Anda di halaman 1dari 7

1.

Keluarga dan Masyarakat Islam


1.1. Keluarga Islam
1.1.1. Pengertian Keluarga Islam
Keluarga adalah suatu struktur dalam masyarakat yang bersifat khusus, yang
saling mengikat satu sama lain. Menurut ajaran Islam, ikatan itu mengandung
tanggung jawab sekaligus rasa saling memiliki dan saling berharap (mutual
expectation). Dari segi bahasa, dalam bahasa Arab, kata keluarga disebut ahl atau
ahila yang berarti secara menyeluruh termasuk kakek, nenek, paman, bibi, dan
keponakan. Dalam pengertian yang lebih luas, keluarga merupakan satu kesatuan unit
yang besar yang disebut ummah atau komunitas umat Islam. Keluarga Islam
merupakan keluarga yang di dalam rumah tangganya menegakan nilai-nilai Islam.
Keluarga Islam adalah keluarga yang rumah tangganya didirikan atas dasar
ibadah, mereka bertemu dan berkumpul karena Allah, dan menjalankan segala
sesuatunya berdasarkan nilai-nilai Islam.
1.1.2. Karakteristik Keluarga Islam
Rasulullah SAW merupakan suri tauladan bagi setiap umat muslim. Dalam hal
memimpin keluarga, Nabi Muhammad saw. Mengajarkan kepada umatnya agar
membina rumah tangga yang harmois, keluarga yang bahagia, yang dipenuhi
ketenangan dan cinta kasih. Rasulullah saw. Bersabda yang artinya:

“Ada tiga kebahagiaan, yaitu: (1) memiliki istri yang shalihah, bila engkau
memandangnya menyenangkanmu, dan bila engkau pergi hatimu mempercayai
bahwa ia dapat menjaga dirinya dan menjaga hartamu, (2) kendaraan yang layak,
dan (3) rumah yang luas yang banyak didatangi tamu.” (HR. Al-Hakim dalam
kitabnya Al-Mubarak „ala al-Shahihain, II/175 No. 2684).

Dari hadist di atas, dapat diketahui bahwa kebahagiaan di dalam keluarga


dapat tercapai apabila bisa memenuhi beberapa hal, yaitu istri/suami yang
sholeh/sholehah, kendaraan yang layak, dan rumah yang luas yang banyak didatangi
tamu. Yang dimaksud dengan istri/suami yang sholeh/sholehah adalah pendamping
hidup yang senantiasa beribadah mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kendaraan
yang layak yang dimaksud pada hadist di atas adalah kendaraan yang senantiasa
menghantarkan pemiliknya ke tempat-tempat baik yang diridhai Allah. Sedangkan
rumah yang luas bukan berarti rumah yang secara fisik berukuran luas, tetapi
merupakan tempat tinggal yang memberikan kenyamanan, ketentraman, dan
kelapangan hati bagi para penghuninya.

Dalam buku Women in Islam (1993) karya Fatima Heeren, ia menyebutkan


empat syarat dalam membangun keluarga Islam, yaitu (1) keluarga Islam harus
menjadikan keluarga sebagai tempat utama pembentukan generasi yang kuat dengan
cara menyediakan keluarga sebagai tepat yang aman, sehat dan nyaman bagi interaksi
antara orangtua dan anak; (2) kehidupan berkeluarga harus dijadikan sarana untuk
menjaga nafsu seksual laki-laki dan perempuan; (3) menjadikan keluarga sebagai
tempat pertama dalam menanamkan nilai-nilai kemanusiaan seperti cinta dan kasih
sayang; (4) keluarga Islam harus dijadikan sebagai tempat bagi setiap anggotanya
untuk berlindung dan tempat memecahkan segala permasalahan yang dihadapi
anggotanya.

1.1.3. Ketentuan Agama Islam dalam Pembentukan Keluarga Islam

Dalam proses pembentukan keluarga Islam, ada beberapa ketentuan yang


harus diperhatikan, diantaranya:

a. Calon suami atau istri sama-sama orang beriman, seperti yang terdapat pada QS Al-
Baqarah ayat 221 yang berbuni:

Terjemah Arti: Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum


mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita
musyrik, walaupun dia menarik hatimu. Dan janganlah kamu menikahkan orang-
orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka beriman.
Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik, walaupun dia
menarik hatimu. Mereka mengajak ke neraka, sedang Allah mengajak ke surga dan
ampunan dengan izin-Nya. Dan Allah menerangkan ayat-ayat-Nya (perintah-
perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka mengambil pelajaran.

Dalam hadis Rasulullah SAW bersabda bahwa wanita dinikahi karena empat faktor,
yaitu kecantikannya, hartanya, mahsabnya, dan agamnya. Namun yang paling penting
dari ketiga faktor tersebut adalah agamanya.

b. Calon suami bukan mahram, artinya tidak terdapat halangan untuk menikah

c. Calon suami dan calon istri ridho, setuju untuk menikah

d. Memenuhi ketentuan khusus poligami dalam pernikahan poligami

e. Calon istri tidak sedang dalam masa iddah atau dalam pinangan orang lain

f. Calon istri tidak terikat pernikahan dengan pria lain

g. Calon suami menyiapkan mahar atau mas kawin. Apabila pada waktu akad nikah
calon suami belum memiliki mahar, boleh diutang dan dibayar setelah akad nikah
sesuai kesepakatan dengan calon istri

h. Oada saat akad nikah dilakukan pencatatan oleh pegawai pencatat nikah

Dalam akad nikah harus memenuhi rukun nikah, yaitu:

a. Ada calon suami dan calon istri

b. Ada dua orang saksi

c. Ada wali nikah

d. Ada akad nikah, yaitu ijab dan qabul

1.1.4. Tanggung Jawab Kehidupan Keluarga


Sebuah keluarga tidak terlepas dari tanggung jawab yang harus dijalankan oleh keluarga
tersebut. Ketika telah terbentuk sebuah keluarga islam, maka tugas dan tanggung jawab
dalam kehidupan keluarga Islam diantaranya adalah:

1. Mendidik keluarga secara Islam


Setelah terbentuknya suatu keluarga Islam, maka keluarga tersebut harus mampu
membina dan membawa keluarganya dalam kehidupan secara mandiri sesuai dengan
perintah Allah SWT. Setelah itu, maka tugas selanjutnya adalah mendidik keluarga
dan anak-anak agar menjadi generasi penerus yang sholeh. Hal ini seperti yang
terdapat di QS. At-Tahrim ayat 6, sebagai berikut:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari
api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-
malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan

Selain itu, tanggung jawab orangtua terhadap anaknya dalam hal pengasuhan,
pemeliharaan dan pendidikan anak, Islam menggariskannya sebagai berikut:
a. Tanggung jawab pendidikan dan pembinaan akidah
Maksud dari tanggung jawab ini adalah mengikat anak dengan dasar-dasar
keimanan dan keislaman sejak anak mulai mengerti sesuatu. Dasar-dasar
keimanan dalam pengertian ini adalah segala sesuatu yang telah ditetapkan dengan
jalan khabar secara benar berupa hakikat keimanan dan masalah gaib. Al-Ghazali
mengemukakan, langkah pertama yang diberikan kepada anak dalam
menanamkan keimanan adalah dengan memberikan hafalan. Hal ini dilakukan
karena ketika menghafal kemudian memahaminya, maka akan tumbuh dalam
dirinya sebuah keyakinan dan akhirnya anak akan membenarkan apa yang dia
yakini sebelumnya. Berdasarkan ungkapan tersebut, Nur al-Hafidz merumuskan
empat pola dasar dalam pembinaan keimanan anak, yaitu (1) senantiasa
membacakan kalimat tauhid, (2) menanamkan kecintaan kepada Allah dan
Rasulullah, (3) mengajarkan Al-Quran, dan (4) menanamkan nilai-nilai
pengorbanan dan perjuangan.
b. Tanggung jawab pendidikan dan pembinaan akhlak
Yang dimaksud dengan pembinaan akhlak adalah pendidikan dan pembinaan
mengenai dasar-dasar moral dan keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki
anak sejak masih kecil hingga ia dewasa. Akhlak adalah implementasi dari iman
dalam segala bentuk perilaku. Pendidikan dan pembinaan akhlak dalam keluarga
dilaksanakan dengan contoh dan teladan dari orangtua, karena perilaku anak
merupakan hasil dari pembelajaran yang ia lihat dari perilaku orangtuanya.
2. Berbakti kepada orangtua
Satu hal lain yang sangat penting dalam tanggung jawab keluarga adalah berbakti
kepada orangtua yang telah melahirkan, merawat, dan membimbing selama bertahun-
tahun hingga menjadi anak yang terpuji. Berbakti kepada orangtua dalam pandangan
Islam merupakan seuatu keharusan yang harus selalu dijaga dengan baik. Seperti yang
tertulis pada QS. Luqman ayat 14, sebagai berikut:

Artinya: Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang
ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada
dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu

1.2. Masyarakat Islam

1.2.1. Pengertian Masyarakat Islam

Sebagai agama besar yang dianut oleh lebih dari satu milyar umat manusia, Islam
telah membentuk masyarakat yang kuat dalam tatanan yang penting dan teratur yang disebut
dengan masyarakat Islam. Masyarakat Islam sendiri menurut Muhammad Quthb adalah
masyarakat yang segala sesuatunya bertitik tolak dari Islam dan tunduk pada sistmatika
Islam. Dari konsep tersebut, maka suatu masyarakat yang tidak diliputi oleh suasana Islam,
corak Islam, bobot Islam, prinsip Islam, syariat dan aturan Islam serta berakhlak Islam, bukan
termasuk di dalam masyarakat Islam. Rasulullah SAW mengatakan bahwa mayarakat Islam
harus menjadikan segala aspek hidupnya, prinsip-prinsipnya, amal perbuatannya, nilai
hidupnya, jiwa raganya, hidup dan matinya terpancar dari sistem Islam. Muhammad Quthb
menyatakan bahwa masyarakat Islam merupakan masyarakat yang berbeda dengan
masyarakat lain. Perbedaannya terletak pada peraturan-peraturan khusus, undang-undang
yang berdasarkan Al-Quran, anggota-anggotanya berakhidah satu dan berkiblat satu.

Sementara itu Mahdi Fadhullah memiliki pengertian yang berbeda terhadap


masyarakat Islam. Mahdi menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat Islam
adalah masyarakat yang tunduk pada Allah dalam segala masalah dan memahami bahwa
makna ibadah itu tidah cukup dengan melakukan syiar-syiar keagamaan seperti shalat, puasa,
zakat, haji, dan lainnya. Dari kedua pendapat di atas dapat diketahui bahwa yang menjadi
pengikat dalam masyarakat Islam adalah rasa iman kepada Allah.

1.2.2. Karakteristik Masyarakat Islam

Masyarakat Islam memiliki karakteristik yang membedakannya dengan masyarakat


lain, diantaranya:

a. masyarakat Islam adalah masyarakat yang beriman kepada Allah SWT

b. masyarakat Islam adalah masyarakat yang terbuka berdasarkan pengakuan pada


kesatuan uat dan cita-cita persaudaraan sesame manusia

c. masyarakat Islam merupakan masyarakat yang terpadu, integrative, dimana gama


menjadi perekat yang menyatukan

d. masyarakat yang dinamis dan progresif, karena manusia ditugaskan sebagai khalifah
di muka bumi

e. masyarakat yang demikratis, baik secara spiritual, sosial, ekonomi, maupun politik

f. masyarakat yang berkeadilan, yang membentuk semua aspek keadilan


g. masayarakat yang berwawasan ilmiah, terpelajar, karena sangat menekankan pada
ilmu pengetahuan dan teknologi

h. masyarakat Islam adalah masyarakat yang disiplin

i. masyarakat Islam menentukan kegiatan keumatan yang memiliki tujuan yang kelas
dan perencanaanyang sempurna

j. masyarakat Islam membentuk persaudaraan yang tangguh, atas dasar kasih saying

k. Masyarakat Islam adalah masyarakat yang sederhana dan berkesinambungan

1.2.3. Ketentuan Agama Islam dalam Pembentukan Masyarakat Islam

Masyarakat Islam dibentuk berdasarkan ajaran dan tata nilai Islam, yang berarti
bahwa prinsip dasar yang membentuk masyarakat adalah nilai-nilai Islam. Masyarakat Islam
ini berorientasi tauhid, yaitu iman kepada Allah SWT. Masyarakat Islam adalah masyarakat
yang mempu mempraktikan sanksi-sanksi murni dalam upaya menegakan kebenaran yang
dibentuk berdasarkan etika Ketuhanan Yang Maha Esa yang bertopang pada (1) menaati
perintah Allah yang dicerminkan dengan kasih saying kepada anggota masyarakat, (2)
bersyukur terhadap rahmat dan nikmat Allah, (3) rasa dekat dengan tuhan dicerminkan dalam
perasaan takut oada larangannya.

Anda mungkin juga menyukai