Hal itu wajar terjadi, mengingat persoalan
hidup tetap saja timbul sekalipun mereka telah mencapai usia dewasa, maka di sinilah
sebenarnya perlunya pendidikan dan bimbingan bagi orang dewasa.4

3 Abdul aziz, Periodisasi Pendidikan Anak dalam Perspektif Alquran, Citra Ilmu,Edisi 27 Vol. IV, April 2018,
http://ejournal.stainutmg.ac.id/index.php/JICI/article/view/45/27
4 Halid hanafi, S.Ag, M.Ag. ,la Adu, S.Pd.i.,M.A. , Zainuddin, S.Pd.i.,M.A. , Ilmu Pendidikan Islam (Yogyakarta: CV BUDI
UTAMA, desember 2018) halaman 370
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Rofiq, Syafirur : periodisasi pendidikan islam


http://syafirurrofiq.blogspot.com/2014/03/periodesasi-pendidikan-islam.html 30
november 2020.

Ilyas, M. fase perkembangan manusia dalam pendidikan islam, “jurnal Al liqo” volume
04 nomo 01 : 2019, 08,
https://ejournal.stai-tbh.ac.id/index.php/al-liqo/article/view/12/12

aziz, Abdul. Periodisasi Pendidikan Anak dalam Perspektif Alquran, Citra Ilmu,Edisi 27
Vol. IV, April 2018, http://ejournal.stainutmg.ac.id/index.php/JICI/article/view/45/27

hanafi,Halid, S.Ag, M.Ag. , Adu, la, S.Pd.i.,M.A. , Zainuddin, S.Pd.i.,M.A. , Ilmu


Pendidikan Islam (Yogyakarta: CV BUDI UTAMA, desember 2018) halaman 370

Anda mungkin juga menyukai