Anda di halaman 1dari 9

Sombong

OPINI
Gufron
| 20 July 2009 | 10:30

526

Nihil.

Kesombongan adalah salah satu jalan masuknya syetan kedalam hati manusia. Dengan
kesombongan ini syetan dapat menghina manusia dan menyeret kepada pertentangan dengan
Yang Maha Pencipta. Orang yang sombong adalah orang yang bodoh, yang tidak mengetahui
hakikat dirinya dan yang tidak mengetahui hakikat Tuhannya. Dia harus diingatkan dan harus
mengetahui siapakah dirinya dengan sebenar-benarnya. Bahwa dahulu dirinya itu adalah air mani
yang menjijikkan, bahwa kemudian menjadi segumpal darah, bahwa kemudian ada tulang yang
terbentuk yang dibungkus dengan daging. Bahwa waktu lahir kondisinya kecil dan lemah. Maka
atas dasar apa ia harus menyombongkan diri? Setelah besar dan bertambah tua, ia menjadi
tempat dimana berbagai penyakit masuk dan yang akan membinasakan.

Ada firman Allah : “ Dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi ini dengan sombong, karena
sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan
sampai setinggi gunung” (QS. Al-Isra:37)

Firman lain :” Sesungguhnya Allah tidak me nyukai orang-orang yang sombong dan
membangga-banggakan diri” (QS An-Nisa:36)

Mengapa manusia mempunyai sifat sombong?

Ada manusia yang sombong karena status sosialnya. Sebagian dari mereka adalah penguasa dan
pemimpin. Kesombongan itu akan semakin kuat dan semakin besar oleh banyaknya pujian dari
orang-orang dekat dan sanjungan dari mereka yang berpura-pura yang menjadikan kemunafikan
sebagai suatu kebiasaan. Berpura-pura adalah tipuan dan permainan belaka, mereka memuji
hanya basa-basi saja. Mereka mengangkat melebihi martabatnya, sehingga orang yang dipujinya
merasa bahwa hal itu yang sebenarnya terjadi pada dirinya, sehingga semakin bertambahlah
kesombongannya. Andaikata para penguasa dan pemimpin itu berakal, tentu dia akan
mengetahui bahwa kekuasaan dan kepemimpinan itu tidak kekal.

Ada lagi manusia yang sombong karena hartanya, ini lebih bodoh dan gebleg. Andaikata ia
berakal dan mau berpikir, tentu ia akan tahu bahwa harta itu hanyalah ‘titipan’ yang bias diambil
Allah sewaktu-waktu, kapan saja bisa lenyap, dan penyebabnya juga macam-macam.

Ada lagi manusia yang sombong karena kekuatan, kegagahan dan kesehatannya. Orang ini
termasuk dungu dan goblok. Kekuatan bukan parameter dan bukan ukuran kemuliaan dari
manusia.
Sesungguhnya yang menjadi standard dan parameter adalah ‘akal’. Dengan akal, manusia dapat
mengetahui siapa penciptanya. Dengan akal, manusia dapat berjalan ditengah manusia dengan
baik. Dengan akal, manusia dapat menghalau segala bentuk kehancuran.

Sesungguhnya yang mulia itu adalah akhlak yang bersih.


Yang pertama akal
Yang kedua agama
Yang ketiga ilmu
Yang keempat kearifan
Yang kelima kebaikan
Yang keenam kesopanan
Yang ketujuh berbakti
Yang kedelapan kesabaran
Yang kesembilan bersyukur
Yang kesepuluh kelembutan

Kekuatan dan kegagahan tidak termasuk dalam perilaku yang mulia, kecuali dipergunakan untuk
kebaikan dan kebenaran.

Ada lagi yang sombong karena ilmunya. Orang ini juga sama yaitu dungu dan bodoh. Karena
ilmu itu seharusnya dapat menjadikan pemiliknya bertambah rendah hati dan takut, dia akan
selalu memakai ilmunya untuk hal-hal yang bermanfaat.

Ada juga orang yang sombong karena wajahnya yang ganteng atau cantik, yang sombong karena
bentuk tubuhnya yang bagus. Andaikata mereka yang sombong itu tahu, bahwa kecantikan dan
kegantengan itu tidak langgeng,tentu mereka akan rendah hati. Karena kalau sudah mati, maka
tubuh itu akan menjadi makanan belatung dan cacing tanah. Tentu dia akan ketakutan melihat
tubuhnya dimakan belatung dan cacing.

Jangan berputus asa, segera minta ampun dan bertobat. Jadilah orang yang berakhlak bersih.

Rabu, 25 Maret 2009


(Sombong / Takabbur) Sifat yang dilaknat oleh Allah SWT

SOMBONG atau takabur (takabbur) adalah sifat hati yang terkeji (madzmumi) dan
merupakan satu daripada penyakit hati yang membawa akibat kebinasaan diri. Pengertian
tentang takabur dapat difahami dari maksud beberapa hadist yang berikut :
1. Rasulullah bersabda, “Dianggap sebagai takabur itu ialah menolak apa yang benar dan
mengaggap hina kepada orang lain”. (HR. Muslim).
2. Bersabda Rasulullah S.A.W kepada sahabatnya, Abu Dzar : “Takabur itu meninggalkan
kebenaran dan engkau mengambil selain kebenaran. Engkau melihat orang lain dengan
pandangan bahwa kehormatannya tidak sama dengan kehormatanmu, darahnya tidak sama
dengan darahmu”.
3. Rasulullah S.A.W bertanya kepada sekumpulan Sahabat, “Tahukah kamu, orang gila yang
sebenar-benarnya?” Para Sahabat menjawab, “Tidak tahu, ya Rasulullah”. Lalu Rasulullah
menjelaskan, “Orang gila ialah orang yang berjalan dengan takabur, memandang rendah
kepada orang lain, membusungkan dada, mengharapkan syurga sambil membuat maksiat
dan kejahatannya membuat orang tidak aman dan kebaikanya tidak pernah diharapkan.
Itulah orang gila yang sebenarnya”.
Berdasarkan kisah di dalam al-Qur’an, makhluk yang pertama yang diserang dan menjadi
mangsa penyakit takabur ialah Iblis (la’natullah). Walaupun diperintah oleh Allah SWT,
Iblis enggan menghormati Adam a. s (manusia dan nabi Allah yang pertama) karena dia
menganggap dirinya lebih mulia daripada Adam. Katanya, “Aku lebih baik daripadanya
(Adam). Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan daripada tanah” (QS
7:12).
“Kesombongan adalah selendang-Ku dan keagungan adalah sarung-
Ku. Barangsiapa yang merebutnya dariku, maka Aku akan
menghancurkannya” (Hadits Qudsi)

Sombong memang sudah menjadi naluri manusia. Sifat sombong ini


timbul karena manusia mempunyai nafsu Robbaniyah. Yaitu nafsu
yang selalu ingin menang sendiri, angkuh, pemaksa, sombong, dll.
Namun demikian bukan berarti hal tersebut dijadikan sebagai
justifikasi dan legalisasi diri untuk melakukan tindakan bodoh itu.
Hal tersebut tidaklah lebih dari sekedar sebagai ujian baginya,
mampukah dia mengendalikan atau bahkan terjebak di dalam
kubangannya. Karena kesombongan adalah sifat ke-Tuhan-an,
seseorang yang nekat memakainya maka secara tidak langsung dia
telah menantang Tuhan. Dan Tuhan akan menghacurkannya.
Sebaliknya seorang hamba yang sudah ditakdirkan oleh Allah
sebagai orang yang baik maka ia akan dapat mengontrol nafsunya
tersebut ketika bergolak

Tidak sedikit ayat dan hadits yang menjelaskan tentang jeleknya


perilaku sombong. Bahkan Rosululloh dengan tegas mengancam
orang yang di dalam hatinya terdapat perasaan sombong meskipun
hanya secuil biji sawi bahwa dia akan masuk neraka. Bukan hanya
nabi Muhammad saja yang mewanti-wanti umatnya untuk tidak
sombong. Nabi Nuh As. ketika ajal akan datang menjemput, beliau
memanggil kedua putranya dan berwasiat agar sepeninggalnya
nanti mereka tidak berlaku sombong

Senada dengan nabi Nuh adalah nabi Isa As. Bahkan bagi beliau
neraka kelak itu hanya akan banyak dihuni oleh orang-orang
sombong. Dan pada hari kiamat kelak mereka akan dirupakan
sebagaimana debu-debu kecil yang diinjak-injak manusia sambil
diseret-seret menuju penjara di dalam neraka. Untuk mereka Allah
secara khusus telah mempersiapkan sebuah jurang di dalam neraka
Jahannam dengan sebutan Habhab.

Bukan hanya orang awwam saja yang bisa terkena penyakit ini.
Namun orang-orang yang sudah mencapai derajat tinggi dalam
ibadah, kezuhudan, dan kealiman masih sangat sulit terhindar
darinya. Apalagi orang-orang yang tidak mengerti apa-apa. Menurut
Imam Muhammad bin Husain bin Ali orang yang berlaku sombong
itu berarti telah kehilangan akalnya sebesar kesombongan yang
telah ia lakukan. Jadi wajar jika mereka tidak akan pernah bisa
berfikir waras dan tak akan memperdulikan dampak dari perbuatan
yang ia lakukan. Iblis juga tidak akan pernah berfikir bahwa akibat
dari kesombongannya tidak mau tunduk perintah Allah untuk sujud
kepada nabi Adam adalah dideportasi dan diusir dari surga selama-
lamanya. Dia tidak mengerti bahwa argumentasinya sebagai
makhluq yang lebih baik dari nabi Adam karena dirinya terbuat dari
api sedang adam dari tanah liat itu tidaklah bisa dijadikan sebagai
alibi untuk menentang wahyu dan perintah Allah.

Esensi kesombongan
Hakekat takabbur adalah kecenderungan pribadi jiwa yang selalu
merasa lebih baik dari pada orang lain. Maka seorang yang merasa
dirinya hebat namun dia juga merasa bahwa masih ada orang lain
yang sepadan atau lebih hebat dari dirinya maka ia tidak bisa
dianggap sebagai orang sombong. Atau menganggap orang lain
sebagai orang yang hina namun dia juga merasa bahwa dirinya
masih lebih hina dari mereka maka dia juga tidak bisa disebut
mutakabbir.

Akan tetapi, meskipun itu semua tidak dianggap sebagai takabbur,


bukan berarti hal tersebut diperkenankan. Karena bagaimanapun
juga punya perasaan bahwa dirinya punya kelebihan atas yang lain
adalah merupakan cikal bakal dari pertumbuhan sifat takabbur.
Rosululloh sendiri sangat khawatir mengalami hal yang demikian.
Sehingga beliau berdoa: “Allahumma inni a’udzu bika min nafkhotil
kibriya’”. (Yaa Allah aku berlindung kepada-Mu dari tiupan
kesombongan). Karena ketika seseorang memiliki pandangan yang
demikian maka ia akan merasa besar, terbang melayang, dan
merasa punya kelebihan dan keagungan.

Orang yang sudah terjangkiti sifat sombong maka ia akan


menganggap bahwa orang lain lebih hina dari dirinya. Sehingga ia
tidak akan mau melayani kebutuhan mereka. Tetapi sebaliknya
merekalah yang harus melayani dirinya. Ketika ada pertemuan maka
dirinya akan selalu menempati tempat kehormatan, ketika saling
bertemu tidak mau memulai berucap salam, ketika diberi tahu maka
dia akan menolak, ketika memberitahu dia akan berkata keras dan
kasar, ketika nasehatnya tidak diterima maka dia akan marah,
ketika mengajar mereka tidak mau bersikap lemah lembut kepada
santrinya, bahkan mereka akan diperbudak olehnya. Tragisnya lagi
di mata dia semua manusia itu ibarat keledai dungu yang tidak
mengerti apa-apa.

Macam-macam sombong
1. Sombong kepada Allah. Pemicunya adalah murni kebodohan dan
ketololan akan siapa diri sendiri. Sebagaimana yang dilakukan oleh
raja Namrudz dan raja Fir’aun yang mengaku-ngaku sebagai Tuhan.
Bahkan menantang akan berperang dengan Allah. Ketika mereka
disuruh untuk menyembah Allah Ar Rohman, mereka malah
bertanya sambil mengejek: “Apa Allah Ar Rohman itu? Haruskah
kami menyembah kepada apa yang kamu perintahkan?”.

2. Sombong kepada Utusan Allah. Pemicunya biasanya bermula dari


tipuan akal pikiran. Sehingga meskipun dirinya merasa sebagai
orang pandai namun hakekatnya dia masihlah bodoh. Atau
sebenarnya memang dirinya adalah bodoh akan tetapi tidak mau
tahu akan kebodohannya. Sehingga mereka tidak akan pernah mau
patuh dan tunduk terhadap perintah Rosul. Sebagaimana yang
pernah terjadi pada orang Bani Isro’il ketika mereka diperintah
supaya beriman dua utusan yang dikirimkan oleh Allah. Mereka
bilang: “Akankah kami beriman kepada dua orang manusia yang
seperti kami juga?”. Dan mereka beranggapan kalau para utusan itu
manusia biasa seperti halnya mereka dan pengikut-pengikut mereka
adalah orang-orang yang tolol.

Orang yang sombong tidak akan pernah mau menerima kebenaran


dan tidak mau disalahkan. Seperti halnya orang-orang Quraisy yang
tidak pernah mau mengakui kebenaran nabi Muhammad. Karena
mereka merasa lebih baik dari pada nabi Muhammad. Sehingga
merasa gengsi jika harus tunduk kepada beliau.

3. Sombong kepada makhluq. Yaitu merasa lebih baik dari mereka.


Sehingga dirinya tidak akan mau kalau dipersamakan dengan orang
lain. Karena semuanya kecil baginya. Kesombongan ketiga ini
meskipun derajatnya paling bawah namun akibatnya masihlah tetap
besar. Demikian ini karena manusia pada fitrohnya adalah makhluq
yang lemah dan tidak mampu berbuat apa-apa. Dan keagungan
serta kebesaran hanyalah milik Allah. Maka jika dia berani keluar
dari fitrohnya sehingga bertindak sombong maka berarti dia telah
merebut miliknya Allah. Dan tidak ada orang yang paling layak
mendapat murka Allah kecuali orang yang merampas milik-Nya
tersebut.

Orang yang berlaku sombong akan selalu bersebrangan dengan


Allah. Karena ketika dirinya mendengarkan sebuah kebenaran dari
orang lain maka dirinya tidak mau menerima dan menentangnya.
Hal lumrah yang sering terjadi pada masa sekarang adalah ketika
mereka menerima sebuah kebenaran maka mereka akan selalu
merekayasa dan berusaha mencari cela untuk mengelabui dan
menolak kebenaran itu. Mereka sudah ditipu oleh akal mereka dan
menyalahkan kebenaran semestinya.

Demikian ini sudah menjadi layaknya gaya pikiran orang-orang


kafir. Mereka bilang sebagaimana dalam surat Fusshilat 26 yang
artinya: Dan orang-orang yang kafir berkata: “Janganlah kamu
mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Qur’an ini dan buatlah
hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan
(mereka)”.
Maka seseorang yang berusaha mengkaburkan hukum agama
dengan merekayasanya maka mereka berarti telah bersifat
sebagaimana orang kafir. Demikian juga seseorang yang merasa
keberatan ketika dinasehati oleh orang lain. Mereka layaknya
berlaku seperti seorang kafir. Naudzubillahi min dzalik
Maka meskipun kesombongan tingkat ketiga ini paling rendah akan
tetapi jika dibiarkan ia akan menjadi hal yang menakutkan karena
akan masuk pada wilayahnya Allah.

Penyebab sombong
Kesombongan itu hanya akan terjadi bila seseorang memiliki
perasaan lebih baik dari orang lain. Dan perasaan ini tidak akan
pernah muncul kalau dirinya tidak berkeyakinan punya sifat
kesempurnaan. Sifat kesempurnaan itu bermuara pada dua hal,
yaitu: identik keagamaan dan keduniawian. Keagamaan seperti
perasaan punya ilmu dan ibadah yang lebih dari yang lain.
Sedangkan duniawi semisal merasa memiliki garis keturunan,
ketampanan, kekuatan, dan pengikut yang lebih baik dari yang
dimiliki oleh orang lain.

Sehingga dapat ditarik sebuah benang merah bahwa pemicu utama


kesombongan itu ada tujuh perkara, yaitu: ilmu, amal ibadah, nasab,
fisik jasmani, kekuatan, dan anak buah.

Ilmu
Bagi seorang alim, keilmuan yang dimiliki itu bisa menjadi
boomerang baginya. Karena pengaruhnya membuat orang sombong
itu sangat cepat sekali. Karena hal inilah nabi Muhammad sempat
berpesan bahwa bahaya besar yang bisa ditimbulkan oleh ilmu
adalah perasaan sombong.

Memang seorang yang berilmu jika tidak waspada maka dalam


hatinya akan tertanam sebuah perasaan lebih mulya dari orang lain.
Perasaannya akan bilang dia bisa menjadi manusia sempurna dan
kapabel dengan ilmu yang telah dimilikinya. Dari sini pula dia akan
menganggap orang lain di bawahnya sebagai orang-orang dungu
yang tidak tahu apa-apa layaknya kerbau dan binatang tak berakal
lainnya.

Orang yang demikian ini selalu berharap untuk disalami, disowani,


dan dilayani orang lain. Sebaliknya mereka merasa ogah dan enggan
berujar salam, nyambangi, dan melayani orang lain. Bahkan tidak
berhenti sampai di situ saja. Dalam urusan ukhrowi ilmu juga bisa
menjadi biang keladi melakukan kesombongan. Yaitu merasa bahwa
dengan ilmu tersebut dia adalah orang termulya di sisi Allah. Dirinya
lebih menghawatirkan nasib orang lain kelak di akhirat dari pada
menghawatirkan dirinya sendiri. Sebaliknya dia beranggapan kalau
dirinyalah yang paling berhak mendapatkan sorganya Allah dari
pada mereka.

Orang yang bertindak demikian sangatkah tidak pantas jika disebut


sebagai seorang alim. Dia lebih layak disebut sebagai orang tolol,
bodoh, dungu, dan sebagainya. Karena seharusnya dengan keilmuan
yang dia miliki dia bisa berkaca tentang siapa dirinya, siapa
Tuhannya, bagaimana kelak dia ketika meninggal, bagaimana
urusan nanti antara Allah dengan seorang alim, dan besarnya
bahaya yang disebabkan ilmu. Demikianlah sebenarnya hakekat
ilmu sesungguhnya. Ilmu yang bisa menjadikan seseorang
bertambah takut, khusyu’, dan tawadlu’ kepada Allah dan makhluq

Tawadhu’

penulis Al-Ustadz Abu Usamah bin Rawiyah An-Nawawi


new Akhlak 14 - Agustus - 2003 06:22:08
Sikap merendah tanpa menghinakan diri- merupakan sifat yg sangat terpuji di hadapan Allah dan
seluruh makhluk-Nya. Sudahka h kita memilikinya?

Merendahkan diri adl sifat yg sangat terpuji di hadapan Allah dan juga di hadapan seluruh
makhluk-Nya. Setiap orang mencintai sifat ini sebagaimana Allah dan Rasul-Nya mencintainya.
Sifat terpuji ini mencakup dan mengandung banyak sifat terpuji lainnya.

Tawadhu’ adl ketundukan kepada kebenaran dan menerima dari siapapun datang baik ketika
suka atau dlm keadaan marah. Arti janganlah kamu memandang dirimu berada di atas semua
orang. Atau engkau menganggap semua orang membutuhkan dirimu.

Lawan dari sifat tawadhu’ adl takabbur sifat yg sangat dibenci Allah dan Rasul-Nya. Rasulullah
mendefinisikan sombong dgn sabdanya:
“Kesombongan adl menolak kebenaran dan menganggap remeh orang lain.”

Jika anda mengangkat kepala di hadapan kebenaran baik dlm rangka menolak atau mengingkari
berarti anda belum tawadhu’ dan anda memiliki benih sifat sombong.

Tahukah anda apa yg diperbuat Allah subhanahu wa ta’ala terhadap Iblis yg terkutuk? Dan apa
yg diperbuat Allah kepada Fir’aun dan tentara-tentaranya? Kepada Qarun dgn semua anak buah
dan hartanya? Dan kepada seluruh penentang para Rasul Allah? Mereka semua dibinasakan
Allah subhanahu wa ta’ala krn tdk memiliki sikap tawadhu’ dan sebalik justru menyombongkan
dirinya.

Tawadhu’ di Hadapan Kebenaran

Menerima dan tunduk di hadapan kebenaran sebagai perwujudan tawadhu’ adl sifat terpuji yg
akan mengangkat derajat seseorang bahkan mengangkat derajat suatu kaum dan akan
menyelamatkan mereka di dunia dan akhirat. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Negeri akhirat itu Kami jadikan utk orang2 yg tdk menyombongkan diri dan berbuat kerusakan
di muka bumi dan kesudahan yg baik bagi orang2 yg bertakwa.”

Fudhail bin Iyadh t dita tentang tawadhu’ beliau menjawab: “Ketundukan kepada kebenaran dan
memasrahkan diri kepada serta menerima dari siapapun yg mengucapkannya.” . Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Tidak akan berkurang harta yg dishadaqahkan dan Allah tdk akan menambah bagi seorang
hamba yg pemaaf melainkan kemuliaan dan tidaklah seseorang merendahkan diri krn Allah
melainkan akan Allah angkat derajatnya.”

Ibnul Qayyim t dlm kitab Madarijus Salikin berkata: “Barangsiapa yg angkuh utk tunduk kepada
kebenaran walaupun datang dari anak kecil atau orang yg dimarahi atau yg dimusuhi mk
kesombongan orang tersebut hanyalah kesombongan kepada Allah krn Allah adl Al-Haq ucapan
haq agama haq. Al-Haq datang dari Allah dan kepada-Nya akan kembali. Barangsiapa
menyombongkan diri utk menerima kebenaran berarti dia menolak segala yg datang dari Allah
dan menyombongkan diri di hadapan-Nya.”
Perintah utk Tawadhu’

Dalam pembahasan masalah akhlak kita selalu terkait dan bersandar kepada firman Allah
subhanahu wa ta’ala:
“Sungguh telah ada bagi kalian pada diri Rasul teladan yg baik.”

Dalam hal ini banyak ayat yg memerintahkan kepada beliau utk tawadhu’ tentu juga perintah
tersebut utk umat dlm rangka meneladani beliau. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang2 yg mengikutimu yaitu orang2 yg beriman.” .
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguh Allah telah mewahyukan kepadaku agar kalian merendahkan diri sehingga
seseorang tdk menyombongkan diri atas yg lain dan tdk berbuat zhalim atas yg lain.” .

Demikianlah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengingatkan kepada kita bahwa tawadhu’
itu sebagai sebab tersebar persatuan dan persamaan derajat keadilan dan kebaikan di tengah-
tengah manusia sebagaimana sifat sombong akan melahirkan keangkuhan yg mengakibatkan
memperlakukan orang lain dgn kesombongan.

Macam-macam Tawadhu’

Telah dibahas oleh para ulama sifat tawadhu’ ini dlm karya-karya mereka baik dlm bentuk
penggabungan dgn pembahasan yg lain atau menyendirikan pembahasannya. Di antara mereka
ada yg membagi tawadhu’ menjadi dua:
1. Tawadhu’ yg terpuji yaitu ke-tawadhu’-an seseorang kepada Allah dan tdk mengangkat diri di
hadapan hamba-hamba Allah.
2. Tawadhu’ yg dibenci yaitu tawadhu’- seseorang kepada pemilik dunia krn menginginkan
dunia yg ada di sisinya. .

Wallahu a’lam.

Anda mungkin juga menyukai