Anda di halaman 1dari 55

Page 1 of 55

BAB 1 : MURU’AH (KEPERWIRAAN)


Muru’ah (keperwiraan) artinya sifat-sifat kemanusiaan yang dimiliki oleh jiwa
seseorang, yang dengannya ia berbeda dengan binatang dan syetan yang
terkutuk. Di dalam jiwa ada tiga penyeru yang saling tarik-menarik:

- Penyeru yang mengajak kepada sifat-sifat syetan, seperti takabur, iri,


dengki, sombong, aniaya, kejahatan kerusakan, penipuan, kebohongan dan
lain-lainnya.
- Penyeru yang mengajak kepada sifat-sifat hewan, atau yang mengajak
kepada hawa nafsu.
- Penyeru yang mengajak kepada sifat malaikat, seperti kebaikan, kebajikan,
ilmu, ketaatan dan lain-lainnya.

Hakikat muru’ah ialah jika engkau membenci dua penyeru yang pertama dan
memenuhi penyeru ketiga. Kemanusiaan, keperwiraan dan kejantanan terjadi
karena mengingkari dua penyeru yang pertama dan memenuhi penyeru yang
ketiga.

Sebagian ulama salaf berkata, “Allah menciptakan para malaikat yang


mempunyai akal dan tidak mempunyai syahwat, menciptakan hewan yang
mempunyai syahwat dan tidak mempunyai akal, dan menciptakan manusia yang
di dalam dirinya ada akal dan syahwat. Siapa yang akalnya dapat mengalahkan
syahwatnya, maka dia termasuk golongan malaikat, dan siapa yang syahwatnya
mengalahkan akalnya, maka dia termasuk golongan binatang.”

Penulis berkata, “Perkataan dari sebagian ulama salaf diatas merujuk kepada
salah satu sifat yang terpuji, yaitu sifat malu. Kadar dari rasa malu seseorang
dapat mempengaruhi derajatnya dihadapan manusia dan dihadapan Rabb-Nya.”

Page 2 of 55
Di dalam kitab Madarijus Salikin, Syaikhul-Islam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah
membagi sifat malu menjadi sepuluh macam, yaitu:

1. Malu karena berbuat salah, seperti malunya Adam Alaihis-Salam yang


melarikan diri saat di surga. Allah bertanya, "Mengapa kamu lari dari-Ku wahai
Adam ?" Adam menjawab, "Tidak wahai Rabbi, tapi karena aku merasa malu
terhadap Engkau."

2. Malu karena keterbatasan diri, seperti rasa malunya para malaikat yang
senantiasa bertasbih pada siang dan malam hari dan tak ada waktu senggang
pun tanpa tasbih. Namun begitu pada hari kiamat mereka berkata, "Maha Suci
Engkau, kami tidak menyembah kepada-Mu dengan sebenar-benarnya
penyembahan."

3. Rasa malu karena pengagungan, atau rasa malu karena memiliki ma'rifat.
Sejauh mana ma'rifat seseorang terhadap Rabb-nya, maka sejauh itu pula rasa
malunya terhadap-Nya.

4. Malu karena kehalusan budi, seperti rasa malunya Rasulullah Shallallahu


Alaihi wa Sallam saat mengundang orang-orang pada acara walimah Zainab.
Karena mereka tidak segera pulang, maka beliau bangkit dari duduknya dan
merasa malu untuk mengatakan kepada mereka, "Pulanglah kalian."

5. Malu karena menjaga kesopanan, seperti malunya Ali bin Abu Thalib ketika
hendak meminta baju besi kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,
karena dia menjadi suami putri beliau.

6. Malu karena merasa diri terlalu hina, seperti malunya hamba yang memohon
berbagai macam keperluan kepada Allah, dengan menganggap dirinya terlalu
hina untuk itu.

Page 3 of 55
7. Malu karena cinta, yaitu rasa malunya orang yang mencintai dihadapan
kekasihnya. Bahkan tatkala terlintas sesuatu di dalam hatinya saat berjauhan
dengan kekasihnya, dia tetap merasa malu, tanpa diketahui apa sebabnya,
apalagi jika kekasihnya muncul secara tiba-tiba di hadapannya.

8. Malu karena ubudiyah ialah rasa malu yang bercampur dengan cinta dan rasa
takut. Seorang hamba merasa ubudiyahnya masih kurang, sementara kekuasaan
yang disembah terlalu agung, sehingga ubudiyahnya ini membuatnya merasa
malu.

9. Malu karena kemuliaan ialah malunya hamba yang memiliki jiwa yang agung
tatkala berbuat bajik atau memberikan sesuatu kepada orang lain. Sekalipun dia
sudah bekorban dengan mengeluarkan sesuatu, toh dia masih merasa malu
karena kemuliaan jiwanya.

10. Malu terhadap diri sendiri, yaitu rasa malunya seseorang yang memiliki jiwa
besar dan mulia, andaikan dirinya merasa ridha terhadap kekurangan dirinya
dan merasa puas melihat kekurangan orang lain. Dia merasa malu terhadap
dirinya sendiri, sehingga seakan-akan dia mempunyai dua jiwa, yang satu
merasa malu terhadap yang lainnya. Ini merupakan rasa malu yang paling
sempurna. Sebab jika seorang hamba merasa malu terhadap diri sendiri, maka
dia lebih layak untuk merasa malu terhadap orang lain.

Dinukil dari kitab Talbis Iblis bahwasannya pernah suatu kali Hudzhaifah
tertinggal dari shalat Jum’at, dan dia melihat orang-orang telah pulang, maka dia
bersembunyi agar tak dipandang rendah karena ketertinggalannya.

Ini adalah salah satu cerminan sifat malu dari diri seseorang, yang mana dengan
sifat malu itu ia menjaga muru’ah (kehormatannya) di hadapan orang lain.

Page 4 of 55
Dalil-dalil yang membahas mengenai sifat malu:

"Tidakkah dia mengetahui bahwa sesungguhnya Allah melihat (segala


perbuatannya) ?"

(Al-Alaq: 14).

"Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang disembunyikan
oleh hati."

(Al-Mukmin: 19).

Di dalam Ash-Shahih disebutkan dari hadits Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma,


bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah melewati seseorang yang
sedang menasihati saudaranya tentang rasa malu. Maka beliau bersabda
kepada orang itu, "Biarkan saja dia, karena rasa malu itu sebagian dari iman."

Di dalam Ash-Shahihain disebutkan dari Imran bin Hushain Radhiyallahu Anhu,


dia berkata,"Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, "Rasa malu itu
tidak mendatangkan kecuali kebaikan."

Juga di dalam Ash-Shahihain dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Shallallahu


Alaihi wa Sallam, beliau bersabda, "Iman itu ada tujuh puluh cabang lebih, atau
enam puluh cabang lebih. Yang paling utama adalah perkataan la ilaha illallah,
dan yang paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan, dan rasa
malu itu cabang dari iman."

Juga di dalam Ash-Shahihain dari Abu Sa'id Al-Khudry Radhiyallahu Anhu,


bahwa dia berkata, "Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam adalah orang yang
lebih mudah merasa malu daripada gadis di tempat pingitannya. Jika melihat
sesuatu yang tidak disukai beliau, maka kami bisa melihatnya pada raut muka
beliau."

Page 5 of 55
Di dalam Ash-Shahih disebutkan dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, beliau
bersabda,"Sesungguhnya di antara perkataan nubuwah pertama yang diketahui
manusia adalah: Jika engkau tidak malu, maka berbuatlah sesukamu."

Ada dua makna berkaitan dengan hadits ini: Pertama, ini merupakan
peringatan dan pengabaran, yang artinya: Siapa yang tidak malu tentu akan
berbuat sesukanya. Kedua, ini merupakan pembolehan, yang artinya: Lihatlah
perbuatan yang hendak engkau lakukan. Jika termasuk sesuatu yang tidak
mengundang rasa malu, maka lakukanlah. Namun yang benar adalah yang
pertama.

Banyak definisi malu yang diberikan para ulama, seperti Al-Junaid yang berkata,
"Karena melihat berbagai macam karunia dan melihat keterbatasan diri sendiri,
maka di antara keduanya muncul suatu keadaan yang disebut malu. Hakikatnya
adalah akhlak yang mendorong untuk meninggalkan keburukan dan mencegah
pengabaian dalam memenuhi hak Allah."

Sebagian orang arif berkata, "Hidupkanlah rasa malu dengan berkumpul


bersama orang-orang yang mempunyai rasa malu. Hidupkanlah hati dengan
kemuliaan dan rasa malu. Jika keduanya hilang dari hati, maka di dalamnya tidak
ada kebaikan yang menyisa."

Dalam atsar Ilahy Allah befirman, "Wahai anak Adam, kamu tidak merasa malu
kepada-Ku. Aku sudah membuat manusia lupa aibmu, aku membuat bumi lupa
dosa-dosamu dan aku menghapus dari induk kitab kesalahan-kesalahanmu. Jika
tidak, tentu Aku akan menghisabmu pada hari kiamat."

Al-Fudhail bin Iyadh berkata, "Lima tanda penderitaan: Kekerasan hati,


kejumudan mata, sedikit malu, keinginan terhadap dunia dan angan-angan yang
muluk-muluk."

Page 6 of 55
Dalam atsar Ilahy disebutkan, "Hamba-Ku benar-benar tidak adil terhadap-Ku.
Dia berdoa kepada-Ku dan Aku malu untuk tidak memper-kenankannya, namun
dia durhaka kepada-Ku dan dia tidak malu kepada-Ku." durhaka kepada-Ku dan
dia tidak malu kepada-Ku."

Malunya Allah terhadap hamba tidak bisa diketahui melalui suatu pemahaman
dan tidak bisa digambarkan akal, karena itu merupakan rasa malu yang timbul
dari kemurahan hati, kebajikan dan keagungan. Yang pasti Allah merasa malu
terhadap hamba-Nya, jika hamba itu mengadahkan tangan lalu kembali dengan
hampa.

Kembali ke pembahasan awal, yaitu mengenai muru’ah. Syaikhul-Islam Ibnu


Qayyim al-Jauziyyah berkata, “Hakikat muru’ah adalah menghindari hal-hal yang
rendah dan hina, baik perkataan, perbuatan maupun akhlaq.

Muru’ah terbagi menjadi 4 jenis, yaitu:

 Muru’ah lisan: berupa perkataan yang manis, baik, lembut, dan yang dapat
memudahkan untuk meraih hasil.
 Muru’ah akhlak: ialah kelapangannya dalam menghadapi orang yang
dicintai dan dibenci.
 Muru’ah harta: ialah ketepatan penggunaannya untuk hal-hal yang terpuji,
baik dalam pandangan akal, tradisi maupun syari’at.
 Muru’ah kedudukan: ialah menggunakan kedudukan itu untuk seseorang
yang memerlukan.

Intinya, hakikat muru’ah adalah menghindari hal-hal yang rendah dan hina,
baik perkataan, perbuatan maupun akhlak. Menghindarinya dengan cara
mendekati sifat-sifat yang baik dan menjauhi sifat-sifat yang buruk,
menempatkan sifat malu tepat pada tempatnya.

Page 7 of 55
MURU’AH PERBUATAN (ADAB)

1. Hijab

Berhijab merupakan perintah Allah Subhanahu wa Ta'ala, yang mana fungsi


hijab ialah untuk menutup aurat yang merupakan hal yang harus ditutupi demi
menjaga kehormatan Muslimah

Hijab adalah sumber kehormatan seorang Muslimah karena dengannya ia


mampu menjaga kehormatannya, dimana tidak sembarang orang bisa
melihatnya, hijab juga berfungsi untuk menjaga dan melindungi diri kita sebagai
Muslimah dari segala macam bentuk kejahatan, misalnya saja kejahatan yang
bersumber dari nafsu syahwat

Walau begitu, perkara mengenai hijab hanya dirujuk pada wanita namun jika
kita memahami hakikat hijab maka aturan hijab pun berlaku pada laki-laki meski
tidak kompleks seperti wanita. Yang dihijabi oleh laki-laki yaitu yang berada di
antara pusar hingga lututnya.

Hijab adalah perintah dari Allah Subhanahu wa Ta'ala bagi wanita yang telah
memasuki akhir baligh bukan menunggu baik lantas mesti berhijab, sebab hijab
adalah tanda pengenal bagi wanita Muslimah dan wanita kafir.

Banyak di kalangan wanita Muslimah enggan memakai hijab karena alasan-


alasan yang membuat mereka melalaikan kewajibannya sebagai seorang wanita
Muslimah.

Page 8 of 55
Allah telah memerintahkan wanita Muslimah untuk berhijab sesuai dengan
syariat-syariat yang telah ditetapkan, dan pada hakikatnya hijab juga untuk
menutupi, sebab wanita adalah seburuk-buruknya fitnah bagi kaum lelaki,
bahkan ada di antara wanita Muslimah yang berhijab tapi hakikatnya mereka
masih ingin dilihat agar tetap terlihat menarik, mereka ingin terlihat cantik dan
enggan memakai hijab syar'i dengan alasan tidak menarik dan tidak cantik.

Sahabat Muslimah, berhijab dengan benar tidak akan mengurangi kecantikan


bagimu. Justru menggunakan hijab secara syar’i atau sesuai dengan syarat yang
ada dalam agama Islam akan menjadikan dirimu lebih cantik dan terjaga dari
segala fitnah yang akan menistakanmu nantinya.

Sedangkan berhijab bukan hanya sebuah identitas untuk menunjukkan bahwa


engkau adalah seorang Muslimah. Tetapi hijab adalah suatu bentuk ketaatanmu
kepada Allah Ta’ala, selain shalat, puasa, dan ibadah lain yang telah engkau
kerjakan. Dan kemuliaan seorang wanita ada pada hijabnya, menjaga adab
kepada Rabbnya dengan mentaati perintah-Nya.

"Wahai Nabi ! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan


istri-istri orang mukmin, "Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh
tubuh mereka." Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali,
sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Maha Pengampun, Maha
Penyayang."

(QS Al-Ahzab: Ayat 59)

"Wahai anak cucu Adam ! Sesungguhnya Kami telah menyediakan pakaian


untuk menutupi auratmu dan untuk perhiasan bagimu. Tetapi pakaian takwa,
itulah yang lebih baik. Demikianlah sebagian tanda-tanda kekuasaan Allah,
mudah-mudahan mereka ingat."

(QS Al-A'raf: Ayat 26)


Page 9 of 55
Di dalam bukunya Ighatsah al-Lahfan min Mashayid asy-syaithan, Syaikhul-
Islam Ibnu Qayyim al-Jauziyyah berkata, "Allah menghimpun antara dua
perhiasan: Perhiasan badan dengan pakaian dan perhiasan hati dengan takwa,
dan itulah perhiasan serta kesempurnaan lahir batin."

Penulis berkata, "Dari perkataan diatas kita dapat menarik kesimpulan


bahwasannya yang dimaksud dengan perhiasan badan adalah hijab, sedangkan
yang dimaksud dengan perhiasan hati adalah akhlak yaitu takwa dihadapan
Allah Subhanallahu wa Ta'ala, serta rasa malu yang ada di dalamnya."

Sementara di dalam hadits yang shahih di ceritakan bahwasannya para wanita


yang tidak mengenakan hijab (tidak menutup aurat), maka akan mendapat
adzab yang pedih dari Rabbnya.

Wahai anakku Fatimah ! Adapun perempuan-perempuan yang akan digantung


rambutnya hingga mendidih otaknya dalam neraka adalah mereka itu di dunia
tidak mau menutup rambutnya daripada dilihat laki-laki yang bukan
mahramnya.”

(HR Bukhari dan Muslim)

Maka dari itu sebaik-baiknya wanita Muslimah adalah dia yang mentaati
perintah Rabbnya terutama dalam hal berhijab, sebab hijab adalah sebuah
kewajiban bagi seorang wanita Muslimah, sehingga wanita yang enggan
mengenakan hijab maka ia sama halnya telah menentang perintah Allah dan
dihukumi dengan azab dari Rabbnya.

Mengabaikan perintah untuk berhijab karena merasa hatinya belum mantap


untuk berhijab dan hanya memikirkan duniawi membuat kewajibannya sebagai
muslimah untuk berhijab sangatlah sedikit bahkan sebagian berkata “Aku Belum
Berhijab, karena…”

Page 10 of 55
1. “Hatiku masih belum mantap untuk berhijab. Jika hatiku sudah mantap, aku
akan segera berhijab. Lagipula aku masih melaksanakan shalat, puasa dan
semua perintah wajib kok..”

Sementara memakai hijab adalah sebuah kewajiban bagi seluruh wanita


Muslimah, tanpa terkecuali. Menjaga harga dirinya dengan cara menutupi
seluruh tubuhnya, tidak memamerkan lekuk tubuhnya di depan laki-laki yang
bukan mahromnya.

Jati diri dan kehormatan seorang Muslimah ada pada hijabnya. Hijab adalah
gambaran dari sifat takwa seorang Muslimah terhadap Rabb-nya, sebagaimana
firman-Nya:

"Dan tidaklah pantas bagi laki-laki yang mukmin dan perempuan yang mukmin,
apabila Allah dan Rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada
pilihan (yang lain) bagi mereka tentang urusan mereka. Dan barang siapa
mendurhakai Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia telah tersesat, dengan
kesesatan yang nyata."

(QS Al-Ahzab: Ayat 36)

Sehingga ia mudah dikenali sebagai seorang wanita Muslimah dan membuat


dia tidak mudah untuk diganggu oleh lelaki karena hijabnya. Ia akan terlihat
lebih terjaga dan terhormat karena tidak sembarangan orang bisa melihatnya, ia
terjaga bak mutiara yang sangat ketat penjagaannya, wanita Muslimah
sangatlah mahal, sehingga ia tidak bisa dibandingkan dengan wanita-wanita kafir
yang terbuka, terlihat lekuk tubuhnya dan bisa dinikmati oleh jutaan lelaki. Maka
jadikanlah hijabmu sebagai perisai untukmu, menjaga muru’ahmu, menjaga
kehormatan dan mahkota yang melekat pada dirimu.

Page 11 of 55
2. "Jilbab syar’i tidak bisa dijamin ketaqwaannya."

Ini adalah talbis iblis (tipu daya iblis) sekaligus menjadi syubhat bagi wanita
Muslimah, yang mana dengan perkataan ini seorang wanita Muslimah menjadi
futur (malas) untuk mengenakan hijab syar’i, mereka menganggap bahwasannya
tidaklah berbeda wanita yang berhijab dengan wanita yang tidak berhijab.

Ini adalah syubhat yang besar, gambaran ketakwaan seorang hamba terletak
pada dirinya sendiri, tentang sejauhmana ia bisa menjalankan perintah Rabbnya
dan menjauhi larangan-Nya, menjaga dirinya dan hatinya agar bisa istiqomah.

Janganlah engkau mengikuti gaya busana wanita kafir, yang mana dengan
mengikutinya engkau secara tidak langsung telah mengikuti tabiat buruk
mereka. Tabiat buruk mengumbar aurat, memamerkannya di muka umum dan
merendahkan muru’ah (kehormatannya) sendiri.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda: "Sungguh, kalian benar-benar


akan mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal
dan sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya mereka masuk ke dalam lubang
biawak pun kalian pasti kalian akan mengikuti mereka." Kami bertanya; "Wahai
Rasulullah, apakah mereka itu yahudi dan Nasrani ?" Beliau menjawab: "Siapa
lagi kalau bukan mereka."

(HR Muslim)

Janganlah sekali-kali kamu terpedaya oleh kebebasan orang-orang kafir


bergerak di dalam negeri. Itu hanyalah kesenangan sementara, kemudian
tempat tinggal mereka ialah Jahannam; dan Jahannam itu adalah tempat yang
seburuk-buruknya.

(QS Ali-Imran: Ayat 196-197)

Page 12 of 55
2. Larangan Bertabarruj

Wanita adalah makhluk yang kerap menjadi korban komoditi dan mode.
Beragam kosmetik, parfum bermerek, hingga model pakaian yang lagi trend,
dengan mudah menjajah tubuh mereka. Malangnya, dengan segala yang
dikenakan itu, mereka tampil di jalan-jalan, mall-mall, atau ruang publik lainnya.
Alhasil, bukan pesona yang mereka tebar tapi justru fitnah.

Kaum wanita seringkali terjerumus ke dalam penyimpangan ini, karena sikap


mereka yang selalu ingin terlihat menarik, serta ingin tampil istimewa dan
berbeda dengan yang lain. Mereka menaruh perhatian yang sangat besar
terhadap perhiasan dan dandanan, yang mana dengannya sangat bisa untuk
merubah diri dan penampilan mereka.

Sering kali kita melihat wanita yang merasa dirinya sudah sempurna dalam
menutup aurat dengan pakaian-pakaian syar'i tetapi terkadang dikalangan kita
sebagai Muslimah lupa bahwa memakai pakaian atau jilbab yang dihiasi dengan
bordiran, renda, ukiran, motif dan sejenisnya untuk mempercantik hijabnya
merupakan bentuk tabarruj, karena pakaian atau jilbab ini menampakkan
perhiasan dan keindahan yang seharusnya disembunyikan seorang wanita dari
laki-laki ajnabi.

Mereka tidak segan-segan untuk mengorbankan biaya, waktu dan tenaga yang
besar hanya untuk menghiasidan memperindah model pakaiannya, agar bisa
tampil beda dengan pakaian yang dipakai oleh wanita-wanita lainnya. Maka
dengan pakaian itu dia bisa menjadi terkenal, bahkan model pakaiannya menjadi
‘trend’ di kalangan para wanita dan dia disebut sebagai wanita yang tau model
pakaian jaman sekarang.

Perbuatan ini termasuk tabarruj karena wanita yang memakai pakaian ini ingin
memperlihatkan keindahan dan perhiasannya yang seharusnya disembunyikan.

Page 13 of 55
Larangan ini juga berlaku secara mutlak, di dalam maupun di luar rumah, karena
ini diharamkan pada zatnya.

Seringkali kita melihat ada banyak wanita-wanita yang telah berhijab, tapi tidak
memperhatikan adab-adab dalam berpakaian, berdandan dan sebagiannya,
sehingga merekapun menjadi fitnah bagi kaum lelaki. Bahkan ada yang telah
berhijab syar'i, masih sering berdandan dan mempertontonkan dirinya di social
media, hingga ia menjadi pusat perhatian bagi para lelaki ajnabi.

Wanita yang tabarruj mengenakan jilbab yang tidak menutupi dan meliputi
seluruh badan wanita, seperti jilbab yang diturunkan dari kedua pundak dan
bukan dari atas kepala. Ini bertentangan dengan makna firman Allah Subhanahu
wa Ta’ala:

“Hendaknya mereka mengulurkan jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka”

(QS Al-Ahzab: Ayat 59)

Karena jilbab seperti ini akan membentuk/mencetak bagian atas tubuh wanita
dan ini jelas bertentangan dengan jilbab yang sesuai syariat Islam.

Wahai saudariku, sungguh Allah ta‘ala yang mensyari‘atkan hukum-hukum


dalam Islam lebih mengetahui segala sesuatu yang mendatangkan kebaikan bagi
para hamba-Nya dan Dia-lah yang mensyari‘atkan bagi mereka hukum-hukum
agama yang sangat sesuai dengan kondisi mereka di setiap zaman dan tempat.
Maka dari itu sudah sepantasnya bagi kita sebagai wanita muslimah untuk taat
lagi tunduk kepada syari‘at Allah, termasuk di dalamnya aturan untuk berhias.

Namun sangat disayangkan, kenyataan yang kita dapatkan di sekitar kita.


Berseliwerannya wanita dengan dandanan aduhai, ditambah wangi yang
semerbak di jalan-jalan dan pusat keramaian, sudah dianggap sesuatu yang
lazim di negeri ini. Bahkan kita akan dianggap aneh ketika mengingkarinya.

Page 14 of 55
Oleh karena itu, tidak diragukan lagi, wanita yang keluar rumah memakai
pakaian atau jilbab yang dihiasi dengan bordiran, renda, ukiran, motif dan yang
sejenisnya, ini jelas merupakan bentuk tabarruj, karena pakaian/jilbab ini
menampakkan perhiasan dan keindahan yang seharusnya disembunyikan, Allah
Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan janganlah kalian (para wanita) bertabarruj (sering keluar rumah dengan
berhias dan bertingkah laku) seperti (kebiasaan) wanita-wanita Jahiliyah yang
dahulu”

(QS Al-Ahzab: Ayat 33)

Ibnul Katsir berkata: “Tabarruj adalah menampakkan perhiasan kepada laki-laki


yang bukan mahram (ajnabi). Perbuatan seperti ini jelas tercela. Adapun
menampakkan perhiasan kepada suami, tidaklah tercela. Inilah makna dari lafaz
hadits, ‘(menampakkan perhiasan) tidak pada tempatnya’.”

(An-Nihayah fi Gharibil Hadits)

Segala upaya wanita menampakkan kecantikannya di depan laki-laki lain yang


bukan mahromnya, termasuk bentuk tabarruj yang dilarang oleh Rasulullah
Shallallahu Alaihi Wassalam.

“Tidaklah aku tinggalkan setelahku fitnah yang lebih berbahaya bagi laki-laki
daripada fitnahnya wanita.”

(HR Bukhari dan Muslim)

Yang dimaksud dengan wanita yang senang memamerkan perhiasannya adalah


seorang wanita yang senang menampakkan diri di hadapan lawan jenisnya
dengan segala keindahan yang mengundang perhatian. Misalnya dengan
pakaiannya, ucapannya, cara berjalannya maupun semua sikap yang
mendatangkan laki-laki terpikat kepadanya.

Page 15 of 55
Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam bersabda kepada Umaimah bintu
Ruqayyah Radhiyallahu'anha:

"Aku membai'atmu untuk tidak berbuat syirik kepada Allah, tidak mencuri, tidak
membunuh anakmu, tidak membuat fitnah (tuduhan palsu), tidak meratap,
tidak bertabarruj seperti wanita Jahiliyah terdahulu"

(HR Ahmad)

Ingatlah wahai wanita Muslimah, akan firman Allah “Dan janganlah


menampakkan perhiasannya”. Perlu diketahui bahwa perhiasan itu tidak
tertentu pada satu bagian anggota tubuh atau pakaian. Ayat tersebut secara
tegas menunjukkan bahwa setiap anggota tubuh bisa jadi merupakan perhiasan
dan sumber dari timbulnya rangsangan dan wanita yang bertaqwalah yang
dapat menghargai hal itu, karena alasan takut pada siksa dan murka Allah.

Hendaknya engkau perhatikan wahai saudariku, seorang wanita yang berhias


hendaknya ia paham mana anggota tubuhnya yang termasuk aurat dan mana
yang bukan. Aurat sendiri adalah celah dan cela pada sesuatu, atau setiap hal
yang butuh ditutup, atau setiap apa yang dirasa memalukan apabila nampak,
atau apa yang ditutupi oleh manusia karena malu, atau ia juga berarti kemaluan
itu sendiri

(al-Mu‘jamul Wasith)

Hendaknya wanita juga memahami hakekat dirinya dan hakekat hijab itu sendiri,
yaitu agar dirinya terhindar dari berbagai hal-hal yang membahayakan.

“Wanita itu aurat, apabila ia keluar (dari rumahnya) setan senantiasa


mengintainya”

(HR Tirmidzi)

Page 16 of 55
Karena itu, memakai pakaian ketat, pakaian transparan, atau menutup
sebagian aurat, namun aurat lainnya masih terbuka, atau obral make up ketika
keluar rumah, semuanya termasuk bentuk tabarruj yang dilarang dalam syariat.
Kecantikan wanita bukan untuk diumbar, sehingga dinikmati banyak mata lelaki
jelalatan, namun kecantikan hanya menjadi hak suami, dan para suami, jadilah
suami yang memiliki rasa cemburu, jangan jadi suami dayyuts Allah
mengingatkan hal ini dalam firman-Nya,

“Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan


anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu
terhadap mereka…”

(QS At-Taghabun: Ayat 14)

Makna “menjadi musuh bagimu” adalah melalaikan anda (suami) dari


melakukan amal shaleh dan bisa menjerumuskan ke dalam perbuatan maksiat
kepada Allah Ta’ala.

(Lihat Tafsir Ibnu Katsir, 4/482)

Fitnah yang sangat mematikan adalah apa yang dilakukan oleh kebanyakan
para wanita pada zaman ini, mulai dari keluarnya mereka dari rumah-rumahnya,
membuat fitnah serta terfitnah tatkala ia keluar dengan bersolek, memakai
perhiasaan, minyak wangi, serta menampilkan keelokan tubuhnya dengan
berkumpul campur baur bersama laki-laki, itu semua adalah faktor yang
menyebabkan kemurkaan Allah Azza wa Jalla, dan berhak mendapat azab serta
hukuman-Nya.

Sering kali pula kita melihat wanita-wanita yang telah memakai cadar tapi pada
dasarnya masih tetap ingin di lihat, padahal hakikatnya cadar adalah untuk
menutupi dirinya.

Page 17 of 55
Di zaman ini ada begitu banyak wanita-wanita yang pada akhirnya menutupi
dirinya dengan pakaian syar'i dan berniqab, tapi banyak dari mereka tidak
memahami dan menjadikan niqab sebagai ajang fashion untuk memperlihatkan
keindahan diri mereka, sementara pada hakekatnya cadar adalah untuk
menutupi dirinya.

Kaum wanita yang paling sering terjerumus dalam penyimpangan ini, karena
sikap mereka yang selalu ingin terlihat menarik secara berlebihan serta ingin
tampil istimewa dan berbeda dengan yang lain. Oleh karena itu, mereka
memberikan perhatian sangat besar kepada perhiasan dan dandanan untuk
menjadikan indah penampilan mereka. Berapa banyak kita melihat wanita yang
tidak segan-segan mengorbankan biaya, waktu dan tenaga yang besar hanya
untuk menghiasi dan memperindah model pakaiannya, supaya dia tampil beda
dengan pakaian yang dipakai wanita-wanita lainnya.

Mereka tidak menyadari bahwasannya fitnah terbesar bagi kaum laki-laki


adalah diri mereka sendiri yakni kaum perempuan. Terkadang sekalipun dengan
tampil bersahaja saja bisa menimbulkan syahwat apalagi dengan tampilan yang
memukau. Karena memang setan akan tetap menghiasinya supaya tetap
nampak indah di pandangan kaum laki-laki.

Ya saudariku wajah cantik itu tak abadi, akan menua dan keriput. Ingatlah, kita
ini akan mati, Allah melihat kita bukanlah dari kecantikan, melainkan hati dan
amal perbuatan, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam


bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada bentuk rupa dan harta
kalian. Akan tetapi, Allah hanyalah melihat pada hati dan amalan kalian.”

(HR Muslim)

Page 18 of 55
Satu kecantikan yang dilihat oleh lelaki dengan penuh syahwat kecuali
suamimu, akan menimbulkan satu dosa untuk mu. Apakah kau tak pernah
menyadari itu ? Dan apakah kau tak pernah menghitung dosa yg semakin
menumpuk ?

Aku yakin kau pasti tak pernah menghitungnya. Sudah berapa banyak laki-laki
yang memandangmu dengan syahwat nya. Mungkin karena kau lebih senang di
puji. kecantikan itu adalah dari Allah, kapan saja Allah bisa mengambilnya
kembali. Dan engkau pun akan dipertanyakan untuk apa kecantikanmu kau
gunakan ?!

Seandainya engkau menutup aurat mu dengan menjaga kecantikanmu hanya


untuk suamimu atau bagi yang belum menikah kecantikanmu untuk orang yang
halal kelak, itu lebih berarti dan berharga untukmu.

Mereka terkadang merasa bangga jika wajahnya yang Indah nan cantik
dipandangi oleh laki-laki yang bukan mahromnya, dengan senang hati mereka
bersolek dan memakai wewangian ketika mereka ingin keluar rumah, padahal
islam memperbolehkan seorang wanita untuk berhias diri, bukan untuk laki laki
ajnabi melainkan untuk sang suami.

Namun yang hendaknya dicamkan seorang istri adalah hendaknya ia berhias


dengan sesuatu yang hukumnya mubah (bukan dari bahan yang haram) dan
tidak memudharatkan. Tidak diperbolehkan pula untuk berhias dengan cara
yang dilarang oleh Islam, yaitu:

Menyambung rambut (al-washl), Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,


“Allah melaknat penyambung rambut dan orang yang minta disambung
rambutnya.”

(HR Bukhari dan Muslim)

Page 19 of 55
Mentato tubuh (al-wasim), mencukur alis (an-namsh) dan mengikir gigi (at-taflij)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Allah melaknat orang yang


mentato dan wanita yang minta ditato, wanita yang menyambung rambutnya
(dengan rambut palsu), yang mencukur alis dan yang minta dicukur, serta
wanita yang meregangkan (mengikir) giginya untuk kecantikan, yang merubah
ciptaan Allah.”

(HR Bukhari dan Muslim)

Mengenakan wewangian bukan untuk suaminya (ketika keluar rumah), Nabi


Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Setiap wanita yang menggunakan
wewangian, kemudian ia keluar dan melewati sekelompok laki-laki agar mereka
dapat mencium bau harumnya, maka ia adalah seorang pezina, dan setiap mata
itu adalah pezina.”

(HR Ahmad)

Memanjangkan kuku, Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda, “Yang


termasuk fitrah manusia itu ada lima (yaitu): khitan, mencukur bulu kemaluan,
mencukur kumis, memotong kuku, dan mencabut bulu ketiak.”

(HR Bukhari dan Muslim)

Berhias menyerupai kaum lelaki, “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam


melaknat laki-laki yang menyerupakan diri seperti wanita dan melaknat wanita
yang menyerupakan diri seperti laki-laki.”

(HR Bukhari)

Seorang wanita Muslimah terlebih lagi yang sudah mengaji tidak mungkin
tampil berdandan dan membuka aurat keluar rumah. Karena mereka tau apa
hakikat hijab itu sendiri.

Page 20 of 55
Islam telah memuliakan wanita, menjaga kehormatan wanita dengan
menetapkan batasan-batasannya, bukan untuk menjadikan wanita terkekang,
sebaliknya bahkan untuk melindungi kaum wanita.

Tubuh seorang wanita adalah milik pribadinya, bukan properti umum yang
dapat dilirik, ditaksir dan diberikan penilaian. Wanita sejatinya adalah individu
yang bebas, ketika dia mengikuti apa yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya
bagi dirinya. Jangan mengira bahwa wanita-wanita yang tampil trendi itu adalah
orang-orang yang memiliki kebebasan memilih, karena toh mereka terkungkung
oleh pandangan orang lain.

Mereka terlalu takut dipandang rendah orang lain dengan alasan tidak trendi,
kurang up to date. Guna mendapatkan predikat cantik, anggun, dan stylish
inilah, seorang wanita pun rela berhias menampakkan sebagian dari perhiasan
dan kecantikannya yang (seharusnya) wajib untuk ditutupi.

Banyak akhwat zaman sekarang akhirnya menutupi dirinya dengan "Hijab


Syar'i" bahkan "Niqob", tapi pada hakekatnya sebagian dari mereka tidak
memahami fungsi cadar hingga merekapun dengan mudahnya menyalahi fungsi
cadar itu sendiri, mereka bertabarruj berfoto selfie ria agar dilihat dirinya demi
mendapatkan pujian dan like di sosial media.

Hakikat cadar ialah untuk menutupi, agar menundukkan pandangan ajnabi, tapi
banyak disalahfungsikan oleh sebagian akhwat di zaman ini, mereka menjadikan
cadar sebagai ajang fashion semata demi mendapatkan pujian dan ingin dilihat.

Tidak sedikit kita melihat sebagian akhwat berniqob masih senang bertabaruj
menggunakan softlens, eyeliner, celak, pita dan yang lainnya. Memakai cadar
bermotif, manik-manik, bunga-bunga, miring sana sini, hingga cadar buterfly.

Fungsi pakaian hingga cadar adalah menutup perhiasan bukan untuk memberi
hiasan.
Page 21 of 55
Wanita menutup wajahnya bukanlah sesuatu yang aneh di zaman kenabian.
Karena hal itu dilakukan oleh Ummahatul Mukminin (para istri Rasulullah) dan
sebagian sahabiyyat (para wanita sahabat) sehingga merupakan sesuatu yang
disyari’atkan dan keutamaan. Membuka wajah juga dilakukan oleh sebagian
sahabiyyat. Bahkan hingga akhir masa kehidupan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam, dan berlanjut pada perbuatan wanita-wanita pada zaman setelahnya.
Seorang Muslim tidak boleh merendahkan wanita yang menutup wajahnya dan
tidak boleh menganggapnya berlebihan.

Dalil-dalil yang disebutkan para ulama yang mewajibkan cadar begitu kuat;
menunjukkan kewajiban wanita untuk berhijab (menutupi diri dari laki-laki) dan
berjilbab serta menutupi perhiasannya secara umum. Dalil-dalil yang disebutkan
para ulama yang tidak mewajibkan cadar begitu kuat; menunjukkan bahwa
wajah dan telapak tangan wanita bukan aurat yang harus ditutup.

Sekalipun wajah dan telapak tangan dianggap bukanlah termasuk aurat seperti
yang disebutkan di dalam Al-Qur'an akan tetapi wajah dan telapak tangan
sangatlah menarik untuk dilihat.

Namun sebagian ulama mengatakan bahwasanya cadar adalah kewajiban


melihat betapa besarnya fitnah wanita bagi kaum lelaki. Namun sebagian wanita
tidaklah menyadari dirinya, bersolek di luar rumah, berselfie ria untuk
menunjukkan keindahan tubuh mereka.

Lantas apa fungsi cadar jika pada hakekatnya mereka masih ingin dilihat dan
bisa membangkitkan syahwat laki-laki ajnabi. "Tertutup tetapi hakikatnya ingin
dilihat" Ya itu kata-kata yang pantas disematkan pada mereka yang masih ingin
terlihat keberadaannya oleh orang lain.

Page 22 of 55
Betapa banyak kita lihat saat ini wanita berpakaian syar'i. Tak hanya itu, niqob
mulai banyak dikenakan oleh wanita Muslimah. Jika dahulu banyak orang malu
berbusana syar'I dan cadar karena takut dibilang kuno, seperti ibu-ibu, bahkan
takut dituduh sebagai teroris, tetapi sekarang banyak yang bangga berbusana
syar'i sekaligus bercadar. Hal ini, sangatlah patut disyukuri, karena banyak
wanita Muslimah yang mulai tau bahwa niqob/cadar adalah bagian dari syariat
Islam.

Tetapi, sungguh kadang hati ini terasa perih, hanya sebagian kecil dari mereka
yang merealisasikan niqob sesuai fungsinya yaitu untuk menutupi diri. Namun,
sebagian besar dari mereka menggunakan niqob hanya sebagai ajang fashion,
saling berlomba-lomba untuk terlihat menarik. Niqob yang seharusnya untuk
menutupi perhiasan dan keindahan, berubah fungsi menjadi ajang menarik
perhatian. Tak heran jika model niqob semakin beragam. Yaitu adanya
tambahan aksesoris, bordiran, renda, ukiran/pernak-pernik warna warni, bahkan
banyak wanita berniqob yang menggunakan hiasan mata
(celak,maskara,softlens,dsb) yang justru malah membuat lelaki ajnabi semakin
penasaran.

Marilah kita tanyakan pada diri sendiri, "Apa Tujuannya?"

Apa alasannya ingin terlihat indah ? Cantik ? Stylish ? Fashionable ?

Bukankah memakai niqob untuk menjauhkan diri dari fitnah ?

Berkata al-‘Allamah Rabi’ bin Hadi al-Madkhali Hafizhahullah:

“Setiap penebar fitnah akan datang dengan membawa tabir ! Dia tidak akan
datang dalam keadaan demikian terbuka.”

(al-Majmu, 2/92)

Page 23 of 55
Dalam Kitab “al-Kaba-ir” Imam adz-Dzahabi berkata:

“Termasuk perbuatan (buruk) yang menjadikan wanita dilaknat (dijauhkan dari


rahmat Allah) yaitu memperlihatkan perhiasan, emas dan mutiara (yang
dipakainya) dibalik penutup wajahnya, memakai wangi-wangian dengan kesturi
atau parfum ketika keluar (rumah), memakai pakaian yang diberi celupan warna
(yang mencolok), kain sutra dan pakaian pendek, disertai dengan
memanjangkan pakaian luar, melebarkan dan memanjangkan lengan baju, serta
hiasan-hiasan lainnya ketika keluar (rumah). Semua ini termasuk tabarruj yang
dibenci oleh Allah dan pelakunya dimurkai oleh-Nya di dunia dan di akhirat. Oleh
karena perbuatan inilah, yang telah banyak dilakukan oleh para wanita, sehingga
Rasululah bersabda tentang mereka: “Aku melihat neraka, maka aku melihat
kebanyakan penghuninya adalah para wanita” (HR Bukhari dan Muslim).”

Ucapan imam adz-Dzahabi ini, menunjukkan bahwa beliau menjadikan


perbuatan tabarruj menjadikan mayoritas kaum wanita termasuk penghuni
Neraka, na’uudzubillahi min dzaalik.

Syariat islam memerintahkan wanita Muslimah untuk menutupi diri dengan


tidak memperlihatkan perhiasan dan keindahannya kecuali kepada suami dan
mahramnya.

Shalihah...

Mari kita renungkan,

Niqob itu seharusnya menambah rasa malu bagi pemakainya.

Niqob itu seharusnya semakin membuat pemakainya terhindar dari fitnah bukan
malah semakin membuat penasaran, yang dapat merusak muru'ah
(kehormatanmu) sebagai seorang Muslimah.

Page 24 of 55
Seharusnya, setelah berniqob rasa malu itu menghalangi kita untuk berbuat
sesuatu yang melanggar syariat-Nya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam
bersabda: “Jika engkau tidak malu, berbuatlah semaumu.” (HR Bukhari)

Sebuah eksistensi berupa pengakuan dari orang lain. Ingin disanjung serta
diakui. "Bahwa aku telah berhijrah lho, lihatlah diriku, cantik kan aku dengan
penampilan baruku ini ?"

Wahai Muslimah, pahamilah makna cadar itu dan pahamilah betapa Allah
sangat memuliakan diri mu serta pahamilah mengapa Allah menyuruh wanita
untuk menutupi auratnya.

Berhijab dan bercadar itu termasuk ibadah. Untuk menjaga diri dan muru'ah
(kehormatan). Untuk memenuhi perintah Allah Azza wa Jalla. Sehingga tidak
perlu untuk diberitakan kepada orang lain.

Selayaknya engkau menyembunyikan ibadah-ibadah yang lainnya. Tidak perlu


memberitakan pada dunia bahwa "Saya sudah berhijrah. Lihatlah hijab lebar dan
cadar yang saya kenakan."

Tidak perlu upload foto diri wahai saudariku..

Mari jaga izzah dan iffah sebagai seorang Muslimah. Bantu para ikhwan untuk
menundukkan pandangannya. Janganlah membuat istri-istri dari laki-laki ajnabi
cemburu, sebab tergoda dengan keindahan dirimu.

Sungguh itu jauh lebih mulia daripada terus menerus berdalih dibalik nama
dakwah dengan foto selfiemu. Sebagaimana air dan minyak, perkara yang haq
dan perkara yang bathil tidak akan pernah bisa bersatu selamanya (dakwah dan
selfie). Maka cukupkan ridho Allah Ta'ala yang engkau harapkan dari usahamu
menjaga diri dengan balutan hijab dan cadar tersebut.

Page 25 of 55
MURU’AH PERKATAAN (LISAN)
1. Larangan Melemah-Lembutkan Suara Di Depan Laki-Laki Ajnabi (Asing)

Di zaman ini sering kali kita melihat banyak anak muda yang bergaul dengan
non mahromnya, mereka kurang memperhatikan bagaimana adab-adab yang
baik dalam berbicara dengan lawan jenisnya.

Terutama untuk seorang wanita, mereka tidaklah boleh bermudah-mudahan


dengan non mahromnya, melemah-lembutkan suaranya di depan laku-laki yang
bukan mahromnya, karena pada hakikatnya suara wanita adalah aurat
–menurut sebagian ulama salaf-, maka sadarilah tentang bagaimana cara untuk
bisa menjaga dan melindunginya agar tidak menjadi sumber fitnah, suara
wanita adalah fitnah bagi laki-laki yang bukan mahromnya, yang mana laki-laki
tersebut memiliki salah satu penyakit hati, yaitu penyakit syahwat.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Maka janganlah kamu melemah-lembutkan suara dalam berbicara sehingga


bangkit nafsu orang yang ada penyakit hatinya, dan ucapkanlah perkataan yang
baik.”

(QS Al-Ahzab : Ayat 32)

Ibnu Katsir Rahimahullah berkata, maka ayat ini: bahwa seorang wanita tidak
boleh berbicara dengan laki-laki ajnabi (asing) dengan ucapan yang lembut.
Maksudnya janganlah seorang wanita berbicara dengan laki-laki asing seperti
berbicara dengan suaminya.”

(Tafsir Ibnu Katsir, 6/409)

Page 26 of 55
Beberapa pelajaran:

1. Wanita dalam islam sangat mulia sehingga perlu dijaga dan diperhatikan
dengan baik, bahkan penjagaan islam terhadap wanita ditetapkan dari
seluruh sisi, apakah hatinya, penampilannya, pandangan matanya, tingkah
lakunya, termasuk dari cara wanita.
2. Wanita memang menarik lagi menggoda, maka setan pun seringkali
memanfaatkan kaum wanita untuk menjerumuskan kaum lelaki dalam
dosa, inilah pentingnya menjaga kaum wanita agar tidak diberikan panah-
panah setan.
3. Tidak patut wanita dijadikan alat penarik kaum lelaki selain suaminya,
walau hanya dengan suaranya, apalagi lebih dari itu, seperti tubuhnya dan
penampilannya.

Suara yang diperindah dan diperhalus dari seorang wanita bisa menyebabkan
terjadinya zina hati dan zina lisan, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
bersabda:

“Telah ditentukan atas anak Adam (manusia) bagian zinanya yang tidak dapat
dihindarinya: Zina kedua mata adalah melihat, zina kedua telinga adalah
mendengar, zina lisan adalah berbicara, zina tangan adalah dengan meraba
atau memegang (wanita yang bukan mahrom), zina kaki adalah melangkah, dan
zina hati adalah menginginkan dan berangan-angan, lalu semua itu dibenarkan
(direalisasikan) atau didustakan (tidak direalisasikan) oleh kemaluannya.”

(HR Bukhari dan Muslim)

Hindarkanlah dirimu dari hal-hal yang membahayakan, membahayakan diri


dan kehormatanmu, Jagalah muru’ahmu (kehormatanmu), sebagaimana engkau
menjaga nyawamu.

Page 27 of 55
Seorang wanita hendaklah ketika berbicara tidak menghilangkan nilai-nilai
Islaminya. Sebab, bagaimana pun juga hidup kita berada dalam aturan Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan aturan tersebut memiliki hikmah yang tidak bisa
dibaca oleh akal pikiran secara langsung. Hanya orang-orang yang berpikirlah
yang mampu mengambil pelajaran dari setiap ketentuan Allah Subhanahu wa
Ta’ala, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Dan Dia yang menghamparkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan


sungai-sungai di atasnya. Dan padanya Dia menjadikan semua buah-buahan
berpasang-pasangan; Dia menutupkan malam kepada siang. Sungguh, pada
yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang
yang berpikir."

(QS Ar-Ra'd: Ayat 3)

Wanita yang cerdas adalah wanita yang selalu membaca hakikat segala
penciptaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan segala aturannya, serta pandai
mengelola dirinya menjadi sangat berguna bagi agama, keluarga, dan
masyarakat.

Karena wanita yang cerdaslah yang beruntung menjadi hamba kesayangan


Allah Subhanahu wa Ta’ala. Betapa banyak orang yang celaka akibat tidak bisa
menjaga lisannya. Ketika berbicara dia tidak memperhatikan dengan fikirannya
dan tidak memikirkan akibat dari perkataannya, serta tidak menduga bahwa
kalimat itu akan memberikan dampak buruk dalam hidupnya, Rasulullah
Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

"Seorang Muslim adalah orang yang Kaum Muslimin selamat dari lisan dan
tangannya, dan seorang Muhajir adalah orang yang meninggalkan apa yang
dilarang oleh Allah."

(HR Bukhari)
Page 28 of 55
Maka hendaknya seorang Muslim berhati-hati dalam berbicara. Sebagaimana
disebutkan dalam hadits lain, “Seorang Muslim adalah orang yang kaum
Muslimin selamat dari lisan dan tangannya", yakni selamat dari keburukan lisan
dan tangannya. Seorang wanita yang baik dia akan senantiasa menjaga lisannya,
mengontrol ucapannya, menjaga adab-adab yang baik dalam berbicara
terutama kepada non mahromnya, dia akan senantiasa menjaga muru'ah dirinya
terutama lisannya dari segala sesuatu yang mampu menarik non mahromnya
hingga ia pun menjadi fitnah bagi lawan jenisnya.

Islam tidak melarang wanita berinteraksi dengan lawan jenis, akan tetapi
perhatikan adab-adab yang baik terutama "Lisan" yang mana itupun mampu
menarik sehingga muncul penyakit dalam diri lawan jenis yang
mendengarkannya.

Berbicaralah seperlunya saja, gunakanlah adab yang baik dalam hal berbicara.
Terkadang kita melupakan bahwasannya akibat dari melemah-lembutkan suara
terhadap yang bukan mahrom seringkali melewati batas, dan itu terjadi karena
sebagian orang seringkali berlebihan dalam hal berucap, hingga akhirnya
melanggar adab-adab dalam hal bertutur kata.

Seorang wanita Muslimah sejati, Ia akan paham tentang bagaimana adab-adab


yang baik dalam hal berkomunikasi kepada lawan jenisnya, perhatikanlah adab-
adab berbicara tanpa harus merusak muru'ahmu.

Kehormatanmu ada pada lisanmu, sifat malu mu juga ada pada lisanmu,
ketahuilah bahwasannya lisan yang baik ialah lisan yang terjaga dari hal-hal yang
membawa fitnah. Janganlah menjadi sumber fitnah, fitnah syahwat bagi kaum
lelaki, cukuplah kelembutan suaramu itu di dengar oleh orang tuamu dan suami
mu maupun mahrom mu.

Page 29 of 55
2. Berlisan Kotor

Arti kata lisan menurut KBBI yaitu kata-kata yang diucapkan. Dimana lisan
keluar dari mulut sesorang dalam perkataan. Lisan merupakan suatu hal penting
yang harus dijaga oleh diri kita. Sebab lisan dapat menjadi suatu tolak ukur sikap
kita terhadap orang lain dengan kata lain kualitas kita terhadap orang lain.
Baiknya lisan kita dapat dibalas kebaikan oleh orang lain. Buruknya lisan kita
dapat dijauhi dan dibenci oleh orang lain. Itulah sebab kita harus menjaga salah
satu mahkota yang ada dalam diri kita.

Menjaga lisan berarti tidak berbicara atau mengungkap kecuali dengan hal
yang baik, menjauhi perkataan buruk dan kotor, ghibah (menggosip), fitnah dan
adu domba. Menjaga lisan merupakan perkara yang tidak boleh dianggap
remeh, karena setiap manusia akan dimintai pertanggung-jawaban atas
lisannya. Dalam firman Allah berbunyi, "Tiada suatu ucapan pun yang
diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir"
(QS Qaaf: Ayat 18).

Tanda baiknya seorang Muslimah terlihat dari bagaimana ia mampu menjaga


muru'ah lisannya. Cantik perangainya, terhormat karena lisan dan
perbuatannya, berwibawa karena bijaksananya dia dalam berucap. Tidaklah
pantas seorang Muslimah berlisan buruk lagi pencela, maka dari itu berfikirlah
sebelum berucap.

Mengumpat dan mencela perbuatan yang buruk, seorang Muslim tidaklah


seharusnya berbuat demikian, itu adalah perbuatan yang tidak terpuji dan tidak
terhormat. Sungguh tidaklah pantas seorang Muslim saling mencela satu sama
lain. Selain anggota badan, maka lisan pun juga akan dipertanggung-jawabkan di
akhirat kelak, lebih baik diam daripada berghibah ria, membicarakan orang lain
yang tidak ada manfaatnya dan berkata kotor, yang mana perkataan tersebut
semestinya tidak boleh diucapkan, maka berfikirlah sebelum berucap.
Page 30 of 55
Wahai wanita cantik jagalah lisanmu karena sesungguhnya lisan yang terjaga
akan mendapatkan pahala dan kasih sayang Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Maka
milikilah perilaku yang terpuji, yang mana ia berasal dari tutur kata yang lembut,
sikap yang santun sesama saudara dan saudari seiman. Kecantikan seorang
Muslimah adalah bagaimana ia mampu menjaga lisannya, dengan lisan dia
mampu mendatangkan kebaikan bagi yang lainnya, menjadi sumber inspirasi,
dan disenangi karena muru'ah lisannya terjaga.

Dalam pandangan Islam, jika seseorang tidak bisa berbicara yang mengandung
manfaat, maka lebih baik diam. Karena diam akan menyelamatkan kita dan
mendidik jiwa menjadi berakhlak mulia.

Dengan ini marilah kita untuk bisa membiasakan diri untuk selalu berbuat baik
sehingga menjadikan pribadi kita menjadi pribadi yang baik, cinta akan
kedamaian, menjadikan pribadi yang berpikir sebelum berbicara. Sehingga
menuntun kita akan kebaikan dan keselamatan akan perbuatan lisan kita.

Dan juga kecantikan seorang Muslimah setiap berucap hendak ia pikirkan


terlebih dahulu tanpa menyakiti hati orang lain. Seringkali kita merasa bahwa
diri kitalah yang paling sempurna dalam segala hal, sehingga tanpa berpikir lagi
tentang bagaimana perasaan orang yang kita cela. Padahal kita tidak
mengetahui hakikat seseorang yang kita cela, bisa jadi orang yang kita cela lebih
mulia disisi Allah, boleh jadi dialah yang lebih banyak amal kebaikannya, boleh
jadi dia lebih bertakwa daripada kita, sehingga tidaklah pantas bagi kita untuk
merasa jumawa, merasa dirinya lebih baik dari orang lain sehingga mencela dan
merendahkannya.

Page 31 of 55
Allah berfirman: ‘Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang
laki-laki mencela kumpulan yang lain, boleh jadi yang dicela itu lebih baik dari
mereka.”

(Tafsir Al-Qur’an Al-Adzim).

Oleh karena itu, penting bagi kita menggunakan lisan untuk hal-hal yang
bermanfaat, seperti dengan banyak berdzikir kepada Allah, membaca Al-Qur’an,
serta mengatakan kebaikan yang membawa manfaat bagi orang lain. Rasulullah
secara tegas telah memberikan peringatan, bahwa ketika kita tidak bisa
menjamin apa yang keluar dari lisan adalah kebaikan, maka pilihan terbaiknya
adalah diam, karena hal itu lebih mengundang keselamatan, baik bagi dirinya
maupun bagi orang lain.

Dalam islam kita tidak boleh menghardik seseorang, dengan berkata, "Kamu
salah...!!!". Apakah kita yakin kita lebih baik dari dia ? Bisa jadi dia lebih mulia
dihadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala. Bukankah kita di ajarkan tentang adab-
adab dalam berdakwah dari suri tauladan kita Rasulullah Shallallahu 'Alaihi
Wasallam, tidak menghardik, berkata sopan dan penuh kelembutan.

Ada pepatah yang mengatakan,"Mulutmu Harimaumu.” Pepatah ini


mengingatkan kita untuk berhati-hati dalam menjaga lisan. Tidak hanya itu,
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah bersabda, "Barangsiapa yang
beriman kepada Allah dan Hari Akhir maka hendaklah ia berkata baik atau
hendaklah ia diam." (Muttafaqun'Alaih)

Page 32 of 55
Allah memberikan karunia berupa lisan untuk berbicara. Tentunya ini
merupakan karunia yang sangat luar biasa. Namun, banyak dari kita yang sulit
untuk mengendalikan lisannya. Banyak dari kaum wanita yang terlempar ke
dalam neraka akibat lisan yang tak terjaga. Mereka lebih sering menggunakan
lisannya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat bahkan lisannya membuat
datangnya murka Allah. Seolah-olah merasa aman saat lisannya ia gunakan
untuk bergosip ria dengan tetangga, membuka aib orang lain, mencaci,
berdusta, mencela dan mengadu domba.

Duhai wanita Muslimah...

Waspadalah terhadap lisan, karena sebuah ucapan saja bisa menjerumuskan


kita ke dalam api neraka.

Janganlah mengucapkan perkataan yang bisa menyakiti hati orang lain, sebab di
akhirat kelak setiap perkataan yang keluar dari lisan kita akan dimintai
pertanggung-jawaban.

Allah Ta'ala berfirman:

"Pada hari (ketika) lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka
terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan."

(QS An-Nur: Ayat 26)

Seorang wanita Muslimah yang baik, tentunya akan meninggalkan perkataan


yang tidak bermanfaat. Menjadi seorang wanita Muslimah merupakan anugerah
yang terindah, apalagi jika diiringi dengan akhlak dan tutur kata yang baik pula.

Page 33 of 55
MURU’AH AKHLAK (SIFAT-SIFAT)
1. Sombong

Kesombongan adalah suatu perasaan dimana muncul perasaan emosi dalam


hati yang sifat mengacu dua makna yaitu konotasi negatif yang mengacu pada
perasaan angkuh, sedangkan konotasi positif mengacu pada perasaan puas
terhadap suatu tindakan atau pilihannya itu. Sombong atau takabur/bangga
terhadap dirinya sehingga lupa akan bahwa karunia yang dimilikinya berasal dari
Allah. Sifat takabur disini hampir sama dengan ujub yang menganggap
kelebihannya adalah adalah atas usahanya sendiri.

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong)


dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri, Dan
sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya
seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”

(QS Luqman: Ayat 18-19)

Ciri-ciri orang sombong:

1. Menghargai dirinya secara berlebihan

2. Tidak suka diberi nasehat.

3. Tidak menanggapi saran orang lain.

4. Suka dengan pujian.

5. Bersikap kasar.

6. Tidak mampu menjaga hubungan.

Page 34 of 55
“Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena
sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali
kamu tidak akan sampai setinggi gunung.”

(QS Al-Isra: Ayat 37)

Sombong adalah dosa pertama Iblis sebagian salaf menjelaskan bahwa dosa
pertama kali yang muncul kepada Allah adalah kesombongan, Allah Ta’ala
berfirman:

“Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: Sujudlah kalian
kepada Adam,maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur
(sombong) dan ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.”

(QS Al-Baqarah: Ayat 34)

Qotadah berkata tentang ayat ini, ”Iblis hasad kepada Adam ‘Alaihis Salaam
dengan kemuliaan yang Allah berikan kepada Adam.”

Iblis mengatakan, “Saya diciptakan dari api sementara Adam diciptakan dari
tanah.”Kesombongan inilah dosa yang pertama kali terjadi. Iblis sombong
dengan tidak mau sujud kepada Adam.

(Tafsir Ibnu Katsir, 1/114)

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu ‘Anhu dari Nabi shalallahu
‘Alaihi wa Sallam, beliau bersabda, Tidak akan masuk surga seseorang yang di
dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi. Ada seseorang yang
bertanya, Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang
bagus ? Beliau menjawab, Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai
keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.

(HR. Muslim)

Page 35 of 55
Imam An Nawawi Rahimahullah berkata, hadist ini berisi larangan dari sifat
sombong yaitu menyombongkan diri kepada manusia, merendahkan mereka,
serta menolak kebenaran.

(Syarah Shahih Muslim Imam Nawawi, II/163)

Islam adalah agama yang mengajarkan akhlak yang luhur dan mulia. Oleh
karena itu, banyak dalil Al-Quran dan As-Sunnah yang memerintahkan kita untuk
memiliki akhlak yang mulia dan menjauhi akhlak yang tercela. Demikian pula
banyak dalil yang menunjukkan pujian bagi pemilik akhlak baik dan celaan bagi
pemilik akhlak yang buruk. Salah satu akhlak buruk yang harus dihindari oleh
setiap Muslim adalah sikap sombong.

Sikap sombong adalah memandang dirinya berada di atas kebenaran dan


merasa lebih di atas orang lain. Orang yang sombong merasa dirinya sempurna
dan memandang dirinya berada di atas orang lain.

(Bahjatun Nadzirin, I/664, Syaikh Salim al Hilali, cet. Daar Ibnu Jauzi)

Merasakan kelebihan pada diri tanpa melihat siapa yang memberikan


kelebihan yang kita miliki, sehingga penyakit hati yang hanya diketahui oleh
Allah ta'ala yang akan nampak atsar/pengaruhnya kepada sifat yang kita miliki
seperti sombong dalam perkara dunia suka merendahkan seseorang dan
menolak kebenaran karena merasa diri sudah sempurna dalam segala hal.

Orang yang berakal adalah orang yang mengetahui kekurangan pada dirinya lalu
dia melawannya dan berusaha mengalahkannya, sementara orang bodoh adalah
orang yang tidak tahu akan kekurangan dirinya."

(Al-Akhlak was-Siyar: 66)

Page 36 of 55
Janganlah kamu merasa bahwa telah berilmu sehingga merendahkan orang
yang masih kurang ilmunya, ramah tamahlah dirimu terhadap orang lain.
Janganlah membuat orang lain tersinggung hingga timbul rasa benci kepadamu.
Hendaklah menjadi seorang wanita yang lemah lembut lagi berperangai bagai
bidadari-bidadari syurga.

Berkata Al-Hafizh Ibnu Hibban Rahimahullah: "Yang wajib bagi seorang yang
berakal agar berusaha menarik hati- hati manusia, dengan gurauan yang terpuji,
dan meninggalkan bermuka masam.”

(Raudhatul 'Uqala:76)

Dapat kita ketahui bahwa sifat sombong menghalangi seseorang dari mencapai
kesempurnaan, ia juga sebab yang membuat seseorang binasa di dunia dan
akhirat; betapa banyak kenikmatan berubah menjadi siksaan, kekuatan menjadi
kelemahan, kemulian menjadi kehinaan akibat sifat sombong. Hal itu dapat
menutupi kebaikan pada seseorang, menampakkan keburukan dan
mendatangkan celaan.

Di antara akibat lainnya adalah mendapatkan kekalahan, penyebab turunnya


murka Allah, mendapatkan kebencian dan membuat seseorang menjauhi kita
dan dapat menghapuskan amal shalih

Ketahuilah wahai hamba Allah, bahwa kesombongan itu muncul dari sebab
mengikuti hawa nafsu, karena memang hawa nafsu itu mengajak menuju
ketinggian dan kemuliaan di muka bumi, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong)


dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.”

(QS Luqman: Ayat 18)

Page 37 of 55
Di zaman ini sering kali kita melihat, banyak wanita-wanita ketika sedang di
satu majelis ilmu, mereka lebih condong kepada yang telah mereka kenal
daripada yang baru mengenal dakwah sunnah, sehingga membuat salah satu
yang baru belajar sunnah sering kali merasa tidak di hiraukan. Muslimah itu
bukanlah akhlak yang baik, kesombongan bukanlah akhlak seorang Muslim.

Dan hendaknya ketika kita berada dalam sebuah majelis ilmu, memperhatikan
adab-adab yang baik,terutama dalam bergaul, rangkullah mereka yang baru
pertama kali mengenal dakwah sunnah, jangan sombong karena telah lama
belajar dakwah sunnah, sehingga tidak menjatuhkan muru'ah mu di hadapan
banyak orang dan ramahlah terhadap mereka yang belum mengetahui sunnah
serta mengajak mereka dalam kebaikan memahami mana yang haq dan yang
bathil.

Dan sering kali pula kejadian banyak yang telah mengenal sunnah meremehkan
bahkan sombong terhadap yang belum mengenal sunnah bahkan tidak
semanhaj dengan mereka, tidak saling tegur sapa memberi salam, ini bukanlah
akhlak yang mulia, janganlah merusak dakwah salaf dengan akhlak yang buruk,
sehingga citra salaf menjadi buruk di hadapan masyarakat yang belum mengenal
As-Sunnah.

Tunjukkanlah akhlak yang baik, sehingga kalangan masyarakat yang membenci


atau belum mengenal dakwah salaf mau mendengar dakwah salaf di karenakan
ahklaq yang baik.

Barangsiapa yang memiliki sifat-sifat seperti ini, maka dia berhak mendapatkan
laknat Allah, jauh dari rahmat-Nya, Allah memurkainya dan tidak mencintainya.
Allah Azza wa Jalla berfirman:

Page 38 of 55
“Maka orang-orang yang tidak beriman kepada akhirat, hati mereka
mengingkari (keesaaan Allah), sedangkan mereka sendiri adalah orang-orang
yang sombong. Tidak diragukan lagi bahwa sesungguhnya Allah mengetahui
apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong."

(QS An-Nahl: Ayat 22-23)

Karena kesombongan merupakan sebab berpaling dari ayat-ayat Allah. Yang


demikian itu karena orang yang sombong tidak bisa melihat ayat-ayat Allah yang
menjelaskan dan berbicara dengan dalil-dalil yang pasti. Juga karena
kesombongan itu menutupi kedua matanya, sehingga dia tidak melihat kecuali
dirinya. Allah Azza wa Jalla berfirman:

"Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka


bumi."

(QS Al-A'raaf: Ayat 146)

Abu Darda' Radhiyallahu Anhu berkata, “Tanda orang bodoh itu ada 3 yaitu :

1. Bangga diri

2. Banyak bicara dalam hal yang tidak bermanfaat

3. Melarang orang lain untuk tidak melakukan suatu perbuatan, namun ia sendiri
melakukan perbuatan tersebut. “

(Lihat 'Uyunu Al-Akhbaar Karya ibnu Qutaibah II/39).

Pertama adalah orang yang sombong karena bangga dengan dirinya sendiri, ia
merasa paling hebat, pintar, baik, kaya dibandingkan orang lain.

Page 39 of 55
Kesombongan jugalah yang membawa derajat seseorang menjadi rendah di
hadapan Allah. Kesombongan jugalah yang menjadi dosa besar yang dapat
mengantarkan seseorang menghadapi siksaan pedih baik di alam kubur maupun
di neraka.

Bukankah para penguasa dulu yang bersikap sombong dihancurkan dan


dibinasakan kekuasaanya ? Contoh Fir’aun, Namrud, dan Abu Lahab yang karena
kesombongannya membawa mereka kepada kekalahan diri dan akhirnya
menutup hatinya dari hidayah Allah hingga turunlah azab Allah yang pedih
kepada mereka.

Allah Ta'ala berfirman :

“Dan apabila dikatakan kepadanya, "Bertakwalah kepada Allah,” bangkitlah


kesombongannya untuk berbuat dosa. Maka pantaslah baginya Neraka
Jahanam, dan sungguh (Jahanam itu) tempat tinggal yang terburuk.”

(QS Al-Baqarah : Ayat 206)

Pemicu timbulnya sifat sombong adalah hawa nafsu, penyebab manusia


tergelincir ke dalam neraka adalah hawa nafsu yang sangat besar, karena
dengan megedepankan hawa nafsu maka seseorang tidak akan pernah mau
menerima nasehat kebaikan (kebenaran). Saat dia melakukan suatu kesalahan,
maka dia akan selalu beranggapan bahwa apa yang dia lakukan adalah sebuah
kebenaran, tidak memperdulikan nasehat orang lain, Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam bersabda:

"Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain.”

(HR Muslim)

Page 40 of 55
Perilaku sombong atau takabur sangatlah tidak disukai Allah Subhanahu wa
Ta'ala. Seseorang yang sombong biasanya akan merasa bangga pada dirinya dan
apa yang dimilikinya serta menganggap remeh orang lain. Tidak ada manusia di
dunia ini yang diperbolehkan memiliki sifat sombong. Hanya Allah sajalah yang
patut untuk sombong karena Ia pemilik apa yang ada di langit dan bumi.
Belajarlah untuk menjauhi sifat sombong ini. Bahaya sifat sombong atau bangga
diri ini adalah bisa merusak atau menghapus amal sholeh.

Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda : "Adapun amal-amal yang


membinasakan adalah berperilaku kikir, mengikuti hawa nafsu dan
membanggakan diri.”

(HR Thabarani)

Oleh karena itu, seorang wanita Muslimah yang telah berhijab harus menjaga
muru’ah akhlaknya agar ia terlihat layaknya seorang wanita Muslimah sejati,
sehingga hijabnya akan terlihat selaras dengan kebaikan akhlaknya. Jauhilah
sifat sombong karena ia akan merusak hati dan perangai seorang wanita
Muslimah, karena sifat yang baik akan menjadikannya lebih terlihat indah dan
sangat berharga.

Jangan biarkan kesombonganmu perlahan menggerogoti semua kebaikan yang


ada pada dirimu. Dan jangan terlalu tinggi mengangkat kepala karena
kesombongan. kelak kamu akan tertunduk malu karena kesombongan tersebut.

Bersikap baik kepada orang lain, tersenyumlah dan rendahkanlah ilmu mu


dihadapan mereka, jadilah seperti padi yang semakin berisi, janganlah engkau
menjadi tong yang kosong. Perumpamaan dari sifat sombong ialah seperti
halnya engkau meludah ke atas langit, niscaya ia akan jatuh dan mengenai
wajahmu sendiri.
Page 41 of 55
2. Bakhil

Tak asing di kehidupan sehari-hari sebagian kita mendapati orang yang pelit
dalam berbagi sesama hamba Allah entah itu berbagi dalam bentuk harta,
makanan pokok ataupun ilmu sebagai orang yang pandai dan berilmu sulit
berbagi kepada kerabat dan teman-teman disekitarnya, karena merasa takut
tersaingi akan kepintaran yang dimilikinya. Maka mereka lebih mengamalkannya
untuk keperluan pribadi ketimbang berbagi ke sesama.

Bakhil merupakan perbuatan seseorang yang menahan/tidak memberikan


sesuatu yang semestinya wajib diberikan kepada orang lain, tidak mau
membayar zakat dan tidak mau memberikan nafkah kepada keluarganya.

"Dan barang siapa dijaga dirinya dari "Kekikiran" mereka itulah orang yang
beruntung."

(QS At-Taghabun: 16)

Dari Jabir Radhiyallahu 'Anhu ia bertutur, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasalam


bersabda, " Janganlah kalian sekali-kali berbuat zalim,karena sesungguhnya
zalim adalah kegelapan pada hari kiamat dan janganlah kalian sekali-kali
Kikir,karena sesungguhnya kikir itu telah membinasakan orang-orang sebelum
kalian. Mereka terdorong untuk menumpahkan darah dan menghalalkan semua
yang telah diharamkan terhadap mereka."

(HR Muslim)

Saudariku, hindarkan dan jauhkanlah dirimu dari sifat bakhil dan pelit, karena
sesungguhnya orang yang bakhil dan pelit itu akan terhina nantinya, rendah dan
tidak berharga. Cukuplah dalam keburukan sifat ini bahwa tidak akan ada
seorangpun yang menyukainya di dunia ini. Bahkan anak-anaknya sendiri akan
memusuhinya dan keluarga serta familinya senantiasa akan menunggu

Page 42 of 55
kematiannya, supaya dalam duka citanya mereka bisa mengenakan pakaian
yang paling lusuh akan tetapi mereka akan membawa pakaian yang paling baik.

Sebagian ulama mengatakan:

"Akar bakhil itu dari tanah dan dia akan tumbuh ketika hendak menuju ke
tanah.”

Dan ketahuilah saudaraku, bahwa orang bakhil tidak akan pernah diingat
setelah kematiannya, karena telah jelas bahwa barangsiapa tidak memakan
rotinya ketika hidupnya, maka tidak akan ada yang menyebutkan namanya
ketika matinya.

“Dan barangsiapa yang kikir, sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya
sendirian.”

(QS Muhammad: Ayat 38)

Sifat pelit terhadap diri sendiri, yang lebih mengherankan dari itu semua adalah
seseorang yang pelit atau bakhil terhadap dirinya sendiri. Dia enggan
mengeluarkan harta miliknya demi kemaslahatan dirinya sendiri. Sebagai
contoh, seseorang yang tertimpa penyakit parah. Penyakitnya tersebut
mengharuskan dia agar berobat di sebuah rumah sakit yang mewah ditambah
harus mengeluarkan dana yang tidak sedikit jika ia ingin sembuh secara total,
tentu saja setelah izin Allah.

Namun karena sifat pelit yang ada pada dirinya, dia enggan mengeluarkan
hartanya dan memilih berobat di rumah sakit biasa. Akhirnya dia meninggal
dunia karena tidak mendapatkan penanganan yang dibutuhkan. Seandainya dia
tidak memiliki harta yang cukup maka hal ini adalah sesuatu yang wajar. Akan
tetapi jika dia memiliki harta yang berlebih maka dia telah membahayakan
dirinya sendiri. Bahkan dia tidak hanya membahayakan dirinya sendiri dengan

Page 43 of 55
kebakhilannya, akan tetapi juga menyusahkan orang-orang terdekatnya, istrinya
dan juga anak-anaknya. Orang-orang seperti ini hanya akan menyakiti dirinya
sendiri. Dia bersusah payah mengumpulkan harta agar menjadi orang yang kaya
raya dan terlihat kaya. Tetapi dia bakhil, tidak ingin mengeluarkan hartanya.
Dengan tujuan agar dirinya terhindar dari kefakiran. Namun kenyataannya, dia
justru terjerumus dalam kondisi yang ingin dihindarinya yaitu kefakiran.
Kehidupannya seakan-akan seperti orang miskin. Dia hidup layaknya orang
miskin di dunia namun di akhirat dia akan dihisab dengan hisabnya orang kaya.

 Sifat Kikir (Mempengaruhi Muru'ah wanita)

Jadilah orang yang dermawan tapi jangan jadi pemboros. Jadilah orang yang
hidup hemat tapi jangan jadi orang yang kikir, hendaknya seorang Muslimah
memahami bahwasannya sifat boros bukanlah sifat yang terpuji, dan terlalu
hematpun tidaklah baik, maka hendaknya kita harus memperhatikan kemana
harta itu kita keluarkan.

Seringkali kita melihat seorang Muslimah membelanjakan hartanya dengan


cara yang berlebihan, menghamburkan hartanya dengan mengkoleksi gamis,
sepatu, tas, khimar, cadar, serta barang-barang rumah tangga secara berlebihan,
hingga akhirnya menjadikan ia sebagai wanita yang senang menghamburkan
harta-hartanya hanya karena ingin terlihat modern, modis dan terlihat kaya.
Karena tabiatnya yang ingin tampil cantik demi eksistensi dan pengakuan baik di
hadapan suami atau orang lain dan terkadang wanita demi menenuhi kebutuhan
berhias atau tabarrujnya rela mengeluarkan uang seberapapun demi memenuhi
kebutuhannya.

“Muslimah belanjakanlah hartamu untuk ilmu. Dan janganlah bakhil untuk ilmu,
karena kita adalah madrasah utama bagi buah hati kita.”

Page 44 of 55
"Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.”

(QS Al-Isra’: Ayat 26-27)

Sepahit dan sesulit apapun kehidupan dunia maka itu tidaklah kekal yang kekal
hanyalah kehidupan akhirat. Sebaiknya kita harus mengetahui tentang apa saja
yang bisa menyebabkan kehidupan di akhirat menjadi sangat sulit. pedih lagi
menyengsarakan. Salah satu penyebabnya ialah tumbuhnya sifat bakhil (kikir).

Allah berfirman :

“Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari
kiamat..”

(QS Ali-Imran: Ayat 180)

Maksudnya, Allah akan menjadikan harta yang ia bakhil menginfakkannya


sebagai beban di pundaknya pada hari kiamat, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam bersabda :

“Barangsiapa yang diberikan oleh Allah harta kepadanya , kemudian ia tidak


mengeluarkan zakatnya, maka ia akan berwujud ular yang sangat besar yang
akan menariknya dengan dua tulang rahangnya yang lebar, kemudian ia
berkata, ‘saya adalah harta simpananmu. Kemudian Rasulullah membacakan
ayat ini, sampai akhir hayat.’”

(Muttafaqun Alaih)

"Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-nya,


mereka kikir dengan karunia itu dan ia berpaling dan mereka memanglah orang-
orang yang selalu membelakangi (kebenaran."

(QS At-Taubah : Ayat 76)

Page 45 of 55
"Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun
orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup. Serta mendustakan pahala
yang terbaik.."

(QS Al-Lail : Ayat 7-9)

Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam bersabda,"Hati-hatilah dari sifat kikir


kerana sesungguhnya ia telah menghancurkan umat-umat sebelum kalian."

(HR Muslim)

"Tidak akan masuk surga orang-orang yang menipu, bakhil (kikir) dan orang-
orang yang buruk mengurus miliknya.”

(HR Tirmidzi)

"Dan orang-orang yang bakhil (kikir) itu jauh dari Allah, jauh dari manusia, jauh
dari surga dan dekat pada neraka."

(HR Tirmidzi)

Perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir


biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratur biji. Allah
melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas Maha
mengetahui.

"Dan barang siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya , maka mereka itulah
orang-orang yang beruntung."

(QS Ath-Thagabun : Ayat 16)

Page 46 of 55
Maksudnya, orang-orang yang dijaga oleh Allah dari sifat bakhil dan jiwa
mereka dan dijauhkan dari pengaruhnya (dengan mengikuti hawa nafsu) , maka
mereka berbeda dengan golongan lain yang tidak menyukai untuk infak, mereka
itulah orang-orang yang akan Allah selamatkan dari siksaan-Nya.

Abu Bakar Ash-Shiddiq Radhiyallahu ‘Anhu berkata, “Orang yang bakhil atau kikir
tidak bisa lepas dari salah satu tujuh perkara berikut:

1. Ketika ia mati, hartanya akan diwarisi oleh orang yang akan menghabiskan
dan membelanjakannya untuk sesuatu yang tidak diperintahkan Allah.

2. Allah akan membangkitkan penguasa zhalim yang akan merenggut seluruh


hartanya setelah menyiksanya terlebih dahulu.

3. Allah menggerakkan dirinya untuk menghabiskan harta bendanya.

4. Muncul ide pada dirinya mendirikan bangunan di tempat yang rawan


bencana, sehingga bangunan berikut semua harta yang disipan di dalamnya lalu
ludes.

5. Dia ditimpa musibah yang dapat menghabiskan hartanya, seperti tenggelam,


terbakar, mengalami pencurian dan sebagainya.

6. Dia tertimpa penyakit kronis sehingga hartanya habis untuk berobat.

7. Dia menyimpan hartanya di sebuah tempat, kemudian ia lupa tempat itu,


sehingga hartanya hilang."

Dan janganlah kalian pelit terhadap ilmu, khususnya ilmu agama. Jika untuk
mendapatkan ilmu agama maka kita harus ikhlas mengeluarkan biaya untuk
menggaji seorang ustadz agar ustadz tersebut bisa mengajari kita untuk mengaji.

Page 47 of 55
Bakhil tidak hanya mendatangkan kerugian di dunia semata, namun di akhirat
pun orang bakhil akan mendapat azab karena kebakhilannyan tersebut. Di
antara akibat yang ditimbulkan oleh bakhil adalah :

1. Akan sulit mendapatkan kebahagiaan.

2. Hina di hadapan orang lain.

3. Orang yang bakhil akan tersiksa jiwanya, karena selalu memikirkan bagaimana
cara agar hartanya bertambah.

4. Hartanya tidak bermanfaat karena hanya ditumpuk saja. Bahkan orang yang
sangat bakhil tidak mau hartanya berkurang sedikitpun, walau sekedar
memenuhi kebutuhannya sendiri.

5. Pada hari kiamat kelak, harta yang ditumpuknya akan dikalungkan di lehernya
sebagai balasan atas kebakhilannya.

6. Harta yang ditumpuknya tidak bermanfaat sama sekali dihadapan Allah,


melainkan hanya akan mendatangkan kerugian baginya.

7. Kehancuran yang disebabkan peperangan sesama manusia, sebagaimana yang


telah menimpa umat-umat terdahulu.

Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam
bersabda, “Tiga dosa pembinasa: Sifat pelit yang ditaati, hawa nafsu yang
dituruti, dan ujub seseorang terhadap dirinya).”

(HR Thabrani)

Muslimah janganlah berfoya-foya untuk masalah dunia tapi bakhil dalam


masalah akhirat. Muslimah Shalihah belanjakanlah hartamu untuk ilmu yang
bermanfaat, yaitu ilmu akhirat.

Page 48 of 55
Maka cara menghindari sikap bakhil dengan cara antara lain:

1. Sabar terhadap sikap sederhana.

2. Menerima terhadap apa yang dimiliki.

3. Banyak mengingat mati, agar tidak terlalu panjang angan-angannya.

4. Merenungkan terhadap orang-orang kaya yang meninggal, ternyata harta


kekayaannya tidak dibawa namun ditinggal begitu saja dan dinikmati ahli
warisnya yang belum tentu mengingatnya lagi.

5. Merenungkan betapa buruknya perilaku orang-orang yang baklhil di sekitar


kita.

6. Merenungkan hadits yang mengecam perilaku bakhil dan memuji-muji


perilaku dermawan.

7. Menghayati bahwa maksud dan tujuan harta adalah untuk memenuhi sekedar
kebutuhan hidupnya, sisanya adalah untuk simpanan dirinya kelak di akhirat
dengan cara disedekahkan.

Dengan memperhatikan sikap seperti ini, maka akan mudah bersikap dermawan
sehingga terhindar dari sikap bakhil.

Asy-Syaikh Arafat bin Hasan al-Muhammadi Hafizhahullah mengatakan :

"Cinta kehormatan akan menyebabkan engkau merendahkan orang lain dengan


cara mencelanya dengan perbuatanmu dan ucapanmu, berbangga diri, dan
menampakkan kesombongan. Adapun cinta harta akan menimbulkan sifat
bakhil. Oleh karena itu, berikanlah (harta) dan janganlah pelit; dan bertakwalah
kepada Allah, janganlah engkau mencela dengan perbuatan dan celaan.”

Page 49 of 55
Kisah Ashabul Jannah

Ashabul Jannah (pemilik-pemilik kebun). Peristiwa ini terjadi pada zaman


dahulu kala di negeri yaman,di suatu daerah yang subur bernama Birwan.
Pemilik-pemilik kebun di daerah tersebut mempunyai kebun-kebun yang subur.
Mereka terkenal kaya raya karena tanamannya, tapi sayang mereka memiliki
sifat bakhil, sedangkan di daerah itu terdapat orang miskin, Tapi karena
bakhilnya mereka selalu mencari alasan untuk menolak memberi bantuan dan
sumbangan kepda orang miskin.

Pada suatu hari. ketika datang waktunya untuk memetik hasil panen. para
pemilik kebun mengadakan musyawarah untuk mencari cara bagaimana
menghindari serbuan fakir yang akan datang berbondong-bondong meminta
hasil yang di petik. dalam hasil musyawarah mereka memutuskan untuk datang
jam empat pagi, mereka akan ke kebun memetik hasil panen mereka karena
biasanya fakir miskin datang jam delapan pagi. jika mereka datang mereka akan
gigit jari, sebab semua hasil panen telah di petik pemiliknya masing-masing.

Menjelang pagi buta merekapun pergi menuju kebun memetik hasil panennya.
Tapi alangkah terkejutnya mereka melihat semua buah hasil panennya tidak ada
lagi. tidak ada satu buahpun yang tertinggal. Rupanya merekalah yang pertama
kali gigit jari dan bukan orang-orang miskin seperti yang mereka rencanakan.
Akibatnya keluh kesah yang keluar dari mulut pemilik kebun. mereka saling
menyalahkan dan saling menuduh antara satu dengan yang lain.

Dari kisah tersebut merupakan contoh dari sejarah yang menunjukkan bahwa
kekayaan, kenikmatan hidup di dunia ini tidaklah selamanya memberikan
kebahagiaan.

Page 50 of 55
3. Egois

Dalam kata-kata serapan asing dalam bahasa Indonesia, kata egois yang berarti
orang yang mementingkan diri sendiri, tidak peduli akan orang lain atau
masyarakat. Dalam kamus bahasa online, egois berarti tingkah laku yang
didasarkan atas dorongan untuk keuntungan diri sendiri dari pada untuk
kesejahteraan orang lain atau segala perbuatan atau tindakan selalu disebabkan
oleh keinginan untuk menguntungkan diri sendiri.

Kata ananiah berasal dari bahasa arab yang berarti "Aku", ananiah berarti
sebangsa aku atau keakuan. Secara istilah, ananiah berarti sikap keakuan, sikap
mementingkan diri sendiri, kurang memperhatikan orang lain. Dalam bahasa
Indonesia sikap seperti itu disebut egois.

Islam melarang umatnya bersikap ananiah dan mendidik umatnya agar pandai-
pandai menghormati orang lain sebagaimana wajarnya. Aisyah Radhiyallahu
‘Anha berkata : “Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam , menyuruh kita agar
menghormati manusia sesuai dengan kedudukannya” (HR Muslim).

Salah sifat (umum) yang baik untuk dimiliki seseorang adalah sifat egois
(mementingkan diri sendiri) keras menerima nasihat dari orang-orang
terdekatnya maupun orang lain, serta perkataanya mudah menyakiti hati tanpa
memikirkan terlebih dahulu apa yang dikatakannya. Setiap larangan pasti
berdampak negatif apabila dilanggar, sifat dan sikap ananiah mempunyai
dampak pada pelakunya yakni :

1. Tidak disukai dalam pergaulan karena dia meremehkan orang lain

2. Menurunkan martabatnya sehingga lambat laun tidak disukai orang

3. Terisolir dari pergaulan masyarakat lingkungannya.

Page 51 of 55
Adapun cara menghindari dari hal tersebut terkadang tidak mudah karena
sudah watak manusia. Namun demikian,apabila ada kemauan yang sungguh-
sungguh niscaya akan memperoleh hasil juga.

Sifat egois adalah salah satu sifat buruk yang sukar dikalahkan oleh seseorang.
Karena itu, mencoba dekat dengan seseorang yang egois memang akan
membuat kita lelah secara mental dan batin. Jika kita sedang mengalami hal
seperti ini, jangan biarkan keegoisan orang yang kita sayangi membuat kita
terpuruk. Keberanian untuk mengambil langkah besar dengan mencari cara
membahagiakan diri sendiri harus ditumbuhkan agar kita selalu berada dalam
arus kehidupan yang positif.

Pribadi egois adalah pribadi yang melihat segala sesuatu dari kacamatanya. Dia
tidak bisa memahami pikiran orang, perasaan orang, dan selalu menuntut orang
untuk mengikuti pendapatnya. Pribadi egois juga pribadi yang mementingkan
dirinya sendiri, ia tidak bisa mempertimbangkan kebutuhan orang, senantiasa
mengedepankan kebutuhannya di atas kebutuhan orang lain.

Dapat disimpulkan bahwa pribadi yang egois adalah pribadi yang susah sekali
untuk tulus, sebab ujung-ujungnya untuk kepentingannya sendiri.

Ada beberapa nasehat untuk menghilangkan sifat egois:

1. Selalu berpikiran baik (husnudzhon) pada orang lain, jangan biarkan pikiran
negatif masuk kepikiranmu.

2. Jangan suka membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain.

3. Kembangkan empati kita pada orang lain.

4. Kembangkan sikap melayani dan mendahulukan kepentingan orang lain.

5. Perbanyaklah senyum, ingat selalu bahwa senyum itu ibadah.

Page 52 of 55
Sekali lagi, semua kembali ke diri kita masing-masing. Dan jangan lupa berdo’a
kepada Allah agar hati kita dapat di kontrol dan kita selalu diberikan hidayah-
Nya. Karena hanya Allah yang dapat membolak-balikkan perasaan manusia.

Egois adalah sifat yang tumbuh alami dari dalam diri manusia. Karena saking
alaminya, sampai manusia tidak menyadari kehadiran sifat egois itu sendiri.
Sampai sekarang pun belum ada obat yang bisa menghilangkan sifat egois dari
dalam diri manusia. Obat yang dicari adalah bukan obat berbentuk kapsul atau
tablet, bukan pula berbentuk sirup yang diberikan oleh sang dokter.

Rasulullah Salallahu'alaihi wa Sallam bersabda : “Kita baru kembali dari satu


peperangan yang kecil untuk memasuki peperangan yang lebih besar” Yang
membuat para Sahabat terkejut dan bertanya, “Peperangan apakah itu wahai
Rasulullah ? Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam berkata, “Peperangan
melawan hawa nafsu.”

(HR Baihaqi)

“Sekiranya kebenaran itu harus mengikuti kemauan hawa nafsu mereka saja
tentulah akan binasa langit dan bumi dan mereka yang ada di dalamnya.”

(QS Al-Muminun: Ayat 71)

“Dari sifat ananiyah yang hanya memperturutkan hawa nafsunya sendiri akan
lahir sifat-sifat lain yang berdampak negatif dan merusak, misalnya, sifat bakhil,
tamak, mau menang sendiri, dzalim, meremehkan orang lain dan ifsad
(merusak). Jika tidak segera ditanggulangi sifat ananiyah akan berkembang
menjadi sifat congkak dan kibir dengan ciri khasnya Bathrul Haq menolak
kebenaran, Ghomtun Nas dan meremehkan manusia.”

(HR Muslim)

Page 53 of 55
“Rasulullah Shallallahu'alaihi wa Sallam bersabda, ‘Sesungguhnya Allah
mewahyukan kepadaku agar kalian merendah hingga tidak ada seorang pun
meremehkan orang lain dan bersikap sombong kepada orang lain.”

(HR Muslim)

 Hindarilah Sifat Egois

Para penuntut Ilmu senantiasa bermuhasabah diri Senang saling memberi


masihat satu dengan yang lain serta senang diberi nasihat apabila dalam diri ada
kekeliruan dan orang Yang mempunyai sifat egois tidak akan pernah
bermuhasabah.

Tak jarang keegoisan seseorang membuat orang lain menjadi benci terhadap
dirinya, bahkan tak sedikit pula yang memusuhinya. Ketika awal mula berteman,
sifat keegoisannya belum kelihatan, tetapi setelah lama-kelamaan akhirnya tahu
juga bahwa sang teman memiliki sifat egois. Tentu yang dilakukan adalah
menjaga jarak dari sang teman atau memilih tidak menjadi temannya lagi.

Coba kita bayangkan jika keegoisan tumbuh dalam sebuah keluarga. Biasanya,
ketika masih menjadi suami-istri baru, sifat egois tidak kelihatan, tetapi seiring
berjalannya waktu akhirnya kelihatan juga. Jika tidak pintar dalam menyikapinya
bisa dipastikan hubungannya tidak bertahan lama, dan berakhir dengan
perceraian.

Allah telah mengungkapkan perasaan egois yang penuh hasrat ini dalam hasrat
duniawinya sebagai berikut dalam Al-Qur’an: “Sesungguhnya manusia
diciptakan keras kepala putus asa ketika hal-hal buruk terjadi, menyesali ketika
hal-hal baik datang.”•(QS al-Ma’arij: Ayat 19-21)

Page 54 of 55
Egois memiliki pengaruh dalam kehidupan terhadap sesama, sering kali juga
kita lihat atau kita alami disaat memiliki hubungan silahturahmi antara kerabat
atau persahabatan yang begitu erat tetapi di kala mana persahabatan yang kita
jalin saling mengerti satu sama lain maka persahabatan itu akan tetap saling
terjaga, tetapi jika dalam persahabatan salah satu diantara kita memiliki sifat
egois maka hubungan itu lambat laun akan mengalami perenggangan bahkan
sering terjadi percekcokan yang mengakibatkan saling menjelek-jelekkan dengan
kerabat lain atau sahabat.

Ilmu yang digauli dengan nafsu akan menimbulkan sifat egois

Ilmu yang digauli dengan ego akan menumbuhkan sifat sombong

Ilmu yang digauli dengan kesombongan akan melahirkan sifat 'ujub

Ilmu yang digauli dengan sifat 'ujub akan menimbulkan kemudhorotan

Maka

Ilmu itu akan liar karena hilangnya hukum oleh sifat egois

Ilmu itu jadi hampa karena hilangnya aturan oleh sifat sombong

Ilmu itu akan lupa karena hilangnya akal oleh sifat 'ujub

Ilmu itu jadi petaka karena hilangnya berkah oleh sikap mudhorot.

Page 55 of 55

Anda mungkin juga menyukai