Anda di halaman 1dari 24

Laporan Kasus

DIAGNOSIS DAN PENANGANAN


HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Oleh:
Theo Leonardo siwu
15014101015

Masa KKM : 02 Januari 12 Maret 2017

Supervisor Pembimbing
Dr. dr. Joice Sondakh, Sp.OG(K)

BAGIAN/ SMF OBSTETRI DAN GINEKOLOGI


RSUP PROF DR. R. D. KANDOU
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2017

1
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KASUS
DIAGNOSIS DAN PENANGANAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM

Oleh:
Theo Leonardo siwu
15014101015

Masa KKM : 02 Januari 12 Maret 2017

Supervisor Pembimbing
Dr. dr. Joice Sondakh, Sp.OG(K)

Telah dibacakan, dikoreksi, dan disetujui pada tanggal 2017, untuk


memenuhi syarat tugas Kepaniteraan Klinik Madya di Bagian Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

Koordinator Pendidikan Supervisor Pembimbing


Bagian Obstetri dan Ginekologi
FK Unsrat Manado

dr Suzanna Mongan,Sp.OG(K) Dr. dr. Joice Sondakh, Sp.OG(K)

2
BAB I
Pendahuluan

Suatu kehamilan biasanya ditandai dengan adanya riwayat telat haid dan
disertai dengan keluhan mual dan muntah. Mual dan muntah dalam kehamilan,
dikenal dengan nama morning sickness, dialami kira-kira oleh 80% wanita hamil.
Mual dialami oleh lebih dari 50% wanita pada awal kehamilan dan muntah terjadi
pada 50% hingga 90%. Mual dan muntah adalah gejala yang umum dan wajar terjadi
pada usia kehamilan trimester I. Mual biasanya terjadi pada pagi hari, akan tetapi
dapat juga timbul setiap saat dan pada malam hari. Gejala-gejala ini biasanya terjadi 6
minggu setelah hari pertama haid terakhir dan berlangsung selama kurang lebih 10
minggu.1,2

Derajat beratnya mual dan muntah yang berkelanjutan berkisar dari mual dan
muntah yang terjadi pada kebanyakan kehamilan sampai dengan gangguan yang berat
dimana keluhan mual dan muntah dirasakan semakin memburuk, menetap, hingga
mengganggu aktivitas ibu sehari-hari. Keadaan inilah yang dikenal dengan
hiperemesis gravidarum. Hiperemesis gravidarum adalah bentuk paling yang paling
berat dari mual dan muntah dalam kehamilan.1,3

Hiperemesis gravidarum terjadi pada 0,3-2% dari seluruh kehamilan.


Hiperemesis gravidarum ditandai dengan gejala mual dan muntah persisten hingga
menyebabkan penurunan berat badan hingga lebih dari 5% berat badan sebelum
hamil dan mengganggu aktivitas. Keluhan gejala dan perubahan fisiologis
menentukan berat ringannya penyakit.1,3

Penelitian-penelitian memperkirakan bahwa mual dan muntah terjadi pada 50-


90% dari kehamilan. Mual dan muntah terjadi pada 60-80% primi gravida dan 40-
60% multi gravida. Dari seluruh kehamilan yang terjadi di Amerika Serikat 0,3-2%
diantaranya mengalami hiperemesis gravidarum atau kurang lebih lima dari 1000
kehamilan.2 Mual dan muntah yang berkaitan dengan kehamilan biasanya dimulai
pada usia kehamilan 9-10 minggu, puncaknya pada usia kehamilan 11-13 minggu,

3
dan sembuh pada kebanyakan kasus pada umur kehamilan 12-14 minggu. Dalam 1-
10% dari kehamilan, gejala-gejala dapat berlanjut melampaui 20-22 minggu.4

Penanganan hiperemesis gravidarum didasarkan pada berat ringannya gejala


dan ada tidaknya faktor penyulit yang memperberat keluhan pasien. Hiperemesis
gravidarum tetap merupakan penyebab morbiditas yang serius dengan komplikasi
seperti central pontine myelinolisis, ensefalopati, cedera esofagus, pertumbuhan janin
terganggu bahkan kematian.5

Berdasarkan pada hal-hal tersebut di atas,berikut ini akan dilaporkan sebuah


kasus tentang hiperemesis gravidarum yang ada di RSUP Prof. R.D Kandou Manado.

4
BAB II
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. SS
Umur : 26 tahun
Pekerjaan : IRT
Pendidikan : SMA
Alamat : Kampung Ambon Jaga III
Agama : Islam
Suku/ bangsa : Minahasa/ Indonesia
Status : Menikah
Nama Suami : FS
Umur Suami : 28 tahun
Pendidikan : S1
Pekerjaan : Swasta
Tanggal MRS : 05 Januari 2016

ANAMNESIS
Keluhan Utama:
Mual dan Muntah sejak 1 Bulan SMRS

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien datang dengan keluhan mual muntah sejak 1 bulan SMRS muntah frekuensi
10x/hari isi air dan sisa makanan. Keluhan dirasakan semakin memberat sejak 2 hari
yang lalu. Disamping muntah pasien juga merasa tubuh menjadi lemah, pasien juga
sering merasa haus tetapi nafsu makannya berkurang akibatnya pasien mengalami
penurunan berat badan sebanyak 5 kg dalam waktu sebulan. Nyeri perut dirasakan 4
hari SMRS. Pasien juga menderita demam sejak 2 hari SMRS. Pasien pernah dirawat
di RS Advent dengan keluhan yang sama selama 3 hari. Nyeri perut bagian bawah (-),

5
Perdarahan dari jalan lahir (-), lendir dan air dari jalan lahir (-). BAB tidak ada
kelainan, BAK produksi urin mulai berkurang.

Riwayat Penyakit Dahulu:


Penyakit jantung, penyakit hati, penyakit ginjal, penyakit paru, penyakit diabetes
melitus disangkal

ANAMNESIS OBSTETRIK GINEKOLOGI


a. Riwayat Perkawinan dan Kehamilan
Kawin : 1 kali (selama 10 tahun)
Kehamilan :2 Para: 1 Abortus: 0
P1 : 2007//spt lbk/PKM/bidan/3600 g/50cm/Sehat
G2 : 2017/hamil sekarang
Riwayat Haid
Menarche: 12 tahun, siklus teratur tiap 28-30 hari, lamanya 3-4 hari,
sebanyak 2-3 pembalut/hari
Nyeri saat haid hingga tidak dapat bekerja: (-)
HPHT : 27 September 2016
b. Riwayat Kontrasepsi
Suntik dan pill tahun 2008-2015
c. Riwayat Penyakit, Operasi dan Pemeriksaan Dahulu
Keputihan : (-)
Riwayat penyakit kelamin : (-)
Riwayat operasi : (-)

PEMERIKSAAN FISIK
Status Praesens

6
Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital : Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 100 x /menit
Respirasi : 24 x/menit
Suhu Badan : 37,60C
Tinggi Badan : 150 cm
Berat Badan : 54 kg
IMT : 24 kg/m2
Warna Kulit : Sawo matang
Kepala : Normocephal
Mata : Pupil isokor kiri = kanan, konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik(-/-), mata cowong
Mulut : Mukosa mulut kering
Lidah : Beslag (-)
Gigi : Caries (-)
Tenggorokan : Hiperemis (-),T1/T1
Telinga : Serumen (-/-)
Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), tiroid mengikuti saat
menelan (+), bruit (-)
Toraks
Paru : Inspeksi : Pergerakan simetris kiri = kanan
Palpasi : Stem fremitus kiri = kanan
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan baru
Auskultasi: Sp.vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)
Jantung : Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung normal
Auskultasi : SI-II normal, bising (-), gallop (-)
Abdomen : Inspeksi : Cembung

7
Palpasi : NT (+)
Perkusi : WD (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Ekstremitas : Akral dingin, Edema (-/-), turgor kulit kembali lambat.
Refleks fisiologis : (+) normal
Refleks patologis : (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Laboratorium
05 Januari 2016
Hematologi
Leukosit : 9846 /uL MCH : 31,3 pg
Eritrosit : 3.37 10^6/uL MCHC : 34,3 g/dL
Hemoglobin : 10.6 g/dL MCV : 91,3 fL
Hematokrit : 30.8 %
Trombosit : 243 10^3/uL

Kimia Klinik
SGOT : 41 U/L Chlorida : 94.0 mEq/L
SGPT : 34 U/L Kalium : 2.7
mEq/L
Ureum : 10 mg/dL Natrium : 128 mg/dL
Creatinin : 0.5 mg/dL GDS : 79 mg/dL

Urinalisis

8
Makroskopis
Warna : Kuning kekeruhan : Jernih
Mikroskopis
Eritrosit : 15-20/LPB
Leukosit : 15-20/LPB
Epitel : 5-8/lpk
Bakteri : Negatif/LPB
Jamur : Negatif/LPB
Amoeba : Negatif
Kimia
Berat Jenis : 1015 pH : 6
Leukosit : 3+ Protein : 1+
Nitrit : neg Glukosa : neg
Keton : 4+ Urobilibogen : 2+
Bilirubin : 1+ Darah/Eritrosit : 4+
Silinder : Negatif/LPB Kristal : Negatif/LPB

2. EKG (05/01/2017)
Sinus rhytem

3. USG (05/01/2017)
VU kurang terisi
Uterus : anterofleksi, FF (+) A/P bilateral tidak tampak massa abnormal
Kesan : hamil 14-15 minggu intrauterin

DIAGNOSIS SEMENTARA
G2P1A0 26 tahun hamil 14-15 minggu dengan hyperemesis gravidarum grade II

TATA LAKSANA

9
- Masuk rumah sakit
- Terapi konservatif bedrest total
- IVFD RL : D5%. 1:2 (20gtt/menit)
- Neurobion 1x1 drips
- Ranitidin inj 2x1 amp
- Mediamer tab 3x1 PO
- Antasida syr 3x1 cth
- Monitoring TTV, Urin keton dan produksi urine

RESUME MASUK
G2P1A0 26 tahun dengan keluhan utama mual muntah sejak 1 bulan SMRS muntah
frekuensi 10x/hari isi air dan sisa makanan. Tubuh pasien terasa lemah Pasien sering
merasa haus tetapi mengalami penurunan nafsu makan dan terjadi penurunan berat
badan selama 1 bulan terakhir.
Produksi urin berkurang.

Kawin : 1 kali (selama 10 tahun)


Status Praesens:
Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda Vital : Tekanan Darah : 110/80 mmHg
Nadi : 100 x /menit
Respirasi : 24 x/menit
Suhu Badan : 36,70C
Tanda tanda dehidrasi : mata cowong, mukosa mulut kering, turgor kulit
kembali lambat, produksi urin menurun
Hasil Lab : keton urin 4+
Diagnosis : G2P1A0 26 tahun hamil 14-15 minggu dengan hyperemesis
gravidarum grade II

Sikap:
- Masuk rumah sakit
- Bedrest total
- Pasien puasa 1x24 jam

10
- IVF: RL : D5%. 1:2 (20gtt/menit)
- Neurobion 1x1 drips
- Ranitidin inj 2x1 amp
- Mediamer tab 3x1 PO
- Antasida syr 3x1 cth
- Monitoring TTV, Urin keton dan Produksi Urine

FOLLOW UP
06 Januari 2017
S : mual (+) muntah (+) isi cairan dan sisa makanan, frekuensi 5x/hari, nafsu
makan tidak ada, BAB dan BAK berkurang
O : KU : Tampak Sakit Ringan Kes : CM
T : 110/70mmHg R: 20x/menit
N : 104x/menit Sb: 36,5oC
Kepala : conjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), mata cowong,
mukosa mulut kering
Thoraks : Cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen : cembung, NT (+)
Ekstremitas : hangat, edema -/-, Turgor kulit kembali lambat
A : G2P1A0 26 tahun hamil 14-15 minggu dengan hyperemesis gravidarum grade II
P : - Bedrest total
- IVFD RL : D5%. 1:2 (20gtt/menit)
- Neurobion 1x1 Drips
- Ranitidin inj 2x1 amp
- Mediamer tab 3x1 PO
- Antasida syr 3x1 cth
- Diet hiperemesis II
- Monitoring TTV, Urin keton dan Produksi Urine

07 Januari 2017
S : mual (+) muntah (-), nafsu makan kurang, BAB dan BAK sedikit
O : KU : Tampak Sakit Ringan Kes : CM
T : 110/70mmHg R: 22x/menit
N : 84x/menit Sb: 36,3oC

11
Kepala : conjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), mata cowong,
mukosa mulut basah.
Thoraks : Cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen : cembung, NT (-)
Ekstremitas : hangat, edema -/-, turgor kulit kembali capat.
A : G2P1A0 26 tahun hamil 14-15 minggu dengan hyperemesis gravidarum grade II
P : - Bedrest total
- IVFD RL : D5%.1:1(20gtt/menit)
- Neurobion 1x1 drips
- Ranitidin inj 2x1 amp
- Mediamer tab 3x1 PO
- Antasida syr 3x1 cth
- Diet hiperemesis II
- Monitoring TTV, Urin keton

08 Januari 2017
S : mual (-) muntah (-), nafsu makan dan minum meningkat, produksi urin
meningkat
O : KU : Tampak Sakit Ringan Kes : CM
T : 120/70mmHg R: 20x/menit
N : 86x/menit Sb: 36,6oC
Kepala : conjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), mata cowong (-),
mukosa mulut basah.
Thoraks : Cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen : cembung, NT (-)
Ekstremitas : hangat, edema -/-, turgor kulit kembali cepat.
A : G2P1A0 26 tahun hamil 14-15 minggu dengan hyperemesis gravidarum grade II
P : - Bedrest
- IVFD RL ( 20 gtt/menit )
- Neurobion 1x1 drips
- Mediamer tab 3x1 PO
- Antasida syr 3x1 cth
- Diet hiperemesis I

12
- Monitoring TTV, Urin keton

09 Januari 2017
S : mual (-) muntah (-), nafsu makan dan minum meningkat, produksi urin
meningkat
O : KU : Tampak Sakit Ringan Kes : CM
T : 110/70mmHg R: 20x/menit
N : 78x/menit Sb: 36,5oC
Kepala : conjungtiva anemis (-), sclera ikterik (-), mata cowong (-),
mukosa mulut basah.
Thoraks : Cor dan pulmo dalam batas normal
Abdomen : cembung, NT (-)
Ekstremitas : hangat, edema -/-, turgor kulit kembali cepat.
A : G2P1A0 26 tahun hamil 14-15 minggu dengan hyperemesis gravidarum grade II
P : - Bedrest
- Mediamer tab 3x1 PO
- Antasida syr 3x1 cth
- Diet hiperemesis I
- Monitoring TTV, Urin keton
- Rawat Jalan
Hasil Lab 09-01-2017
Urinalisis
Makroskopis
Warna : Kuning muda kekeruhan : Jernih
Mikroskopis
Eritrosit : 3-5/LPB
Leukosit : 10-20/LPB
Epitel : 2-4/lpk
Bakteri : Negatif/LPB
Jamur : Negatif/LPB
Amoeba : Negatif

13
Kimia
Berat Jenis : 1010 pH : 6
Leukosit : 3+ Protein : neg
Nitrit : neg Glukosa : 2+
Keton : neg Urobilibogen : 1+
Bilirubin : neg Darah/Eritrosit : 1+
Silinder : Negatif/LPB Kristal : Negatif/LPB

BAB III
PEMBAHASAN
A. Diagnosis
Anamnesis
Pada anamnesis ditemukan adanya gejala mual dan muntah yang berat,
dimana keluhan tersebut sampai menggangu aktivitas sehari-hari sampai
pekerjaanyan, muntah dialami sekitar 10x dalam sehari munta berisi cairan
dan sisa makanan. Akibatnya pasien juga mengalami penurunan nafsu makan
dan penurunan berat badan. Muntah tersebut juga menimbulkan komplikasi
dehidrasi karena kekurangan cairan yang diminum dan kehilangan cairan
sehingga menyebabkan pasien menjadi lemah dan sulit beraktivitas.
Tanda kehamilan yang didapat pada anamnesis penderita ini adalah
adanya riwayat telat haid sejak tanggal 27 September 2016, pasien sudah
melakukan tes kehamilan dengan hasil yang positif.
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda dehidrasi pada pasien,
dehidrasi pada pasien disebabkan karena hilangnya cairan dalam tubuh
pasien dan berkurangnya pemasukan cairan.
Tanda tanda dehidrasi yang ditemukan adalah seperti berikut:

14
Lemah badan
Mata terlihat cowong
Mukosa mulut kering
Produksi urin menurun
Selain itu frekwensi nadi pasien menjadi cepat 100x/m dan pernadasan
juga menjadi cepat 24x/m. Kondisi pasien sendiri terlihat kurang sehat
dimana pasien terlihat lemas dan kurang berenergi.
Pemeriksaan Penunjang
Pada pasien ini juga dilakukan pemeriksaan USG dengan hasil positif
hamil 14-15 minggu. Pada pemeriksaan darah tidak ditemukan kelainan yang
signifikan, tetapi pada pemeriksaan urinalisis pada psien tersebut terdapat
keton urin 4+.
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan karbohidrat
dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak
yang tak sempurna, terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-
asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah 6, yang pada
pemeriksaan urin ditemukan adanya keton positif (+4).
Pasien dimasukan dalam hiperemesis gravidarum tingkat II, karena
penderita tampak lemah, mual muntah, ada keluhan rasa haus, peningkatan
denyut nadi, dan akral dingin.1,7 Pada pemeriksaan urin didapatkan keton
positif. Pada penderita ini dapat dimasukkan ke dalam tingkat dehidrasi
sedang, karena dalam pemeriksaan didapatkan keluhan haus, pada
pemeriksaan fisik didapatkan frekwensi nadi cepat (100x/menit), pernafasan
agak cepat (24 x/menit), turgor kulit agak berkurang dan BAK sedikit.

Teori Hiperemesis Gravidarum


Hiperemesis gravidarum dapat diklasifikasikan secara klinis menjadi
hiperemesis gravidarum tingkat I, II dan III. Hiperemesis gravidarum tingkat
I ditandai oleh muntah yang terus-menerus disertai dengan penurunan nafsu
makan dan minum. Terdapat penurunan berat badan dan nyeri epigastrium.
Pertama-tama isi muntahan adalah makanan, kemudian lendir beserta sedikit
cairan empedu, dan dapat keluar darah jika keluhan muntah terus berlanjut.
Frekuensi nadi meningkat sampai 100 kali per menit dan tekanan darah

15
sistolik menurun. Pada pemeriksaan fisis ditemukan mata cekung, lidah
kering, penurunan turgor kulit dan penurunan jumlah urin.14
Pada hiperemesis gravidarum tingkat II, pasien memuntahkan semua
yang dimakan dan diminum, berat badan cepat menurun, dan ada rasa haus
yang hebat. Frekuensi nadi berada pada rentang 100-140 kali/menit dan
tekanan darah sistolik kurang dari 80 mmHg. Pasien terlihat apatis, pucat,
lidah kotor, kadang ikterus, dan ditemukan aseton serta bilirubin dalam
urin.14
Hiperemesis gravidarum tingkat III sangat jarang terjadi. Keadaan ini
merupakan kelanjutan dari hiperemesis gravidarum tingkat II yang ditandai
dengan muntah yang berkurang atau bahkan berhenti, tetapi kesadaran
pasien menurun (delirium sampai koma). Pasien dapat mengalami ikterus,
sianosis, nistagmus, gangguan jantung dan dalam urin ditemukan bilirubin
dan protein.13,14

B. Etiologi
Beberapa faktor predisposisi dan faktor lain yang telah ditemukan
adalah sebagai berikut :10
1. Primigravida, mola hidatidosa, dan kehamilan ganda. Pada mola
hidatidosa dan kehamilan ganda, faktor hormon memegang
peranan dimana hormon khorionik gonadotropin dibentuk
berlebihan.
2. Masuknya vili khorialis dalam sirkulasi maternal dan perubahan
metabolik akibat hamil serta resistensi yang menurun dari pihak
ibu terhadap perubahan tersebut.
3. Alergi, sebagai salah satu respons dari jaringan ibu terhadap anak.
4. Faktor psikologis Faktor psikologis seperti depresi, gangguan
psikiatri, rumah tangga yang retak, kehilangan pekerjaan, takut
terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab
sebagai ibu, tidak siap untuk menerima kehamilan memegang
peranan yang cukup penting dalam menimbulkan hiperemesis
gravidarum.

16
Menurut Goodwin, dkk. (1994) dan Van de Ven (1997), hiperemesis
nampaknya terkait dengan tingginya atau peningkatan bertahap kadar
hormon korionik gonadotropin, estrogen atau kadar keduanya di dalam
serum. Selain itu, pada beberapa kasus yang berat mungkin terkait dengan
faktor psikologis. Namun adanya hubungan 4 dengan serum positif terhadap
Helicobacter pylori sebagai penyebab ulkus peptikum tidak dapat dibuktikan
oleh beberapa peneliti.10
Pada pasien ini sendiri etiologi yang paling memungkinkan ialah adanya
gangguan psikologis atau kecemasan dalam kehamilan. Dari anamnesis
didapatkan riwayat kehamilan pertama dari pasien adalah 10 tahun yang lalu
dimana kehamilan terjadi pada saat awal mula pernikahan. Sedangkan dalam
kehamilan yang kedua ini pasien kemungkinan tidak dalam kondisi mental
yang sempurna karena adanya tekanan tekanan seperti jarak kehamilan
yang terlalu lama, mengurus anak yang sedang dalam masa persekolahan
dan pekerjaan rumah tangga.

C. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hiperemesis gravidarum grade II dibedakan menjadi
rehidrasi dan koreksi elektrolit, isolasi, terapi nutrisi, terapi dengan obat-
obatan, dan psikoterapi.4,8 Terapi cairan dilakukan untuk mengatasi dehidrasi
dengan pemberian cairan rehidrasi, Defisit cairan ini dikoreksi dalam 2 jam
pertama. Umumnya kehilangan air dan elektrolit diganti dengan cairan
isitonik, misalnya Ringer Laktat, ringer asetat atau normal salin. Bila
memakai normal salin harus berhati-hati agar jangan sampai diberikan dalam
jumlah yang banyak karena dapat menyebabkan delusional acidosis atau
hyperchloremic acidosis.7,8 Bila diperlukan dapat ditambahkan ion kalium.
Resusitasi cairan merupakan prioritas utama, untuk mencegah
mekanisme kompensasi yaitu vasokonstriksi dan gangguan perfusi uterus.
Selama terjadi gangguan hemodinamik, uterus termasuk organ non vital
sehingga pasokan darah berkurang. Pada kasus hiperemesis gravidarum,
jenis dehidrasi yang terjadi termasuk dalam dehidrasi karena kehilangan
cairan (pure dehidration). Maka tindakan yang dilakukan adalah rehidrasi

17
yaitu mengganti cairan tubuh yang hilang ke volume normal, osmolaritas
yang efektif dan komposisi cairan yang tepat untuk keseimbangan asam
basa. Pemberian cairan untuk dehidrasi harus memperhitungkan secara
cermat berdasarkan: berapa jumlah cairan yang diperlukan, defisit natrium,
defisit kalium dan ada tidaknya asidosis. Berikan cairan parenteral yang
cukup elektrolit, karbohidrat, dan protein dengan glukosa 5% dalam cairan
garam fisiologis sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambahkan
kalium dan vitamin, terutama vitamin B kompleks dan vitamin C, dapat
diberikan pula asam amino secara intravena apabila terjadi kekurangan
protein. Dibuat daftar kontrol cairan yang masuk dan yang dikeluarkan. Urin
perlu diperiksa setiap hari terhadap protein, aseton, klorida, dan bilirubin.
Suhu tubuh dan nadi diperiksa setiap 4 jam dan tekanan darah 3 kali sehari.
Dilakukan pemeriksaan hematokrit pada permulaan dan seterusnya menurut
keperluan. Bila dalam 24 jam pasien tidak muntah dan keadaan umum
membaik dapat dicoba untuk memberikan minuman, dan lambat laun
makanan dapat ditambah dengan makanan yang tidak cair. Dengan
penanganan ini, pada umumnya gejala-gejala akan berkurang dan keadaan
aman bertambah baik. Daldiyono mengemukakan salah satu cara
menghitung kebutuhan cairan untuk rehidrasi inisial berdasarkan sistiem
poin. Adapun poin-poin gejala klinis dapat dilihat pada tabel berikut ini.9
No Gejala Klinis Score
1 Muntah 1
2 Suara Parau 2
3 Apatis 1
4 Somnolen, Sopor, Coma 2
5 T < 90 mmHg 1
6 T < 60 mmHg 2
7 Nadi >120x/menit 1
8 Napas >30x/menit 1
9 Turgor Kulit Menurun 1
10 Mata Cowong 1
11 Extremitas Dingin 1
12 Washers Woman Hand 1
13 Sianosis 2

18
14 Usia <60 -1
15 Usia >60 -2
Jumlah cairan yang akan diberikan dalam 2 jam, dapat
dihitung : Defisit = (Jumlah Poin / 15) x 10 % BB x 1 Liter.9
Terapi Cairan
Cairan pemeliharaan yang digunakan adalah Neurobion 1 amp : RL :
D5%. 1:1:2(20gtt/menit). Digunakannya cairan ini adalah selain untuk
memenuhi kebutuhan cairan pasien juga digunakan untuk memenuhi
kebutuhan kalori pasien. Digunakan dektrosa, karena pada pasien
hiperemesis gravidarum terjadi oksidasi lemak yang tidak sempurna yang
ditandai dengan ditemukannya benda keton di dalam urin. Selain itu cairan
ini bersifat isotonic hiperosmotik membantu transport cairan intravaskuler
menuju intraseluler sehingga dapat memperbaiki kondisi dehidrasi pasien.
Terapi Medikamentosa
Pada pasien ini diberikan terapi obat-obatan antara lain Mediamer 3 x 1
tab, ranitidin 2x1 amp, antasida 3x1 cth, neurobion 1 amp di drips dalam RL.
Pengobatan sebaiknya diberikan setelah periode klasik teratogenik
terlampaui, dari 31-71 hari setelah hari perama haid terakhir atau pada usia
kehamilan 5-10 minggu. Pada periode tersebut terjadi proses organogenesis
sehingga bahan kimia dapat mempengaruhi proses perkembangan organ
mencapai puncak tercepat.2 Tetapi pada pasien ini diberikan obat anti emetic
(mediamer) pada usia kehamilan 7-8 minggu dengan pertimbangan bahwa
mediamer lebih aman (efek teratogenik tidak ada) dibandingkan obat
antiemetik lainnya.
Neurobion (mengandung vitamin B1, B6, B12) diberikan secara drip IV.
Suplementasi multivitamin secara bermakna mengurangi dan mencegah
insiden hiperemesis gravidarum. Vitamin B1, B6, dan B12, yang merupakan
koenzim yang berperan dalam metabolisme lipid, karbohidrat dan asam
amino.
Diet

a. Diet hiperemesis I diberikan pada hiperemesis tingkat III.


Makanan hanya berupa roti kering dan buah-buahan. Cairan tidak diberikan

19
bersama makanan tetapi 1 2 jam sesudahnya. Makanan ini kurang dalam
semua zat zat gizi, kecuali vitamin C, karena itu hanya diberikan selama
beberapa hari. Contoh makanan berupa : Roti panggang, Air jeruk manis
(bisa ditambahkan gula pasir), Buah buahan seperti pepaya. Pemberian
asupan deberikan dalam jarak waktu yang singkat ( + 2 jam)

b. Diet hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah berkurang.


Secara berangsur mulai diberikan makanan yang bernilai gizi tinggi.
Minuman tidak diberikan bersama makanan . Makanan ini rendah dalam
semua zat-zat gizi kecuali vitamin A dan D. contoh : karbohidrat (nasi dan
roti), susu, daging ( ayam panggang, perkedel), sayuran, agar-agar, dan
biskuit.

c. Diet hiperemesis III diberikan kepada penderita dengan hiperemesis


ringan. Menurut kesanggupan penderita minuman boleh diberikan bersama
makanan. Makanan ini cukup dalam semua zat gizi kecuali Kalsium. Bahan
makanan sama dengan menu pada diet hiperemesis II

tujuan diet hiperemesis adalah untuk mengganti persedian glikogen


tubuh dan mengontrol asidosis, menurunkan rasa mual, menganti
kehilangan cairan, dan memenuhi kebutuhan nutrisi.

Terapi Psikologis
Terapi Psikologis dilakukan dengan meyakinkan pasien bahwa
penyakitnya dapat disembuhkan, menghilangkan rasa takut karena
kehamilan, istirahat sementara dari aktivitas hariannya, serta membantu
pasien untuk mengatasi masalah dan konflik yang mungkin sedang dihadapi
oleh pasien.8 Pada pasien ini dilakukan monitoring keluhan, tanda vital, berat
badan, produksi urine dan keton urin. Keluhan penderita perlu diperhatikan
untuk mencari apakah masih terdapat keluhan mual maupun muntah pada
penderita. Tanda vital penderita dilihat apakah terjadi penurunan tekanan
darah, peningkatan denyut nadi atau peningkatan suhu tubuh yang
merupakan tanda-tanda dehidrasi.

20
Produksi urine juga dapat digunakan untuk melihat apakah masih terjadi
dehidrasi pada penderita ini. Keton urin dilihat untuk mengetahui apakah
masih terjadi metabolisme yang tidak sempurna pada penderita ini. Pasien
dirawat selama 4 hari, selama dua hari terakhir keluhan berkurang dan saat
hari terakhir perawatan keluhan sudah tidak dirasakan lagi, ketonuri (-),
makan minum baik dan keadaan umum ibu baik.

D. Prognosis

Hiperemesis grade I

Semua wanita dengan mual dan muntah pada kehamilan merasakan


awal terjadinya sebelum usia kehamilan 9 minggu. Jumlah tersebut
menurun 30% pada kehamilan 16 minggu. Sepuluh persen mengalami mual
muntah setelah 16 minggu dan hanya 1% tetap mengalami mual muntah
setelah usia kehamilan 20 minggu. Dengan penanganan yang baik prognosis
hiperemesis gravidarum sangat memuaskan. Sebagian besar penyakit ini
dapat membaik dengan sendirinya pada usia kehamilan 20-22 minggu.
Namun demikian pada tingkatan yang berat penyakit ini dapat
membahayakan nyawa ibu dan janin.

Hiperemesis Grade II

Hipremesis grade II sedikit lebih sulit dibandingkan pada grade I,


karena telah terjadi dihidrasi pada pasien. Akan tetapi dengan pemberian
cairan yang adekuat dan bantuan pengobatan psikologis maka hiperemesis
grade II dapat disembuh dengan baik.

Kriteria keberhasilan pengobatan dapat ditentukan sebagai berikut:

1. Rehidrasi berhasil dan turgor kulit kembali normal.


2. Diuresis bertambah.
3. Kesadaran komposmentis.
4. Hasil pemeriksaan laboratorium (ketonuria negatif).

21
Hiperemesis Grade III

Pada hiperemesis grade III sudah terjadi penurunan kesadaran,


prognosis yang di dapat relatif jelek jika tidak ditangani dengan benar.
Keputusan untuk melakukan terminasi kehamilan perlu dipertimbangkan
karena akibat dari deisiensi tiamin (B1) akan menyebabkan terjadinya
diplopia, palsi nervus ke-6, nistagmus, ataksia, dan kejang. Jika hal ini tidak
segera ditangani, akan terjadi ensefalopati Wernicke dan berujung kepada
kematian. Efek lainnya juga dapat terjadi penurunan berat badan yang
kronis pada ibu dan akan meningkatkan kejadian gangguan pertumbuhan
janin dalam rahim (IUGR).1

Prognosis dari pasien ini adalah baik. Hali ini dapat disimpulkan dari
keadaan umum pasien selama perawatan di rumah sakit semakin membaik.
Keluhan mual dan muntah sudah berkurang bahkan tidak ada sama sekali.
Makan minum baik. Pasien sudah mampu melakukan aktivitas sehari-hari
seperti makan dan mandi sendiri. Dari pemeriksaan fisik, tidak didapatkan
tanda-tanda dehidrasi. Kemudian dari hasil pemeriksaan laboratorium urin
lengkap, didapatkan ketonuri negatif.

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Pasien didiagnosa dengan hiperemesis gravidarum grade II berdasarkan
hasil dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Penyebab terjadinya hiperemesis gravidarum ini belum diketahui secara
pasti. Penanganan yang diberikan pada pasien ini adalah terapi cairan, diet,
obat-obatan dan psikoterapi. Dilakukan monitoring keluhan, vital sign,
cairan masuk, cairan keluar, ketonuria dan BB. Dalam perjalanannya

22
penderita mengalami perbaikan keadaan umum, keluhan muntah-muntah
sudah tidak dikeluhkan lagi.

Saran
- Memberikan dukungan psikologis dan edukasi pada pasien bahwa
kehamilan adalah suatu hal yang normal dan dapat dilewati adalah hal
yang sangat penting dalam pencegahan dan pengobatan Hiperemesis
gravidarum. Tentunya peran keluarga dan orang sekitar sangatlah
penting.

- Diharapkan agar setiap ibu hamil memeriksakan kehamilannya secara


teratur untuk mendeteksi adanya kelainan yang bisa terjadi pada masa
kehamilan.
- Mengkonsumsi makanan yang tinggi zat gizi
- Menjaga personal higiene agar tidak terjadi infeksi selama kehamilan
hingga persalinan.
- Menjaga agar lingkungan sekitar pasien tetap nyaman dan stress free
selama masa kehamilan juga sangat penting dalam pencegahan dan
pengobatan hiperemesis gravidarum.

DAFTAR PUSTAKA

1. Prawirohardjo S,Wiknjosastro H.Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Ilmu


Kebidanan; Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
Jakarta;2009; hal. 815-818.
2. OgunyemiDA. Hyperemesis Gravidarum. Emedicine. Available
from:http://www.emedicine.com(Accesed : 30 November 2016).
3. Quinlan J D, Hill D A. Nausea and Vomiting of Pregnancy. In : American
Family Physician 2003; 68(1):pp.121-8.
4. Sheehan P. Hyperemesis Gravidarum : Assessment and Management. In :
Australian Family Physician 2007;36(9):pp.698-701.
5. Verberg M F G, Gillott D J, Al-Fardan N, Grudzinskas J G. Hyperemesis
gravidarum, a literature review. In : Human Reproduction Update
2005;11(5):pp. 52739.

23
6. Neill A M, Piercy N C. Hyperemesis gravidarum. In : Royal College of
Obstetricians and Gynaecologists 2003;5:pp.2047.
7. Schoenberg F P. Summary of Data on Hyperemesis Gravidarum. Available
from: www.stat.ucla.edu/~frederic/papers/hg.html. (Accesed: 31 November
2016).
8. Progestian P, Indarti J, Nuranna L. Diagnosis dan Pengobatan Rasional
Hiperemesis Gravidarum. Maj Obstet Ginekol Indones 2002; 26(2): 97-104.
9. Prawirohardjo S, Wiknjosastro H. Hiperemesis Gravidarum. Dalam: Ilmu
Kebidanan; Jakarta; Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;
Jakarta;2002; hal. 275-280.
10. Widayana A, Megadhana W, Kemara K. Diagnosis Dan Penatalaksanaan
Hiperemesis Gravidarum. Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
Bagian/SMF Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas
Udayana, Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah; Denpasar;2015.
11. Sherwood,L. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Ed: 6. EGC; Jakarta; 2011
12. Guyton&Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed 11. EGC; Jakarta ; 2007
13. Niebyl JR. Nausea and vomiting in pregnancy. N Engl J Med. 2010;363:1544-50.
14. Siddik D. Kelainan gastrointestinal. In: Saifuddin AB, Rachimhadhi T,
Wiknjosastro GH, editors. Ilmu kebidanan. 4th Ed. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo; 2008.p.814-28.

24

Anda mungkin juga menyukai