“Ada tiga kebahagiaan, yaitu: (1) memiliki istri yang shalihah, bila engkau
memandangnya menyenangkanmu, dan bila engkau pergi hatimu mempercayai
bahwa ia dapat menjaga dirinya dan menjaga hartamu, (2) kendaraan yang layak,
dan (3) rumah yang luas yang banyak didatangi tamu.” (HR. Al-Hakim dalam
kitabnya Al-Mubarak „ala al-Shahihain, II/175 No. 2684).
a. Calon suami atau istri sama-sama orang beriman, seperti yang terdapat pada QS Al-
Baqarah ayat 221 yang berbuni:
Dalam hadis Rasulullah SAW bersabda bahwa wanita dinikahi karena empat faktor,
yaitu kecantikannya, hartanya, mahsabnya, dan agamnya. Namun yang paling penting
dari ketiga faktor tersebut adalah agamanya.
b. Calon suami bukan mahram, artinya tidak terdapat halangan untuk menikah
e. Calon istri tidak sedang dalam masa iddah atau dalam pinangan orang lain
g. Calon suami menyiapkan mahar atau mas kawin. Apabila pada waktu akad nikah
calon suami belum memiliki mahar, boleh diutang dan dibayar setelah akad nikah
sesuai kesepakatan dengan calon istri
h. Oada saat akad nikah dilakukan pencatatan oleh pegawai pencatat nikah
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan
Selain itu, tanggung jawab orangtua terhadap anaknya dalam hal pengasuhan,
pemeliharaan dan pendidikan anak, Islam menggariskannya sebagai berikut:
a. Tanggung jawab pendidikan dan pembinaan akidah
Maksud dari tanggung jawab ini adalah mengikat anak dengan dasar-dasar
keimanan dan keislaman sejak anak mulai mengerti sesuatu. Dasar-dasar
keimanan dalam pengertian ini adalah segala sesuatu yang telah ditetapkan dengan
jalan khabar secara benar berupa hakikat keimanan dan masalah gaib. Al-Ghazali
mengemukakan, langkah pertama yang diberikan kepada anak dalam
menanamkan keimanan adalah dengan memberikan hafalan. Hal ini dilakukan
karena ketika menghafal kemudian memahaminya, maka akan tumbuh dalam
dirinya sebuah keyakinan dan akhirnya anak akan membenarkan apa yang dia
yakini sebelumnya. Berdasarkan ungkapan tersebut, Nur al-Hafidz merumuskan
empat pola dasar dalam pembinaan keimanan anak, yaitu (1) senantiasa
membacakan kalimat tauhid, (2) menanamkan kecintaan kepada Allah dan
Rasulullah, (3) mengajarkan Al-Quran, dan (4) menanamkan nilai-nilai
pengorbanan dan perjuangan.
b. Tanggung jawab pendidikan dan pembinaan akhlak
Yang dimaksud dengan pembinaan akhlak adalah pendidikan dan pembinaan
mengenai dasar-dasar moral dan keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki
anak sejak masih kecil hingga ia dewasa. Akhlak adalah implementasi dari iman
dalam segala bentuk perilaku. Pendidikan dan pembinaan akhlak dalam keluarga
dilaksanakan dengan contoh dan teladan dari orangtua, karena perilaku anak
merupakan hasil dari pembelajaran yang ia lihat dari perilaku orangtuanya.
2. Berbakti kepada orangtua
Satu hal lain yang sangat penting dalam tanggung jawab keluarga adalah berbakti
kepada orangtua yang telah melahirkan, merawat, dan membimbing selama bertahun-
tahun hingga menjadi anak yang terpuji. Berbakti kepada orangtua dalam pandangan
Islam merupakan seuatu keharusan yang harus selalu dijaga dengan baik. Seperti yang
tertulis pada QS. Luqman ayat 14, sebagai berikut:
Artinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada
dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu
Sebagai agama besar yang dianut oleh lebih dari satu milyar umat manusia, Islam
telah membentuk masyarakat yang kuat dalam tatanan yang penting dan teratur yang disebut
dengan masyarakat Islam. Masyarakat Islam sendiri menurut Muhammad Quthb adalah
masyarakat yang segala sesuatunya bertitik tolak dari Islam dan tunduk pada sistmatika
Islam. Dari konsep tersebut, maka suatu masyarakat yang tidak diliputi oleh suasana Islam,
corak Islam, bobot Islam, prinsip Islam, syariat dan aturan Islam serta berakhlak Islam, bukan
termasuk di dalam masyarakat Islam. Rasulullah SAW mengatakan bahwa mayarakat Islam
harus menjadikan segala aspek hidupnya, prinsip-prinsipnya, amal perbuatannya, nilai
hidupnya, jiwa raganya, hidup dan matinya terpancar dari sistem Islam. Muhammad Quthb
menyatakan bahwa masyarakat Islam merupakan masyarakat yang berbeda dengan
masyarakat lain. Perbedaannya terletak pada peraturan-peraturan khusus, undang-undang
yang berdasarkan Al-Quran, anggota-anggotanya berakhidah satu dan berkiblat satu.
d. masyarakat yang dinamis dan progresif, karena manusia ditugaskan sebagai khalifah
di muka bumi
e. masyarakat yang demikratis, baik secara spiritual, sosial, ekonomi, maupun politik
i. masyarakat Islam menentukan kegiatan keumatan yang memiliki tujuan yang kelas
dan perencanaanyang sempurna
j. masyarakat Islam membentuk persaudaraan yang tangguh, atas dasar kasih saying
Masyarakat Islam dibentuk berdasarkan ajaran dan tata nilai Islam, yang berarti
bahwa prinsip dasar yang membentuk masyarakat adalah nilai-nilai Islam. Masyarakat Islam
ini berorientasi tauhid, yaitu iman kepada Allah SWT. Masyarakat Islam adalah masyarakat
yang mempu mempraktikan sanksi-sanksi murni dalam upaya menegakan kebenaran yang
dibentuk berdasarkan etika Ketuhanan Yang Maha Esa yang bertopang pada (1) menaati
perintah Allah yang dicerminkan dengan kasih saying kepada anggota masyarakat, (2)
bersyukur terhadap rahmat dan nikmat Allah, (3) rasa dekat dengan tuhan dicerminkan dalam
perasaan takut oada larangannya.