Anda di halaman 1dari 22

REFERAT

Hiperemesis Gravidarum
Pembimbing : Disusun Oleh :

dr. Adi Sukrisno, SP. OG, FMAS Annisa Siska Afita (2010221029)

KEPANITERAAN KLINIK DEPARTEMEN OBGYN


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA
PERIODE 15 MARET – 11 APRIL 2021
Definisi

Muntah yang terjadi pada awal kehamilan sampai umur kehamilan 20


minggu. Keluhan muntah begitu hebat sehingga apa yang dimakan dan
diminum dimuntahkan, terjadinya penurunan berat badan, dan mengganggu
pekerjaan sehari-hari. (Sarwono, 2008)
Epidemiologi

• Mual dan muntah terjadi pada 50-90% dari kehamilan. Mual dan muntah terjadi pada 60-80%
primigravida dan 40-60% multigravida.
• Mual dan muntah yang berkaitan dengan kehamilan biasanya dimulai pada usia kehamilan
9-10 minggu, puncaknya pada usia kehamilan 11-13 minggu, dan sembuh pada kebanyakan kasus
pada umur kehamilan 12-14 minggu.
• Dalam 1-10% dari kehamilan, gejala-gejala dapat berlanjut melampaui 20-22 minggu. 
• Hiperemesis Gravidarum berat yang membutuhkan perawatan di RS
 0,3 - 2% kehamilan.
Etiologi
Penyebabnya  belum diketahui secara pasti, tetapi dikaitkan erat hubungannya
dengan endokrin, biokimiawi, dan psikologis. 

1. Perubahan pada hormon kehamilan  HCG, estrogren, progesteron


2. Gastrointestinal : tonus lower esophageal sphincter relaxes pada saat kehamilan  >> resiko 
gastroesophageal reflux disease (GERD)
3. Genetik : Gen GDF15 dan IGFBP7, terkait dengan kejadian HG. Resiko meningkat jika
terdapat Riwayat Keluarga dengan HG. Peningkatan risiko hiperemesis gravidarum telah
dibuktikan pada wanita dengan anggota keluarga yang juga mengalami hiperemesis
gravidarum.
4. Faktor Psikologis  Primigravida (ibu tidak siap untuk menerima kehamilan dan memegang
tanggung jawab sebagai ibu).
Faktor Risiko

 Primigravida
 Kehamilan kembar
 Riwayat Hiperemesis Gravidarum pada kehamilan sebelumnya
Klasifikasi
Tingkat I Tingkat II Tingkat III
(Sangat Jarang)
• Muntah yang terus-menerus • Gejala lebih berat, penderita • Gangguan kesadaran (delirium-koma)
• Intoleransi terhadap tampak lebih lemas dan apatis • Muntah berkurang atau berhenti, tetapi
makanan dan minuman • Segala yang dimakan dan pasien ikterus, nadi kecil dan cepat,
• Berat-badan menurun diminum dimuntahkan, suhu meningkat dan tensi menurun
• Nyeri epigastrium, • Haus hebat dan subfebril • Sianosis, gangguan jantung, bilirubin,
• Muntah pertama keluar • Nadi cepat >100 - 140 dpm dan proteinuria dalam urin.
makanan, lendir dan sedikit • Tekanan sistolik <80 mmHg • Komplikasi fatal terjadi pada susunan
cairan empedu, dan yang • Kulit pucat saraf yang dikenal sebagai
terakhir keluar darah. • Turgor kulit lebih menurun, lidah Encephalopathy Wernicke dengan gejala
• Nadi meningkat sampai 100 kotor, kadang nistagmus, diplopia, dan perubahan
kali per menit • Ikterus, terdapat bilirubin dalam mental.
• Tekanan darah sistolik urin,
menurun. • Tercium bau aseton saat pasien
• Mata cekung bernafas, dan terdapat aseton
• Lidah kering dalam urin, berat badan cepat
• Turgor kulit berkurang menurun.
• Urin sedikit tetapi masih
normal.
Patofisiologi
Gejala Klinis

• Nausea dan muntah • Ketidakseimbangan elektrolit • Penurunan konsentrasi


• Penurunan BB >5% dari • Terlihat cemas bahkan • Gangguan kesadaran  (bila
BB sebelum hamil depresi sudah memberat)
• Gangguan tidur • Ptialism  • Bau nafas aseton
• Dehidrasi  • Mudah tersinggung dan
• Hipotensi postural dan terjadi perubahan suasana
takikardi hati
Diagnosis
Anamnesis

• Keluhan utama  adanya amenorea, tanda kehamilan, mual, dan muntah.


• Onset  muncul pada trimester awal, terus menerus,
• Keluhan disebabkan karena dirangsang oleh jenis makanan tertentu, dan mengganggu
aktivitas pasien sehari-hari, penurunan berat badan >5% dari sebelum hamil.
• Apakah ada faktor resiko HG seperti stres, lingkungan sosial pasien, asupan nutrisi
dan riwayat penyakit sebelumnya, serta keluhan lain yang pasien rasakan.
Diagnosis
The Pregnancy Unique Quantification of Emesis-24 (PUQE) score  menentukan derajat
keparahan nausea dan muntah selama kehamilan
Diagnosis
Pemeriksaan Fisik

• Keadaan umum pasien


• Tanda-tanda vital (nadi meningkat, tekanan darah menurun pada keadaan berat,
subfebril)
• Tanda dehidrasi, kulit pucat, ikterus, sianosis,
• Berat badan menurun, pada vaginal toucher, uterus besar sesuai usia kehamilan,
konsistensi lunak, pada pemeriksaan inspekulo serviks berwarna biru (liaide).
Diagnosis
Pemeriksaan Penunjang

• Pemeriksaan laboratorium  tanda-tanda dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit,


ketonuria, peningkatan blood urea nitrogen, kreatinin dan hematokrit.
• Pemeriksaan USG  mendeteksi adanya kehamilan ganda ataupun mola hidatidosa.
Tata Laksana Umum

Tujuan pengobatan adalah untuk mengontrol gejala, meningkatkan kualitas hidup,


dan untuk memungkinkan makan dan minum yang cukup untuk menghindari dehidrasi
dan malnutrisi.
Tata Laksana Umum
Tata Laksana Umum: Pertahankan nutrisi, beri suplementasi vitamin & asam folat, istirahat yang cukup dan
hindari kelelahan

Bila masih belum teratasi

Bila perlu diberikan dosilamin 10mg + vitamin B6 10mg hingga 4 tablet/hari

Bila masih belum teratasi

Tambahkan dimenhidrinat 50-100mg peroral atau supositoria 4-6 kali sehari, atau prometazin 5-10mg
3-4kali sehari peroral atau supositoria.

Bila masih belum teratasi

Bila masih belum teratasi & tidak terjadi dehidrasi, berikan salah satu obat:
Tata Laksana Umum
• Klorpromazin 10-25 mg per oral atau 50-100mg IM tiap 4-6 jam
• Prokloperazin 5-10 mg per oral atau IM atau supositoria tiap 6-8 jam
• Prometazin 12,5-25mg per oral atau IM tiap 4-6 jam
• Metoklopramid 5-10 mg per oral atau IM tiap 8 jam
• Ondansentron 8 mg per oral tiap 12 jam

Bila masih belum teratasi

Bila masih belum teratasi & terjadi dehidrasi, pasang kanula intravena dan berikan cairan sesuai dengan
derajat hidrasi ibu dan kebutuhan cairan, lalu diberikan:
• Suplemen Multivitamin IV
• Dimenhidrinat 50 mg dalam 50 ml NaCl 0,9% IV selama 20 menit tiap 4-6 jam:
• Bila perlu
1. Klorpromazin 25-50 mg IV tiap 4-6 jam
2. Prokloperazin 5-10 mg IV tiap 6-8 jam
3. Prometazin 12,5- 25mg IV tiap 4-6 jam
4. Metoklopramid 5-10 mg tiap 8 jam per oral
• Bila perlu tambahkan metilprednisolon 15-20mg IV tiap 8 jam atau ondansentron 8mg selama 15 menit
IV tiap 12 jam
Tata Laksana
Tata Laksana

• Rehidrasi dan suplemen vitamin


 Cairan  normal salin (NaCl 0,9 %).
 Suplemen thiamin  secara oral 50 atau 100 mg dilarutkan ke dalam 100 cc NaCl.
Dosis thiamin diberikan selama 3 hari.
 Urin output  dimonitor dan perlu dilakukan pemeriksaan dipstik untuk mengetahui
terjadinya ketonuria.
Tata Laksana Nutrisi
Intervensi Nutrisi (Makan sebelum lapar dengan porsi sedikit tapi sering)

Diet hiperemesis I Diet hiperemesis II Diet hiperemesis III


• Diberikan pada • Diberikan bila rasa • Diberikan kepada
hiperemesis tingkat III. mual dan muntah penderita dengan
• Makanan hanya berupa berkurang. hiperemesis ringan.
roti kering dan buah- • Secara berangsur mulai • Penderita minuman
buahan. diberikan bahan boieh diberikan
• Cairan tidak diberikan makanan yang bernilai bersama makanan.
bersama makanan tetapi gizi tinggi. • Makanan ini cukup
1 - 2 jam sesudahnya. • Minuman tidak dalam semua zat gizi,
• Makanan ini kurang diberikan bersama kecuali kalsium
mengandung zat gizi, makanan.
kecuali vitamin C • Makanan yang
sehingga hanya diberikan rendah zat
diberikan selama gizi, kecuali vitamin A
beberapa hari. dan D.
Prognosis

• Jika penanganan yang baik  prognosis hiperemesis gravidarum bonam.


• HG dapat membaik dengan sendirinya di usia kehamilan 20-22 minggu,
• 3% pasien akan terus mengalami muntah selama trimester ketiga hingga melahirkan.
• HG berat  membahayakan jiwa ibu dan janin
Komplikasi
Maternal Fetal

o Ensefalopati Wernicke (defisiensi B1)  terjadinya o Penurunan berat badan yang


kronis  kejadian gangguan
diplopia, palsi nervus ke-6, nistagmus, ataksia, kejang, pertumbuhan janin dalam rahim
jika tidak diobati. Jika hal ini tidak segera ditangani,  (IUGR).

akan terjadi psikosis Korsakoff (amnesia, menurunnya


kemampuan untuk beraktivitas), ataupun kematian
o Defisiensi vitamin
o Dehidrasi,
o Malnutrisi
o Hyponatraemia
o Hiperemesis tingkat III perlu dipertimbangkan terminasi
kehamilan.
Daftar Pustaka
Kementrian Kesehatan RI. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan . 2013 : 82-83.
Prawiroharjo S. Ilmu Kebidanan Sarwono. Jakarta : PT BINA PUSTAKA SARWONO PRAWIHARJO, 2008. 815-818 p. 2008.
WI Dayana A , Megadhana IW , Kemara KP. Diagnosis dan Penalatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum. SMF Obstetri dan Ginekologi, Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana. 2013
Shehmar M et al,. The Management of Nausea and Vomiting of Pregnancy and Hyperemesis Gravidarum. Royal College of Obstetricians and
Gynaecologist. 2016; 69
Cunningham F G et al. Williams Obstetrics Edition 25th Ed. United States: McGraw-Hill Education. 2018
Kevin G, Paul Samuel K, Dwiana O. Diagnosis dan Tatalaksana Hiperemesis Gravidarum. Artikel Pengembangan Pendidikan Keprofesian
Berkelanjutan (P2KB). Jakarta. 2011.
Collins S, Arulkumaran S, Hayes K, Jackson S and Impey L. Oxford Handbook Of Obstetrics and Gynaecology 3 rd Ed. 2013.
Dotun AO. Hyperemesis Gravidarum. Obstetrics & Gynecology Medscape. 2017.
Gabra A, Habib H & Gabra M. iMedPub Journals Hyperemesis Gravidarum , Diagnosis , and Pathogenesis Keywords. Abbreviations. 2019 : 1–5.
https://doi.org/10.21767/2471-9803.1000172
Jennings LK, Krywko DM. Hyperemesis Gravidarum. NCBI. 2020 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532917/
Kevin G, Paul Samuel K, Dwiana O. Diagnosis dan Tatalaksana Hiperemesis Gravidarum. Artikel Pengembangan Pendidikan Keprofesian
Berkelanjutan (P2KB). Jakarta. 2011.

Anda mungkin juga menyukai