Anda di halaman 1dari 3

‫ واوع د من خالف ه بغض به‬.

‫الحم د هلل ال ذي اك رم من التقى بمحبت ه‬ terhadap harta dan kedudukan dunia, kecuali sangat
sedikit (yang bisa selamat darinya). Sebagaimana
‫ اشهد ان الاله اال اهلل وحده الشريك له و اشهد ان سيدنا‬. ‫وعذابه‬
pula halnya seekor domba tidak akan selamat dari
‫محمدا عبده ورسوله ارسله بالهدى ودين الحق ليظهره على الدين‬
keberingasan dua ekor serigala yang sedang lapar,
‫ اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى اله واصحابه‬.‫كله‬ kecuali sangat sedikit sekali.
‫ فياايها الحاضرون رحمكم اهلل اتقوا اهلل بامتثال‬. ‫وسلم تسليما كثيرا‬
Perumpamaan yang agung ini mengandung
‫ ياايه ا ال ذين امن وا اتق وا اهلل ح ق‬. ‫الم أمورات واجتن اب المنهي ات‬
peringatan yang keras tentang keburukan sikap rakus
.‫تقاته وال تموتن اال وانتم مسلمون‬ terhadap harta dan kedudukan dunia, hingga beliau

       mengatakan, "Adapun tamaknya seseorang terhadap
      kedudukan maka itu lebih membinasa kan daripada
      ketamakannya terhadap harta. Karena ambisi mencari
Marilah kita senantiasa meningkatkan kualitas kedudukan, kekuasaan dan kemuliaan dunia untuk
keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT mengungguli (merasa tinggi) di atas sekalian manusia
dengan selalu melaksanakan perintah serta menjauhi lebih berbahaya bagi seseorang daripada ambisi
segala laranganNya, karena dengan taqwa inilah kita terhadap harta. Menahan diri dari hal tersebut
akan mendapatkan kemudahan dari Allah SWT sangatlah lebih sulit, karena untuk mencari
dalam segala macam urusan baik urusan duniawi kedudukan dan kekuasaan biasanya seseorang rela
maupun urusan yang bersifat ukhrawi dan Allah akan mengorbankan harta yang amat banyak."
memberikan rizki kepada orang-orang yang bertaqwa
Al Imam Ibnu Rajab kemudian menyebutkan metode
dari jalan yang tidak disangka-sangka
setiap orang dalam meraih kedudukan dunia. Beliau
Hubbur riyasah (cinta kekuasaan) adalah salah satu mengatakan," Tamak terhadap kemuliaan dunia ada
syahwat yang sering menimpa manusia. Bagi orang dua macam;
yang terkena penyakit ini, kekuasaan, jabatan dan
Pertama, mencari kemuliaan dunia dengan
segala yang mengiringinya berupa popularitas dan
kekuasaan, sulthan (power), dan harta. Ini semua
ketenaran merupakan tujuan hidupnya. Berkenaan
sangat berbahaya karena pada umumnya akan
dengan bahaya cinta kekuasaan ini Rasulullah
menghalangi pelakunya untuk mendapatkan kebaikan
Shalallaahu alaihi wasalam telah bersabda yang
dan kemuliaan di akhirat. Allah berfirman, artinya,
diriwayatkan oleh Ka'ab bib Malik Radhiallaahu anhu

ِ ‫ين اَل يُ ِري ُدو َن عُلُ ًّوا فِي اأْل َْر‬ ِِ ِ َ ‫تِل‬
‫ض‬ َ ‫َّار اآْل خ َرةُ نَ ْج َعلُ َه ا للَّذ‬
ُ ‫ْك الد‬
, "Dua ekor serigala yang dilepas kepada seekor
domba tidak lebih parah kerusakannya bagi domba
‫ين‬ ِ ‫ادا والْعاقِبةُ لِل‬
itu, bila dibandingkan ketamakan seseorang terhadap
َ ‫ْمتَّق‬
ُ َ َ َ ً ‫َواَل فَ َس‬
harta dan kedudukan dalam merusak agamanya."
Negeri akhirat itu, Kami jadikan untuk orang-orang
Al-Hafidz Ibnu Rajab tatkala menjelaskan hadits ini
yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat
mengatakan, "Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam
kerusakan di (muka) bumi.Dan kesudahan (yang
memberitahukan bahwa ketamakan seseorang
baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertaqwa.¡¨
terhadap harta dan kedudukan akan merusak
(QS. 28:83)
agamanya, dan kerusakan itu tidak lebih kecil
daripada kerusakan akibat keberingasan dua serigala Hingga beliau mengatakan, "Di antara bentuk cinta
terhadap seekor domba. Bisa jadi sepadan atau kedudukan dunia yang jelas bahayanya adalah berupa
mungkin lebih besar. Ini mengisyarat kan bahwa tamak terhadap pemerintahan (yakni tamak ingin
tidak akan selamat agama seseorang jika dia tamak menjadi penguasa, red). Ini merupakan masalah yang
sangat pelik yang tidak diketahui kecuali oleh orang kepada Allah Subhannahu wa Ta'ala. Sehingga orang
yang berilmu, mengenal Allah Subhannahu wa Ta'ala yang taat kepadanya lebih dia cintai dan lebih mulia
dan mencintai-Nya. Perlu diketahuai bahwa cinta baginya daripada orang yang taat kepada Allah dan
kemuliaan dengan cara tamak terhadap kekuasaan menyelisihi keinginannya. Ini merupakan bagian dari
agar dapat memerintah dan melarang serta mengatur keadaan Fir'aun dan seluruh orang yang mendustakan
urusan manusia (menurut kehedaknya), jika hanya rasul-rasul.¡¨
dimaksudkan semata-mata untuk tujuan memperoleh
Sesungguhnya gila kekuasaan tidak akan terlepas dari
kedudukan yang tinggi di atas sekalian orang, merasa
berbagai kerusakan dan bermacam-macam
lebih besar daripada mereka dan agar orang terlihat
keburukan. Sebagiannya disampaikan oleh al-Imam
membutuhkan dirinya, selalu merendah kepadanya
Ibnu Rajab, beliau berkata, "Ketahuilah bahwa tamak
serta menghinakan diri ketika ada hajat dan
terhadap kedudukan akan menyebabkan kerusakan
kebutuhan terhadapnya, maka bentuk seperti ini telah
yang besar, sebelum orang tersebut meraihnya, ketika
mengusik rububiyah dan uluhiyah Allah
orang tersebut sedang berusaha meraihnya dan lebih-
Ke dua; Mencari kemuliaan dunia dan kedudukan lebih setelah berhasil mendapatkannya dengan penuh
dengan hal-hal yang terkait dengan agama, seperti ambisi, yakni dapat menjerumuskannya ke dalam
ilmu, amal ibadah dan kezuhudan. Ini lebih buruk kezhaliman, takabbur dan kerusakan-kerusakan yang
dari yang pertama serta lebih besar bahaya dan lain.
kerusakannya. Karena ilmu, amal dan semisalnya
Dan dalam kesempatan yang lain beliau berkata,
hanyalah untuk mencari derajat yang tinggi dan
"Sesungguhnya cinta harta dan kedudukan, serta
kenikmatan abadi di sisi Allah, juga untuk
tamak terhadapnya akan merusak agama seseorang
bertaqarrub dan mendekatkan diri kepada-Nya.
sehingga agama itu tidak tersisa kecuali apa yang
Di antara yang menambah besar bahaya ini adalah dikehendaki Allah Subhannahu wa Ta'ala. Hawa
bahwasanya manusia memiliki kecenderungan dan nafsu itu senang kepada kedudukan yang tinggi di
cinta yang besar terhadap kekuasaan dan popularitas. atas manusia lainnya, dan dari sinilah tumbuh
Sebagaimana yang ditegaskan Syaikhul Islam Ibnu kesombongan dan kedengkian."
Taimiyah, "Sesungguhnya manusia jika merenungkan
Telah jelas bagi kita bahaya dan tercelanya cinta
dan mengenali dirinya dan manusia yang lain, maka
kekuasaan serta penjelasan kerusakan yang
seseorang akan melihat bahwa dirinya selalu ingin
ditimbulkan olehnya. Namun ada hal lain berkaitan
ditaati dan ingin berada di atas sedapat mungkin. Dan
dengan masalah kekuasaan ini, bahwa ada perbedaan
jiwa itu dipenuhi dengan rasa cinta terhadap
antara cinta kekuasaan dan menjadikan kekuasaan
kedudukan yang tinggi dan kekuasaan setinggi-
sebagai sarana untuk da'wah kepada Allah
tingginya. Maka anda dapati dia akan memberikan
Subhannahu wa Ta'ala Tujuan seseorang dalam
loyalitas kepada orang yang cocok dengan hawa
memegang kekuasan di sini adalah untuk
nafsunya, dan memusuhi orang yang menyelisihi
mengangungkan Allah dan ajaran-ajaran Nya,
hawa nafsunya. Maka akhirnya dia menjadi hamba
sedangkan tujuan orang yang cinta kekuasaan adalah
hawa dan keinginannya."
agar orang lain mengagungkan dan menyanjung
dirinya. Pemimpin pemimpin yang adil dan hakim
hakim yang lurus tidak akan mengajak orang lain
Hingga pada ucapan beliau, "Dan kalau dia ditaati,
untuk mengagungkan diri mereka sama sekali, namun
maka dia ingin segala yang menjadi keinginannya
mereka mengajak manusia agar selalu mengagungkan
terus ditaati, meskipun berupa dosa dan kemaksiatan
Allah semata dan mengesakan-Nya dalam beribadah.
Dan di antara mereka ada yang tidak menginginkan
jabatan kecuali hanya sekedar sebagai sarana untuk
dakwah di jalan Allah Subhannahu wa Ta'ala .

Maka orang yang memohon kepada Allah agar


menjadikan dirinya sebagai imam yang selalu
dijadikan contoh oleh orang-orang yang bertakwa,
sebagaimana dia juga mencontoh orang-orang yang
bertakwa, maka hal ini tidak apa-apa. Bahkan layak
untuk dipuji karena dia telah menjadi penyeru ke
jalan Allah Subhannahu wa Ta'ala, senang jika Allah
Subhannahu wa Ta'ala diibadahi dan ditaati. Maka
dia menyintai apa saja yang dapat menolong dan
mengantarkan pada tujuan tersebut.

Merupakan kewajiban para ahli ilmu dan penunutut


ilmu untuk menjauhi dan berhati-hati dari syahwat
jabatan, kekuasaan dan popularitas, karena ia
merupakan penyakit yang membahayakan.
Selayaknya orang yang terjangkit penyakit ini segera
berobat dengan cara bertaubat kepada Allah
Subhannahu wa Ta'ala, melakukan tazkiyatun nafs
(pembersihan jiwa) dan muhasabah (introspeksi)
terhadap dirinya.

Sufyan ats-Tsauri rahimahullah berkata, "Riyasah


(kekuasaan) lebih disukai oleh para Qurra' (ahli ilmu)
daripada emas merah."

Abul Farraj Ibnul Jauzi juga telah memberikan


nasehatnya, "Wahai saudaraku hendaklah kalian
selalu perhatian terhadap lurusnya niat, tinggalkan
berhias (berbuat kebaikan) karena ingin disanjung
orang, jadikan tiang penyanggamu adalah istiqamah
bersama yang haq. Dengan itu para salaf menjadi
tinggi dan berbahagia.”

Dan sebagai penutup khutbah marilah kita berupaya


semaksimal mungkin untuk selalu memperbaiki diri
kita dan menjauhi sifat hubbur riyasah yang tiada
manfaat dan gunadi akherat kelak

‫ب ارك اهلل لى ولكم فى الق ران العظيم ونفع نى واي اكم من األْي ات‬

‫والذكر الحكيم وتقبل منى ومنكم تالوته إنه هو السميع العليم‬

Anda mungkin juga menyukai