Pada Ibu-ibu
Kelompok 1
• Vincentia Santika P27824413001
• Izzatul Ummah P27824413002
• Dayu Shinta P27824413003
• Ferda Fibi Tyas P27824413004
• Lailatul Vini V P27824413005
• Dewi Setiowati P27824413006
• Hana Sausani A P27824413007
• Nur Fajrina Tamimi P27824413008
• Sholikhatul Bariroh P27824413011
• Desi Rakhmawati P27824413012
Masalah pada Ibu Hamil
Hiperemesis Gravidarum
Anemia
Abortus
Hiperemesis Gravidarum
Hiperemesis gravidarum adalah mual
muntah berlebihan sehingga pekerjaan
sehingga pekerjaan sehari-hari terganggu
dan keadaan umum ibu menjadi buruk. Mual
dan muntah merupakan gangguan yang paling
sering dijumpai pada kehamilan trimester 1,
kurang lebih pada 6 minggu setelah haid
terakhir selama 10 minggu. Sekitar 60-80%
primigravida dan 40-60% multigravida
mengalami mual dan muntah, namun gejala ini
lebih berat hanya pada 1 dari 1000
kehamilan.
Etiologi
Belum diketahui pasti, namun beberapa
faktor mempunyai pengaruh antara lain :
• Faktor predisposisi yaitu primigravida,
molahidatidosa, dan kehamilan ganda
• Faktor organic yaitu alergi, masuk vili
khorialis dalam sirkulasi, perubahan
metabolikakibat hamil, dan resistensi ibu
yang menurun.
• Faktor psikologi
Patofisiologi
Perasaan mual akibat kadar estrogen meningkat.
Mual dan muntah terus menerus dapat menyebabkan
dehidrasi, hiponatremia, penurunan klorida urin,
selanjutnya terjadi hemokonsentrasi yang mengurangi
perfusi darah ke jaringan dan menyebabkan
tertimbunnya zat toksik. Pemakaian cadangan
karbohidrat dan lemak menyebabkan oksidasi lemak
tidak sempurna hingga terjadi ketosis. Hipokalemia
akibat muntah dan ekskresi yang berlebihan
selanjutnya menambah frekuensi muntah dan merusak
hepar. Selaput lendir esolagus dan lambung dapat
robek (syndrome Mallory-Weiss) sehingga terjadi
perdarahan gastrointestinal.
Manifestasi klinis
• Tingkat I. muntah terus menerus yang mempengaruhi
keadaan umum menimbulkan rasa lemah, nafsu makan tak
ada, berat badan turun, dan nyeri epigastrium. Frekuensi
nadi pasien naik hingga 100 kali per menit, tekanan darah
sistolik turun, turgor kulit berkurang, lidah kering dan
mata cekung.
• Tingkat II. Pasien tampak lemah dan apatis, lidah kotor,
nadi kecil dan cepat, suhu kadang naik dan mata sedikit
ikterik. Berat badan pasien turun, timbul hipotensi
hemokonsentrasi, oliguria, konstipasi dan nafas berbau
aseton.
• Tingkat III. Kesadaran pasien menurun dari somnolen
sampai koma, muntah berhenti, naadi kecil dan cepat, suhu
meningkat dan tekanan darah maki turun.
Pemeriksa Penunjang
Elektrolit darah dan
urinalisis
Komplikasi
Ensefalopati Wernicke dengan
gejala nistafmus, diplopia dan
perubahan mental, serta payah hati
dengan gejala timbulnya ikterus.
Diagnosa
Muntah karena gastritis, ulkus
peptikum, hepatitis, kolesistitis,
pielonefritis, dll.
Pencegahan
• Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis
agar tidak terjadi hiperemesis.
• Befierangan bahwa kehamilan dan persalinan
merupakan proses fisiologis.
• Makan sedikit-sedikit tapi sering. Berikan
makanan selingan seperti biscuit, roti kering
dengan the hangat saat bangun pagi dan
sebelum tidur. Hindari makanan berminyak dan
bau. Makan sebaiknya dalam keadaan panas
atau sangat dingin.
• Defekasi teratur
Penatalaksanaan
Bila pencegahan tidak berhasil, maka diperlukan
pengobatan, yaitu :
• Penderita diisolasi dalam kamar yang tenang dan cerah
dengan pertukaran udara yang baik. Kalori diberikan
secara parenteral dengan glukosa 5% dalam cairan
fistologi sebanyak 2-3 liter sehari.
• Dieresis sselalu dikontrol untuk menjaga
keseimbangan cairan.
• Bila selama 24 jam penderita tidak muntah dan
keadaan umum bertambah baik, coba berikan minuman
dan makanan yang sedikit demi sedikit ditambah.
• Sedatif yang diberikan adalah fenobarbital.
• Dianjurkan pemberian vitamin B, dan B6 tambahan.
• Pada keadaan lebih berat berikan
antiemetic seperti metoklopramid,
disklomin, hidroklorida atau klorpromazin.
• Berikan terapi psikologis untuk meyakinkan
pasien penyakitnya bisa disembuhkan serta
menghilangkan rasa takut hamil dan konflik
yang melatarbelakangi hiperemesis.
• Bila pengobatan tidak berhasil, bahkan
gejala makin berat hingga timbul ikterus,
delirium koma, takikardi, anuria, dan
perdarahan retina, pertimbangkan abortus
terapeutik.
Anemia
Wanita hamil atau dalam masa nifas dinyatakan
menderita anemia apabila kadar hemoglobinnya di bawah
10g/dl. Perubahan fisiologis yang terjadi pada kehamilan
sering menyulit diagnosis dan penatalaksanaan penyakit-
penyakit kelainan darah. Penurunan kadar pada wanita sehat
yang hamil disebabkan pada ekspansi volume plasma yang
lebih besar daripada peningkatan volume sel darah merah dan
hemoglobin. Hal ini terutama terjadi pada trimester kedua.
Pada akhir kehamilan, ekspansi plasma menurun
sementara hemoglobin terus meningkat. Pada saat nifas, bila
tidak terjadi kehilangan darah dalam jumlah besar,
konsentrasi hemoglobin tidak berbeda dengan saat hamil.
Biasanya ini bertahan selama beberapa hari sebelum akhirnya
meningkat ke nilai sebelum hamil.
Etiologi
Penyakit yang menyebabkan anemia dalam
kehamilan yang didapat : anemia defisiensi besi,
anemia akibat perdarahan, anemia akibat radang
atau keganasan, anemia egaloblastic, anemia
hemolitik didapat, anemia aplastic atau
hipoplastik.
Yang diturunkan/herediter : talasemia,
hemoglobinopati sel sabit, hemoglobinopatilain,
anemia hemolitik herediter.
Dua penyebab yang paling sering ditemukan
adalah anemia akibat defisiensi besi dan akibat
pedarahan.
Komplikasi
Abortus, persalinan preterm, partus
lama karena iersia uteri, perdarahan
pascapersalinan karena atonia uteri, syok,
infeksi intra persalinan maupun
pascapesalinan, payah jantung pada anemia
yang sangat berat, hingga kematian bagi
ibu. Janin yang dikandungnya dapat
mengalami kematian, prematuritas, cacat
bawaan, hingga kekurangan cadangan besi.
Jenis-jenis Anemia
Missed Tidak Tidak ada Lebih kecil Tertutup Janin telah mati
abortion ada dari usia tetapi tidak ada
kehamilan ekspulsi
jaringan
konsepsi