Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

HUKUM TENTANG KHITBAH (MEMINANG) DALAM


AJARAN ISLAM
Di ajukan untuk memenuhi tugas makalah mata kuliah Nahwu

DOSEN PENGAMPU

MOH FADHIL, M.Pd

KELOMPOK 1
1. RAVI YUSUF MUHAMMAD(2001012103)
2. MOCHAMMAD MA’RUF(2001011856)
3. MUHAMMAD RHOMADHONI(2001012105)
4. MOHAMMAD ABDUL AZIZ(2001011867)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS KH. A. WAHAB HASBULLAH
TAMBAKBERAS JOMBANG
2021/2022
Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT karena atas taufik dan rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah Artikel ini. Shalawat serta salam senantiasa kita sanjungkan
kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, serta semua umatnya hingga
kini. Dan Semoga kita termasuk dari golongan yang kelak mendapatkan syafaatnya.
Dalam kesempatan ini, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berkenan membantu pada tahap penyusunan hingga selesainya makalah hukum tentang khitbah
(meminang) dalam ajaran islam ini. Harapan kami semoga makalah yang telah tersusun ini dapat
bermanfaat sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah
wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya saya dapat memperbaiki bentuk ataupun isi
makalah ini menjadi lebih baik lagi.

bojonegoro,01 oktober 2021

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B.Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian khitbah
B. hukum dan syarat khitbah
C. pendapat ulama’ tentang khitbah

BAB III PENUTUP


Kesimpulan
A. HIKMAH
B. SARAN-SARAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Nikah disyaratkan oleh Allah seumur dengan perjalanan hidup manusia, sejak nabi Adam
dan ibu Hawa disurga adalah ajaran pernikahan pertama dalam islam.islam menganjurkan
perkawinan, islam tidak mengajarkan hidup membujang yang banyak diyakini para rabaib. Allah
menegaskan dalam kitab Al qur’an yang artinya: “kawinlah wanita-wanita yang kalian
senangi,dua atau tiga atau empat” .(QS. An-nisa’ 4:3)
Setelah ditentukan pasangan yang akan dinikahi sesuai dengan kriteria yang ditentukan,
langkah selanjutnya adalah penyampaian kehendak untuk menikahi pilihan yang telah
ditentukan. Penyampaian kehendak untuk dinikahi seseorang itu dinamai KHITBAH atau dalam
bahasa indonesianya dinamakan “peminangan/lamaran”

B. Rumusan masalah
1. Apa definisi khitbah?
2. Apa hokum dan syarat perempuan yang boleh di khitbah?
3. Sebutkan beberapa pendapat ulama’ tentang khitbah?

C. Tujuan penulisan
Untuk mengetahui definisi khitbah.
Untuk mengetahui hokum dan syarat perempuan yang boleh dikhitbah.
Untuk mengetahui beberapa pendapat para ulama’ tentang khitbah
(lamaran/meminang).

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian khitbah

Kata khitbah (‫ )الخطبة‬adalah bahasa arab standar yang terpakai pergaulan sehari-
hari,Terdapat dalam firman Allah dan terdapat pula dalam ucapan nabi serta
disyari’atkan dalam suatu perkawinan yang waktu pelaksanaanya di adakan sebelum
berlangsungnya akad nikah. Keadaan ini pun sudah membudaya ditengah masyarakat dan
dilaksanakan sesuai dengan tradisi masyarakat setempat.jadi khitbah artinya adalah
peminangan/lamaran,yaitu melamar untuk menyatakan permintaan atau ajakan mengiggat
perjodohan dari seorang laki-laki dengan seorang perempuan calon istrinya.
Hukum meminang adalah boleh (mubah)adapun dalil yang memperbolehkanya
adalah
‫هّٰللا‬
• ِ ‫طبَ ِة النِّ َس ۤا ِء اَوْ اَ ْكنَ ْنتُ ْم فِ ْٓي اَ ْنفُ ِس ُك ْم ۗ َعلِ َم ُ اَنَّ ُك ْم َست َْذ ُكرُوْ نَه َُّن َو ٰل ِك ْن اَّل تُ َو‬
‫اع ُدوْ ه َُّن‬ ْ ‫َواَل ُجنَا َح َعلَ ْي ُك ْم فِ ْي َما َعرَّضْ تُ ْم بِ ٖه ِم ْن ِخ‬
‫هّٰللا‬
ُ‫اح َح ٰتّى يَ ْبلُ َغ ْال ِك ٰتبُ اَ َجلَهٗ ۗ َوا ْعلَ ُم ْٓوا اَ َّن َ يَ ْعلَ ُم َما فِ ْٓي اَ ْنفُ ِسك ْم‬ ْ
‫هّٰللا‬
َ ِّ
ِ ‫ْز ُموْ ا ُعق َدةَ النك‬ ِ ‫ِس ًّرا آِاَّل اَ ْن تَقُوْ لُوْ ا قَوْ اًل َّم ْعرُوْ فًا ەۗ َواَل تَع‬
ࣖ ‫فَاحْ َذرُوْ هُ ۚ َوا ْعلَ ُم ْٓوا اَ َّن َ َغفُوْ ٌر َحلِ ْي ٌم‬

Yang artinya:dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran
atau kamu menyembunykan dalam hatimu (QS. Al-baqoroh ayat 235)

B. Hukum khitbah

Dalam agama islam meminang seseorang yang mau dinikahi itu hukumnya (mubah)
boleh dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Perempuan yang dipinang
Perempuan yang dipinang harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut
a. Tidak terikat oleh akad perkawinan.
b. Tidak berada dalam masa iddah tala’ roj’i
c. Bukan pinangan orang lain
Rosulullah bersabda:
Seseorang mukmin adalah saudara mukmin lainya oleh karena itu ,ia tidak boleh
membeli atau menawar sesuatu yang sudah dibeli atau sudah ditawar saudaranya, dan
ia tidak boleh meminang seseorang yang telah dipinang saudaranya . kecuali ia telah
melepaskanya .(mutafakun alaih)
2. Cara mengajukan pinangan.

a. Pinangan kepada gadis atau janda yang sudah habis masa iddahnya,Boleh
dinyatakan secara terang-terangan.

b. Pinangan kepada wanita yang masih ada dalam iddah talak bai’in atau iddah di
tinggal mati suaminya.Tidak boleh di nyatakan secara terang-terangan.Pinangan
kepada mereka hanya boleh dinyatakan secara sindiran saja.
Artinya: Dan tdak ada dosa bagi kamumeminang waniya-wanita itu dengan
sindiran,atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka)dalam hatimu
(Al-Baqoroh ayat 235)
Artinya: “Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari oranf-orang
lelaki antaramu.Jika tidak ada dua orang lelaki maka boleh seorang lelaki dan dua
orang perempuan dari saksi-saksi yang kamu ridhoi”(Al-Baqoroh ayat 282)

3. Melihat dan meneliti calon istri


Melihat perempuan yang akan di nikahi,Di anjurkan bahkan di sunatkan oleh
agama.Karena meminang calon istri merupakan pendahuluan pernikahan.Sedangkan
melihat calon istri untuk mengetahui penamipan dan kecantikannya,Di pandang perlu
untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang berbahagia.
Rosuluh bersabda:
Artinya: Jika seseorang di antara kamu meminang seserang perempuan,Sekiranya
dapat melihat sesuatu mendorong semangat untuk mengawininya,Hendaklah ia
melakukan nya(H.R Ahmad dan abu dawud)

Cara melihat perempuan yang di pinang boleh dengan cara terang-terangan boleh
juga dengan cara mengintip selagi ia lalai,tetapi tidak boleh berdua-duaan dalam
suatu ruangan (kholwah).

Adapun batas-batas anggota yang boleh di lihat adalah: Wajah,Telapak tangan


Telapak kaki ,Bentuk tubuh.Dengan demikian dapat di ketahui kecantukan dan
keindahan tubuhnya,sehingga pihak suami tidak menyesal di kemudian
hari.Kebolehan melihat calon mempelai tidak hanya berlaku bagi satu pihak laki-laki
saja,Pihak perempuan juga boleh melihat,Bahkan mengamati laki-laki
yang meminagnya.Jadi waktu perempuan melihat calon suaminya,Bersama dengan
waktu ia melihat atau di amati oleh calon suami.

Dengan demikian,Kedua calon mempelai itu telah mempunyai kepastian tentang


jodoh mereka masing-masing.Sebelum datang dan melihat calon istri di
rumahnya,Sebaiknya mengumpulkan data secukunya tentang calon istrinya itu
caranya dengan tentang calon istrinya itu caranya dengan tentang calon itu kepada
orang kira-kira memberikan jawaban yang obyektif kemudian orang yang di Tanya,
wajib memberikan informasi dan jawaban sobyektif mungkin menurut
pengetahuannya,Karena masalah pernikahan adalah masaah penting dalam kehidupan
bersama di masyarakat.

Kemudian ada masalah pertunagan dengan tukar cincin,Ini adalah budaya barat yang
bertentangan dengan islam maupun budaya timur.
Sebab kalau sudah melangsungkan pertunangan tersebut telah di restui oleh kedua
pihak keluarga,Mulai saat itu,Mereka lebih bebas bergaul.Dalam isalam budaya ini
tidak di benarkan,Karena membawqa dampak negative.Sedangkan
peminangan,Mereka boleh melihat satu sama lain dengan batas-batas tertentu yang di
benarkan oleh syara’ sebagai bahan pemikiran mereka untuk langkah selanjutnya
dalam melangsungkan pernikahan.
C. Pendapat Para Ulama’ Tentang Melihat Pinangan.

1. Menurut jumhur ulama’ mengatakan bahwa boleh meihat wajah dan telapak tangan
karena dem Beberapa ikian akan dapat di ketahui kehalusan tubuhnya.
2. Menurut abu dawud mengatakan boleh melihat seluruh badannya kecuali
kemaluannya.
3. Hanifah mengatakan membolehkan melihat telapak kaki,Muka dan kedua telapak
tangan.
Kemudian ada masalah pertunagan dengan tukar cincin,Ini dalah budaya barat yang
bertentangan dengan islam maupun budaya timur.
Sebab kalau sudah melangsungkan pertunangan tersebut telah di restui oleh kedua
pihak keluarga,Mulai saat itu,Mereka lebih bebas bergaul.Dalam isalam budaya ini
tidak di benarkan,Karena membawa dampak negative.Sedangkan
peminangan,Mereka boleh melihat satu sama lain dengan batas-batas tertentu yang di
benarkan oleh syara’ sebagai bahan pemikiran mereka untuk lankah selanjutnya
dalam melangsungkan pernikahan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari aparan di atas dapat kita simpulkan sebagai berikut:
Pengertian khitbah adalah pinangan,Yakni melamar untuk menyatakan permintaan atau
ajakan mengingat perjodohan ,Dari seorang laki-laki dengan seorang perempuan calon
istrinya.
Hukum khitbah adalah boleh,sebagaimana yang telah di jelaskan di atas.
Adapun syarat-syarat perempuan yang boleh di khitbah adalah:
*Perempuan bukan istri orang lain
*Bukan arena iddah karena tala’ roj’i.
*Tidak dalam pinangan orang lain.
*Beberapa pendapat para ulama’ tentang melihat pinangan ada yang mengatakan
boleh,sepertinya jumhur ulama’ mengatakan boleh melihat wajah dan kedua telapak
tangan.dll.
B. Hikmah
* Pengetahuan mengenai pengertian khitbah.
* Pengetahuan tentang pinangan yang di syari’atkan oleh islam.
* Dapat mengetahui syarat-syarat perempuan yang boleh di pinang.
C. Saran-Saran
Dari makalah ini penulis mengharapkan agar para pembaca khususnya mahsiswa inkafa
mengetahui makna khitbah dan bagaiman melakukan pinangan yang di syari’atkan agama
isalam.
DAFTAR PUSTAKA

Rifa’I, Moh. 2002. Fiqih Wicaksana. Tohaputra : Semarang.


Sayid, Sabia. 2006. Fiqih Sunan. Pena Pundit Aksara : Bandung.
Zakariyah, Rusydy. 2001. Fiqih. Jakarta: Depag.

Anda mungkin juga menyukai